BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis 2.1.1 Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Dalam Kadir (2003:10), Hall menyatakan bahwa sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pemakai. Sedangkan secara umum, menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis. Banyak perusahaan yang berani melakukan investasi yang sangat tinggi di bidang teknologi informasi. Alasan yang paling umum adalah karena adanya kebutuhan untuk mempertahankan dan meningkatkan posisi kompetitif, mengurangi biaya, meningkatkan fleksibilitas, dan tanggapan. Itulah sebabnya, sebagai contoh banyak bank yang berlomba-lomba untuk memperluas jaringan ATM untuk meningkatkan layanan kepada nasabah, mengingat akan ketatnya persaingan dunia usaha bank saat ini. Teknologi informasi sering dikatakan dapat digunakan untuk membentuk “strategi” menuju keunggulan kompetitif (O’Brien, 1996, dalam Kadir, 2003:18) antara lain : a. Strategi biaya, meminimalisir biaya/memberikan harga yang lebih murah terhadap pelanggan, menurunkan biaya dari pemasok, atau meningkatkan biaya pesaing untuk tetap bertahan di industri. b. Strategi diferensiasi, mengembangkan cara-cara untuk membedakan produk/jasa yang dihasilkan perusahaan terhadap pesaing sehingga pelanggan menggunakan produk/jasa karena adanya manfaat atau fitur yang unik.
7
Universitas Sumatera Utara
8
c. Strategi inovasi, memperkenalkan produk/jasa yang unik atau membuat perubahan yang radikal dalam proses bisnis yang menyebabkan perubahanperubahan yang mendasar dalam pengelolaan bisnis. d. Strategi pertumbuhan, mengembangkan kapasitas produksi secara signifikan, melakukan ekspansi ke dalam pemasaran global, melakukan diversifikasi produk/jasa baru, atau mengintegrasikan ke dalam produk/jasa yang terkait. e. Strategi aliansi, membentuk hubungan dan aliansi bisnis yang baru dengan pelanggan, pemasok, pesaing, konsultan dan lain-lain.
2.1.2 Perkembangan Teknologi Informasi dalam dunia perbankan Perbankan adalah salah satu sektor yang paling dramatis terpengaruh oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sistem on-line yang menjadi faktor unggulan sedang memasuki generasi ketiga. Dalam era globalisasi yang dipengaruhi oleh liberalisasi ekonomi dan beberapa kesepakatan internasional (GATT/GATS dalam WTO, APEC, AFTA dan ACFTA) telah mengubah orientasi bank dari inward looking menjadi forward looking guna menengahkan persaingan.
Dewasa ini perkembangan industri
keuangan baik lembaga perbankan maupun non perbankan berjalan sangat pesat. Kemajuan teknologi informasi telah memungkinkan pula lembaga-lembaga yang dulunya
bergerak
disektor
industri
non
keuangan
mengalihkan
atau
mendefinisikan bisnisnya ke sektor keuangan. Electronic Banking (e-banking) merupakan suatu aktifitas layanan perbankan yang menggabungkan antara sistem informasi dan teknologi, ebanking meliputi phone banking, mobile banking, dan internet banking. Fungsi penggunaannya mirip dengan mesin ATM dimana sarananya saja yang berbeda, seorang nasabah dapat melakukan aktifitas pengecekan saldo rekening, transfer dana antar rekening atau antar bank, hingga pembayaran tagihan-tagihan rutin
Universitas Sumatera Utara
9
bulanan seperti: listrik, telepon, kartu kredit, dan lain sebagainya. Dengan memanfaatkan e-banking banyak keuntungan yang akan diperoleh nasabah terutama apabila dilihat dari banyaknya waktu dan tenaga yang dapat dihemat karena e-banking jelas bebas antrian dan dapat dilakukan dari mana saja sepanjang nasabah memiliki sarana pendukung untuk melakukan layanan ebanking tersebut. Dari sudut organisasi, dampak langsung penerapan e-banking (dan atau penggunaan teknologi informasi yang semakin ke arah otomatisasi) adalah pengalihan tugas administrasi yang sebelumnya dilakukan secara manual atau semi manual/semi otomatis pada proses penyelesaian secara elektronik. Pengembangan sistem elektronik juga memungkinkan bank memperluas jaringan operasionalnya tanpa harus dilakukan dengan pengembangan jaringan perkantoran bank yang bersangkutan. Dengan demikian dampak utama adalah pengurangan tugas-tugas administratif bank. Dampak ini akan mengubah kebutuhan penyediaan sumber daya manusia untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan pelayanan jasa dan pengelolaan resiko operasional dan manajerial bank. Perubahan tersebut pada gilirannya mempengaruhi struktur dan bentuk organisasi bank yang bersangkutan. Program
pengembangan
sistem
informasi
dimaksudkan
untuk
mengembangkan sistem informasi yang diperlukan untuk meningkatkan masuknya informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di dunia internasional, memperlancar pertukaran dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan
dan
teknologi,
serta
meningkatkan
sistem
perencanaan,
Universitas Sumatera Utara
10
pengelolaan, pemantauan kegiatan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.1.3 Jenis-Jenis Teknologi E-Banking Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di perbankan nasional relatif lebih maju dibandingkan sektor lainnya. Berbagai jenis teknologinya diantaranya meliputi Automated Teller Machine, Banking Application System, Real Time Gross Settlement System, Sistem Kliring Elektronik, dan internet banking. Bank Indonesia sendiri lebih sering menggunakan istilah Teknologi Sistem Informasi (TSI) Perbankan untuk semua terapan teknologi informasi dan komunikasi dalam layanan perbankan. Istilah lain yang lebih populer adalah Electronic Banking. Electronic banking mencakup wilayah yang luas dari teknologi yang berkembang pesat akhir-akhir ini. Beberapa diantaranya terkait dengan layanan perbankan di “garis depan” atau front end, seperti ATM dan komputerisiasi (sistem) perbankan, dan beberapa kelompok lainnya bersifat back end, yaitu teknologi-teknologi yang digunakan oleh lembaga keuangan, merchant, atau penyedia jasa transaksi, misalnya electronic check conversion. Saat ini sebagian besar layanan E-banking terkait langsung dengan rekening bank. Jenis E-Banking yang tidak terkait rekening biasanya berbentuk nilai moneter yang tersimpan dalam basis data atau dalam sebuah kartu (chip dalam smartcard). Dengan semakin berkembangnya teknologi dan kompleksitas transaksi, berbagai jenis E-banking semakin sulit dibedakan karena fungsi dan fiturnya cenderung terintegrasi atau mengalami konvergensi. Sebagai contoh,
Universitas Sumatera Utara
11
sebuah kartu plastik mungkin memiliki “magnetic strip”- yang memungkinkan transaksi terkait dengan rekening bank, dan juga memiliki nilai moneter yang tersimpan dalam sebuah chip. Kadang kedua jenis kartu tersebut disebut “debit card” oleh merchant atau vendor. Beberapa gambaran umum mengenai jenisjenis teknologi E-Banking dapat dilihat di bawah ini :
a. Automated Teller Machine (ATM). Terminal elektronik yang membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari rekening simpanannya di bank, melakukan setoran, cek saldo, atau pemindahan dana. b. Computer Banking. Layanan bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke pusat data bank, untuk melakukan beberapa layanan perbankan. c. Debit (or check) Card. Kartu yang digunakan pada ATM atau terminal pointof-sale (POS) yang memungkinkan pelanggan memperoleh dana yang langsung didebet (diambil) dari rekening banknya. d. Direct Deposit. Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi (misalnya pemberi kerja atau instansi pemerintah) yang membayar sejumlah dana (misalnya gaji atau pensiun) melalui transfer elektronik. e. Direct Payment (also electronic bill payment). Salah satu bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk membayar tagihan melalui transfer dana elektronik. f. Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP). Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan atau diinformasikan ke nasabah atau pelanggan secara online, misalnya melalui email atau catatan dalam rekening bank.
Universitas Sumatera Utara
12
g. Electronic Check Conversion. Proses konversi informasi yang tertuang dalam cek (nomor rekening, jumlah transaksi, dll) ke dalam format elektronik agar bisa dilakukan pemindahan dana elektronik atau proses lebih lanjut. h. Electronic Fund Transfer (EFT). Perpindahan “uang” atau “pinjaman” dari satu rekening ke rekening lainnya melalui media elektronik. i. Payroll Card. Salah satu tipe “stored-value card” yang diterbitkan oleh pemberi kerja sebagai pengganti cek yang memungkinkan pegawainya mengakses pembayaraannya pada terminal ATM atau Point of Sales. j. Preauthorized Debit (or automatic bill payment). Bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi pembayaran rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya pada tanggal-tangal tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu. k. Prepaid Card. Salah satu tipe Stored-Value Card yang menyimpan nilai moneter di dalamnya dan sebelumnya pelanggan sudah membayar nilai tersebut ke penerbit kartu. l. Smart Card. Salah satu tipe stored-value card yang di dalamnya tertanam satu atau lebih chips atau microprocessors sehingga bisa menyimpan data, melakukan perhitungan, atau melakukan proses untuk tujuan khusus (misalnya validasi PIN, otorisasi pembelian, verifikasi saldo rekening, dan menyimpan data pribadi). m. Stored-Value Card. Kartu yang di dalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter, yang diisi melalui pembayaran sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh pemberi kerja atau perusahaan lain.
Universitas Sumatera Utara
13
2.1.4
Investasi dalam Teknologi Informasi Secara umum investasi diartikan sebagai komitmen atas sejumlah dana
atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan (Nurul dan Mustafa, 2007:7). Tujuan dari investasi adalah untuk mendapatkan sejumlah keuntungan. Investasi merupakan salah satu keharusan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, terutama ketika bisnisnya sedang berada dalam tahap awal, yaitu pada tingkat pembentukan dan pertumbuhan (infancy dan growth stages). Faktor penentu investasi sangat tergantung pada situasi di masa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan komponen yang paling mudah berubah. Ditinjau dari segi peranan strategis teknologi informasi, ditemukan lima jenis tujuan dari dilakukannya investasi terhadap perangkat teknologi tersebut. Kategori pertama adalah karena alasan kelangsungan hidup perusahaan atau bisnis itu sendiri. Kategori kedua adalah perusahaan yang hendak melakukan investasi. Kategori ketiga adalah tujuan investasi untuk memperbaiki efektitivitas usaha, dalam arti kata melakukan apa yang diistilahkan sebagai “Do the right thing”. Kategori keempat adalah keinginan perusahaan untuk mendapatkan suatu
loncatan keunggulan kompetitif (competitive advantage
leap) agar dapat meninggalkan para pesaing bisnisnya dengan mengembangkan teknologi yang perusahaan lain belum memiliki. Kategori kelima adalah suatu bentuk investasi yang dilatarbelakangi oleh peranan teknologi informasi sebagai salah satu perangkat infrastruktur yang tidak dapat dihindari keberadaannya bagi sebuah perusahaan di era global ini.
Universitas Sumatera Utara
14
Mahmood dan Mann (1993) menyatakan bahwa investasi yang mantap dalam teknologi informasi harus dipertimbangkan untuk meningkatkan performance ekonomi dan strategi organisasi. Dengan investasi teknologi informasi yang tepat, maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif sehingga mampu bersaing dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sircar et al. (2000) melakukan penelitian dengan membuat framework baru untuk mengukur kinerja yaitu tidak lagi menekankan kinerja dalam arti produktivitas, namun kinerja perusahaan yang sebenarnya meliputi penjualan, aset, dan market value. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya diperoleh hasil hubungan yang signifikan antara investasi dalam teknologi informasi dan kinerja perusahaan. Investasi yang dilakukan oleh perusahaan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Karimi et al. (1996) membuat suatu model penelitian berkaitan dengan beberapa penelitian sebelumnya
mengenai faktor
yang
mempengaruhi
perusahaan dalam melakukan respon terhadap globalisasi. Karimi et al. (1996) menunjukkan bahwa ada tiga faktor yang menentukan respon strategik perusahaan terhadap globalisasi. Tiga faktor tersebut adalah tipologi strategi kompetitif, kematangan teknologi informasi dan ukuran perusahaan. Sircat et.al (2000) mengklasifikasikan aset investasi teknologi informasi menjadi 3 (tiga) bagian, antara lain : a. Biaya teknologi informasi, yang terdiri dari biaya rutin yang dikeluarkan untuk gaji staf TI, pelatihan staf TI, dan biaya-biaya lainnya. b. Nilai peralatan teknologi informasi yang dimiliki perusahaan. c. Jumlah komputr per karyawan.
Universitas Sumatera Utara
15
Perlu disadari bahwa dalam hal investasi, selalu terjadi persaingan dalam “perebutan” alokasi dana investasi. Selain itu investasi teknologi informasi pada umumnya masih dievaluasi seperti halnya investasi untuk sektor lain. Berdasarkan karakteristik tujuan investasi teknologi informasi perusahaan, maka aset investasi teknologi informasi tersebut terdiri dari : a. Infrastruktur teknologi informasi yang memberikan dasar untuk dapat berbagi layanan teknologi informasi (mencakup aspek teknis dan sumber daya manusia, misalnya server, jaringan, laptop, database pelanggan, help desk, dan pengembangn aplikasi) yang digunakan oleh berbagai aplikasi teknologi informasi. Investasi infrastruktur teknologi informasi secara jangka panjang diharapkan dapat meningkatkan kemampulabaan dan kinerja operasional perusahaan. b. Investasi yang bersifat transaksi (transactional), yaitu dibuat untuk mengotomasi proses, memangkas biaya, dan meningkatkan volume bisnis perusahaan. Investasi seperti ini diharapkan dapat dengan cepat mereduksi biaya operasional perusahaan. c. Investasi yang bersifat informatif (informational), yaitu memberikan informasi untuk manajemen, akuntansi, pelaporan dan komunikasi internal perusahaan kepada pihak pelanggan, pemasok dan regulator. Diharapkan investasi informatif ini dapat memperkuat sistem pelaporan, fungsi kontrol, mempermudah pengumpulan data dan pengambilan keputusan, mengurangi biaya, dan mengidentifikasi peluang-peluang baru untuk meningkatkan pendapatan dan kemampulabaan.
Universitas Sumatera Utara
16
d. Investasi yang bersifat strategis, yaitu berupa reposisi perusahaan dalam pasar melalui pengembangan produk baru, jasa ataupun proses bisnis. Investasi strategis yang sukses akan mengubah sistem pelayanan jasa atau proses perusahaan dalam industri, namun manjadi tidak strategis ketika kompetitor mengkomoditikan kemampuannya. Ada beberapa isu penting yang perlu diperhatikan oleh mereka yang diberi kewenangan untuk melakukan investasi teknologi informasi. Pertama, dianjurkan untuk menentukan dasar-dasar pertimbangan dalam investasi. Tidak selalu nilai manfaat investasi teknologi informasi harus dihitung menggunakan ROI, perlu dipertimbangkan pula faktor-faktor non-teknologi, seperti apakah investasi teknologi informasi akan berpotensi meningkatkan penjualan, kepuasan pelanggan, tingkat keuntungan dan lain sebagainya. Guna memudahkan dalam mengukur manfaat, khususnya manfaat keuangan, bagi perusahaan yang akan mengimplementasikan teknologi informasi dalam skala luas dan bersifat strategis perlu mempertimbangkan untuk meninjau kembali perlakuan akuntansi yang akan digunakan untuk menilai kinerja investasi teknologi informasi. Data akuntansi sangat penting dalam menghitung manfaat investasi teknologi informasi. Setelah identifikasi dasar-dasar pertimbangan dilakukan, maka langkah kedua adalah menentukan prioritas, dengan memperhatikan cakupan manfaat bisnis dan ekonomi, keterbatasan sumber
daya, dan faktor lainnya.
Bagaimanapun, dari semua pertimbangan di atas perlu dipilih dan dipilah mana yang harus didahulukan dari lainnya. Prioritas penting terutama jika sumber
Universitas Sumatera Utara
17
daya perusahaan tidak mencukupi semua kebutuhan investasi teknologi informasi.
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Investasi dalam Teknologi Informasi 2.1.5.1 Tipologi Strategi Kompetitif Suatu perusahaan yang sukses didukung oleh strategi yang sesuai dengan lingkungan perusahaannya, sehingga perusahaan memiliki kemampuan untuk memperoleh keunggulan bersaing dalam dunia bisnis melalui strategi yang dipilihnya. Beberapa
perusahaan mengalami
kegagalan pada saat strategi yang diambilnya tidak sesuai dengan lingkungan operasinya. Model strategi akan memberikan rerangka yang bermanfaat bagi manajemen untuk mengidentifikasi karakteristik sistem informasi yang sesuai dengan berbagai jenis strategi yang berbeda-beda. Model tipologi ini banyak didokumentasikan dalam berbagai studi empiris untuk menentukan hubungan antara strategi perusahaan secara keseluruhan (corporate strategy) dengan strategi unit bisnis yang lain sebagai respon dari lingkungan (Karimi et al., 1996). Tipologi strategi kompetitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tipologi strategi kompetitif yang dikemukan oleh Miles dan Snow. Tipologi memandang perusahaan sebagai suatu sistem yang lengkap dan terintegrasi dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Miles dan Snow (1978), tipologi strategi kompetitif ada empat, meliputi :
Universitas Sumatera Utara
18
a. Prospector, yaitu perusahaan yang secara intensif menggunakan teknologi informasi dalam berbagai aktivitas operasionalnya, sehingga memiliki kecenderungan untuk menerapkan desain strategi kompetitif yang agresif dengan tujuan agar tetap menjadi pioner dalam produk dan segmen pasar tertentu. b. Defender, yaitu perusahaan yang cenderung memiliki sifat kurang dinamis. Perusahaan beroperasi dalam lingkungan yang relatif stabil serta dapat diprediksi arah perubahannya di masa depan. Dengan demikian
perusahaan
lebih
menaruh
perhatian
pada
upaya
mempertahankan porsi pangsa pasar tertentu dari keseluruhan pasar dengan menciptakan produk dan jasa tertentu maupun jumlah customer yang stabil. c. Analyzer, yaitu perusahaan yang menerapkan strategi keseimbangan antara aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan peluang perluasan pangsa pasar baru produk dan jasa dengan tetap menjaga hubungan dengan customer dan supplier yang lama. Fokus utama perusahaan ini adalah di satu sisi meminimalisasi resiko karena pemanfaatan teknologi yang telah usang, sementara di sisi lain perusahaan berusaha meraih peluang untuk mendapatkan laba dengan jalan meniru inivasi produk dan jasa yang telah sukses (benchmarking). d. Reactor, tipe perusahaan seperti ini tidak memiliki strategi untuk senantiasa menyesuaikan teknologi informasinya dengan perubahan lingkungan yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
19
Perusahaan tidak dapat memastikan strategi mana yang paling jitu yang digunakan untuk memenangkan persaingan, dibutuhkan pemahaman dan pengenalan strategi tersebut. Miles dan Snow (1978), memberikan alternatif-alternatif strategi bersaing
tersebut
dengan tujuan agar
perusahaan dapat menerapkan strategi tersebut pada waktu dan situasi yang tepat dengan terlebih dahulu memahami posisi perusahaan dalam persaingan. Tipologi strategi kompetitif berpengaruh secara signifikan terhadap respon strategi perusahaan. Jika ditinjau dari investasi teknologi informasi, tipologi strategi kompetitf tersebut merespon perusahaan untuk melakukan langkah-langkah
strategik,
sehingga
tipologi
strategi
kompetitif
perusahaan berhubungan dengan perannya dalam menjadikan teknologi informasi sebagai bagian dari respon strategik menghadapi persaingan global. Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya dapat berupa sejumlah keputusan investasi terkait dengan penggunaan teknologi informasi. Selain itu, dalam usaha menjadikan penggunaan teknologi informasi untuk mencapai keunggulan kompetitif, perusahaan harus mampu melakukan analisa terhadap lingkungan industrinya. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tipologi strategi kompetitif perusahaan akan menentukan
kebutuhan
informasi,
selanjutnya
akan
mendorong
dilakukannya investasi dalam teknologi informasi.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.5.2 Kematangan Teknologi Informasi Kematangan teknologi informasi dicerminkan dalam evolusi fungsi sistem informasi perusahaan dalam aspek perencanaan, organisasi, pengendalian dan integrasinya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Karimi et. Al (1996), Darmawati dan Indrianto (1999), dan Arifin (2001) Tingkat kematangan teknologi informasi dicerminkan dalam formalisasi perencanaan, pengendalian, organisasi dan integrasi aktivitas-aktivitas teknologi informasi. Fase kematangan teknologi terjadi jika teknologi benar-benar diperlukan oleh perusahaan dan efisiensi sudah benar-benar tercapai. Teknologi baru yang menawarkan peluang kepada perusahaan akan diadopsi baik yang mengarah ke aplikasi baru maupun yang mengarah pada restrukturisasi aplikasi lama. Dengan demikian perusahaan akan selalu dihadapakan pada tantangan untuk senantiasa mengadopsi teknologi baru. Tidak seperti jenis investasi lainnya, seperti gedung perkantoran atau peralatan, investasi TI tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang terus berkurang nilainya seiring dengan waktu, karena konteks nilai pada investasi TI tidak hanya dapat dipandang sebagai suatu nilai nominal. Investasi TI dapat mendatangkan manfaat terhitung (tangible) dan tidak terhitung (intangible). Keberhasilan investasi Teknologi informasi ini dapat dicapai jika ada keselarasan antara Teknologi Informasi dan strategi yang kompetitif. Kematangan teknologi informasi dari suatu perusahaan dicerminkan dalam evolusi sistem informasi dalam aspek:
Universitas Sumatera Utara
21
a.
Perencanaan TI. Sasaran utama Teknologi Informasi dalam tahap kematangan adalah untuk menyelaraskan perencanaan-perencanaan Teknologi
Informasi
dengan
perencanaan-perencanaan
bisnis
(Sullivan, 1985). Kriteria kearah kematangan teknologi informasi lebih dititik beratkan pada : (1) Apakah sistem informasi benar-benar merupakan
kebutuhan
untuk
menjalankan
strategi
kompetitif
perusahaan. (2) Peluang-peluang strategik apa yang diberikan oleh teknologi nformasi. (3) Bagaimana menentukan prioritas proyek teknologi informasi. b.
Pengendalian TI. Dalam tahap kematangan, perusahaan telah memiliki kepercayaan diri dalam mengelola sistem informasinya sebagaimana pengelolaan sumberdaya perusahaan yang lain. Pengembanganpengembangan aplikasi ditujukan untuk meraih manfaat ekonomi, dan manajer
teknologi
informasi
berusaha
untuk
menciptakan
keseimbangan antara penggunaan jangka pendek dan investasi dimasa datang (Earl, 1989). Perhatian ditujukan kepada hal-hal berikut ini: (1) Seberapa banyak dana yang dibelanjakan untuk teknologi informasi. (2)
Bagaimanakah
seharusnya
proposal
teknologi
informasi
dievaluasi. (3) Bagaimanakah seharusnya pertanggungjawaban dan otoritas kearah pengembangan dan operasi dibentuk. c.
Organisasi TI. Pada tahap awal perkembangan teknologi informasi, perusahaan
dapat
mengorganisir
aktivitas-aktivitas
teknologi
informasi secara otonom. Hal ini disebabkan aplikasi yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
22
perusahaan tersebut masih terbatas pada fungsi-fungsi yang berkaitan dengan transaksi, sehingga kesadaran dan keterlibatan pengguna sangat terbatas. Perhatian utama dalam tahap kematangan meliputi: (1) Bagaimanakah teknologi informasi mempengaruhi struktur organisasi perusahaan. (2) Apakah harus ada seorang direktur untuk menangani teknologi informasi. (3) Jika harus ada direktur, bagaimanakah peran dan tanggungjawabnya. d.
Integrasi TI. Semakin perusahaan menuju kearah kematangan, maka akan terjadi beberapa keadaan berikut ini (Cash, 1992) : (a) Terdapat proses perencanaan top down untuk menghubungkan strategi sistem informasi dengan kebutuhan-kebutuhan bisnis, (b) teknologi ditransfer ke dalam spektrum aplikasi-aplikasi yang lebih luas, serta (c) terdapat integrasi teknologi dalam tingkatan yang lebih tinggi, dimana hal ini mendorong pada eksploitasi teknologi informasi di dalam perusahaan. Dalam kondisi semacam ini perusahaan terintegrasi menggunakan teknologi informasi untuk menciptakan produk dan jasa baru, dan untuk mengubah hubungannya dengan para pemasok dan pelanggan, serta untuk menetapkan standar kinerja baru dalam industrinya. Dampak kematangan teknologi informasi ditunjukkan dengan
pengaruh yang signifikan terhadap respon strategik perusahaan dalam menghadapi globalisasi. Respon strategik perusahaan terkait dengan informasi teknologi dilakukan dalam bentuk keputusan investasi atas teknologi
informasi.
Kematangan
teknologi
informasi
perusahaan
Universitas Sumatera Utara
23
berhubungan dengan perannya dalam menjadikan teknologi informasi sebagai bagian dari respon strategik perusahaan menghadapi perdagangan bebas. Bradley et al. (1993) dalam karyanya telah membuat tiga kesimpulan, meliputi : (1) Dimasa kini telah terjadi perpaduan antara teknologi
informasi
dan
telekomunikasi
yang
secara
radikal
mempengaruhi seluruh perusahaan baik yang merupakan pengguna signifikan dari teknologi maupun tidak. (2) Perpaduan teknologi tersebut sangat dinamis dan akan menyebabkan perubahan struktur fundamental perusahaan. Dan (3) Strategi perusahaan akan meningkat dipengaruhi oleh penciptaan industri baru, restrukturisasi industri yang ada dan berfokus pada pencapaian keunggulan kompetitif melalui perpaduan teknologi informasi dan telekomunikasi. Goslar dan Grover (1993), melakukan penelitian yang berkenaan dengan pengaruh kematangan sistem informasi terhadap inisiatif, adopsi, dan implementasi teknologi telekomunikasi. Penelitian ini dilakukan terhadap 154 perusahaan di Amerika, dan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kematangan sistem informasi mempengaruhi inisiatif, adopsi, dan implementasi teknologi telekomunikasi. Darmawati dan Indriantoro (1999), juga melakukan penelitian mengenai hubungan antara kematangan teknologi informasi dengan respon strategik perusahaan dalam menghadapi globalisasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kematangan teknologi informasi berhubungan dengan keinginan
Universitas Sumatera Utara
24
perusahaan untuk melakukan investasi dalam teknologi informasi sebagai respon strategik terhadap globalisasi. Karimi et al. (1996), melakukan penelitian untuk menguji pengaruh kematangan teknologi informasi terhadap keputusan investasi dalam teknologi informasi sebagai respon strategik perusahaan terhadap globalisasi.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
kematangan
teknologi informasi mempengaruhi keputusan investasi dalam teknologi informasi sebagai respon strategik perusahaan terhadap globalisasi. Hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa kematangan teknlogi informasi berhubungan denngan keinginan perusahaan untuk melakukan investasi.
2.1.5.3 Ukuran Perusahaan Kettinger et al. (1994), melakukan penelitian terhadap 30 perusahaan di Amerika. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan sistem informasi strategik untuk memiliki keunggulan kompetitif. Akses terhadap sumber daya, skala ekonomi, dan aliansi rangkaian nilai secara umum berasosiasi dengan perusahaan besar dan akan membatasi perusahaan kecil untuk berkompetisi dengan inovator teknologi informasi yang berskala besar. Menurut teori ketergantungan sumber daya (resource dependence theory), ukuran perusahaan merupakan faktor organisasi terpenting yang mempengaruhi prilaku perusahaan dalam merespon lingkungan barunya.
Universitas Sumatera Utara
25
Perusahaan besar akan lebih inovatif karena kemampuannya untuk menanggung resiko yang lebih besar. Perusahaan besar diharapkan memiliki sumber daya dan infrastruktur untuk melakukan respon terhadap lingkungannya, (Darmawati dan Indrianto, 1999). Karimi et al. (1996), dalam penelitiannya juga menemukan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan keinginan melakukan investasi dalam teknologi informasi sebagai respon strategik perusahaan terhadap globalisasi. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah faktor ukuran perusahaan. Penentuan ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Faktor ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan merupakan faktor penting dalam pembentukan laba yang lebih baik untuk meningkatkan efisiensi kinerja perusahaan. Perusahaan besar yang dianggap telah mencapai tahap kedewasaan merupakan suatu gambaran bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dari pada perusahaan yang lebih kecil. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar pula tingkat investasi yang akan digunakan dalam teknologi informasi untuk menunjang perusahaan mencapai kompetitif yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
26
2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. 1
2
3
Nama Peneliti dan Judul Penelitian tahun Penelitian Johan Arifin Hubungan Antara (2001) Tipologi Strategi Kompetitif, Kematangan Teknologi Informasi, dan Ukuran Perusahaan Perbankan dengan Respon Strategik dalam Menghadapi Globalisasi.
Variabel penelitian Variabel Dependen : Respon Strategik Perusahaan dalam menghadapi globalisasi.
Variabel Independen : Tipologi Strategi Kompetitif, Kematangan Teknologi Informasi, dan Ukuran Perusahaan Neni Meidawati Pengaruh Strategi Variabel (2004) Perusahaan, dependen : Kematangan Respon Teknologi Informasi, Strategik dan Ukuran dalam Perusahaan terhadap Menghadapi Respon Strategik Globalisasi dalam Menghadapi Variabel Globalisasi. Independen : Strategi Perusahaan, Kematangan Teknologi Informasi dan Ukuran Perusahaan. Bandi (2006) Pengaruh Respon Variabel Strategik Perusahaan Dependen : dalam Investasi Respon Teknologi Informasi perusahaan terhadap Kinerja dalam Perusahaan: Strategi Investasi Bisnis, kematangan Teknologi
Hasil Penelitian Menyatakan bahwa variabel tipologi strategi kompetitif tidak berhubungan dengan keinginan perusahaan perbankan dalam melakukan penambahan investasi teknologi. Dan menyataan bahwa dua variabel yaitu kematangan teknologi informasi dan ukuran perusahaan memiliki hubungan yang signifikan dengan keiginan perusahaan perbankan dalam melakukan penambahan investasi teknologi informasi.
Menyatakan bahwa perusahaan jasa keuangan di indonesia dalam melakukan investasi teknologi informasi sebagai respon strategik dalam menghadapi globalisasi tidak dipengaruhi oleh strategi perusahaan, pengendalian teknologi informasi, organisasi teknologi informasi, integrasi teknologi informasi, dan ukuran perusahaan. Tetapi perusahaan jasa keuangan hanya dipengaruhi oleh perencanaan teknologi informasi. Perkembangan di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi berpengaruh terhadap dunia perbankan di Indonesia. Kinerja
organisasi
tidak
Universitas Sumatera Utara
27 Teknologi Informasi, dan Ukuran Perusahaan sebagai Vaiabel Anteseden.
Informasi terhadap Kinerja Perusahaan. Variabel Independen : Strategi Bisnis, Kematangan Teknologi Informasi, dan Ukuran Perusahaan
4.
5
Luqmanul Hakim Analisa Hubungan (2008) Investasi Teknologi Informasi terhadap Kinerja Perusahaan Studi Kasus pada PT. XYZ
Eko (2010)
Sunjaya Pengaruh Tipologi Strategi Kompetitif, dan Kematangan Teknologi Informasi terhadap Respon Strategik Manajer
Variabel Dependen : Kinerja Perusahaan Variabel Independen : Investasi
Variabel Dependen : Respon Strategik Manajer Variabel Independen : Tipologi Strategi Kompetitif, dan Kematangan Teknologi Informasi
mempengaruhi investasi dalam teknologi informasi, tetapi keinginan perusahaan melakukan investasi merupakan respon strategik. Menyatakan bahwa variabel kematangan teknologi informasi dan ukuran perusahaan mempengaruhi keiginan perusahaan melakukan penambahan investasi. Sedangkan variabel tipologi strategi perusahaan tidak mempengaruhi keiginan melakukan penambahan investasi perusahaan. Investasi teknologi informasi pada PT. XYZ memiliki pengaruh dan hubungan yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, yaitu terhadap variabel ROI dan ROA. Faktor kapabilitas TI yang berpengaruh terhadap kinerja sistem teknologi informasi yang diimplementasikan pada PT. XYZ adalah komitmen manajemen senior terhadap investasi TI (X1) dan kemampuan teknis staf TI (X2). Menyatakan bahwa variabel tipologi strategi kompetitif, dan variabel kematangan teknologi informasi memiliki pengaruh terhadap respon strategik manajer yang berkeinginan untuk menambah investasi teknologi perusahaan pada PT. Pupuk Kalimantan Timur sebagai perusahaan industri manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
28
2.3 Kerangka Konseptual Kematangan teknologi informasi perusahaan akan memiliki pengaruh terhadap keinginan melakukan investasi dalam teknologi informasi sebagai respon strategik perusahaan menghadapi globalisasi (Ein-Dor dan Segev, 1978; Goslar dan Grover, 1993; Mata et al., 1995; Karimi et al., 1996 dalam Bandi, 2006). Clemon et al. (1993), menyatakan bahwa teknologi informasi mempunyai kemampuan
untuk
memperendah
biaya
koordinasi
perusahaan
tanpa
mempertinggi resiko transaksi yang bersangkutan, dan dapat memperbaiki monotoring serta pengurangan spesifikasi hubungan yang ada dalam koordinasi eksplisit. Karimi et al. (1996), Darmawati dan Indrianto (1999), dan Arifin dan Hartono (2000), telah menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi respon strategik perusahaan untuk berinvestasi yaitu :(1) Tipologi strategi kompetitif, (2) Kematangan teknologi informasi, dan (3) Ukuran perusahaan. Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut : Tipologi strategi perusahaan
Kematangan Teknologi informasi
Respon Strategik Perusahaan Berupa Investasi
Ukuran Perusahaan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
29
2.4
Pengembangan Hipotesis Faktor yang mendorong kontribusi teknologi informasi dalam menciptakan nilai bagi perusahaan mungkin lebih penting dari pada pengukuran nilai teknologi informasi. Investasi teknologi informasi seharusnya tidak hanya untuk keharusan semata (business necessity), tetapi haruslah mampu dipakai dalam menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif untuk memperbaiki kinerja. Setiap perusahaan harus menjamin bahwa investasi teknologi informasi mereka mendukung strategi bisnis manajemen perusahaan secara keseluruhan agar investasi TI tersebut mampu menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan tersebut. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut : Hipotesis (H1)
: Tipologi strategi kompetitif perusahaan berhubungan dengan keinginan perusahaan melakukan investasi dalam teknologi informasi sebagai respon strategik perusahaan.
Hipotesis (H2) : Kematangan teknologi informasi perusahaan berhubungan dengan keinginan perusahaan melakukan investasi dalam teknologi informasi sebagai respon strategik perusahaan. Hipotesis (H3) : Ukuran perusahaan berhubungan dengan keinginan perusahaan melakukan investasi dalam teknologi informasi sebagai respon strategik perusahaan.
Universitas Sumatera Utara