BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Uraian Teoritis
2.1.1 Inovasi Menurut Suryana (2008 : 32) inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber
daya
yang
dimiliki.
Inovasi
adalah
mengkreasikan
dan
mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran, sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat (Den Hartog, 2003:56). Definisi inovasi menurut Williams (2010:59) 1. Inovasi adalah kaedah mencari jalan untuk menghasilkan produk baru 2. Organisasi tidak akan membenarkan perusahaan berpuas hati 3. Terutama sekali apabila pesaing akan menghasilkan ide yang kreatif 2.1.1.1. Karakter Individu yang Berperilaku Inovatif Menurut Zimmerer (2008 : 49) karakter individu yang berprilaku innovatif yaitu : 1. Memiliki keinginan yang kuat untuk menambah pengetahuan dan berusaha mengenali sebab-sebab dari segala sesuatu. 2. Selalu mencari dan menulis setiap ide baru yang akan mempermudah pekerjaannya dan meningkatkan kualitas dirinya. 3. Melontarkan ide-ide kepada orang lain untuk didiskusikan bersama.
4. Berfikir dengan menggunakan berbagai cara. 5. Tidak akan terpengaruh oleh hinaan, ejekan, atau gentar dengan rintangan. Akan terus mengamati, dan berusaha mencari temuan-temuan baru. 6. Tidak mau menerima rutinitas yang membuatnya stagnan. 7. Seorang yang berjiwa inovatif tidak pernah merasa bosan berusaha (ulet) 8. Tidak takut melakukan kesalahan 9. Memandang setiap kesulitan adalah sebagai jalan pembuka untuk menuju sukses. 2.1.1.2Tahapan Perilaku Inovatif Longnecker (2001:130) merinci lebih mendalam proses inovasi dalam beberapa tahap yaitu: 1. Melihat
kesempatan
bagi
karyawan
untuk
mengidentifikasi
dari
diskontinuitas yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan pola yang diharapkan misalnya timbulnya masalah pada pola kerja yang sudah berlangsung, adanya kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi, atau adanya indikasi trends yang sedang berubah. 2. Mengeluarkan ide. Dalam fase ini, karyawan mengeluarkan konsep baru dengan tujuan menambah peningkatan. Hal ini meliputi mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau memperbaharui pelayanan, pertemuan dengan klien dan teknologi
pendukung.
Kunci
dalam
mengeluarkan
ide
adalah
mengkombinasikan dan mereorganisasikan informasi dan konsep yang telah ada sebelumnya untuk memecahkan masalah dan atau meningkatkan
kinerja. Proses inovasi biasanya diawali dengan adanya kesenjangan kinerja yaitu ketidaksesuaian antara kinerja aktual dengan kinerja potensial. 3. Aplikasi. Dalam fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan untuk membangun, menguji, dan memasarkan pelayanan baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi dalam bentuk proses kerja yang baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan. 2.1.1.3 Strategi Inovasi Inovasi adalah aktivitas konseptualisasi serta ide menyelesaikan masalah dengan membawa nilai ekonomis bagi perusahaan dan nilai sosial bagi masyarakat. Inovasi adalah suatu yang sudah ada sebelumnya, kemudian diberi nilai tambah. Inovasi bermula dari hal yang tampak sepele dengan membuka mata dan telinga mendengarkan aspirasi atau keluhan konsumen, karyawan, lingkungan dan masyarakat. Inovasi sendiri bisa individu, kelompok atau perusahaan, artinya bisa terjadi dalam perusahaan ada individu atau kelompok yang sangat brilian dan inovatif. Dan ideal adalah perusahaan menjadi tempat terlembagakan bagi orangorang yang terkumpul untuk mengeksploitasi ide baru (Soleh 2008:17). Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menghasilkan produk yang inovatif menurut Kotler (2008:156) yaitu dengan: 1. Mengembangkan atribut produk baru a. Adaptasi (gagasan lain atau pengembangan produk) b. Modifikasi (mengubah warna, gerakan, suara, bau, bentuk dan rupa).
c. Memperbesar (lebih kuat, lebih panjang, lebih luas). d. Memperkecil (Lebih ramping, lebih ringan, lebih kecil). e. Subtitusi (bahan lain, sumber tenaga, proses). f. Penataan kembali (pola lain, tata letak, komponen). g. Membalik (luar menjadi dalam). h. Kombinasi (mencampur, meramu, asortasi, rakitan, unit gabungan, kegunaan, daya pikat, dan gagasan) 2. Mengembangkan beragam tingkat mutu. 3. Mengembangkan model dan ukuran produk. 2.1.2. Bauran pemasaran jasa Menurut kotler (2010:151) konsep bauran pemasaran terdiri dari: 1. Produk (Products), merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam konteks ini produk bisa dalam bentuk apa saja (baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu. 2. Harga (Pricing), keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga dengan berbagai kelompok pelanggan. 3. Promosi (Promotion), bauran promosi tradisional terdiri dari berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan
potensial dan aktual. Metode tersebut diantaranya adalah periklanan, promosi penjualan, direct selling dan personal selling. 4. Lokasi (Place), keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik, seperti dimana sebuah usaha harus didirikan. 5. Orang (People), bagi sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital dalam bauran pemasaran. Dalam produksi manufaktur, konsumen tidak terlalu memusingkan apakah karyawan produksi berpakaian acak-acakan, berbicara kasar di tempat kerja, atau terlambat ke tempat kerjanya. Yang penting bagi pembeli adalah kualitas barang yang dibelinya. Dilain pihak pada produksi jasa, setiap orang merupakan ”part time marketer” yang tindakan dan perilakunya akan berpengaruh terhadap out put yang diterima oleh pelanggan. 6. Bukti Fisik (Physical Evidence), karakteristik intangible pada jasa menyebabkan pelanggan potensial tidak bisa menilai suatu jasa sebelum mengkonsumsinya. Ini menyebabkan resiko yang dipersepsikan konsumen dalam keputusan pembelian semakin besar. Oleh sebab itu, salah satu unsur penting dalam bauran pemasaran adalah upaya mengurangi tingkat resiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti fisik dari kakateristik jasa 7. Proses (Process), merupakan faktor penting bagi konsumen high-contackservices, yang sering juga berperan sebagai co-producer jasa bersangkutan. Pelanggan restoran misalnya, sangat terpengaruh dengan cara staff melayani mereka dan lamanya menunggu selama proses produksi.
2.1.3 Keputusan Pembelian Menurut Kotler (2002 : 42) keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat. Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli. Prasetijo dan Ihalauw (2005:226) menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah keputusan dalam memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan. Hal ini berarti sebelum menjadi keputusan pembelian, konsumen dihadapkan pada beberapa alternatif pilihan produk atau jasa. Proses pengambilan keputusan dapat mempengaruhi hasil keputusan pembelian. Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau mengindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang terpikirkan. Besarnya resiko yang dipikirkan berbeda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya kepercayaan diri konsumen. Para konsumen mengembangkan rutinitas tertentu untuk mengurangi resiko, seperti menghindari keputusan, pengambilan informasi dari teman-teman, dan preferensi atas nama merek dalam negeri serta garansi. Para pemasar harus memahami faktor yang menimbulkan perasaan dalam diri konsumen akan adanya resiko dan memberikan informasi serta dukungan untuk mengurangi resiko yang dipikirkan itu (Kotler, 2005:227).
Menurut Kotler (2004:204). Ada lima tahap dalam proses keputusan pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian. Berikut adalah gambar model proses pembelian lima tahap tersebut : Pengenalan kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku setelah pembelian
Gambar 2.1 Model Proses Pembelian Lima Tahap Sumber : Kotler (2004:204) Model ini mempunyai anggapan bahwa para konsumen melakukan lima tahap dalam melakukan pembelian. Kelima tahap diatas tidak selalu terjadi, khususnya dalam pembelian yang tidak memerlukan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian. Para konsumen dapat melewati beberapa tahap dan urutannya tidak sesuai. 1. Pengenalan Kebutuhan Tahap awal keputusan pembelian, konsumen mengenali adanya masalah kebutuhan akan produk atau jasa yang akan dibeli. Konsumen merasa adanya perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan sangat di picu oleh ransangan internal (kebutuhan) dan eksternal (penggaruh penggunaan produk serupa kebeutuhan) 2. Pencarian Informasi
Tahap keputusan pembelian yang dapat meransang konsumen untuk mencari informasi-informasi lebih banyak. Konsumen mungkin hanya meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi. 3. Evaluasi Alternatif Proses yang di lakukan konsumen untuk menggunakan informasi yang dapat mengevaluasi alternatif yang ada, proses memilih produk atau jasa yang akan di beli dan digunakan. 4. Keputusan Pembelian Konsumen merencanakan untuk membeli sebuah produk atau jasa dan kemudian membeli produk atau jasa tertentu untuk memenuhi kebutuhan. 5. Perilaku Setelah Pembelian Apabila barang yang akan dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi sikap negatif, bahkan mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan untuk membeli terhadap merek barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih kuat. Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif terhadap suatu produk dengan cara membantu konsumen menemukan informasi yang membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada orang-orang yang baru saja membeli produk atau penggunaan jasa nya. 2.1.3.1 Pembelian Jasa Menurut Kotler (2000:428) “Jasa ialah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak
berwujud dan menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya bisa dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk. Menurut Hurriyati (2005:28) “Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya. Berdasarkan pengertian jasa di atas, Tjiptono (2004:18) mengutarakan ada lima karakteristik utama jasa bagi pembeli pertamanya. 1. Tidak berwujud (Intangibility) Jasa bebeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda, jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi para pelanggan, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi karena terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli sebelum pembelian dilakukan. Untuk jasa, kualitas yang akan diterima konsumen, umumnya tidak diketahui sebelum jasa bersangkutan dikonsumsi. 2. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability) Barang biasa diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. 3. Berubah-ubah (Variability / Heterogeneity) Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk,
kualitas, dan jenis jasa tersebut diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya. 4. Tidak tahan lama (Perishability) Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan. 5. Perbedaan jasa dan barang (Lack of Ownership). Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Konsumen bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personel atas suatu jasa untuk jangka waktu terbatas.
2.2 Penelitian Terdahulu
No 1.
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu Pengarang Judul Penelitian Metode Hardiati, Kreativitas dan Analisis Regresi Hernani Inovasi Linier Berganda Berpengaruh (2009) Terhadap Kewirausahaan kecil
Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian kreatifitas dan inovasi berpengaruh secara simultan terhadap kewirausahaan dengan variabel inovasi memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kewirausahaan adanya pengaruh yang positif dan signifikan secara simultan terhadap kinerja karyawan pada usaha pengrajin rotan di lingkungan Jl. Gatot Subroto Medan.
2.
Suratmi, Evi (2010)
Pengaruh Kreativitas dan Inovasi Terhadap Kinerja karyawan pada Usaha Pengerajin Rotan
3.
Pinta Masda (2012)
Pengaruh Inovasi Analisis Regresi Produk dan Harga Logistik Terhadap Keputusan Pembelian Gelamai Di Kota Payakumbuh
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa harga memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dan inovasi produk memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian.
4.
Alfarisi, Raisan (2013)
Pengaruh Inovasi Dan Kreativitas Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha
Inovasi dan Kreativitas berpengaruh terhadap keberhasilan usaha.
Analisis Regresi Linier Berganda
2.3 Kerangka Konseptual Kerangka Konseptual menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang diteliti. Pertautan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan akan dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan
sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2004:49). Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dapat disusun sebuah kerangka pemikiran secara skematik, yaitu sebagai berikut: 1. Inovasi(X1) Inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran,sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat 2. Keputusan pembelian jasa(Y) Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk. Berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat. Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas, maka pengembangan kerangka konseptual dapat dilihat seperti dibawah ini:
Inovasi X1
Keputusan Pembelian JasaNext For Men SALON
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sumber: Hernani (2009), Evi (2010), Masda (2012), Raisan (2013)
2.4
Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara yang secara teoritis dianggap paling
mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:39) “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian karena jawaban tersebut hanya didasarkan pada teori yang relevan dengan penelitian yang dibuat dan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data”. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti adalah: Inovasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian Jasa.