BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis Perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan untuk memperoleh laba. Akan tetapi laba yang besar belum merupakan ukuran perusahaan itu telah bekerja secara efesein. Efesien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain adalah menghitung rentabilitasnya. Dengan demikian, maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Berhubungan dengan itu maka bagi perusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal dari pada laba maksimal. Untuk dapat mencapai tingkat rentabilitas yang maksimal dari suatu perusahaan tidak lepas dari pengelolaan modal kerja. Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan operasional sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja dimulai pada saat dimana kas yang tersedia diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Periode perputaran modal kerja dipengaruhi oleh periode perputaran masing-masing komponen dari modal kerja tersebut (Ryanto, 2001). Semakin pendek periode perputaran modal kerja berarti semakin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputaran. Lamanya periode perputaran tergantung sifat atau kegiatan operasi suatu perusahaan, lama atau cepatnya perputaran ini juga akan menentukan besar atau kecilnya kebutuhan modal kerja. Perputaran modal kerja diharapkan terjadi dalam jangka waktu yang relatif pendek, sehingga modal kerja yang ditanamkan cepat kembali.
Universitas Sumatera Utara
Perputaran modal kerja yang rendah bisa disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan dan perputaran piutang. Tingkat perputaran piutang menunjukkan kecepatan pelunasan piutang menjadi kas kembali. Sedangkan tingkat perputaran persediaan menunjukkan kecepatan digantinya persediaan barang dagangan melalui penjualan, baik secara tunai maupun kredit. Dengan demikian makin tinggi tingkat perputaran piutang dan persediaan menunjukkan tingginya volume penjualan maka laba yang diterima juga makin besar atau dengan kata lain laba yang diterima dalam jumlah yang banyak. Rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar (Munawir, 2001:33). Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efesien penggunaan modal dalam suatu perusahaan, sedangkan keuntungan yang besar belum tentu sebagi jaminan bahwa perusahaan tersebut efesien. Perusahaan yang mempunyai modal lebih besar lazimnya akan memperoleh laba yang besar pula daripada perusahaan yang mempunyai modal lebih sedikit. Meskipun demikian, ada kemungkinan perusahaan yang mempunyai modal lebih kecil adalah lebih efesien daripada perusahaan yang mempunyai modal lebih besar.
Dengan adanya Teori Pensinyalan ( Signalling Theory ) yang menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan
Universitas Sumatera Utara
diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.
1. Piutang Soemarso (2002:338) menyatakan piutang usaha adalah: “Perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia berpiutang”. 2. Jenis-jenis Piutang
Selain itu pengertian piutang yang pada umumnya digolongkan dalam aktiva lancar yang berarti bahwa tagihan-tagihan pada pihak lain yang nantinya akan diminta pembayarannya dalam jangka waktu yang tidak lama (kurang dari satu tahun) yang biasanya digolongkan dalam piutang jangka pendek. Piutang usaha jangka pendek dapat dibagi atas dua yaitu: 1) Piutang usaha/piutang terhadap langganan.
Piutang usaha/piutang terhadap langganan dalam perkiraan piutang usaha dicatat sebagai tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang merupakan usaha perusahaan yang normal/kurang dari 1 (satu) tahun, disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar, tetapi apabila telah lebih dari jangka waktu 1 (satu) tahun maka akan dilaporkan sebagai aset tidak lancar. Tagihan kepada langganan yang biasanya disebut piutang dagang adalah tuntutan keuangan terhadap pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
2) Piutang yang akan diterima.
Piutang yang akan diterima merupakan kontrak prestasi yang sebenarnya sudah menjadi hak perusahaan, akan tetapi belum/tidak saatnya untuk diterima, piutang ini timbul pada suatu akhir periode dimana sebenarnya tagihan tersebut akan diterima pada periode yang akan datang. Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu: 1. Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam
1
(satu) tahun atau siklus usaha normal. 2. Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. 3. Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih). 4. Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang tidak tertagih.
3. Besar Kecilnya Piutang dalam Perusahaan Penentuan besar kecinya jumlah piutang serta kebijakan penjualan secara kredit merupakan hal yang sangat penting dalam merencanakan dan mengendalikan jumlah piutang. Gitosudarmo (2002:82) menyatakan besar kecilnya jumlah piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1). Volume penjualan 2). Syarat pembayaran bagi penjualan kredit 3). Ketentuan mengenai batas volume penjualan secara kredit 4). Kebisaan pelanggan membayar para pelanggan kredit 5).Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan
Universitas Sumatera Utara
4. Biaya Atas Piutang
Dengan dilaksanakan penjualan atas kredit yang kemudian menimbulkan terjadinya piutang, maka perusahaan menanggung resiko akibat piutang tersebut. Resiko akibat piutang adalah berupa biaya-biaya yang mengurangi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Biaya-biaya tersebut adalah Gitosudarmo (2002:82-83) : 1). Biaya penghapusan piutang 2). Biaya pengumpulan piutang 3). Biaya administrasi 4). Biaya sumber dana
5. Perputaran Piutang
Drs. Munawir (2001:75) menyatakan bahwa: “Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang turn over receivable yaitu, dengan membagi total penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata”. Warren Reeve (2005:407) meyatakan perputaran piutang adalah “Usaha (account receivable turn over) untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun”. Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan piutang akhir periode dibagi dua. Adakalanya angka
Universitas Sumatera Utara
penjualan kredit untuk suatu periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang digunakan sebagai penjualan kredit adalah angka total penjualan. Dari uraian di atas maka perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut: Perputaran Piutang =
Penjualan kredit Piutang rata-rata
Dengan menggunakan perputaran piutang dapat pula waktu rata-rata pengumpulan piutang tersebut, yaitu dengan membagi jumlah hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran piutang tersebut atau rasio antara piutang ratarata kali jumlah hari dalam setahun dengan total penjualan kredit, hasilnya menunjukan berapa hari piutang tersebut tidak dapat ditagih atau days of Receiveable yang umumnya 1 (satu) sampai 2 (dua) bulan. Rumusnya sebagai berikut : Days of Receiveable =
Piutang Rata-Rata X 360 Penjulan Kredit
6. Persediaan Persediaan adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, barang-barang untuk keperluan operasi, atau barang-barang untuk keperluan suatu proyek (Indrajit, 2003:3). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004) : persediaan adalah aset: 1) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. 2) Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau 3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Universitas Sumatera Utara
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen. Persediaan memungkinkan produk-produk dihasilkan pada tempat yang jauh dari pelanggan atau sumber bahan mentah. Dengan adanya persediaan, produksi tidak perlu dilakukan khusus buat konsumen, atau sebaliknya tidak perlu konsumsi didesak supaya sesuai dengan kepentingan produksi. 7. Jenis-jenis Persediaan Menurut Rangkuti (2004:7) jenis-jenis persediaan menurut fungsinya terbagi menjadi 3 jenis.
1. Batch Stock/Lot Size Inventory Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu. 2. Fluctuation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. 3. Anticipation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.
Universitas Sumatera Utara
8. Metode Penilaian Persedian
Menurut Stice, et al. (2004:667) metode-metode
penilaian persediaan
yang paling umum ada 4 macam. 1). Identifikasi Khusus (Spesific Identification) Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. 2). Biaya Rata-rata (average weight) Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. 3). Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First-in, First-out, FIFO) Metode masuk pertama, keluar pertama
(first-in, first-out, FIFO)
didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang lebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan model identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang yang terjual.
Universitas Sumatera Utara
4). Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (Last-in, First-out, LIFO) Metode masuk terakhir, keluar pertama (last-in, first-out, LIFO) didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. LIFO menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan angka harga pokok penjualan yang aneh ketika tingkat persediaan menurun. 9. Metode Pencatatan Persediaan Donal E Kieso dan Jerry J Weygandt (2008:405) mengemukakan bahwa ada dua sistem pencatatan persediaan yang dapat digunakan perusahaan, yaitu : 1. Sistem Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory System) Dalam sistem perpetual, perkiraan persediaan akan diperbaharui terus menerus, karena semua pembelian dan penjualan barang yang terjadi dicatat secara langsung ke perkiraan persediaan barang. Jadi jumlah fisik dan nilai persediaan dapat diketahui setiap saat. Selain itu, system perpetual juga menyediakan catatan tentang harga pokok penjualan (Cost of goods sold), yang muncul bila terjadi penjualan barang. Saldo perkiraan di akhir periode menunjukkan jumlah persediaan akhir. 2. Sistem Persediaan Periodik Dalam sistem periodik, perkiraan persediaan tidak mengalami perubahan. Saat terjadi pembelian barang, dicatat pada perkiraan pembelian (purchases). Saldo yang ada pada persediaan hanyalah jumlah persediaan pada awal periode. Pada akhir periode, total pembelian ditambahkan dengan persediaan awal sehingga didapat jumlah barang tersedia untuk dijual (total cost of goods available for sale). Persediaan akhir diketahui dengan cara perhitungan fisik, kemudian jumlah
Universitas Sumatera Utara
barang yang tersedia untuk dijual kembali (total cost of goods available for sale) ini dikurangkan dengan persediaan akhir sehingga didapat harga pokok penjualan (COGS). 10. Perputaran Persediaan Menurut Warren Reeve (2005: 462) ”Perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan. Rasio ini dihitung sebagai berikut : Perputaran persediaan = Harga Pokok Penjualan Persediaan Rata-rata Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan angka-angka mingguan, bulanan, atau tahunan. Untuk menyederhanakannya kita menentukan persediaan rata-rata dengan membagi jumlah persediaan pada akhir dan awal tahun dengan 2 (dua). 11. Rentabilitas Untuk mengetahui kemajuan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan perusahaan tersebut. Adanya perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan tersebut dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan penilaian atau analisa terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dalam menilai dan menganalisa posisi keuangan dan potensi ataupun kemajuan perusahaan, rentabilitas merupakan salah satu faktor yang dapat diketahui dan perlu untuk dipertimbangkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil suatu keputusan.
Menurut Riyanto (2001: 29), yaitu : “ Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode waktu tertentu dan umumnya dirumuskan dengan L / M x 100% , dimana L adalah jumlah laba yang
Universitas Sumatera Utara
diperoleh selama periode tertentu dan M adalah modal atau aktiva yang dihasilkan untuk menghasilkan laba tersebut .”
12. Jenis-Jenis Rentabilitas Modal yang dimiliki oleh perusahaan terdiri atas modal sendiri dan modal asing, sehubungan dengan adanya dua modal tersebut menurut maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara, yaitu : 1). Rentabilitas ekonomis menunjukkan persentase perbandingan antara laba operasi dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan. Yang dirumuskan sebagi berikut : RE =
Laba Operasi
x 100%
Modal asing + Modal sendiri
2). Rentabilitas modal sendiri (return on equity) menunjukkan persentase perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik (laba setelah pajak) dengan modal sendiri. Yang dirumuskan sebagi berikut: RMS =
Laba Operasi
x 100%
Modal sendiri
Kedua rentabilitas tersebut mempunyai hubungan yang erat, sehingga dapat dipakai untuk mengambil keputusan yaitu : 1. Apabila rentabilitas ekonomis lebih kecil dari tingkat bunga modal asing, maka lebih baik menggunakan modal sendiri, sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal asing.
Universitas Sumatera Utara
2. Apabila rentabilitas ekonomis lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga modal asing, maka lebih baik menggunakan modal asing. Karena rentabilitas modal asing akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal sendiri. 13. Rentabilitas Ekomomis Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel rentabilitas ekonomis, maka perlu diketahui beberapa definisi rentabilitas ekonomis yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya : Munawir (2001: 33) mengatakan bahwa : “Perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) disebut dengan rentabilitas ekonomis .” Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital / asset). Demikian pula dengan laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian maka laba yang diperoleh dari usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya deviden, kupon, dan lainlain) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Hal ini sesuai dengan pendapat Munawir (2001: 87) yang mengatakan bahwa : “Operating asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva lain-lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha untuk memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan.”
Universitas Sumatera Utara
14. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas Ekonomis Rentabilitas ekonomis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis: 1. Profit margin, yaitu perbandingan antara net operating income (laba opearsi) dengan net sales (penjualan bersih)yang dinyatakan dalam persentase. Dimana semakin tinggi profit margin maka semakin tinggi rentabilitas ekonomis. 2. Turn Over of Operating Asset (Tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu kecepatan berputarnya operating asset (aktiva usaha) dalam suatu periode tertentu, yang diperoleh dengan membandingkan penjualan dengan total aktiva. Dimana semakin tinggi perputaran aktiva maka semakin tinggi rentabilitas ekonomis. (Riyanto, 2001).
15. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas Ekonomis Pada penjualan kredit berarti pembayaran dilakukan beberapa lama setelah barang diterima oleh pelannggan. Hal ini akan berdampak makin besarnya dana yang tertanam dalam bentuk piutang dagang karena pembayarannya tertunda. Ada risiko yang timbul akibat pemberian kreedit, karena timbul kemungkinan pelanggan tidak membayarnya ataupun membayar tetapi lebih lambat dari jangka waktu kredit yang diberikan. Rasio perputaran piutang menjadi salah satu ukuran penting karena memberikan informasi kepada manajemen perusahaan tentang seberapa besar manfaat kebijakan kredit harus dapat menjaga keseimbangan antara manfaat yang diperoleh dari peningkatan penjualan kredit dengan biaya-biaya yang timbul karena memberikan kredit yang
Universitas Sumatera Utara
berdampak pada besar kecilnya laba yang dihasilkan perusahaan sehingga mengakibatkan kenaikan atau penurunan rentabilitas ekonomis pada perusahaan tersebut. 16. Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomis Persediaan merupakan unsur utama dari modal kerja (aktiva lancar). Persediaan merupakan investasi yang sangat berarti pada perusahan. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, karena persediaan mempunyai efek langsung terhadap keuntungan perusahaan. Bila investasi dalam persediaan lebih besar dari kebutuhannya maka akan memperbesar biaya-biaya, terutama sumber modal kerjanya berasal dari pinjaman (beban bunga), akan mempesar kerugian karena kerusakan persediaan yang semua itu akan mempekecil keuntungan yang juga akan mengakibatkan kecilnya rentabilitas ekonomis perusahaan tersebut. Selain rasio perputaran piutang, rasio perputaran persediaan juga menjadi salah satu ukuran penting bagi manajemen perusahaan sebab memberikan informasi kepada manajemen perusahaan tentang seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan sehingga mengakibatkan kenaikan rentabilitas ekonomis perusahaan perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
B. Penelitian Terdahulu Tabel 2-1 Hasil Penelitian Terdahulu No
Nama
Variabel
Judul
Hasil Penelitian
Penelitian 1
Dian (2005)
Pengaruh Perputaran Variabel Persediaan Terhadap Dependen
Perputaran persediaan : tidak
mempunyai
Rentabilitas Ekonomi rentabilitas
pengaruh
pada Perusahaan yang ekonomis.
rentabilitas ekonomi.
Terdaftar
di
terhadap
Bursa Variabel
Efek Indonesia.
Indenpenden : Perputaran persediaan.
2
Asti
Pengaruh
Lamriama
persediaan
Sianturi
rentabilitas
perputaran Variabel terhadap Dependen : pada
Terdapat
pengaruh
yang signifikan antara perputaran persediaan
rentabilitas perusahaan
barang
terhadap
likuiditas
ekonomi
dengan
ekonomi.
(2009) konsumsi terdaftar di BEI
yang Variabel Independen
analisa uji t signifikan : 0,035.
Perputaran persediaan.
Universitas Sumatera Utara
3
Ridha
Pengaruh
Perputaran Variabel
Terdapat
Utami
Piutang dan Perputaran Dependen :
yang tidak signifikan
(2010)
Persediaan
antara
terhadap
pengaruh
perputaran
Rentabilitas rentabilitas Ekonomis
piutang dan pengaruh ekonomi.
pada
Perusahaan
Manufaktur di BEI
Variabel Independen
signifikan
perputaran
persediaan
terhadap
: rentabilitas ekonomis.
Perputaran piutang
dan
persediaan C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah perputaran piutang, perputaran persediaan dan rentabilitas ekonomis maka kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel Independen Perputaran Piutang (X1) Perputaran Persediaan (X2)
Variabel Dependen H1
H2
Rentabilitas Ekonomis (Y)
H3
Gambar 2-1 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
Menurut Syamsuddin (2004:49), semakin tinggi perputran piutang berarti semakin cepat dana yang tertanam pada piutang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang membutuhkan waktu yang lebih lama dapat ditagih dalam bentuk uang tunai. Dengan demikian, semakin meningkat perputaran piutang semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Adanya investasi yang terlalu besar dalam persediaan dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, biaya penyimpanan dan biaya pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semua ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Demikian sebaliknya, investasi yang terlalu kecil dalam persediaan akan mempunyai efek menekan keuntungan karena kekurangan material maka perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal. Menurut Syamsuddin (2004:48), semakin tinggi perputaran persediaan maka semakin efesien perusahaan dalam melakukan operasinya. Hal ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Pada umumnya rentabilitas perusahaan digunakan sebagai alat ukur pengendalian modal di dalam suatu perusahaan, karena dengan peningkatan laba saja masih belum cukup sebagai ukuran bahwa perusahaan telah menggunakan modal kerja secara efesien. Perusahaan umumnya lebih mengarahkan usaha untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal, dimana ROI (Return On Investment) sebagai alat ukur dari rentabilitas ekonomis. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh dengan rentabilitas ekonomis, yang artinya semakin besar perputaran
Universitas Sumatera Utara
persediaan maka kemampuan perusahaan menghasilkan laba juga akan semakin meningkat, sementara perputaran piutang juga memiliki pengaruh terhadap rentabilitas ekonomis. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Erlina (2007) : ”hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji empiris” hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Dari kerangka konseptual dan tinjauan teoritis tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. H1 : Perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI. 2. H2 : Perputaran persediaan secara parsial berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI. 3. H3 : Perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis secara simultan pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI.
Universitas Sumatera Utara