6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Analisis
2.1.1
Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena
dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah. Nazir (2011; 346) Spradley (1980) dalam Sugiyono (2012; 244) menyatakan bahwa: “Analysis of any kind involve a way of thinking. It refers to the systematic examination of something to determine its parts, the relation among parts, and the relationship to the whole. Analysis is a search for patterns”. Sedangkan Susan S. (1988) dalam Sugiyono (2012; 244) menyatakan bahwa : “Data analysis is critical to the qualitative research process. It is to recognition, study, and understanding of interrelationship and concept in your data that hypotheses and assertions can be developed and evaluated”. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, memilih mana yang penting dan yang akan
7
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 2.2
Modal
2.2.1
Pengertian Modal Setiap perusahaan tentu akan membutuhkan modal untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan sehari-hari baik untuk investasi ataupun keperluan lainnya. Besarnya modal yang diperlukan berbeda sesuai dengan besar kecilnya skala perusahaan. Modal dapat memiliki pengertian yang beragam, hal tersebut tergantung kepada sudut pandang pihak yang menafsirkannya. Menurut Darsono (2006; 151) pengertian modal adalah sebagai berikut : “Modal lazim disebut kapital, yaitu sesuatu yang digunakan untuk mencari keuntungan. Tanpa kapital (modal) kegiatan bisnis tidak dapat berjalan lancar.” Sementara itu Bambang Riyanto (2001; 19) menyatakan : “Modal yang menunjukan bentuknya adalah apa yang disebut modal aktif. Sedangkan modal yang menunjukan sumbernya atau asalnya ialah apa yang disebut modal pasif.” Penjelasan mengenai modal aktif dan modal pasif tersebut adalah sebagai berikut :
8
1. Modal Aktif adalah modal yang tertera di sebelah debet dari neraca yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. Modal aktif dibagi dua, yaitu : 1) Modal Aktif adalah didasarkan cara dan lamanya perputaran dapat dibedakan antara lain : (1) Aktiva Lancar yaitu aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi dan proses perputaran dalam jangka waktu pendek (umumnya kurang dari 1 tahun). (2) Aktiva Tetap yaitu aktiva yang tahan lama yang tidak atau secara berangsurangsur habis, turut serta dalam proses perputarannya dalam jangka waktu panjang (lebih dari satu tahun). 2) Modal Aktif berdasarkan fungsi bekerjanya aset dalam perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1) Modal Kerja (working capital), yaitu jumlah keseluruhan aktiva lancar atau kelebihan dari aktiva lancar di atas utang lancar. (2) Modal Tetap adalah jumlah keseluruhan aktiva tetap. 2. Modal Pasif adalah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. 1) Modal Pasif berdasarkan asalnya dibedakan menjadi :
9
(1) Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik modal perusahaan itu sendiri dari hasil usahanya (saldo laba), atau berasal dari pengambilan bagian, persero atau pemilik (modal saham, persero, dan lain-lain). (2) Modal Asing adalah modal yang berasal dari kreditur (hutang). 2) Modal Pasif berdasarkan lamanya penggunaan dibedakan menjadi modal jangka panjang dan modal jangka pendek. Penggunaan modal pasif didasarkan pada : (1) Syarat likudititas yang terdiri dari modal jangka panjang dan modal jangka pendek. (2) Syarat solvabilitas yang terdiri dari modal asing dan modal sendiri. (3) Syarat rentabilitas yang terdiri dari modal dengan pendapatan tidak tetap (modal saham). Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal merupakan sumber kekayaan yang masih ada dalam perusahaan dan digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan atau laba. 2.3
Modal Kerja
2.3.1
Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja yang akan digunakan untuk
membiayai aktivitas sehari-hari, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar upah buruh, membayar hutang dan lain-lain. Modal kerja merupakan salah satu bagian dari aset
10
yang ada dalam perusahaan. Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dijalankan. Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membiayai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi dalam jangka pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau barang produksinya Pengertian modal kerja menurut Irawati (2006; 89) yaitu: “Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar atau current assets”. Pengertian modal kerja menurut Martono (2010; 72) yaitu: “Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan seharihari”. Jadi berdasarkan uraian di atas, modal kerja merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam perusahaan. Karena tanpa modal kerja perusahaan tidak memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya. 2.3.1.1 Indikator Modal Kerja Variabelnya adalah modal kerja. Menurut Sutrisno (2012; 242) untuk menghitung modal kerja menggunakan rumus sebagai berikut:
Modal Kerja = Aktiva Lancar – Hutang Lancar
11
Konsep variabel dari modal kerja yaitu selisih antara aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan. Ridwan S. Sunjaja (2003; 186) 2.3.1.2 Pentingnya Modal Kerja Menurut Darsono (2006; 120) modal kerja sangat penting bagi perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki kecukupan modal kerja akan sangat sulit untuk menjalankan kegiatannya, atau akan macet operasinya. Tanpa modal kerja yang cukup, suatu perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Besarnya modal kerja tergantung pada jenis bisnis, tetapi pada umumnya nilai modal kerja suatu perusahaan kira-kira lebih dari 50% dari jumlah harta, maka perlu pengelolaan yang serius. Khususnya bagi perusahaan kecil, modal kerja sangat penting karena mereka sulit memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal dan pasar uang. Perusahaan kecil harus membiayai kegiatan bisnis dari modal sendiri karena belum memperoleh kepercayaan dari pihak lain. Perkembangan pertumbuhan penjualan berkaitan erat dengan kebutuhan modal kerja. Perusahaan yang sedang tumbuh ia banyak melakukan kegiatan terutama kegiatan produksi dan pemasaran. Kedua jenis kegiatan ini memerlukan modal kerja yang cukup. Perusahaan yang tumbuh berkembang tanpa didukung oleh modal kerja yang kuat, ia akan
12
kembali layu dan akhirnya mati. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa modal kerja adalah “ruh” atau energi internal yang menggerakan seluruh kegiatan perusahaan. 2.3.2
Klasifikasi Modal Kerja Menurut Darsono (2006; 116) modal kerja dapat diklasifikasikan menjadi empat
pengertian, yaitu : 1. Modal kerja kotor (gross working capital) adalah jumlah harta lancar perusahaan. Modal kerja ini merupakan kekuatan “semu” karena sebagian diperoleh dari utang jangka pendek, maka ia dapat dikatakan sebagai modal kerja tradisional atau modal kerja kuantitatif. 2. Modal kerja bersih (net working capital) adalah harta lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja ini merupakan kekuatan intern untuk menggerakan kegiatan bisnis, yaitu untuk membiayai kegiatan operasi rutin dan membayar semua utang yang jatuh tempo. Dan dapat dikatakan sebagai modal kerja kualitatif. 3. Modal kerja fungsional yaitu fungsinya harta lancar dalam menghasilkan pendapatan saat ini (current income) yang terdiri atas kas, persediaan, piutang sebesar harga pokok penjualan dan penyusutan. 4. Modal kerja potensial yang terdiri dari efek (surat berharga yaitu saham dan obligasi yang mudah dipasarkan) dan besarnya keuntungan yang termasuk dalam jumlah piutang.
13
2.3.3
Perputaran Modal Kerja Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal
kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap modal kerja. Sawir (2001; 151) Efektivitas perusahaan dalam mengelola modal kerja dapat diukur melalui perputaran modal kerja (working capital turnover). Modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalam perusahaan selama perusahaan bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek perputarannya atau makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Menurut Munawir (2004; 240) perputaran modal kerja menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam satu periode; atau jumlah penjualan yang bisa dicapai oleh setiap rupiah modal kerja. Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan ratio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata (working capital turnover). Menurut Munawir (2004; 240) rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya angka perputaran modal kerja adalah :
14
Perputaran Modal Kerja =
2.3.4
Konsep Modal Kerja Menurut Sutrisno (2012; 39) konsep modal kerja ada 3, yaitu:
1. Modal Kerja Kuantitatif Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang tertanam dalam aktiva yang masa perputarannya kurang dari satu tahun. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Oleh karena semua elemen aktiva lancar diperhitungkan sebagai modal kerja tanpa memperhatikan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, maka modal kerja ini sering disebut modal kerja bruto atau gross working capital. 2. Konsep Kualitatif Pada konsep ini, modal kerja bukan semua aktiva lancar tetapi telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan demikian dana yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-pembayaran hutang yang segera jatuh tempo. Karena menurut
15
konsep ini hutang lancar telah dikeluarkan dari perhitungan, sehingga modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancarnya. 3. Konsep Fungsional Konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan penghasilan langsung atau current income. Pengertian modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan current income sesuai dengan tujuan didirikannya perusahaan pada satu periode tertentu. Dengan demikian ada tiga syarat untuk menjadi modal kerja, yakni: (1) current income, (2) sesuai dengan tujuan perusahaan, dan (3) satu periode akuntansi. Oleh karena itu yang masuk sebagai modal kerja adalah kas, piutang dagang sebesar harga pokoknya, persediaan, dan aktiva tetap sebesar penyusutan periode tersebut. Sedangkan efek atau surat berharga dan margin laba dari piutang merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi modal kerja bila piutang sudah dibayar dan efek sudah dijual. 2.3.5
Jenis-jenis Modal Kerja Menurut W.B Taylor dalam Sawir (2003; 132) mengenai jenis-jenis modal kerja
menggolongkannya dalam : 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
16
Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan lagi dalam : 1) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha. 2) Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian yang dinamis. 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan antara: 1) Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. 2) Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. 3) Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak.
17
2.3.6
Sumber Modal Kerja Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang dibentuk atau
dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber intern atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan adalah laba ditahan, penyusutan (depresiasi). Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan. Yang merupakan sumber ekstern perusahaan adalah supplier , bank dan pasar modal. Bambang Riyanto (2001; 209) Munawir (2000; 120) mengemukakan bahwa pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari : 1. Hasil operasi perusahaan, adalah net income yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi. 2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) yakni keuntungan yang diperoleh dari penjualan. Surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. 3. Penjualan aktiva tidak lancar yakni sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan.
18
Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya moda kerja yang berlebih). 4. Penjualan saham atau obligasi yakni untuk menambah dana modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, di samping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. 5. Memperoleh pinjaman
yakni memperoleh pinjaman dari kreditor (bank atau
lembaga lain), terutama pinjaman jangka pendek, khusus untuk pinjaman jangka panjang juga dapat digunakan, hanya saja pinjaman jangka panjang biasanya digunakan untuk kepentingan investasi. 6. Dana hibah yakni perolehan dana hibah dari berbagai lembaga, ini juga dapat digunakan sebagai modal kerja. Dana hibah biasanya tidak dikenakan beban biaya sebagaimana pinjaman dan tidak ada kewajiban pengembalian. 2.3.6.1 Kebijaksanaan Modal Kerja Kebijaksanaan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif sumber dana.
19
Seperti diketahui bahwa sumber dana berjangka panjang atau sumber dana berjangka pendek. Menurut Sutrisno (2012; 42), kebijaksanaan modal kerja apa yang harus diambil oleh perusahaan ini tergantung dari seberapa besar manajer berani mengambil risiko. Kebijaksanaan modal kerja yang bisa diambil oleh perusahaan adalah : 1. Kebijaksanaan Konservatif Rencana
pemenuhan
kebutuhan
dana
konservatif
merupakan
rencana
pemenuhan dana modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber dana jangka panjang dibandingkan sumber dana jangka pendek. Dikarenakan dalam kebijakan ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel dipenuhi oleh sumber dana jangka panjang. Sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Kebijaksanaan ini disebut konservatif (hati-hati), karena sumber dana jangka panjang mempunyai jatuh tempo yang lama, sehingga perusahaan memiliki keleluasaan dalam pelunasan. 2. Kebijaksanaan Moderat Kebijakan ini didasarkan atas prinsip matching principle yang menyatakan bahwa jangka waktu sumber dana sebaiknya disesuaikan dengan lamanya dana tersebut diperlukan. Bila dana yang diperlukan hanya untuk jangka pendek maka sebaiknya didanai dengan sumber dana jangka pendek, demikian pula jika
20
dana yang diperlukan hanya untuk jangka panjang maka sebaiknya didanai dengan sumber dana jangka panjang. 3. Kebijaksanaan Agresif Bila pada kebijakan konservatif perusahaan lebih mementingkan faktor keamanan sehingga margin of safety sangat besar, tetapi tentunya akan mengakibatkan tingkat profitabilitas menjadi rendah. Sebaliknya dengan kebijakan agresif, maka kebutuhan dana jangka panjang akan dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Pada pendekatan ini perusahaan berani menanggung risiko yang cukup besar, sedangkan trade-off yang diharapkan adalah memperoleh profitabilitas yang lebih besar. 2.3.7
Unsur-unsur Modal Kerja
2.3.7.1 Aktiva Lancar Menurut Munawir (2000; 14) yang termasuk dalam aktiva lancar adalah sebagai berikut : 1. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. 2. Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable securities) adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi.
21
3. Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang. 4. Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. 5. Persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan sampai tanggal neraca masih di gudang belum laku dijual. 6. Piutang atau penghasilan yang masih harus diterima adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan sudah memberikan jasa atau prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan. 7. Persekot atau biaya yang dibayar dimuka adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya. 2.3.7.2 Hutang Lancar Munawir (2000; 18) mengemukakan bahwa hutang lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Bambang Riyanto (2001; 227) mengemukakan bahwa hutang jangka pendek yaitu modal asing jangka waktu paling lama satu tahun.
22
Menurut Munawir (2000; 18) hutang lancar meliputi : 1. Hutang dagang adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit. 2. Hutang wesel adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang. 3. Hutang pajak : baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara. 4. Hutang yang masih harus dibayar adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. 5. Hutang jangka pendek yang segera jatuh tempo adalah sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya. 6. Penghasilan yang diterima di muka ( Diferred Revenue ) adalah penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang belum direalisir. Modal dalam perusahaan terdiri dari modal sendiri dan modal asing. Prinsip manajemen perusahaan menuntut agar baik dalam memperoleh maupun dalam menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan perusahaan yang tepat dalam menentukan modalnya. Sebelum perusahaan menetapkan apakah ingin menggunakan modal sendiri atau modal asing, terlebih dahulu perusahaan harus mengetahui karakteristik
23
dari kedua jenis modal tersebut. Dengan demikian diharapkan perusahaan dapat mendanai kegiatan operasi perusahaan dengat tepat. 2.3.8
Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Berlian (2002; 157) besarnya modal kerja
yang dibutuhkan suatu perusahaan tergantung pada beberapa hal, yaitu : 1. Besar kecilnya skala usaha perusahaan Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil. Hal ini terjadi karena beberapa alasan. Perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para langganan sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan. 2. Aktivitas perusahaan Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang.
24
3. Volume penjualan Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerjapun akan meningkat demikian pula sebaliknya. 4. Perkembangan teknologi Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai, selain itu akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi dengan pertambahan penjualan yang besar. 5. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan akan mengakibatkan jumlah modal kerja relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.
25
2.3.9
Manfaat Modal Kerja Menurut Munawir (2004; 116) modal kerja harus tersedia dalam jumlah yang
cukup agar dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran atau kegiatan operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain: 1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk turunnya nilai aktiva lancar. 2. Memungkinkan perusahaan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya. 3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. 4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya. 5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya. 6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.
26
2.4
Profitabilitas Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan,
profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara bergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Pengukuran terhadap profitabilitas akan memungkinkan bagi perusahaan, dalam hal ini pihak manajemen untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Profitabilitas dinilai sangat penting, karena untuk melangsungkan hidupnya suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para direktur, pemilik perusahaan dan yang paling utama pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan ini, karena disadari betul pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan. (Astri Puspita Sari; 2012) Pengertian profitabilitas menurut Irawati (2006; 58) adalah : “Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”.
27
Pengertian profitabilitas menurut Sartono (2001; 122) adalah : “Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari volume penjualan, total aktiva, dan modal sendiri. 2.4.1
Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau
manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Kasmir (2008; 197), menerangkan bahwa tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yakni : 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
28
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan posisi keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen sehingga dapat diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan perusahaan tersebut. semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin sempurna hasil yang akan dicapai, sehingga posisi dan kondisi tingkat profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna. 2.4.2
Indikator Profitabilitas Indikator profitabilitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio dalam
mengukur profitabilitas antara lain, gross profit margin, net profit margin, return on asset, dan return on equity.
29
2.4.2.1 Gross Profit Margin Menurut Fahmi (2011; 135) untuk menghitung gross profit margin menggunakan rumus sebagai berikut:
GPM =
−
Menurut Sawir (2003; 61) gross profit margin yaitu : “Gross profit margin merupakan persentase dari laba kotor (sales-cost of goods sold) dibandingkan dengan sales”. 2.4.2.2 Net Profit Margin Menurut Fahmi (2011; 135) untuk menghitung net profit margin menggunakan rumus sebagai berikut:
NPM =
Menurut Sartono (2001; 122) net profit margin yaitu : “Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.
30
2.4.2.3 Return On Investment Menurut Fahmi (2011; 135) untuk menghitung return on investment menggunakan rumus sebagai berikut:
ROI =
Menurut Sawir (2003; 63) return on investment yaitu : “Return on investment (ROI) atau sering juga disebut dengan “return on total assets” adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan” 2.4.2.4 Return On Equity Menurut Fahmi (2011; 135) rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Untuk menghitung return on equity menggunakan rumus sebagai berikut:
ROE =
31
2.5
Metode Pengukuran Profitabilitas Untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan digunakan rasio-rasio profitabilitas.
Menurut Fahmi (2011; 135) rasio profitabilitas secara umum ada 4 (empat), yaitu: 1. Gross Profit Margin Rasio gross profit margin merupakan margin laba kotor. Mengenai gross profit margin Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston dalam Fahmi (2011; 136) memberikan pendapatnya yaitu, “margin laba kotor, yang memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan, mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya persediaan atau biaya operasi barang maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewat penjualan kepada pelanggan.” Adapun rumus rasio gross profit margin adalah:
GPM =
2. Net Profit Margin Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Mengenai profit margin ini Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Fahmi (2011; 136) mengatakan, “(1) margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Ini menunjukkan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan
32
perolehan pada tingkat penjualan khusus. Dengan memeriksa margin laba dan norma industri sebuah perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat menilai efisiensi operasi dan strategi penetapan harga serta status persaingan perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri tersebut. (2) Margin laba kotor sama dengan laba kotor dibagi laba bersih. Margin laba yang tinggi lebih disukai karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil baik yang melebihi harga pokok penjualan”. Adapun rumus rasio net profit margin adalah:
NPM =
Laba setelah pajak ini dianggap sebagai laba bersih. Karena itu di beberapa literatur ditemukan jika earning after tax ditulis dengan net profit margin atau laba bersih. Untuk dapat kita lihat pada rumus di bawah ini:
NPM =
33
3. Return on Investment (ROI) Rasio return on investment (ROI) atau pengembalian investasi, bahwa di beberapa referensi lainnya rasio ini juga ditulis dengan return on total asset (ROA). Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun rumus return on investment (ROI) adalah:
ROI =
4. Return on Equity (ROE) Rasio return on equity (ROE) disebut juga denga laba atas equity. Di beberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran total aset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Adapun rumus return on equity (ROE) adalah:
ROE =
34
2.6
Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (1999; 37), ada 2 (dua) pendapat tentang
pengaruh modal terhadap profitabilitas, yaitu: 1. Pendapat yang pertama Mengatakan bahwa modal kerja yang berlebihan dapat mengurangi risiko, tetapi juga akan mengurangi laba atau hasil. Pendapat ini didasarkan pada pengertian bahwa dengan berlebihan modal kerja akan memerlukan biaya untuk penyimpanan atau perawatan. Dengan demikian akan menurunkan profitabilitas. 2. Pendapat yang kedua Mengatakan bahwa modal kerja yang lebih dari cukup akan mengurangi laba atau hasil. Pendapat ini didasarkan atas pandangan bahwa dengan cukup tersedianya modal kerja, maka kegiatan dapat diarahkan pada pencarian hasil yang lebih tinggi dengan ekspansi atau perluasan usaha. Dengan demikian akan meningkatkan profitabilitas. Bila ditelaah secara mendalam ternyata modal kerja mempunyai peranan penting dalam pembentukan profitabilitas. Pada dasarnya modal kerja sangat menentukan tingkat profitabilitas. Perputaran modal kerja akan menciptakan penjualan dan hasil penjualan akan tercipta laba dan dari laba yang diperoleh dapat menciptakan efisiensi perusahaan melalui besarnya tingkat profitabilitas.
35
Modal kerja perusahaan selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan beroperasi. Periode perputaran modal kerja dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan No
Nama Peneliti
Tahun
Judul Peneliti
Hasil Penelitian
1
Desi Desiana
2014
Pengaruh Modal Kerja
Hasil analisis yang telah
Terhadap Profitabilitas dilakukan hubungan
terdapat yang
negatif
antara modal kerja dengan profitabilitas
perusahaan
industri kimia yang terdaftar di BEI tahun 2009-2010
36
2
Ririn Setiorini
2009
Analisis Pengaruh
Dari
hasil
yang
Modal Kerja Terhadap
dilakukan secara simultan
Profitabilitas pada
dan
Perusahaan
pengaruh yang signifikan
Manufaktur yang
antara variabel modal kerja
Terdaftar di BEI
terhadap profitabilitas pada
parsial
perusahaan
telah
terdapat
manufaktur
yang terdapat di BEI tahun 2004-2007. 3
Astri Puspita Sari
2012
Pengaruh Modal Kerja
Dari
hasil
dan Perputaran Modal
pembahasan
Kerja terhadap
dilakukan secara simultan
Profitabilitas
modal kerja dan perputaran
Perusahaan
modal
Manufaktur yang
signifikan
terdaftar di BEI
profitabilitas yang diukur
kerja
analisis
dan
yang
telah
berpengaruh terhadap
dengan return on investment pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2010.
37
Persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah persamaannya dalam variabel penelitian, variabel peneliti sebelumnya hampir sama dengan variabel yang ingin diteliti yaitu variabel X modal kerja dan variabel Y profitabilitas namun yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah dari judul, objek dan periode waktu penelitian. 2.7
Kerangka Pemikiran Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok
orang atau badan yang kegiatannya melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia, perusahaan menjalankan kegiatan selain bertujuan mencari laba juga mempertahankan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Semakin banyaknya perusahaan yang tumbuh menjadi besar, maka faktor modal menjadi sangat penting bagi kegiatan operasional suatu perusahaan. Modal kerja sangat penting bagi perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki kecukupan modal kerja akan sangat sulit untuk menjalankan kegiatannya, atau akan macet operasinya. Darsono (2006; 120) Modal kerja menurut Sawir (2001; 129) yaitu: “Modal kerja adalah kseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”.
38
Modal kerja menurut Martono (2010; 72) yaitu: “Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan seharihari”. Pengelolaan modal kerja mempunyai peranan bagi kelangsungan hidup perusahaan karena selalu dibutuhkan untuk membiayai kegiatan operasional harian. Modal kerja akan berputar dan berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kegiatan operasional perusahaan. Pengelolaan modal kerja yang baik didasarkan pada keputusan mengenai tingkat investasi aktiva lancar yang optimal dan kebijakan tepat atas pendanaan jangka pendek dan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar tersebut. Van Horne dan Wachowicz (2005; 309) Menurut Sutrisno (2012; 242) untuk menghitung modal kerja menggunakan rumus sebagai berikut:
Modal Kerja = Aktiva Lancar – Hutang Lancar
Menurut Irawati (2006; 89), aktiva lancar adalah kekayaan perusahaan yang fisik bentuknya berubah dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam satu kali pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai kembali dalam jangka pendek yaitu kurang dari satu tahun. Sedangkan utang lancar terdiri dari utang-utang jangka
39
pendek, seperti utang wesel, utang usaha, dan utang-utang pada bank lainnya yang berusia kurang dari satu tahun. Dana atau kas yang telah dikeluarkan untuk modal kerja tersebut diharapkan akan kembali masuk kedalam perusahaan dalam waktu singkat melalui penjualan. Dari hasil penjualan diharapkan dapat diperoleh laba (profit). Laba dan kas hasil penjualan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasional lainnya. Demikian seterusnya modal kerja akan selalu berputar selama perusahaan beroperasi. Bambang Riyanto (2001; 57) Menurut Indriyogitosudarmo dan Basri (2002; 38), modal kerja cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi peruashaan sehari-hari. Dengan adanya modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan karena disamping memungkinkan perusahaan beroperasi secara ekonomis dan efektif, juga berarti perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Modal kerja yang cukup lebih baik dari modal kerja yang berlebihan, karena modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa menggunakan dana yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut tidak produktif. Hal tersebut berdampak terhadap tingkat profitabilitas. Begitu juga sebaliknya, modal kerja yang kurang dari cukup dapat menjadi kemunduran atau bahkan kegagalan suatu perusahaan dan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan.
40
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dan sejauh mana keefektifan pengelolaan perusahaan (Munawir, 2004; 33). Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta efisiensi dan efektivitas manajemen dalam mengelola sumber dana yang dimilikinya. Profitabilitas menjadi ukuran yang digunakan manajemen dalam mengelola modal kerja secara efisien. Dengan adanya peningkatan efektivitas dalam modal kerja, maka perusahaan dapat meningkatkan profitabilitasnya. Menurut Fahmi (2011; 135), cara yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk mengukur profitabilitas adalah dengan menggunakan rasio gross profit margin, net profit margin, return on investment, dan return on equity. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan dalam skema kerangka pemikiran, sebagai berikut : Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Modal Kerja (X)
Profitabilitas (Y)
41
2.8
Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis menyajikan hipotesis sebagai
berikut : Ho : Modal kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas H1 : Modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas