9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori yang menjelaskan Hubungan antara CSR dengan Kinerja Keuangan
2.1.1.1 Teori Legitimasi Menurut teori ini suatu perusahaan beroperasi dengan ijin dari masyarakat, dimana ijin ini dapat ditarik jika masyarakat menilai bahwa perusahaan tidak melakukan hal-hal yang diwajibkan kepadanya. Dalam konteks ini CSR dipandang sebagai suatu kewajiban yang disetujui antara perusahaan dengan masyarakat . Masyarakat yang telah memberikan ijin kepada perusahaan untuk menggunakan sumber daya alam dan manusianya serta ijin untuk melaksanakan fungsi dan produksinya (Donaldson(1983, Balbanes et al(1998)), namun harus diingat bahwa ijin tersebut tidaklah tetap sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan bergantung pada bagaimana perusahaan secara terus menerus berevolusi dan beradaptasi terhadap perubahan keinginan dan tuntutan dari masyarakat (Walden dan Schwartz (1997)). 2.1.1.2 Teori Stakeholder Stakeholder theory merupakan kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Jones dalam buku Ismail Solihin (2008) menjelaskan bahwa stakeholder dibagi dalam dua kategori:
10
a. Inside stakeholder, terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori inside stakeholder ini adalah pemegang saham (stockholders), manajer, dan karyawan b. Outside stakeholder, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, serta bukan pula karyawan perusahaan, namun memiliki kepentingan terhadap perusahaan di pengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
Pihak-pihak
yang
termasuk
dalam
kategori
outside
stakeholder ini adalah pelanggan (customers), pemasok (supplier), pemerintah, masyarakat lokal, dan masyarakat secara umum. Berdasarkan penjelasan dari stakeholder theory ini, maka perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Untuk memenuhi keinginan para stakeholder, corporate social responsibility bisa menjadi salah satu strategi perusahaan. Para stakeholder akan memberikan dukungan penuh kepada aktivitas perusahaan apabila pengungkapan corporate social responsibility dapat dilakukan dengan baik, sehingga tujuan perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan mencapai laba dapat tercapai. Menurut Deegan (2004), dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas.
11
Dengan kata lain teori ini menempatkan persepsi dan pengakuan publik sebagai dorongan utama dalam pengungkapan suatu informasi dalam laporan keuangan.
2.1.2
Kinerja Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan suatu pengakuan baik itu pendapatan maupun biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang memperlihatkan sesuatu yang dapat dikatakan perusahaan itu baik atau buruk dalam operasional dan aktivitas kegiatan yang dilakukannya. Selain itu, kinerja keuangan juga mampu memperlihatkan penilaian sehat atau tidak sehatnya suatu perusahaan. Menurut Mulyadi (2007:2) menjelaskan bahwa kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Fahmi (2012:2) menjelaskan “kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan
telah
melaksanakan
dengan
menggunakan
aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Dalam melihat suatu kinerja keuangan, terdapat suatu alat ukur yang biasa disebut sebagai rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah
12
tertentu dengan jumlah yang lain. Penggunna alat analisis berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari satu periode ke periode berikutnya (Yunanto : 2008). Analisis rasio keuangan adalah proses penentuan operasi yang penting sebagai salah satu karakteristik keuangan dari perusahaan dengan melihat data akuntansi dan laporan keuangan.
2.1.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan Menurut (Munawir, 2007:30) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah sebagai berikut: 1. Likuiditas, yang mampu menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih. 2. Solvabilitas, yang mampu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik keuangan jangka pendek maupun keuangan jangka panjang. 3. Rentabilitas atau profitabilitas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. 4. Stabilitas ekonomi, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan
usahanya
dengan
stabil,
yang
diukur
dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
13
bunga dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen secara teratur tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
2.1.2.3
Analisis Kinerja Keuangan Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan pada umumnya
dilakukan dengan melakukan suatu analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut, teknik analisis laporan keuangan perusahaan tersebut dilakukan dengan menggunakan suatu alat pengukur melalui rasio atau analisis rasio keuangan yang merupakan suatu alat ukur dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan. Menurut Mulyadi (2007:67) Analisis rasio
keuangan tersebut
diantaranya sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas, yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Meliputi cash ratio, current ratio, acid test ratio atau quick ratio. 2. Rasio Laverage, yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Meliputi debt to total assets ratio, debt to equity ratio dan time interest earned. 3. Rasio Aktivitas, yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Meliputi inventory turnover, receivable turnover, fixed asset turnover, dan other asset turnover. 4. Rasio
Profitabilitas,
yang
digunakan
untuk
mengukur
perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Meliputi
efektivitas
profit margin,
14
Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), earning per share. 5. Rasio Penilaian, yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai kepada para investor atau pemegang saham. Meliputi Price Earning Ratio (PER), dan market to book value ratio. 6. Market Value Added (MVA),merupakan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan oleh investor. 7. Economic Value Added (EVA), merupakan nilai tambah kepada pemegang saham oleh manajemen selama satu tahun tertentu. Jadi, EVA difokuskan pada efektivitas manajerial selama satu tahun tertentu. 8. Analysis Du Pont, dirancang untuk menunjukan hubungan antara pengembalian atas investasi, perputaran aktiva, margin laba, dan leverage. Meliputi ROA dan Earning Power. Dalam penelitian ini, alat pengukur kinerja keuangan yang digunakan oleh penulis adalah rasio profitabilitas dengan ROA dan NPM. Menurut Kasmir (2011:196) menyatakan bahwa rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Sedangkan, menurut Susan (2006:58) menyatakan bahwa : rasio keuntungan atau rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (biasanya
15
semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien. Darsono
dan
Ashari
(2005:56-59)
menyebutkan
bahwa
metode
perhitungan profitabilitas perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 1. Gross Profit Margin, dicari dengan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih. Rasio ini berguna untuk mengetahui
keuntungan
kotor perusahaan dari setiap barang yang
dijual. Jadi dapat diketahui untuk setiap barang yang dijual, perusahaan memperoleh
keuntungan kotor sebesar x rupiah.
2. Net Profit Margin (NPM), rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang
diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang
dilakukan. 3. Return on Asset (ROA), merupakan salah satu rasio untuk mengukur profitabilitas perusahaan, yaitu merupakan perbandingan antara laba bersih dengan rata-rata total aktiva. 4. Return on Equity (ROE), merupakan salah satu rasio untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik 5. Earning Per Share (EPS), merupakan alat analisis yang dipakai untuk melihat keuntungan dengan dasar saham adalah earnings per share yang dicari dengan
laba
menggambarkan satu lembar saham.
bersih
dibagi
saham
besarnya pengembalian
beredar.
Rasio
ini
modal untuk setiap
16
6. Payout Ratio (PR), merupakan rasio yang menggambarkan persentase deviden kas yang diterima oleh pemegang saham terhadap laba bersih yang
diperoleh perusahaan.
7. Retention Ratio (RR), merupakan rasio yang menggambarkan persentase
laba bersih yang digunakan untuk penambahan modal
perusahaan. 8. Productivity Ratio (PR), merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan operasional perusahaan dalam menjual dengan menggunakan aktiva yang dimiliki. Model perhitugan profitabilitas yang akan digunakan peneliti yaitu ROA (Return On Assets) dan NPM (Net Profit Margin). Alasan penggunaan ROA dan NPM untuk dijadikan sebagai proksi dalam profitabilitas adalah karena ROA dan NPM merupakan salah satu rasio profitabilitas yang paling sering disoroti dan mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sebagai suatu kinerja yang ingin dicapai perusahaan. ROA dan NPM mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntugan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Selain itu, ROA dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur untuk mengetahui prestasi dan kinerja keuangan dalam memanfaatkan aset yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba. Berikut pengertian dari ROA dan NPM sebagai salah satu model yang digunakan oleh peneliti, diantaranya :
17
1. Return on Assets (ROA) ROA adalah salah satu rasio untuk mengukur profitabilitas perusahaan, yaitu dengan membagi laba bersih dengan rata-rata total aktiva. Dimana rata-rata total aktiva dapat diperoleh dari total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir tahun dibagi dua. ROA juga dapat dicari dengan
mengalikan
Net
Profit
Margin dengan asset turnonver. Asset turnonver adalah penjualan bersih dibagi rata-rata total aktiva. ROA disebut juga Earning Power
karena
rasio
ini
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. ROA mengukur berapa persentase laba bersih terhadap total aktiva perusahaan tesebut. Dengan mengetahui
rasio
ini dapat dinilai apakah perusahaan telah efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rumus return on assets adalah sebagai berikut :
ROA =
x 100 %
2. Net Profit Margin (NPM) NPM merupakan rasio profitabilitas yang perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal
menggambarkan kemampuan dari
hasil
kegiatan
operasionalnya. Menurut Darsono dan Ashari (2005:56), mendefinisikan NPM sebagai berikut: “NPM adalah laba
bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini
menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaa pada setiap
18
penjualan yang dilakukan. Bila disangkutkan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) tanggung jawab sosial, maka dapat dilihat bagaimana pengaruh pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan terhadap profit atau keuntungan yang didapat perusahaan itu sendiri. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan. NPM menunjukkan persentase dari setiap rupiah penjualan tersisa setelah di kurangi semua biaya, beban, dan termasuk juga bunga dan pajak seperti yang ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut:
NPM =
2.1.3
x 100 %
Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility)
2.1.3.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) Definisi mengenai Corporate Social Responsibility sangatlah beragam bergantung pada visi dan misi perusahaan yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interest komunitas. Berikut adalah beberapa definisi Tanggung Jawab Sosial. “Corporate Social responsibility is the continuing commitment by business to behave ethicallt and ontribute to eonomic development while improving the quality of life of the workfore and their families as well as the loal ommunity and soiety at large”
19
The World Business Council for Sustainable Development “Tanggung Jawab Sosial adalah tanggung jawab suatu perusahaan atas dampak dari berbagai keputusan dan aktivitas mereka terhadap masyarakat dan lingkungan melalui suatu perilaku yang terbuka dan etis, yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memerhatikan ekspektasi para pemangku kepentingan, tunduk kepada hukum yang berlaku dan kondidten dengan norma perilaku internasional dan diintregasikan ke dalam seluruh bagian organisasi. Sedangkan menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 pasal satu butir tiga (2007:2) menyatakan bahwa : “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”. Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi CSR. Menurut ISO 26000 (draft 3, 2007) dalam Rista (2009), CSR adalah: “Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatanya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh”. Pada intinya tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) adalah kewajiban organisasi bisnis untuk mengambil bagian dalam
20
kegiatan yang bertujuan melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan sehingga timbul suatu brand awareness yang dapat memberikan keuntungan terhadap perusahan. Dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas dalam pasal 2 dan pasal 3 dengan merujuk pada ketentuan pasal 74 ayat (4) Undang-Undang No. 40 tahun 2007 yang menjelaskan sebagai berikut : Setiap Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. (1) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi kewajiban bagiPerseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang. (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan baik di dalam maupun di luar lingkungan. Oleh karena itu, sejak diwajibkannya tanggung jawab sosial perusahaan bagi perusahaan bagi perusahaan publik, CSR merupakan suatu hal yang sangat penting keberadaanya untuk kesejahteraan stakeholder maupun citra atau brand awareness perusahaan itu sendiri.
2.1.3.2 Pengungkapan
Tanggung
Jawab
Sosial
(Corporate
Social
Responsibility) Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting, merupakan cara mengkomunikasikan informasi sosial kepada stakeholder. Dengan adanya hal ini maka akan dapat diketahui apa saja aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini sangat penting mengingat dampak-dampak
21
yang mungkin timbul akibat aktifitas perusahaan.
Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terusmenerus
melakukann
perbaikan
dan
penerapan
di
seluruh
dunia
(www.globalreporting.org). Daftar pengungkapan sosial yang berdasarkan standar GRI terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu sebagai berikut : 1. Ekonomi Dimensi ekonomi menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada kondisi ekonomi dari stakeholder dan sistem ekonomi pada tingkat lokal, nasional, dan tingkat global. Indikator ekonomi menggambarkan: Arus modal di antara berbagai pemangku kepentingan; dan Dampak ekonomi utama dari organisasi seluruh masyarakat Kinerja keuangan merupakan hal yang mendasar untuk memahami organisasi dan keberlanjutannya. Akan tetapi, informasi ini biasanya sudah dilaporkan dalam laporan keuangan. 2. Lingkungan Dimensi lingkungan menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada kehidupan, di dalam sistem alam, termasuk ekosistem, tanah, udara, dan air. Indikator kinerja lingkungan terkait dengan input (bahan, energi, air) dan output (emisi/gas, limbah sungai, limbah kering/sampah). Selain itu, kinerja mereka mencakup kinerja yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati, kepatuhan
22
lingkungan, dan informasi yang berkaitan lainnya seperti limbah lingkungan dan dampak dari produk dan jasa. 3.
Sosial Dimensi sosial menyangkut keberlanjutan sebuah organisasi yang telah
berdampak di dalam sistem sosial yang beroperasi. Indikator kinerja sosial GRI mengidentifikasikan kunci aspek kinerja yang meliputi praktek perburuhan/tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat/sosial, dan tanggung jawab produk. Berdasarkan surat keputusan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) yang menyatakan bahwa terdapat peraturan dalam penyampaian laporan tahunan untuk emiten atau perusahaan publik yang wajib memuat tanggung jawab sosial perusahaan dalam setiap laporan tahunan suatu perusahaan publik atau emiten tersebut. Adapun bahasan mengenai tanggung jawab perusahaan itu sendiri meliputi kebijakan, jenis program, dan biaya yang dikeluarkan, antara lain terkait aspek : a. lingkungan hidup, seperti penggunaan material dan energi yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang, sistem pengolahan limbah perusahaan, sertifikasi di bidang lingkungan yang dimiliki, dan lain-lain; b. praktik ketenagakerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja, seperti kesetaraan gender dan kesempatan kerja, sarana dan keselamatan kerja, tingkat perpindahan (turnover) karyawan, tingkat kecelakaan kerja, pelatihan, dan lain-lain; c. pengembangan sosial dan kemasyarakatan, seperti penggunaan tenaga kerja lokal, pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan, perbaikan sarana dan prasarana sosial, bentuk donasi lainnya, dan lain-lain; dan
23
d. tanggung jawab produk, seperti kesehatan dan keselamatan konsumen, informasi produk, sarana, jumlah dan penanggulangan atas pengaduan konsumen, dan lain-lain. Untuk mengukur pengungkapan CSR diperlukan suatu indikator apa saja yang dapat menentukan pengungakapan bentuk CSR, menurut Rismanda (2005) dalam simposium nasional akuntansi, indikator untuk pengungkapan CSR adalah sebagai berikut : 1) Lingkungan 1) Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk mengurangi polusi. 2) Operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi. 3) Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi. 4) Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi. 5) Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas. 6) Penggunaan material daur ulang 7) Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan. 8) Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan. 9) Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan. 10) Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah. 11) Pengelolaan limbah. 12) Riset mengenai pengelolaan limbah. 13) Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan. 14) Perlindungan lingkungan hidup. 2) Energi 1) Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi. 2) Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi. 3) Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang. 4) Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi. 5) Peningkatan efisiensi energi dan produk. 6) Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk. 7) Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan. 3) Kesehatan dan Keselamatan Kerja
24
1) Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja. 2) Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental. 3) Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja. 4) Mentaati peraturan standar kesehatan dengan keselamatan kerja. 5) Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja. 6) Menetapkan suatu komite keselamatan kerja. 7) Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja. 8) Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja. 4) Lain-lain Tentang Tenaga Kerja 1) Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita / orang cacat. 2) Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita / orang cacat dalam tingkat managerial. 3) Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita / orang cacat dalam pekerjaan. 4) Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat. 5) Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja. 6) Memberikan bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan. 7) Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja. 8) Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan. 9) Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan. 10) Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi. 11) Pengungkapan persentase gaji untuk pensiun. 12) Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan. 13) Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan. 14) Mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada. 15) Mengungkapkan disposisi staff dimana staff ditempatkan. 16) Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka. 17) Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misalnya penjualan per tenaga kerja. 18) Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut. 19) Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja. 20) Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain. 21) Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan keputusan dan motivasi kerja. 22) Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan. 23) Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah. 24) Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh. 25) Melaporkan gangguan dan aksitenaga kerja. 26) Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. 27) Peningkatan kondisi kerja secara umum. 28) Informasi reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja. 29) Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja.
25
5) Produk 1) Pengungkafan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasan. 2) Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk. 3) Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk. 4) Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan. 5) Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan. 6) Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk. 7) Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan. 8) Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan 9) Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya, ISO 9000). 6) Keterlibatan Masyarakat 1) Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni. 2) Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar. 3) Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat. 4) Membantu riset media. 5) Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni. 6) Membiayai program beasiswa. 7) Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat. 8) Mensponsori kampanye nasional. 9) Mendukung pengembangan industri lokal.
7) Umum 1) Pengungkapan tujuan. Kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. 2) Informasi hubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebut di atas. 3) Membuat produk lebih aman untuk konsumen.
2.2
Penelitian Terdahulu Ibnu Dipraja
(2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh
Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan yang diproksikan dengan ROA. Penelitian ini dilakukan pada 69 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012. Data diolah
26
menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA sebagai indikator dari kinerja keuangan mempunyai pengaruh positif terhadap produk konsumen dan kemasyarakatan dan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap lingkungan dan ketenagakerjaan sebagai indikator dari CSR. Helen Octavia (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan yang diproksikan dengan ROA dan CAR. Penelitian ini dilakukan pada 56 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012. Data diolah menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA sebagai indikator dari kinerja keuangan mempunyai pengaruh positif terhadap CSR, sedangkan CAR berpengaruh negatif Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti & Judul 1. Ibnu Dipraja (2012) Pengaruh Corporate Sosial Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan (studi Empiris pada Perusahaan manufaktur Yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012)
2.
Helen Octavia
Variabel Dependen: Kinerja Keuangan (ROA) Independen : CSR
Metode Analisis Regresi
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA sebagai indikator dari kinerja keuangan mempunyai pengaruh positif produk konsumen dan kemasyarakatan sedangkan lingkungan dan ketenagakerjaan tidak berpengaruh (CSR diproksikan kedalam produk konsumen, kemasyarakatan, lingkungan dan ketenagakerjaan)
Dependen:
Analisis
Hasil penelitian
27
(2014) Pengaruh Corporate Sosial Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan (studi Empiris pada Perusahaan manufaktur Yang terdaftar di BEI Periode 2010-2011)
Kinerja Keuangan (ROA) Independen : CSR
Regresi Berganda
menunjukkan bahwa ROA sebagai indikator dari kinerja keuangan mempunyai pengaruh positif Terhadap CSR Sedangkan CAR Berpengaruh negatif Terhadap CSR
Sumber: Data diolah, 2015
2.3
Kerangka Pemikiran Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan
tidak hanya tergantung dari operasional perusahaan saja,
tetapi hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi menjadi hal yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan.Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan
28
salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis. Semakin baik suatu perusahaan melakukan pengungkapan CSR maka akan semakin kuat respon yang akan diberikan. Respon kuat yang akan ditunjukkan oleh stakeholder dapat berupa kepercayaan akan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga akan meningkatkan profit, dan return on asset. Respon kuat yang akan ditunjukkan oleh shareholder dapat berupa pergerakan harga saham yang cenderung meningkat sehingga akan mempengaruhi abnormal return perusahaan. Laporan tahunan merupakan salah satu sumber informasi guna mendapatkan gambaran kinerja perusahaan. Informasi ini diberikan oleh pihak manajemen perusahaan untuk memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan kepada para stakeholder. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan ROA dan NPM
sebagai proksi kinerja keuangan
perusahaan. Penelitian ini akan mencoba mengungkapkan bagaimana pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Khitam (2013) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROA (Return On Assets) dan NPM (Net Profit Margin).
29
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Kinerja Keuangan : CSR
X
1. ROA (Return On Assets) 2. NPM (Net Profit Margin) Y
Sumber : Landasan Teori 2.4
Perumusan Hipotesis Banyak literatur yang menegaskan bahwa aktivitas CSR yang tertuang dalam pengungkapan sosial perusahaan berpengaruh dan memiliki hubungan positif dengan kinerja perusahaan. Dalam penelitian empiris, beberapa peneliti telah mencoba untuk mengungkapkan hal ini dalam berbagai perspektif yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa Perusahaan yang melaksanakan CSR yang dapat dilihat dari Corporate Social Reporting akan mendapat banyak keuntungan seperti kesetiaan pelanggan dan kepercayaan dari kreditor dan investor. Hal ini akan memicu keuangan perusahaan menjadi lebih baik sehingga laba perusahaan meningkat yang akan diikuti oleh kenaikan ROA dan NPM perusahaan di tahun berikutnya. Penelitian Heal dan Gareth (2004) menunjukkan bahwa aktifitas CSR dapat menjadi elemen yang menguntungkan dalam strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Sedangkan penelitian Siegel dan Paul (2006),
30
menunjukkan bahwa aktivitas CSR memiliki dampak produktif yang signifikan terhadap efisiensi, perubahan teknikal, dan skala ekonomi Perusahaan. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H0
:Pengungkapan
aktivitas
CSR
(CSR
disclosure)
tidak
berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan yang diproksikan dengan ROA dan NPM H1 : Pengungkapan aktivitas CSR (CSR disclosure) berpengaruh positif terhadap Kinerja Perusahaan yang diproksikan dengan ROA dan NPM