BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi atau pengertian 2.1.1. Kinerja a.
Pengertian kinerja John H. Bernandin and Joice E. A. Russel. di dalam buku mereka
yang
berjudul
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia,
menjelaskan bahwa 1 yang dimaksud dengan kinerja adalah The record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period. (Catatan hasil yang dihasilkan pada suatu fungsi tugas atau aktivitas yang ditentukan selama suatu masa waktu yang ditentukan). Oleh karena itu, kinerja merupakan hasil kerja yang memiliki hubungan yang kuat dengan tujuan strategis suatu organisasi. Achmad S Rucky di dalam bukunya yang berjudul Sistem Manajemen Kinerja, menjelaskan bahwa 2 menegaskan bahwa yang dimaksud dengan kinerja (performance) adalah suatu proses kemitraan komunikasi antara seorang pegawai dengan atasan tentang harapan yang hendak dicapai (establishing clear expectation) yang terkait dengan: 1) esensi dari fungsi pekerjaan untuk dikerjakan pegawai; 2) bagaimana pegawai berkonstribusi dalam pekerjaannya 1
John H Bernandin and Joice E. A. Russel. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Andi Offset. hlm. 135. 2 Achmad S. Ruky, Op. Cit. hlm. 81.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13 untuk mencapai sasaran organisasi; 3) adanya kejelasan terminologi (kejelasan batasan) tentang pekerjaan yaitu bagaimana sebaiknya sesuatu dapat dikerjakan dengan baik (doing the job well); 4) bagaimana pegawai dan atasan bekerja bersama-sama untuk meningkatkan atau membangun kinerja pegawai secara berkelanjutan; 5) bagaimana kinerja dari suatu pekerjaan dapat diukur; dan 6) mengidentifikasi berbagai rintangan untuk menggerakkan kembali kinerja. Dari pengertian tersebut di atas, kinerja merupakan suatu pengelolaan pekerjaan individu atau suatu team yang harus benarbenar mempertimbangkan antara input (yang berupa perilaku seperti cara kerja, dan proses kerja) dan output (seperti hasil kerja yang dicapai apakah sudah memenuhi target minimal yang harus dipenuhi). Lebih lanjut dikatakan bahwa kinerja adalah bagaimana dan apa yang harus dikerjakan baik dari sisi kompetensi maupun prestasi kerja yang sudah ditetapkan sebagai suatu tujuan. Casey Fitts Haley di dalam buku mereka yang berjudul 201 Karyawan Berkinerja, menjelaskan bahwa 3 yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja dari pelaksanaan tugas baik secara individu maupun kelompok di mana hasil kerja yang yang negatif dapat diminimalkan dengan cara menerapkan punishment and reward. Dalam konteks ini, pada umumnya setiap korporasi dalam 3
Casey Fitts Haley. 2007. 201 Karyawan Berkinerja. Terj. Jakarta. Essensi. hlm. 78.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14 perencanaan awalnya telah membuat kriteria-kriteria yang harus dipatuhi dan dipenuhi oleh setiap anggota korporasi. Konsekuensi logisnya adalah jika tidak mampu mematahui dan memenuhi kriteriakriteria yang telah ditentukan maka yang bersangkutan akan menerima punishment seperti surat peringatan, penundaan kenaikan gaji, penundaan promosi dan sebagainya. Sebaliknya jika mampu mematahui dan memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan maka yang bersangkutan akan menerima reward seperti bonus, promosi dan sebagainya. Lebih lanjut, Casey Fitts Haley di dalam buku mereka yang berjudul 201 Karyawan Berkinerja, menjelaskan bahwa 4 untuk meningkatkan rangsangan pegawai dalam rangka memperoleh kinerja yang lebih baik, maka perlu fokus pada 3 (tiga) aspek tanggung jawab yaitu: 1) Mendefinisikan kinerja secara tertulis dan mengharapkan pegawai selalu berorientasi bagaimana mencapai kinerjanya efektif. Dalam konteks ini, konsep kinerja mencakup 3 (tiga) aspek yaitu: a) tujuan yang ingin dicapai; b) ukuran-ukuran yang menjadi standar keberhasilan; dan c) pembebanan kerja kepada setiap individu; 2) Memfasilitasi Kinerja. Dalam konteks ini ada 3 (tiga) aspek yaitu; a) memindahkan penghalang yang menghambat pekerjaan; b) mencukupi sumber daya baik manusia maupun alam serta; dan c) menyeleksi pegawai dengan hati-hati; 3) Memberi Semangat Kerja. Dalam 4
Ibid., hlm. 81.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15 konteks ini ada 5 (lima) aspek yaitu; a) norma imbalan seperti upah atau gaji; b) jumlah imbalan yang diterima; c) waktu pemberian imbalan seperti. mingguan atau bulanan; d) kesukaan memberikan imbalan; dan e) keadilan dalam memberikan imbalan. Kinerja karyawan di dalam sebuah organisasi sangat ditentukan oleh beragam kerja individu dan kelompok. Karenanya, keberhasilan kinerja individu sangat berpengaruh pada kinerja organisasi. Atau dengan kata lain, kinerja individu adalah fungsi dari kemampuan individu di dalam menjalankan tugas organisasi. Oleh karena itu, kepada karyawan di dalam suatu organisasi sebagai individu perlu didorong untuk melakukan hal-hal sebagai berikut 5 : 1) Dimotivasi untuk selalu bergabung dengan organisasi; 2) Dimotivasi agar melaksanakan tugasnya dengan baik; dan 3) Dimotivasi untuk melatih kreativitasnya untuk mencapai efektivitas yang tinggi. b.
Dimensi-dimensi kinerja Dale Furthwengler di dalam bukunya yang berjudul Penilaian Kinerja, menjelaskan bahwa ada beberapa dimensi dalam konsep kinerja yang meliputi sebagai berikut 6 : 1)
Kecepatan kerja. Kecepatan kerja sangatlah penting bagi keunggulan bersaing perusahaan.
Hal ini dapat dilihat dari
beberapa unsur sebagai berikut: a) tindakan karyawan 5
Ibid., hlm. 85. Dale.Furthwengler, 2002. Penilaian Kinerja. Terj. Yogyakarta. Andi Offset. hlm.159 – 163.
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16 mengindikasikan pemahaman mengenai derajat kepentingan kecepatan
dalam
lingkungan
persaingan;
b)
karyawan
melakukan pekerjaan dengan bagus; c) karyawan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal; dan d) karyawan mencari cara untuk menyelesaikan pekerjaan rutin dengan lebih cepat. 2)
Kualitas kerja. Kualitas kerja tidak dapat dikorbankan demi kecepatan, mengenai kualitas dapat dilihat beberapa unsur sebagai berikut: a) karyawan bangga terhadap pekerjaannya; b) karyawan melakukan pekerjaannya dengan benar sejak awal; dan c) karyawan mencari cara-cara untuk memperbaiki kualitas pekerjaannya.
3)
Layanan kerja. Aspek layanan dapat dilihat dari beberapa unsur sebagai berikut: a) tindakan karyawan dapat mengindikasikan pemahaman pentingnya melayani kepada para pelanggan; b) karyawan menunjukkan keinginannya untuk melayani orang lain dengan baik; c) karyawan merespon pelanggan dengan tepat waktu; dan d) karyawan memberikan lebih dari apa yang diminta oleh pelanggan.
4)
Nilai Kerja. Pemahaman mengenai nilai sangat penting dalam keputusan pembelian, penetapan sasaran, menyusun prioritas dan efektivitas kerja. Ada dua hal yang tercakup dalam aspek nilai yaitu: a) tindakan karyawan mengindikasikan pemahaman
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17 mengenai konsep nilai; dan b) nilai merupakan sesuatu yang dipertimbangkan oleh karyawan dalam pengambilan keputusan. 5)
Keterampilan interpersonal. Aspek keterampilan interpersonal diindikasikan dari kondisi-kondisi sebagai berikut: a) karyawan menunjukkan perhatian pada perasaan karyawan lain; b) karyawan menggunakan bahasa yang memberi semangat kepada karyawan lain; c) karyawan bersedia membantu karyawan lain; dan d) karyawan dengan tulus merayakan keberhasilan karyawan lain.
6)
Mental untuk sukses. Kondisi mental para karyawan dibutuhkan dalam pencapaian tujuan organisasi. Aspek mental meliputi halhal berikut: a) karyawan memiliki sikap can do everything (yakin bahwa ia dapat melakukan apa pun); b) karyawan mencari cara untuk menambah pengetahuannya; c) karyawan mencari cara untuk memperbanyak pengalamannya; dan d) karyawan realistis dalam mengukur kemampuannya.
7)
Terbuka untuk perubahan. Perubahan dibutuhkan untuk penyesuaian
terhadap
dinamika
lingkungan.
Kemampuan
karyawan untuk berubah, ditengarai dari indikasi-indikasi sebagai berikut: a) karyawan bersedia menerima perubahan; b) karyawan mencari cara untuk menyelesaikan tugas lama; c) tindakan karyawan mengindikasikan sifat ingin tahu; d) karyawan memandang perannya sebagai pelayan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18 8)
Kreativitas. Pengembangan kreativitas berpotensi menghasilkan inovasi-inovasi. Dalam konteks ini, yang menunjukkan kondisi pengembangan kreativitas meliputi beberapa unsur sebagai berikut: a) karyawan menunjukkan kreativitas dalam pemecahan masalah; b) karyawan menunjukkan kemampuan untuk melihat hubungan antara masalah-masalah yang kelihatannya tidak berkaitan; c) karyawan dapat mengambil konsep abstrak dan mengembangkan menjadi konsep yang dapat diterapkan; dan d) karyawan menerapkan kreativitasnya pada pekerjaan sehariharinya.
9)
Keterampilan
berkomunikasi.
Karyawan
berkomunikasi
menjadi
yang
perusahaan.
Indikasi
asset
yang
sangat
keterampilan
terampil
berarti
karyawan
bagi dalam
berkomunikasi berkembang di dalam perusahaan, di antaranya sebagai berikut: a) karyawan menampilkan gagasan logis dalam bahasa yang mudah dipahami; b) karyawan menyatakan ketidak setujuannya tanpa menciptakan konflik; c) karyawan menulis dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan tepat; dan d) karyawan menggunakan bahasa yang bernada optimis. 10)
Inisiatif. Inisiatif karyawan dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan perusahaan. Insiatif karyawan ini tercermin dalam korporasi dalam bentuk sebagai berikut: a)
karyawan
selalu
bersedia membantu orang lain jika pekerjaannya telah selesai; b)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19 karyawan ingin selalu terlibat dalam proyek baru; c) karyawan selalu berusaha mengembangkan keterampilannya di luar tempat kerja; dan d) karyawan menjadi sumber gagasan untuk perbaikan kinerja 11)
Perencanaan dalam organisasi. Perencanaan merupakan kegiatan awal dalam manajemen. Dari perencanaan yang baik, sebuah kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik pula. Untuk aspek perencanaan dalam organisasi ini meliputi sebagai berikut: a) karyawan selalu membuat jadual kerja personal; b) karyawan bekerja berdasarkan jadwal tersebut; c) karyawan selalu lebih dahulu memutuskan pendekatan yang akan digunakan pada tugasnya sebelum memulainya; dan d) karyawan selalu lebih dahulu memutuskan pendekatan yang akan digunakan pada tugasnya sebelum memulainya.
2.1.2. Komunikasi a.
Pengertian komunikasi Proses komunikasi dapat dibandingkan dengan tata cara produksi dan konsumsi. Proses ini melibatkan produksi makna (production of meaning), melalui penggunaan bahan-bahan mentah yang terdiri dari kata-kata, gambar-gambar, lambang-lambang, dan tindakan-tindakan komunikator, serta konsumsi makna (consumtion of
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20 meaning) melalui pendengaran, penglihatan, sentuhan, perasaan, dan penciuman yang dilakukan oleh khalayak. 7 b.
Model komunikasi Salah satu model komunikasi yang tua tetapi masih digunakan orang untuk tujuan tertentu adalah model komunikasi yang tua tetapi masih digunakan orang untuk tujuan tertentu adalah model komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell yang dikutip oleh Muhammad Arni di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 8 ada 5 (lima) pertanyaan yang perlu ditanyakan dan djiawab dalam melihat proses komunikasi yaitu: 1) who (siapa); 2) says what (mengatakan apa); 3) in which medium atau dalam media apa; 4) to whom atau kepada siapa; dan 5) dengan what effect atau apa efeknya. Kelima proses ini dituangkan ke dalam Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1 Model Komunikasi Menurut Harold Lasswell
Siapa (Pembicara
Apa (Pesan)
Saluran (Medium)
Siapa (Audien)
Efek
Sumber: Muhammad Arni. 2009. Komunikasi Organisasi, Jakarta. Bumi Aksara. hlm. 95
Gambar 1 tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut9 : Pertanyaan pertama, who tersebut adalah menunjuk kepada siapa orang yang mengambil inisiatif untuk memulai komunikasi. 7
H Frazier Moore. 2005. Humas. Bandung. Remaja Rosdakarya. hlm. 88 Muhammad Arni. 2009. Op. Cit. hlm 95. 9 Ibid., 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21 Yang memulai komunikasi ini dapat berupa seseorang dan dapat juga sekelompok orang seperti organisasi atau persatuan. Pertanyaan kedua adalah says what atau apa yang dikatakan. Pertanyaan ini adalah berhubungan dengan isi komunikasi atau apa pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut. Umumnya kita menanyakan
pertanyaan
ini
dalam
pemikiran
kita
dalam
berkomunikasi. Kadang-kadang orang perlu mengorganisir lebih dahulu apa yang akan disampaikan sebelum mengkomunikasikannya. Isi yang dikomunikasikan ini kadang-kadang sederhana dan kadangkadang sulit dan kompleks. Misalnya seorang pimpinan menyuruh karyawannya untuk datang rapat pada hari tertentu. Contoh isi pesan yang agak sulit misalnya menjelaskan kepada karyawan mengenai pengelolaan informasi dengan menggunakan komputer. Pertanyaan ketiga adalah to whom, maksudnya adalah menanyakan siapa yang menjadi audience atau penerima dari komunikasi. Atau dengan kata lain kepada siapa komunikator berbicara atau kepada siapa pesan yang ia ingin disampaikan diberikan. Pertanyaan keempat adalah through what atau melalui media apa. Yang dimaksudkan dengan media adalah alat komunikasi, seperti berbicara, gerakan badan, kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat, buku dan gambar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Pertanyaan terakhir dari model Lasswell ini adalah what effect
atau apa efeknya dari komunikasi tersebut. Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan 2 (dua) hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi. Selanjutnya model komunikasi lain yang banyak digunakan adalah model komunikasi dari Claude Shannon atau lebih terkenal dengan model Shannon Weaver. Model ini berbeda dengan model Lasswell mengenai istilah yang digunakan bagi masing-masing komponen. Hal ini dituangkan ke dalam Gambar 2 di bawah ini. Gambar 2 Model Komunikasi Shannon Weaver
SUMBER INFORMASI
TRANSMITTER
PENYANDIAN PESAN
DISTORSI
SINYAL
PENERIMA
PENERIMAAN SINYAL
TUJUAN
INTERPRETASI PESAN
Sumber: Muhammad Arni. 2009. Komunikasi Organisasi, Jakarta. Bumi Aksara. hlm. 95
Pentingnya kesamaan (commones) pengalaman ini terletak pada fakta
bahwa
komunikator
harus
memiliki
pengetahuan
dan
pemahaman yang cukup mengenai penerima atau komunikan untuk menyampaikan konsep-konsep yang dapat dipahami agar dapat disandi ke dalam lambang-lambang sebagaimana dimaksudkan oleh si komunikator. Gangguan (noise) menunjukan hambatan dalam proses
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
atau peristiwa komunkasi, dari ketidak pahaman statis menjadi ketidak pahaman verbal. Akhirnya, umpan balik (feedback) menunjukan pengiriman kembali pesan yang diterima komunikan kepada komunikator. 10
c.
Hambatan-hambatan komunikasi Salah satu masalah paling serius yang menimpa anggotaanggota
organisasi
adalah
adanya
hambatan-hambatan
dalam
berkomunikasi dan salah satu contoh yang paling konkrit adalah adanya stress. Pendapat Ray yang dikutip oleh Frida Kusunastuti di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi., menjelaskan bahwa stress yang berkaitan dengan pekerjaan secara konstan dan terus menerus dapat merusak dan berbahaya bagi kesehatan jasmani dan rohani pekerja. Dalam konteks ini sangat diperlukan jalinan komunikasi yang kondusif yang dapat menimalisasi terjadinya stress melalui solusi penyampaian pesan berdasarkan kapan pesan disampaikan. 11 Pendapat Frost and Wilmot yang dikutip oleh Frida Kusunastuti di
dalam
bukunya
yang
berjudul
Komunikasi
Organisasi.,
menjelaskan bahwa 12 konflik juga merupakan hambatan dalam berkomunikasi terutama dalam organisasi. Konflik didefinisikan sebagai suatu perjuangan yang diekspresikan antara sekurang 10
Ibid., hlm. 96. Ibid., hlm. 94. 12 Ibid., hlm. 97. 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
kurangnya dua pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka. Dalam pandangan ini perjuangan tersebut menggambarkan perbedaan di antara pihak-pihak yang dinyatakan, dikenali dan dialami. Konflik baru terjadi ketika atau setelah perbedaan tersebut dikomunikasikan. 13
2.1.3 Iklim komunikasi organisasi a.
Pengertian komunikasi organisasi R. Rochajat Harun di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 14 komunikasi organisasi adalah komunikasi antar manusia yang terjadi dalam konteks organisasi, terjadi jaringan pesan satu sama lain yang bergantung satu sama lain. R. Wayne Pace and Don F. Faules, di dalam buku mereka yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 15 komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai penunjukan dan penafsiran suatu pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Lebih mendalam lagi, R. Wayne Pace and Don F. Faules, di dalam
buku
mereka
yang
berjudul
Komunikasi
Organisasi,
13
Ibid., hlm 109. R. Rochajat Harun. 2008. Komunikasi Organisasi. Bandung. Mandar Maju. hlm. 27. 15 R. Wayne Pace and Don F. Faules. 2001. Komunikasi Organisasi. Bandung. Rosdakarya. hlm. 57. 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25 menjelaskan bahwa 16 ada 2 (dua) perspektif utama yang akan mempengaruhi bagaimana komunikasi organisasi didefinisikan, yaitu 1)
Perspektif Objektif menekankan definisi komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Fokusnya adalah penanganan pesan, yakni menerima, menafsirkan, dan bertindak berdasarkan informasi dalam suatu peristiwa komunikasi organisasi. Komunikasi dipandang sebagai alat untuk merekayasa atau mengkonstruksi organisasi yang memungkinkan
individu
(anggota organisasi) beradaptasi
dengan lingkungan organisasi. 2)
Perspektif subjektif mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan makna atas interaksi diantara unit-unit organisasi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Fokusnya adalah bagaimana individu anggota organisasi bertransaksi dan kemudian memberi makna terhadap peristiwa komunikasi yang terjadi. Dalam arti lain, bagaimana anggota organisasi berperilaku akan bergantung kepada makna informasi itu bagi mereka. Dengan demikian, definisi komunikasi organisasi baik dilihat
dari perspektif objektif maupun perspektif subjektif adalah sebagai
16
Ibid., hlm. 59.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26 proses penciptaan dan penafsiran informasi diantara unit-unit komunikasi sebagai bagian dari suatu organisasi secara keseluruhan. Dalam konteks ini, komunikasi organisasi dipandang sebagai proses mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi di antara unit-unit organisasi yang memungkinkan sistem komunikasi organisasi berfungsi secara efektif. Pendapat Joseph A. Devito yang dikutip oleh R. Rochajat Harun di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 17 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan baik dalam organisasi di dalam kelompok formal maupun kelompok informal organisasi. Wiryanto di dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi Massa, menjelaskan bahwa 18 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Lebih lanjut lagi, Wiryanto di dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi Massa, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai
17 18
R. Rochajat Harun. Loc. Cit., Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta. Grasindo. hlm. 74.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27 pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya, memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Kemudian, Wiryanto di dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi Massa, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. Pendapat Goldhaber yang dikutip oleh R. Rochajat Harun di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 19 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian. Batasan komunikasi organisasi perlu diketahui sebagai dasar untuk memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi organisasi. Tampaknya para ahli belumlah mempunyai persepsi yang sama mengenai komunikasi organisasi. Berbagai macam persepsi mereka antara lain sebagai berikut:
Pendapat Redding dan Sanborn yang dikutip oleh R. Rochajat
Harun di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, 19
R. Rochajat Harun. Loc. Cit.,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28 menjelaskan bahwa 20 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisai yang kompleks di mana yang termasuk bidang ini adalah: a) komunikasi internal; b) hubungan persatuan pengelola; c) komunikasi downward (komunikasi dari atasan ke pada bawahan); d) komunikasi upward (komunikasi dari bawahan ke pada atasan); e) komunikasi horizontal (komunikasi
dari
orang-orang
yang
sama
tingkatnya
dalam
organisasi); dan f) keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan evaluasi program. Pendapat Katz and Kahn yang dikutip oleh R. Rochajat Harun di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 21 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam organisasi. Pendapat Zelko and Dance yang dikutip oleh R. Rochajat Harun di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 22 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling bergantung yang mencakup komuniksi internal dan komunikasi eksternal.
Pendapat Lee Thayer dan George A. yang dikutip oleh R.
Rochajat Harun di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi
20
Ibid., hlm. 29. Ibid., 22 Ibid., hlm. 30. 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29 Organisasi, menjelaskan bahwa 23 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi berkonten 3 (tiga) sistem yaitu: a) berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau beroperasinya organisasi; b) berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah, aturan dan petunjuk; dan c) berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi (hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuat iklan dan latihan) Pendapat Michael J. Papa yang dikutip oleh R. Rochajat Harun di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 24 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi terkait arus komunikasi formal seperti surat menyurat resmi dan informal seperti pemberitahuan dan penerimaan pesan secara lisan dalam organisasi. Selanjutnya, pendapat Michael J. Papa yang dikutip oleh R. Rochajat Harun di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 25 peranan komunikasi sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi serta masalah menggiatkan aktivitas.
Garry Dessler di dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Sumber Daya Manusia, menjelaskan bahwa 26 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi merunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jarngan organisasi. Komunikasi 23
Ibid., Ibid., hlm. 31. 25 Ibid., 26 Garry Dessler. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Jakarta. Salemba Empat. hlm.123. 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30 Organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Sendjaja di dalam bukunya yang berjudul Teori-Teori Komunikasi, menjelaskan bahwa 27 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi adalah komunikasi yang berkonten dengan unsur-unsur sebagai berikut: a) fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi; b) fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi; c) fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah; dan d) fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Pendapat Jill Griffin yang dikutip oleh Muhammad Arni.,di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 28 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi adalah sama halnya dengan mengikuti teori manajemen klasik, yang menempatkan suatu bayaran pada daya produksi seperti berapa banyak penyampaian dan penerimaan pesan dalam suatu kurun waktu, presisi seperti apakah pesan yang disampaikan dan diterima memiliki ketepatan dan 27 28
Sendjaja. 2004. Teori-Teori Komunikasi. Bandung. PT. Remaja RosdaKarya. hlm 23. Arni Muhammad. Op. Cit., hlm 157.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31 keakuratan dengan kebutuhan yang ada, dan efisiensi seperti apakah pesan yang diterima dan disampaikan memiliki daya guna bagi organisasi dan anggota organisasi yang terlibat dalam jalinan komunikasi. Selanjutnya, pendapat Jill Griffin yang dikutip oleh Muhammad Arni. di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 29 ada 3 (tiga) pendekatan komunikasi organisasi sebagai berikut: 1)
Pendekatan sistem. Karl Weick (pelopor pendekatan sistem informasi) menganggap struktur hirarkhi, garis rantai komando komunikasi, prosedur operasi standar merupakan hal yang bertentangan dengan inovasi karena dianggap dapat membelenggu kreatifitas. Ia melihat organisasi sebagai kehidupan organis (mahluk hidup) yang harus terus menerus beradaptasi kepada suatu perubahan lingkungan dalam orde atau tatanan baku yang telah ditentukan oleh norma-norma untuk mempertahankan hidup.
Pengorganisasian merupakan proses memahami informasi
yang samar-samar atau tidak transparan atau kurang jelas melalui pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh subur hanya ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak 29
Ibid., 161.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32 kebebasan (free-flowing) dan komunikasi interaktif. Untuk itu, ketika dihadapkan pada situasi yang mengacaukan, manager harus bertumpu pada komunikasi dari pada aturan-aturan. 2)
Pendekatan budaya. Asumsi
interaksi
simbolik
maksudnya
interaksi
komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol mengatakan bahwa manusia bertindak tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu. Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi para anggotanya, membentuk sebuah realita bersama yang membedakannya dari budayabudaya lainnya. 3)
Pendekatan kritik. Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan ini, menganggap bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan sudah mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam masyarakat, dan kehidupan kita banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat atas kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme. Frida Kusunastuti di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi
Organisasi menjelaskan bahwa dari definisi yang telah dipaparkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33 diatas dapat diungkapkan bahwa terdapat 7 (tujuh) konsep kunci di dalam Komunikasi Organisasi yaitu: 30 1)
Proses suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus menerus tanpa henti maka dikatakan sebagai suatu proses.
2)
Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, obyek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Dalam Komunikasi Organisasi mempelajari pertukaran pesan dalam seluruh organisasi.
3)
Jaringan organisasi terdiri dari satu seri orang yang masingmasing menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Pertukaran pesan dari orang-orang tersebut melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi.
4)
Keadaan saling tergantung Keadaan saling tergantung antara satu bagaian dengan bagian lainnya telah menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka.
5)
Hubungan Karena organisasi merupakan sistem kehidupan sosial, maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam
30
Frida Kusunastuti. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Ghalia Indonesia. hlm. 87.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34 organisasi yang menfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam satu hubungan perlu dipelajari. 6)
Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem.
7)
Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan
informasi
yang
diharapkan.
Untuk
mengurangi
ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan di antara anggota, penelitian, pengembangan organisasi dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks dengan integritas yang tinggi. Dari uraian pengertian iklim komunikasi organisasi di atas, maka Frida Kusunastuti di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi menjelaskan bahwa 31 yang dimaksud dengan komunikasi organisasi adalah komunikasi yang menyangkut struktur dan fungsi organisasi,
hubungan
antarmanusia,
komunikasi
dan
proses
pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi Organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain b.
Dimensi-dimensi iklim komunikasi organisasi Iklim organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota organisasi bertingkah laku dan berkomunikasi. Iklim
31
Frida Kusunastuti. Op. Cit., hlm. 91.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35 komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong para anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota yang lain. Pendapat William Charles Redding and George A. Sanborn yang dikutip oleh Wiryanto di dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi Massa, menjelaskan bahwa 32 terdapat 5 (lima) dimensi dalam konsep iklim komunikasi organisasi yang meliputi sebagai berikut: 1)
Supportiveness
yaitu
sikap
bawahan
mengamati
bahwa
hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting. 2)
Partisipasi dalam merumuskan keputusan.
3)
Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia.
4)
Keterbukaan dan keterusterangan.
5)
Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi. Lebih lanjut, Pendapat William Charles Redding and George A.
Sanborn, yang dikutip oleh Wiryanto di dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi Massa menjelaskan bahwa 33 iklim organisasi adalah lebih krusial daripada ketrampilan atau teknik berkomunikasi dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif.
32 33
Wiryanto. Op. Cit., hlm. 77. Ibid., hlm.79.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36 Sedangkan pendapat Nord yang dikutip oleh Muhamamd Arni di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi, menjelaskan bahwa 34 penguatan yang positif pada penciptaan iklim komunikasi organisasi lebih memberikan dukungan pada kinerja organisasi sehingga organisasi dapat mencapai tujuannya. 2.1.4. Public Relations a.
Pengertian PR (Public Relations) Salah satu elemen penggerak terjadinya komunikasi dalam organisasi adalah peranan public relation. Pertemuan asosiasi-asosiasi PR (Public Relations) seluruh dunia di Mexico City pada bulan Agustus 1978, menghasilkan pernyataan mengenai definisi Public Relations yaitu ‘Praktik PR. (Public Relation) adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan
setiap
kemungkinan
konsekuensinya,
memberi
masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan
program-program tindakan yang terencana untuk
melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan khalayaknya. 35
Sebagaimana dikatakan oleh seorang sarjana, definisi PR
(Public Relations) mempunyai setidaknya dua tujuan yaitu membantu kita memahami dunia di sekitar kita dan menyatakan pandangan tertentu tentang bagaimana satu konsep yang berkaitan dengan konsep lain. 34
Muhammad Arni Op. Cit., hlm 117. Frank Jefkins and Yadin. 2004. Public Relations Edisi kelima. Terj. Jakarta. Erlangga. hlm 1011 35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37 Definisi public relations menempatkan PR (Public Relations) sebagai sebuah fungsi manajemen, yang berarti bahwa manajemen di semua organisasi harus memerhatikan PR (Public Relations). Pengertian ini juga mengidentifikasi pembentukan dan pemeliharaan hubungan baik yang saling menguntungkan antara organisasi dengan publik sebagai basis moral dan etis dari profesi PR (Public Relations). PR (Public Relations) membangun
dan
adalah fungsi manajamen yang
mempertahankan
hubungan
yang
baik
dan
bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. 36 Menurut Frank Jefkins, PR (Public Relations) adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. PR (Public Relations) menggunakan metode manajemen berdasarkan tujuan (management by objectives). Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemajuan yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat PR (Public Relations) merupakan kegiatan yang nyata. 37
36
Scott M. Cutlip. 2006. Effective Public Relations, Terj. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. hlm 6. 37 Ibid., hlm 10-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38 Seorang praktisi PR (Public Relations) dituntut untuk mampu mengerjakan banyak hal. Ia harus bisa menjadi seorang komunikator, seorang penasehat, dan sekaligus seorang perencana kampanye yang baik. Dalam usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, salah satunya adalah hubungan dengan karyawan (employee relations) sebagai publik internal. Komposisi PR (Public Relations) dari masingmasing organisasi tentu saja berbeda, tergantung pada kebutuhannya. Di suatu organisasi, departemen PR (Public Relations) nya hanya terdiri dari seorang manajer dan seorang sekretaris. Namun banyak pula perusahaan atau organisasi yang mempekerjakan para asisten ahli seperti pejabat pers, editor jurnal internal, perancang media cetak, fotografer dan sebagainya, untuk menunjang pelaksanaan departemen PR (Public Relations) nya. b.
Fungsi PR (Public Relations) Berdasarkan ciri khas kegiatan public relations, maka fungsi public relations menurut Cutlip, Centre dan Canfield adalah: 1)
Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
2)
Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dengan menyebarkan informasi dari organisasi ke publiknya dan menyalurkan opini publik pada organisasi.
3)
Melayani publik dan memberikan sumbangan saran kepada pimpinan manajemen demi kepentingan umum.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39 4)
Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya, sebagai khalayak sasarannya. 38 Ada 3 (tiga) hal yang sangat mempengaruhi tingkat efektifitas
humas internal, yaitu: 1)
Keterbukaan pihak manajemen.
2)
Kesadaran pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan pegawai.
3)
Keberadaan seorang manajer komunikasi (kepala humas) yang tidak hanya ahli dan berpengalaman, tetapi juga didukung oleh sumber daya teknis. 39
2.2. Hipotesis Rumusan masalah dan tujuan penelitian yang diperkuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini terutama dimensi-dimensi yang terdapat di dalam masing-masing variabel harus menjadi landasan bagi penyusunan hipotesis penelitian. Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut: iklim komunikasi organisasi baik yang bersifat internal maupun eksternal yang ditangani oleh public relation memiliki hubungan dengan kinerja karyawan Hotel Acacia Jakarta.
38 39
Frida Kusumastuti, 2002. Dasar-Dasar Humas. Jakarta. Ghalia Indonesia hlm. 23-24 Frank Jefkins and Yadin. Op.Cit., hlm. 172
http://digilib.mercubuana.ac.id/
http://digilib.mercubuana.ac.id/