BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : 1. Stoll (1978), melakukan penelitian yang berjudul harga dari jasa dealer sekuritas: suatu studi empiris dari saham-saham NASDAQ periode Januari sampai Juli 1973 dengan jumlah sampel 2000 saham dan 500 dealer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : a. Proporsional spreads dipengaruhi oleh volume, varians, turnover, harga, jumlah dealer, perubahan inventori, prooporsi total volume. b. Jumlah dealer dalam satu saham secara signifikan berhubungan dengan karakteristik saham 2. Howe dan Lin (1992), yang meneliti tentang kebijakan dividen dan bid-ask spread: suatu analisis empiris periode sampel tahun 1984 sampai dengan 1990 dengan jumlah sampel untuk perusahaan yang membayar dividen 2421 dan 5002 untuk perusahaan yang tidak membayar dividen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
a. Deviden yield berkorelasi negatif dengan spread sesudah dimasukkan variabel pengendalian volume perdagangan, harga saham dan varians return.
Universitas Sumatera Utara
b. Lama listing dan besar perusahaan juga ditemui mempunyai hubungan negatif dengan spread. 3. Aiten dan Frino (1996), melakukan penelitian yang berjudul faktor-faktor penentu dari bid-ask spread pasar pada Australian Stock Exchange : analisis corsssectional, dalam periode Januari sampai September 1992 dengan jumlah sampel 527 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan ada bukti kuat bahwa tingkat aktifitas perdagangan, tingkat harga saham dan naik turun harga saham adalah faktor penentu fundamental bid-ask spread. 4. Ambarwati (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh return saham, volume perdagangan saham dan varian return saham terhadap bid-ask spread saham pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalam indeks LQ 45 periode tahun 2003 – 2005. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama return saham, volume perdagangan saham dan varian return saham berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread saham. Secara parsial return saham dan varian return saham berpengaruh signifikan dan positif terhadap bid-ask spread saham, sedangkan volume perdagangan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap bidask spread saham. 5. Nany dan Aris (2004) yang meneliti tentang pengujian stabilitas structural pengaruh harga saham, varian return saham dan volume perdagangan terhadap bid-ask spread pra dan pasca laporan keuangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa harga saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread pra pengumuman laporan keuangan, Varian return saham berpengaruh positif
Universitas Sumatera Utara
terhadap bid-ask spread pasca pengumuman laporan keuangan sedangkan volume perdagangan saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread pra pengumuman laporan keuangan akan tetapi berpengaruh positif pada pasca pengumuman laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut maka tinjauan penelitian terdahulu tersebut dapat dirangkum pada Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama/Tahun 1
Stoll 1978
2
Howe dan Lin 1992
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Harga dari jasa dealer sekuritas: suatu studi empiris dari saham-saham NASDAQ periode Januari - Juli 1973
Variabel dependen: Relative Spreads
Kebijakan dividen dan bid-ask spread suatu analisi empiris periode 1984-1990
Variabel dependen: ask spreads
Hasil Penelitian
Variabel independen:
Proporsional spreads dipengaruhi volume, varians, turnover, harga, jumlah dealer, perubahan inventori, proporsi total volume
Volume, varians, turnover, harga, besar perusahaan dan lama listing
Jumlah dealer dalam satu saham secara signifikan berhubungan dengan karakteristik saham.
Dividen yield berkorelasi Bisk negatif dengan spreads sesudah dimasukkan variabel pengendalian Variabel yaitu volume, harga, independen: varians dividen yield, Lama listing dan besar volume perusahaan mempunyai perdagangan, harga, varians, hubungan negatif dengan
Universitas Sumatera Utara
NMM, lama bid ask spreads listing dan besar perusahaan 3
Aiten dan Frino 1996
Lanjutan Tabel 2.1
4
Ambarwati 2003
5
Nany dan Aris (2004)
Faktor-faktor penentu dari bid-ask spread pasar pada Australian Stock Exchange
Variabel dependen: bid-ask spread Variabel independen: aktivitas perdagangan, tingkat harga saham
Terdapat bukti yang kuat bahwa tingkat aktivitas perdagangan, tingkat harga saham dan naik turun harga saham adalah faktor penentu fundamental bid-ask spread
Pengaruh return Variabel saham, volume dependen: perdagangan saham dan Bid-ask spread varian return Variabel saham terhadap independen: bid-ask spread saham, saham pada return volume perusahaan perdagangan manufaktur yang tergabung saham dan varian dalam indeks return saham LQ 45 periode tahun 20032005.
Secara bersama-sama return saham, volume perdagangan saham dan varian return saham berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread saham.
Pengujian Variabel stabilitas dependen: struktural pengaruh harga Bid-ask spread
Harga saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread pra pengumuman laporan
Secara parsial hanya return saham dan varian return saham berpengaruh signifikan dan positif terhadap bidask spread saham terhadap bid-ask spread saham.
Universitas Sumatera Utara
saham, varian Variabel return saham independen: dan volume harga saham, perdagangan terhadap bid- varian return ask spread pra saham dan dan pasca volume perdagangan laporan keuangan.
keuangan, Varian return saham berpengaruh positif terhadap bid-ask spread pasca pengumuman laporan keuangan sedangkan volume perdagangan saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread pra pengumuman laporan keuangan akan tetapi berpengaruh positif pada pasca pengumuman laporan keuangan.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Keagensian (Agency Theory) Konsep agensi ini menjelaskan bahwa pemegang saham menyewa orang luar (agen) untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dan menerima delegasi dari pemegang saham itu untuk melaksanakan otoritasnya. Dalam manajemen keuangan hubungan keagensian yang utama adalah hubungan antara: a. Pemegang saham dan manajer b. Pemegang saham dan kreditor
Universitas Sumatera Utara
Pemegang saham mempunyai kepentingan yaitu harga saham tinggi sementara manajer mempunyai kepentingan yaitu pertumbuhan yang cepat dan tinggi. Tujuan pertumbuhan ini dapat dicapai dengan mengalahkan kepentingan pemegang
saham.
Sebaliknya apabila
memaksimalkan
harga
saham akan
mengorbankan pertumbuhan tersebut. Disamping konflik agency, persoalan moral hazard yaitu agen-agen mengambil tindakan tanpa melihat kepentingan pemegang saham. Dalam meredam konflik dan persoalan ini pemegang saham membuat biaya agensi, yaitu semua biaya-biaya yang dibuat oleh pemegang saham untuk mendorong manajer memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Brigham dan Gepnski (1993): “There are three major categories of agency cost: (1) Ecpenditures to monitor managerial action, such as audit costs, (2) Expenditures to structure the organization in a way that will limit undersible managerial behavior; such as appointing outside outside investors to the board of directors, and (3) Opportunity cost whixh are incurred when shareholder-imposed restrictions, such as requirments for stockhloder votes on certain issues, limit the ability of managers to take actions that contribute to shareholder wealth”. Biaya-biaya agensi itu adalah biaya monitor seperti biaya audit, biaya dewan direksi, biaya peluang. Biaya agensi bisa tidak ada sama sekali tidak ada usaha-usaha pemegang saham untuk memonitor tindakan yang diambil oleh manajer. Bahkan biaya ini bisa sangat tinggi bila pemegang saham berusaha menyesuaikan keinginan mereka dengan keinginan manajer. Penyelesaian yang optimal dari kedua ekstrim ini
Universitas Sumatera Utara
terletak diantaranya, dimana pembayaran manajer dikaitkan dengan kinerjanya tetapi pemantauan tetap terus dijalankan. Dalam pemantauan ini diperlukan dorongan bagi manajer yaitu: 1. Rencana insentif berbais kinerja. 2. Intervensi langsung oleh pemegang saham 3. Ancaman pemecatan 4. Ancaman pengambilalihan Rencana insentif berbasis kinerja ini dapat melaksanakan dua tujuan sekaligus dalam menawarkan kepada manajer suatu intensif yaitu pengambilan tindakan untuk memaksimalkan
kesejahteraan
pemegang
saham
dan
dapat
menarik
dan
mempertahankan manajer-manajer yang berkewenangan dan mempunyai motivasi kuat. Intervensi langsung oleh pemegang saham dimaksudkan adalah investor kelembagaan yang memiliki saham suatu perusahaan lebih 50%. Investor kelembagaan ini seperti perusahaan asuransi, dana-dana pensiun dan reksadana dapat mempengaruhi manajer perusahaan dengan cara melakukan pendekatan kepada pemegang saham dan mensponsori suatu usulan pada pertemuan tahunan pemegang saham. Ancaman pemecatan bisa saja terjadi apabila hal itu dikehendaki oleh pemegang saham. Ancaman pengambilalihan secara paksa saling mungkin terjadi bilamana saham perusahaan dinilai terlalu rendah dibandingkan dengan potensinya karena manajemen yang buruk. Dalam pengambialihan secara paksa ini manajer dari perusahaan yang diakusisi umumnya dipecat, dan yang mampu bertahan kehilangan
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan yang sebelumnya mereka miliki. Potensi konflik yang kedua terjadi antara pemegang saham dengan kreditor. Kreditor mengharapkan pembayaran pokok dan bunga pinjaman tetap terjamin pembayarannya. Pemegang saham melalui agen (manajer) melakukan ekspansi usaha dengan pembiayaan utang. Penambahan utang akan menyebabkan utang yang lama yang diberikan oleh kreditor yang pertama mendapat perhatian yang kurang dibandingkan dengan kreditor baru artinya nilai utang yang lama menurun karena meningkatnya jumlah kreditor yang mempunyai tuntutan terhadap aliran khas perusahaan asset. Oleh karena itu dapat menimbulkan konflik antara pemilik perusahaan dengan kreditor. Konflik ini bisa terjadi karena pemilik perusahaan sering mengambil keuntungan dari kreditor yaitu dengan meningkatkan jumlah utangnya dengan mengharapkan suatu return yang tinggi. Akibatnya apabila perusahaan mengalami kerugian yang menderita kerugian adalah kreditor dan apabila perusahaan mendapatkan laba yang menerima keuntungan adalah pemilik perusahaan. Sebagaimana dijelaskan konflik kreditor dengan pemilik perusahaan. Dari konsep ini dapat dijelaskan konflik antara kreditor dengan pemegang saham bahwa jika terjadi dimana utang perusahaan lebih besar dari nilai saham perusahaan maka besarnya utang perusahaan adalah sebesar nilai saham perusahaan maka besarnya utang perusahaan adalah sebesar nilai saham perusahaan. Sementara jika utang perusahaan lebih kecil dari nilai saham maka besarnya utang perusahaan adalah sebesar utang itu sendiri. Dari sini terjadi konflik antara kepentingan pemegang saham dengan kreditor. Oleh karena adanya konflik kepentingan tersebut,
Universitas Sumatera Utara
maka kreditor mengenakan perjanjian yang ketat dalam penyaluran kreditnya pada perusahaan pinjaman pada perusahaan didasarkan pada resiko asset yang ada, resiko tambahan asset akan datang. Pembiayaan utang yang ada dan perubahan struktur modal akan datang. 2.2.2. Ketidakseimbangan Informasi (Information Asymmetry) Ketidakseimbangan informasi terjadi antara pasar di satu pihak dengan keputusan manajemen di lain pihak. Manajemen merupakan orang dalam pada perusahaan yang akan mempunyai lebih banyak informasi tentang masa depan perusahaan. Investor sebagai orang luar mempunyai lebih sedikit informasi tentang masa depan perusahaan. Investor dalam mengatasi kekurangan informasinya akan mengikuti manajer yang mempunyai lebih banyak informasi. Informasi itu ada yang mendukung dan ada yang tidak mendukung. Apabila harga suatu sekuritas ini dinilai terlalu rendah (undervalue) itu berarti informasi itu tidak menguntungkan. Apabila harga suatu sekuritas itu dinilai terlalu rendah (undervalue) itu berarti informasi tidak menguntungkan. Dan apabila harga suatu sekuritas itu dinilai terlalu tinggi (overvalue) berarti informasi itu menguntungkan. Tetapi kadangkadang informasi itu dalam suatu situasi tertentu mempunyai pengaruh yang terlalu kecil bagi keputusan manajer. Informasi yang menguntungkan itu harus secepat mungkin disebarluaskan kepada pihak luar. Pihak luar tidak mengetahui apakah informasi yang diumumkan itu benar atau tidak, tetapi akan tetap menimbulkan rasa kurang percaya atas informasi tersebut. Informasi tersebut dapat dipandang serius oleh investor jika manajer dapat menyampaikan sinyal informasi mengenai masa
Universitas Sumatera Utara
depan yang menguntungkan dengan suatu cara yang dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari meningkatnya harta sekuritas tersebut. 2.2.3. Sinyal Keuangan (Financial Signaling) Asumsi bahwa ada suatu ketidakseimbangan informasi antara manajer dengan investor. Seorang manajer yang mengetahui lebih banyak tentang probabilitas dan resiko perusahaan akan tergantung pada nilai pasar perusahaan. Karena nilai perusahaan akan memberikan kemungkinan orang dalam mendapatkan kesejahteraan dan insentif lebih baik. Oleh karena bila mana sekuritas perusahaan itu dinilai terlalu tinggi (overvalued) manajemen akan menerbitkan sekuritas tersebut. Sementara itu Horne (1995) mengemukakan lebih besar ketidakseimbangan informasi antara manajer dan investor, lebih besar kemungkinan reaksi harga saham terhadap pengumuman keuangan. Cash dividen dianggap sebagai suatu sinyal kepada investor. Pengumuman cash dividen memberitahukan kepada investor berita baik tentang laba yang akan datang. Penetapan dividen payout ratio yang stabil sepanjang waktu memberikan kepercayaan investor kepada manajemen bahwa apabila terjadi perubahan dividen payout ratio berarti bahwa perubahan itu menunjukkan harapan keuntungan masa depan perusahaan. Sinyal kepada investor setidak-tidaknya akan memberikan kepercayaan bahwa sesuatunya lebih baik. Sebagaimana disarankan oleh Miller dan Kevin dalam Financial Managemen and Policy, Horne, (1995): “Investor menarik kesimpulan tentang aliran kas operasi intern perusahaan dari pengumuman dividen”. Dividen memberikan informasi yang mengandung makna tidak sekedar suatu laporan
Universitas Sumatera Utara
akuntansi dan informasi lainnya tetapi lebih kepada suatu pendapat ekonomi sehingga saham bereaksi. 2.2.4. Kebijakan Dividen 2.2.4.1. Pengertian Dividen Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapan pada berbagai macam pertimbangan, antara lain : perlunya
menahan
sebagian
laba
untuk
reinvestasi
yang
mungkin
lebih
menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan deviden. Intervensi Financing (pembelajaan intern) yaitu pembelanjaan yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Pembelanjaan ini bersumber dari laba yang ditahan (retaired earning) dan depresiasi. Laba yang ditahan ditambah dengan depresi disebut dengan cash flow. Pendapatan cash flow ini dapat digunakan oleh manajemen membayar dividen untuk para pemegang saham dan sisanya untuk menambah modal
Universitas Sumatera Utara
intern dapat dimasukkan ke perkiraan laba ditahan. Kebijaksanaan dividen adalah berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan. Laba ditahan disatu pihak merupakan sumber modal yang berasal dari dalam perusahaan. Berarti merupakan aliran kas masuk bagi perusahaan dan ini tentu akan menambah modal sendiri perusahaan. Dengan bertambahnya modal sendiri berarti semakin kuat kemampuan perusahaan untuk membiayai peluang investasi dengan kemampuan sendiri. Peluang investasi yang dapat dimanfaatkan ini akan meningkatkan pertumbuhan perusahaan dimana pertumbuhan ini merupakan salah satu dari tujuan perusahaan itu. Tingkat pertumbuhan yang tinggi memerlukan tersedianya modal yang besar. Kebutuhan modal yang besar ini apabila sebagian besar dapat dipenuhi dari pendapatan ini berarti bahwa pembayaran dividen ini menjadi permasalahan yaitu apakah investor lebih menyukai dividen atau capital gain. Kebijaksaan dividen adalah berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan. Laba ditahan disatu pihak merupakan sumber modal yang berasal dari dalam perusahaan. Berarti merupakan aliran kas masuk bagi perusahaan dan ini tentu akan menambah modal sendiri perusahaan. Dengan bertambahnya modal sendiri berarti semakin kuat kemampuan perusahaan untuk membiayai peluang investasi dengan kemampuan sendiri. Peluang investasi yang dapat dimanfaatkan ini akan meningkatkan pertumbuhan perusahaan dimana pertumbuhan ini merupakan salah satu dari tujuan perusahaan itu. Tingkat
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan yang tinggi memerlukan tersedianya modal yang besar. Kebutuhan modal yang besar ini apabila sebagian besar dapat dipenuhi dari pendapatan ini berarti bahwa pembayaran dividen ini menjadi permasalahan yaitu apakah investor lebih menyukai dividen atau capital gain. Persentase dari pendapatan yang dibagikan sebagai cash dividen disebut dividen payout ratio. Makin tinggi dividen payout ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan makin kecil dan yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan. Dengan demikian terdapat dua tujuan yang saling bertentangan. Disatu pihak perusahaan menginginkan pertumbuhan sementara dipihak lain pemegang saham mengharapkan penerimaan dividen. Oleh karena itu perusahaan harus mencari keseimbangan antara dividen sekarang dan pertumbuhan yang akan datang yang dapat memaksimumkan harga saham. 2.2.4.2. Jenis Kebijakan Dividen Menurut Shim dan Siegel (1987), ada berbagai macam kebijakan dividen yaitu: 1. Kebijakan dividen yang stabil Suatu kebijakan dimana jumlah dividen yang dibayarkan tetap jumlahnya dalam jangka waktu tertentu walaupun pendapatan turun naik. 2. Kebijakan dividen yang konstan Jumlah dividen yang dibayarkan dengan suatu persentase yang konstan dari pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Kebijakan kompromi Suatu kebijakan dimana besarnya dividen yang dibayar jumlahnya rendah tetapi apabila pendapatan naik plus ectra dividen. 4. Kebijakan dividen residual Suatu kebijakan dividen dimana jumlah dividen yang dibayarkan tergantung peluang investasi. 2.2.4.3. Signaling Effect Kenaikan pembayaran dividen selalu diikuti dengan kenaikan harga saham. Penurunan pembayaran harga saham. Kebanyakan investor lebih suka dividen dari pada capital gain. Miller dan Modeglini memperhatikan bahwa perusahaan yang mapan enggan mengurangi dividen. Oleh karena itu tidak menaikkan dividen kecuali mereka mengantisipasi pendapatan dimasa yang akan datang sama atau lebih tinggi. Pengaruh pensinyalan (signaling effects) harus dipertimbangkan bilamana suatu perusahaan sedang mempertimbangkan suatu perubahan kebijakan dividend dan sebagai suatu akibat dari perubahan kondisi ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.4. Clientele Effect Kelompok-kelompok yang berbeda (clienteles) dari pemegang saham memiliki keinginan yang berbeda-beda dalam kebijakan dividen. Ada kelompok investor yang menginginkan pendapatan atas investasinya sekarang dan ada juga investor yang tidak menginginkan pendapatan atas investasinya. Kelompok yang menginginkan pendapatan saat ini seperti dana pensiunan, sumbangan universitas dan investor marginal mengharapkan pendekatan pendistribusian itu dibayar dengan dividen yang tinggi. Sementara kelompok yang tidak menginginkan pendapatan sekarang mengharapkan pembayaran dividen yang rendah karena mereka lebih mementingkan pertumbuhan jangka panjang perusahaan. Kelompok-kelompok
ini
dapat
mengubah
investasi
mereka
kepada
perusahaan-perusahaan yang mereka inginkan dan perusahaan dapat mengubah kebijakan dividen mereka dari satu kebijakan kepada kebijakan yang lain dan membiarkan pemegang saham menjual sahamnya kepada kebijakan yang mereka sukai. Perubahan kebijakan dividen akan mempengaruhi harga saham. Karena kelompok itu akan merubah kepemilikan dengan menjual saham mereka. Apabila hanya beberapa investor baru yang tertarik pada kebijakan baru ini tentu akan menurunkan harga saham. Sebaliknya apabila kebijakan baru itu dapat menarik kelompok yang lebih besar dari sebelumnya maka ini akan mengakibatkan harga saham naik.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.5. Kebijakan Dividend an Biaya Agensi Penerbitan saham baru memerlukan biaya yang mahal. Dalam meningkatkan modalnya yang berasal dari pembiayaan luar melalui penerbitan saham atau obligasi, keputusan keuangan dan operasi perusahaan diperiksa dengan teliti oleh kelompok di luar perusahaan seperti investment banker, dan analisis. Pembayaran dividen yang lebih tinggi, akan lebih sering perusahaan tentunya menerbitkan saham baru. Keteraturan pembayaran dividen yang berkesinambungan memaksa kebanyakan perusahaan untuk sering menjalani pemeriksaan yang lebih teliti, dan proses penilaian ini mengurangi persoalan agensi. Karena dengan sendirinya biaya pemantauannya yang diadakan berkurang. Pembayaran dividen yang besar akan berarti jika biayabiaya untuk dividen termasuk biaya emisi saham baru lebih rendah daripada adanya tambahan biaya pemantauan. 2.2.4.6. Dividend Stability Laba dan cash flow perusahaan bervariai sepanjang waktu, demikian juga peluang investasi. Dengan sendirinya pembayaran dividen bervariasi sepanjang waktu, pembayaran dividen meningkat, bila cash flow besar dan kebutuhan dana rendah, dan pembayaran dividen menurun dimana cash flow rendah dibandingkan dengan peluang investasi. Banyak investor tergantung pada dividen untuk menyesuaikan pengeluaran dan mereka, kondisi ini akan sangat sulit jika arus dividen tidak stabil. Lebih lanjut, mengurangi pembayaran deviden untuk menambah dana yang tersedia untuk investasi dapat mengirim sinyal yang salah bagi pasar, dan dapat menurunkan harga saham. Oleh karena itu, memaksimumkan harga saham
Universitas Sumatera Utara
memerlukan suatu usaha untuk menyeimbangkan kebutuhan dana internal dengan kebutuhan dan keinginan pemegangan saham. Para manajer dan pemegang saham menyadari bahwa mereka saling membutuhkan, dan apabila terjadi penyimpangan seperti; antara hasil yang nyata (return) dengan hasil harapan (espektation), adalah disebabkan karena kondisi ekonomi. Sebagai akibat dari penahanan pendapataan dan inflasi, dewasa ini kebanyakan perusahaan dan pemegang saham mengharapkan pendapatan tumbuh sepanjang waktu. Lagi, dividen secara normal diharapkan tumbuh lebih atau kurang sesuai dengan pendapatan. Oleh karena itu dewasa ini suatu kebijakan dividen yang stabil secara umum berarti meningkatkan dividen pada suatu tingkat yang mantap secara masuk akal. Kebijakan yang paling stabil dari sudut pandang investor, pertama, adalah bahwa suatu perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan dividen yang dapat diramalkan seperti total return perusahaan (dividen yield plus capital gain yield) harus secara relative stabil dalam jangka panjang. Dan saham perusahaan harus terlindung dengan baik terhadap inflasi. Kedua, adalah investor yakin bahwa dividen sekarang tidak akan dipotong. Perusahaan mungkin tidak tumbuh pada tingkat yang mantap, tetapi manajemen akan mungkin mampu dan ingin menghindari pemotongan dividen. Kebijakan dividen yang paling tidak stabil adalah pada perusahaan yang mempunyai cash flow turun naik tetapi pembayaran dividen dalam suatu cara yang lebih tidak menentu. Jika suatu perusahaan menstabilkan dividennya sebanyak mungkin, dengan menentukan cash flow dan kebutuhan modalnya, kondisi ini berarti biaya equity akan
Universitas Sumatera Utara
dapat diminimalkan, dan harga saha dimaksimalkan. Kebanyakan perusahaanperusahaan yang sudah matang mempunyai kebijakan dividen yang menekankan pengumuman dividen yang sesuai dan teratur. Walaupun pendapatan mungkin berfluktuasi dari tahun ketahun, dividen tidak berfluktuasi dari tahun ketahun. Sejumlah argumentasi diajukan untuk menekankan pentingnya pembayaran dividen yang sesuai: 1. Persepsi Stabilitas Bila suatu perusahaan mengumumkan dividen yang tetap, investor menerima pengumuman itu sebagai suatu sinyal operasi normal yang berkelanjutan. Pada waktu yang sama, pengumuman dividen yang menurun akan segera diambil perhatian sebagai suatu sinyal kesulitan potensial pada masa yang akan datang. Banyak investor akan segera menjual saham mereka tanpa memeriksa lebih lanjut dan tekanan pengaruh ini akan menyebabkan suatu penurunan harga pasar saham. Pengumuman dividen yang stabil menghindari reaksi ini dapat sebagian investor. 2. Preferensi Investor Pemegang saham perorangan atau dari perusahaan yang matang (memiliki keahlian) umumnya lebih suka menerima dividen yang stabil. Mereka mengharapkan menerima sejumlah cash tiap kuartal yang kira-kira sama. Jika perusahaan gagal mengumumkan suatu dividen, investor akan mencari dan mengivestasikan dalam perusahaan yang memberi suatu pembayaran kas yang stabil tiap kuartal.
Universitas Sumatera Utara
Keputusan Dividen yang Rutin Dengan membangun suatu kebijakan dividen yang stabil, dewan direksi menghindari suatu diskusi kuartalan terlalu panjang pada tingkat dividen. Kebijakan ini akan menghindari pemborosan waktu dewan dan memungkinkan staf perusahaan berkonsentrasi pada masalah yang lain yang lebih penting di hadapi perusahaan. 3. Fleksibilitas Ekstra Dividen Dengan kebijakan dividen yang baik dan sesuai, perusahaan dapat secara fleksibel menangani suatu periode perdapatan tinggi yang sifatnya sementara, yang dikeluarkan dengan mengumumkan suatu dividen ekstra untuk kuartal tersebut. Hal ini membuat suatu distribusi pendapatan yang lebih besar tanpa memperbesar harapan investor. 2.2.4.7. Praktek Kebijakan Dividen Dalam pembelian saham biasa investor menerima sebagai pendapatannya dalam bentuk capital gain (laba aktiva) dan dividen. Capital gain adalah laba yang diperoleh dari penjualan sekuritas. Dividen adalah pendistribusian dari pendapatan perusahaan. Karena kebijakan dividen mempengaruhi keduanya yaitu pembiayaan jangka panjang dan pendistribusian pendapatan kepada pemegang saham, perusahaan mungkin menerima dua titik pandang keputusan pembayaran dividen. Pertama, sebagai suatu keputusan pembiayaan jangka panjang, perusahaan akan menahan semua pendapatan sesudah pajak yang dipadang sebagai suatu sumber pembiayaan
Universitas Sumatera Utara
jangka panjang. Pengumuman cash dividen mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk membiayai pertumbuhan baik menghambat pertumbuhan juga memaksa perusahaan mencari sumber pembiayaan yang lain. Perusahaan mungkin menahan pendapatan jika terdapat suatu proyek yang membutuhkan investasi yang dapat menghasilkan laba yang cukup dan adanya suatu kebutuhan untuk memenuhi struktur modalnya yang berasald ari sumber modal sendiri. Kedua sebagai suatu keputusan memaksimumkan kesejahteraan, perusahaan mengakui bahwa pembayaran dividen mempunyai pengaruh yang kuat pada harga pasar saham. Dividen yang lebih tinggi meningkatkan nilai saham kepada banyak investor. Dengan cara yang sama dividen yang rendah menurunkan nilai saham secara sadar. Perusahaan dalam memaksimumkan kesejahteraan, dengan cara mengumumkan dividen yang cukup untuk memuaskan harapan investor dan pemegang saham. Ada tiga faktor utama yang dapat dijelaskan bahwa seorang investor lebih menyujai dividen daripada capital gain. 1. Pengurangan ketidakpastian 2. Menunjukkan kekuatan 3. Kebutuhan pendapatan sekarang Dividen sekarang menunjukkan suatu present value cash inflow bagi investor sehingga investor tidak akan rugi jika perusahaan rugi atau mengalami kesulitan.
Universitas Sumatera Utara
Pembayaran dividen menunjukkan likuiditas karena diperlukan dana tunai (cash) karena cash itu diambil dari operasinya perusahaan. Berarti pembayaran dividen membawa informai bahwa perusahaan itu cukup memiliki likuiditas yang kuat dan sehat. Karena banyak investor memerlukan pendapatan untuk memenuhi biaya hidupnya. Oleh karena itu investor menolak menjual sahamnya untuk memperoleh cash. Dengan pembayaran dividen memberikan pendapatan bagi investor tanpa mempengaruhi modalnya. 2.2.4.8. Residual Dividend Model Dalam konsep ini ditentukan besarnya dividen payout ratio yang tepat bagai suatu perusahaan. Optimal payout ratio adalah fungsi dari faktor kesukaan investor pada dividen versus capital gain, peluang investasi perusahaan, target struktur modal perusahaan, dan ketersediaan dan biaya model ekstern. Dengan berdasarkan pada faktor diatas maka keempat langkah berikut ini harus diikuti oleh perusahaan: 1. Tentukan anggaran modal optimal 2. Tentukan jumlah modal sendiri yang dibutuhkan untuk permodalan anggaran tersebut. 3. Menggunakan laba ditahan untuk penyediaan modal sendiri sampai batas sejauh mungkin. 4. Membayarkan dividen hanya dalam hal pendapat adalah lebih besar dari pada yang dibutuhkan untuk mendukung anggaran modal. Dalam menentukan rasio pembayaran dividen yang optimal diasumsikan pembiayaan dilakukan dari utang dan laba ditahan yang optimal. Perusahaan ingin
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan usahanya dimana modal investasi melebihi laba ditahan yang ada pada perusahaan itu, maka perusahaan akan meminjam utang baru dengan jaminan laba ditahan tersebut dengan biaya modal marjinal tertentu dan sampai pada suatu batas tertentu biaya modal marjinal itu akan konstan. Di luar dari batas tertentu tersebut mungkin perusahaan memerlukan modal lebih besar untuk memanfaatkan peluang yang menguntungkan akan menambah modal dengan menerbitkan saham baru
sebagai
hasilnya
biaya
modal
marjinal
akan
meningkat.
Dengan
mempertahankan target struktur modalnya maka dapat ditentukan rasio pembayaran yang optimal. Pembayaran dividen yang berubah-ubah dapat menghilangkan keyakinan investor terhadap perusahaan. Penggunaan modal residual menjadi pedomana target payout ratio jangka panjang, tetapi secara jangka pendek dapat fleksibel. 2.2.4.9. Prosedur Pembayaran Pembayaran dividen dapat dilakukan secara kuartalan maupun tahunan. Prosedur pembayaran adalah sebagai berikut: 1. Tanggal Pengumuman Tanggal pada waktu pengumuman dividen dilakukan oleh dewan direksi. Pengumuman dividen ini menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk membayar dividen. 2. Holder-of-recorder date Tanggal pemegang saham berhak menerima dividen. Ex-dividen date
Universitas Sumatera Utara
Tanggal dimana hak untuk mendapatkan dividen setelah melepaskannya. Biasanya empat hari terhitung ex-dividen data. Artinya apabila pelepasan terjadi sebelum tanggal ex-deviden hak dividen jatuh pada pemilik baru. Selanjutnya pelepasan pada atau setelah tanggal ex-deviden hak jatuh pada pemilik lama. 3. Tanggal Pembayaran Tanggal dimana perusahaan mendistribusikan cek dividen perusahaan kepada pemegang saham. 2.2.4.10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Beberapa faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebijakan dividen menurut menurut Brigham dan Gapenski (1991) yaitu : 1. Perjanjian Hutang Kontrak utang sering membatasi pembayaran dividen atas pendapatan yang dihasilkan sesudah pinjaman dipenuhi. Juga kontrak hutang sering menetapkan bahwa dividen tidak dapat dibayar kecuali current ratio, times-interest-earned ratio, dan ratio-ratio keamanan lainnya melebihi yang dinyatakan minimum. 2. Pembatasan Saham Prefered Dividen saham biasa tidak dibayar jika perusahaan belum membayar dividen preferrednya. Utang preferred seharusnya dipuaskan sebelum dividen biasa dibayarkan.
Universitas Sumatera Utara
Pelemahan Peraturan Modal Pembayaran dividen tidak bisa melebihi item neraca “retained earning”. Pembatasan aturan ini, dikenal sebagai “pelemahan peraturan modal”, dirancang untuk melindungi kreditor (likiudasi dividen dapat dibayar dari modal), tetapi seharusnya ditunjukkan dan tentunya tidak mempunyai modal di bawah batas yang dinyatakan dalam kontrak utang perusahaan). 3. Ketersediaan Kas Cash dividend hanya dapat dibayar dengan kas. Oleh karena itu, jika perusahaan pada suatu kondisi kekurangan kas dapat menghambat pembayaran dividen. 4. Hukuman Pajak Atas Akumulasi Pendapatan yang Tidak Tepat Hukum pajak memberikan pajak tambahan khusus terhadap pendapat yang diakumulasikan dengan tidak benar. 5. Pengawas Jika manajemen ingin tetap mempertahankan pengawasan, perusahaan mungkin enggan menjual saham baru, oleh karena itu, perusahaan mungkin menahan lebih banyak pendapatan dari pada sebaliknya. Faktor ini khususnya penting untuk perusahaan tertutup dan kecil. 2.3. Dividen Yield Dividen yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang (Jones, 2004). Dividen yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return. Apabila perusahaan memperileh laba yang besar, maka secara teoritis perusahaan akan mampu membagikan dividen
Universitas Sumatera Utara
yang semakin besar. Dengan meningkatnya kemampuan menghasilkan laba yang juga diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan, hal ini akan menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba sehingga permintaan akan saham tersebut akan meningkat. Jika investor bermaksud menyimpan saham selamanya, ia mengharapkan dividen saham. Jika investor bermaksud menjual saham dikemudian hari, ia mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat kenaikan harga saham. Ini berarti apabila dividen yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemingkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor bersedia menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut akan naik yang pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. Dividen yield dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Dividen yang dibayarkan Dividen Yield = Harga saham penutupan akhir tahun
2.4. Volume Perdagangan Volume perdagangan saham dipergunakan untuk mengukur apakah para investor individu mengetahui informasi yang dikeluarkan perusahaan dan menggunakannya
dalam
pembelian
atau
penjualan
saham
sehingga
akan
mendapatkan keuntungan di atas normal. Saham yang dimaksud adalah saham biasa
Universitas Sumatera Utara
yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Volume perdagangan merupakan suatu indikator likuiditas saham atas suatu informasi yang ada di pasar modal. Kegiatan perdagangan saham diukur dengan menggunakan indikator aktivitas volume perdagangan (trading volume activity).
Menurut Husnan at al (1996) aktivitas
volume perdagangan digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai informasi tertentu mampu membuat keputusan perdagangan diatas keputusan perdagangan yang normal. Ukuran tersebut tidak memisahkan keputusan pembelian dengan keputusan penjualan. Aktivitas volume perdagangan saham digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai laporan informative, dalam arti apakah informasi tersebut membuat keputusan perdagangan pada kondisi normal. Menurut Husnan (1998) volume perdangan merupakan fungsi suppy dan demand serta dapat digunakan sebagai tanda perubahan menguat dan melemahnya pasar. Volume perdagangan di pasar modal dapat dijadikan indicator penting bagi investor karena naiknya volume perdagangan saham merupakan kenaikan aktivitas jual beli oleh para investor dipasar modal. Kegiatan volume perdagangan yang sangat tinggi dibursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Peningkatan volume perdagangan diikuti dengan peningkatan harga saham merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi bullish (Husnan, 1998). Saham-saham yang diperdagangkan di pasar modal cenderung mengikuti keadaaan ekonomi dan factor-faktor yang mempengaruhi volume perdagangan berkaitan dengan heterogenitas investor dalam investasi, kesempatan
Universitas Sumatera Utara
investasi dan perdagangan yang rasional untuk tujuan yang berdasarkan informasi. Volume perdagangan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Volume Perdagangan =
2.5. Ukuran Perusahaan Menurut Sawir (2004) bahwa ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk beberapa alas an yaitu : a. Ukuran
perusahaan
dapat
menentukan
tingkat
kemudahaan
perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil pada umumnya kekurangan akses ke pasar modal baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses biaya peluncuran dari penjualan kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return yang lebih tinggi secara signifikan b. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran special yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan, semakin besar kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang. c. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen. Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan. Hal ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar memiliki kecenderungan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba. Kebutuhan dana yang lebih besar mengindikasikan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan laba dan juga pertumbuhan tingkat pengembalian laba. Perusahaan besar akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat mengakses ke pasar modal dengan lebih mudah jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal maka perusahaan tersebut akan mampu mendapatkan dana dalam waktu yang relative cepat. Oleh karena itu, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang lebih besar, sehingga akan
Universitas Sumatera Utara
mampu membayar duviden yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Menurut Machfoedz (1994) bahwa ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan.
2.6. Harga Saham Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek, maka harga saham cenderung akan naik. Kekuatan pasar dapat juga dilihat dari data mengenai sisa beli dan sisa jual. Bagi investor yang memerlukan investasi jangka panjang maupun jangka pendek perlu memperhatikan likuiditas suatu saham dan posisinya di pasar, apakah diminati masyarakat atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Faktor internalnya adalah kinerja perusahaan, arus kas perusahaan, dividen, laba perusahaan dan penjulan, sedangkan factor eksternalnya adalah tingkat suku bunga, laju inflasi, kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian. Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham. Jika harga pasar saham dikalikan dengan
Universitas Sumatera Utara
jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares) maka akan didapatkan nilai pasar atau nilai kapitalisasi pasar (market capitalization). Kapitalisasi dari saham-saham yang diperdagangkan dipasar modal dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan kapitalisasinya yaitu kapitalisasi besar, kapitalisasi sedang dan kapitalisasi kecil. Pada umumnya saham yang mempunyai kapitalisasi besar menjadi incaran para investor untuk investasi jangka panjang karena menggambarkan potensi pertumbuhan perusahaan yang bagus serta memiliki resiko yang rendah (Ang, 1997). Harga saham dalam penelitian ini dihitung dengan cara menghubungankan kapitalisasi pasar dengan jumlah saham yang telah terdaftar, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : Harga Saham =
2.7. Bid-Ask Spread Menurut Fatmawati dan Asri (1999) bid-ask spread adalah persentase selisih antara bid-price dengan ask-price. Bid price (kurs beli) adalah harga yang dibayar oleh pembeli dari seorang investor atau harga tertinggi yang diinginkan dealer. Pembelian ini dilakukan oleh broker. Broker melakukan pembelian sekuritas dari seorang investor dengan menggunakan kurs beli. Kurs beli ini mempunyai arti hanya jika broker-broker bersedia membeli pada yang ditentukan oleh broker. Sedangkan ask-price (kurs jual) adalah harga terendah yang ditawarkan oleh penjual kepada pembeli. Sama halnya dengan pembelian, penjualan juga dilakukan oleh
Universitas Sumatera Utara
broke yang menjual sekuritas kepada seorang pelanggan dengan menetapkan kurs jualnya. Kurs jual mempnyai arti hanya jika broker benar-benar mempunyai sekuritas yang bersedia untuk dijual pada harga tersebut. Selanjutnya menurut Fabozzi dan Modigliani (1996) mengartikan bahwa bidask spread sebagai selisih harga yang ditawarkan oleh dealer dengan harga terendah. Spread merupakan selisih antara harga beli tertinggi yang menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu dengan harga jual terendah yang menyebabkan investor bersediauntuk menjual sahamnya. Bid-ask spread juga dapat diartikan sebagai selisih harga beli tertinggi dengan pedagang saham bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah yang trader bersedia menjual saham tersebut. Bid-ask spread merupakan factor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual saham tersebut. Hal yang harus dipertimbangkan oleh investor untuk memutuskan membeli atau menjual pada harga tertentu yaitu mengetahui seberapa besar perbedaan (spread) antara permintaan beli (bid) dengan harga tawaran jual (ask). Bid-ask spread dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu : (1) quated spread yaitu perbedaan antara harga penawaran dan permintaan yang ditawarkan oleh market maker kepada pelanggan potensial atau ada juga yang mengatakan perbedaan antara kuota permintaan dan penawaran oleh dealer pada waktu tertentu. (2) effective spread yaitu perbedaan yang terjadi ketika seorang market maker membayar dan menerima cadangan sekuritasnya atau perbedaan rata-rata antara harga ketika dealer menjual pada suatu waktu lebih awal. Biasanya effective spread
amper selalu lebih sedikit
Universitas Sumatera Utara
daripada quated spread. Rumus yang digunakan untuk menghitung Bisk-ask spread adalah sebagai berikut :
Keterangan: BAS
= Bid-Ask Spread
Pa
= Ask price (harga jual)
Pb
= Bid price (harga beli)
2.8. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menggambarkan hubungan antara dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham terhadap bid-ask spread, maka kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel independen (X)
Variabel Dependen (Y)
Deviden Yield Volume Perdagangan Ukuran Perusahaan
Bid-Ask Spread
Harga Saham Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
Spread adalah perbedaan kurs jual dan kurs beli. Silisih ini merupakan biaya yang ditanggung ditambah return yang diharapkan broker. Kurs beli dan kurs jual merupakan harga dimana broker bersedia dan rela membeli dan menjual dan akan menyesuaikan harga itu naik atau turun untuk membawa jumlah yang dibeli dan dijual kearah yang diinginkan. Broker adalah seorang yang tetap bersedia membeli dan menjual sekuritas pada harga yang diperhitungkan, broker akan mendapat keuntungan dari perbedaan kurs jual dan kurs beli ini. Broker ini selalu disebut diibaratkan dengan para penghidup pasar karena mereka mengarahkan tujuan atas kehendak mereka sendiri dan menanngung resiko mereka sendiri. Apabila terjadi ketidakseimbangan pasar dimana lebih banyak pembelian dari penjualan mereka akan melakukan penjualan untuk menyeimbangkan pasar, sebaiknya apabila lebih banyak penjualan dari pada pembelian untuk menyeimbangkan pasar, para broker melakukan pembelian. Dalam melakukan aktivitas sebagai broker, broker menanggung berbagai biaya atas jasa kesediaan mereka berdagang, bilamana investor lain tidak bersedia. Biaya-biaya ini adalah holding cost yaitu biaya yang terjadi karena menyimpan sekuritas dalam bentuk portofolio. Ordering cost adalah biaya yang terjadi karena mengadakan transaksi jual beli. Information cost adalah biaya yang terjadi karena tidak tersedianya informasi atau adanya informasi yang merugikan. Dari studi yang dilakukan oleh Aitken dan Prino (1996) menjelaskan bahwa presentase bid-ask spread adalah suatu fungsi dari tingkat aktivitas perdagangan, naik turun harga saham, dan tingkat harga saham. Studi empiris yang dilakukan oleh Stoll
Universitas Sumatera Utara
(1989) menunjukkan bahwa perkiraan biaya informasi (information cost) yang merugikan sebesar 43% dari besarnya spread. Lebar dan sempitnya spread tergantung pada tingkat ketidakseimbangan informasi saham perusahaan di pasar bursa dimana ketidakseimbangan ini dapat dikurangi dengan mengirimkan informasi pembayaran deviden ke pasar. Dengan demikian, biaya informasi dapat berkurang sehingga mempersempit spread. 2.9. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham berpengaruh terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara serempak maupun parsial”.
Universitas Sumatera Utara