BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Profitabilitas 2.1.1.
Pengertian Profitabilitas
Profit dalam kegiatan operasional perusahaan merupakan elemen penting untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan menciptakan laba yang berasal dari pembiayaan yang dilakukan, kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing di pasar (survive), dan kemampuan perusahaan untuk dapat melakukan ekspansi usaha (developt). Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam mencari keuntungan dari penggunaan modalnya. Menurut Martono dan Harjito (2001:18) menambahkan bahwa, “profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut”. Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba dengan menggunakan modal yang cukup tersedia. Kinerja manajerial dari setiap perusahaan akan dapat dikatakan baik apabila tingkat profitabilitas perusahaan yang dikelolanya tinggi ataupun dengan kata lain maksimal, dimana profitabilitas ini umumnya selalu diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan. Adanya kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan semua sumber daya perusahaan maka tujuan-tujuan
perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan semua sumber daya tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi. Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangi dengan beban.
2.1.2.
Rasio Profitabilitas
Brigham dan Houston (2006:107) menyatakan bahwa “rasio profitabilitas akan menunjukkan efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi”. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan. Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar. Harahap
(2004:149)
menyatakan
bahwa
“rasio
profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba dengan menggunakan modal yang cukup tersedia. Rasio profitabilitas yang dipakai, adalah:
Return on Equity (ROE) Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan dengan jumlah hasil yang diinvestasikan. ROE menjadi salah satu unsur yang penting dalam pengambilan keputusan investasi. Rasio ini digunakan sebagai indikator ataupun sumber informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dilihat dari return yang diterima oleh investor dan tentang bagaimana perusahaan mengelola aktivanya. Return On Equity (ROE) sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Return on Common Equity). Besarnya ROE sangat dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan semakin meningkatkan ROE. Sedangkan ROE merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total modal sendiri (ekuitas) yang berasal dari setoran pemilik, laba tidak dibagi dan cadangan lain yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2006:90), Return on Equity dapat dirumuskan sebagai berikut : ROE =
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥
𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒𝑠 ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
x 100% = ..... %
Walsh (2004:56) menyatakan bahwa suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaanperusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal ini juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar. Semua hal tersebut pada akhirnya akan menciptakan nilai yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan pemiliknya.
Peningkatan harga saham perusahaan akan memberikan keuntungan (return) yang tinggi bagi para investor. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan. Peningkatan daya tarik ini menjadikan perusahaan tersebut makin diminati oleh investor, karena tingkat kembalian akan semakin besar. Dengan kata lain ROE akan berpengaruh terhadap return yang akan diterima oleh investor. Walsh (2004:58) menyatakan bahwa Pada tingkat perusahaan individu, ROE yang baik akan mempertahankan kerangka kerja keuangan pada tempatnya untuk perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang. Untuk ekonomi secara keseluruhan, ROE dapat menggerakkan investasi di bidang industri, pertumbuhan produk nasional bruto (gross national product), lowongan atau kesempatan kerja, penerimaan pajak pemerintah dan sebagainya. “Secara teoritis, semakin besar penggunaan hutang maka semakin meningkat ROE suatu perusahaan”, Sartono (2001:124). Penggunaan hutang yang semakin besar dalam perusahaan oleh pemilik modal dipandang sebagai peningkatan resiko perusahaan. Artinya, apabila perusahaan meningkatkan hutang maka pemilik saham akan memperoleh laba yang semakin kecil. Oleh karena itu, tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat resiko perusahaan. Resiko finansial adalah resiko tambahan pada perusahaan akibat keputusan menggunakan hutang atau resiko yang ditimbulkan dari penggunaan hutang (financial leverage). Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan hutang adalah penggunaan hutang akan meningkatkan ROE hanya jika tingkat keuntungan pada aktiva (diukur dengan EBIT/TA) lebih besar dari biaya modal (biaya hutang).
2.2. Leverage Keuangan 2.2.1.
Pengertian Leverage
Leverage secara harafiah berarti pengungkit, pengungkit digunakan untuk mengangkat beban berat. Dalam ilmu manajemen keuangan juga dikenal leverage, namun dalam makna yang berbeda tentunya. Financial Leverage menurut Sartono (2001:263) adalah “penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham”. Beban tetap ini dapat berupa bunga pinjaman, jika perusahaan menggunakan sumber pembelanjaan dari luar (modal asing), sedangkan apabila perusahaan menggunakan mesin-mesin, maka harus menanggung beban tetap yang berupa biaya penyusutan mesin-mesin (depresiasi). Horne dan Wachowicz (2007:182) menyatakan bahwa “penggunaan leverage dimaksudkan untuk meningkatkan (lever up) profitabilitas”. Sartono (2001:257) menyatakan bahwa “penggunaan leverage dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham”. Dengan kata lain, penggunaan leverage ditujukan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya, sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan maupun pemegang saham. Wild, Subramanyan, dan Hasley (2008:213) mengemukakan bahwa “motivasi utama perusahaan memperoleh pendanaan usaha melalui utang adalah potensi biaya yang lebih rendah”. Dari sudut pandang pemegang saham, utang lebih murah dibandingkan dengan penggunaan ekuitas. Pendapat tersebut
didasarkan karena oleh karena bunga sebagian besar jumlahnya tetap, dan jika bunga lebih kecil dari pengembalian yang diperoleh dari pendanaan utang, selisih lebih dari atas pengembalian akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas. Selain itu, bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak sedangkan sedangkan dividen tidak, dampaknya adalah besarnya pajak yang ditanggung perusahaan akan semakin kecil sebagai akibat dari penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pengembalian. Gitman dan Michael (2003:508) menyatakan dampak dari penggunaan leverage bagi perusahaan yaitu “Result from the use of fixed cost or funds to magnify returns to firms owners. Generally increases in leverage result in increased return and risk, whereas decreases in leverage result ini decreases return and risk”. Artinya, penggunaan biaya tetap akan berpengaruh terhadap return bagi pemilik perusahaan. Secara umum, peningkatan leverage akan meningkatkan baik return maupun resiko. Sebaliknya, penurunan leverage akan mengakibatkan penurunan pada return dan resiko.
2.2.2.
Jenis-jenis Leverage
Pinjaman yang diperoleh perusahaan dapat berupa pinjaman operasional dan pinjaman finansial. Kedua jenis pinjaman tersebut masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahannya. Beberapa jenis leverage tersebut sebagai berikut :
a. Operating Leverage Leverage operasi menunjukkan penggunaan biaya tetap operasi oleh perusahaan sehubungan perusahaan melakukan kegiatan investasi. Oleh karena itu, leverage operasi digunakan untuk mengukur seberapa besar penggunaan biaya tetap operasi dalam suatu perusahaan. Leverage operasi terkait saat perusahaan mengeluarkan biaya tetap pada tingkat penjualan tertentu. Dalam istilah bisnis, bila hal-hal lain tetap, tingkat leverage operasi yang tinggi, berarti perubahan yang relatif kecil dalam penjualan akan mengakibatkan perubahan yang besar pada laba operasi (Brigham dan Houston, 2001:10). Ukuran kuantitatif dari sensitivitas laba operasional perusahaan atas perubahan dalam penjualan perusahaan disebut tingkat leverage operasional (Degree of Operating Leverage – DOL). DOL suatu perusahaan dengan tingkat output tertentu (atau penjualan) adalah persentase perubahan dalam laba operasional atas perubahan persentase dalam output (atau penjualan) yang menyebabkan perubahan dalam laba. DOL dapat dirumuskan sebagai berikut: DOL=
Persentase perubahan EBIT
Persentase perubahan penjualan
x 100% = ..... %
b. Financial Leverage Leverage finansial menyangkut penggunaan dana yang diperoleh dari utang atau mengeluarkan saham preferen. Penggunaan dana tersebut menimbulkan biaya tetap yaitu bunga atau dividen. Bunga dan dividen preferan merupakan biaya tetap finasial yang harus dibayar tanpa mempedulikan tingkat laba perusahaan. Apabila semua dana berasal dari modal sendiri, perusahaan tidak terikat dengan kewajiban
tetap untuk membayar kas secara periodik. Menurut Brigham dan Houston (2001: 4), leverage keuangan merupakan alternatif yang digunakan untuk meningkatkan laba. Penggunaan utang dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik perusahaan, karena aktiva perusahaan digunakan untuk menghasilkan laba. Selain itu ada dua alasan yang di kemukakan oleh Brigham mengenai alsan mengapa penggunaan hutang ataupun financial leverage lebih menguntungkan, yakni; bunga merupakan pengurang pajak sementara deviden untuk pemegang ekuitas bukan, serta karena bunga merupakan pengurang pajak, laba untuk pemegang ekuitas menjadi lebih besar. Manajer keuangan memiliki pilihan untuk menggunakan leverage keuangan agar dapat memperbesar pengaruh perubahan apapun yang dihasilkan dalam laba operasional atas perubahan EPS. Ukuran kuantitatif terhadap sensivitas EPS perusahaan terhadap perubahan dalam laba operasional perusahaan disebut sebagai tingkat leverage keuangan (Degree of Financial Leverage - DFL ). DFL untuk tingkat laba operasional tertentu adalah perubahan persentase dalam EPS atas perubahan persentase dalam laba operasional yang menyebabkan perubahan dalam EPS. DFL dapat dirumuskan sebagai berikut: DFL=
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐸𝑃𝑆
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐸𝐵𝐼𝑇
x 100% = ..... %
c. Total/ Combined Leverage Pengaruh kombinasi antara leverage keuangan dengan leverage operasi sering disebut leverage total ataupun leverage kombinasi. Dengan demikian
leverage total/kombinasi dapat didefenisikan sebagai setiap penggunaan potensial biaya-biaya
tetap,
baik
biaya-biaya
operasi
maupun
keuangan,
untuk
meningkatkan pengaruh perubahan dalam penjualan atas laba per lembar saham (EPS) atau laba setelah pajak (EAT) perusahaan (Warsono, 2003:223). Ukuran kuantitatif sensitivitas total EPS perusahaan terhadap perubahan penjualan disebut tingkat leverage total (Degree of Total Leverage – DTL). DTL dapat dirumuskan sebagai berikut: DTL=
2.2.3.
Persentase perubahan EPS
Persentase perubahan penjualan
x 100% = ..... %
Rasio Leverage
Rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar leverage keuangan yang ditanggung perusahaan (Brealey, Meyrs , dan Marcus, 2008: 75). Rasio leverage yang dapat digunakan dalam analisis leverage adalah sebagai berikut: a.
Rasio Utang terhadap Aktiva (Debt to Total Assets Ratio) Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan
seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tingi hasil persentasenya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditur maupun pemegang saham. Rumus yang digunakan: DAR =
Total Hutang Total Aktiva
x 100% = ..... %
b.
Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Total Equity Ratio) Menurut Brigham dan Houston (2006:107) “Rasio total hutang terhadap
total ekuitas, yang pada umumnya disebut Debt To Total Equity Ratio (DER), untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Menurut Brigham dan Houston (2006:107), Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut : DER =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
x 100% = ..... %
2.3. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover) Total Assets Turnover disebut juga rasio aktivitas. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:212) Rasio aktivitas (activity ratio) “adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan aktivanya”. Jika sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi, sehingga keuntungannya akan tertekan. Di lain pihak, jika aktiva terlalu rendah penjualan yang menguntungkan juga akan hilang. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besar kelebihan dana yang tertanam pada aktiva tersebut. Kelebihan dana tersebut lebih baik ditanamkan pada ativa lain yang lebih produktif. Sebaliknya semakin tinggi tingkat aktivitas semakin baiklah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Brigham dan Houston (2006:99), perputaran total aktiva secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total Asset Turnover =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
x 1 kali = ..... kali
2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dapat ditelaah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul
Variabel yang digunakan
No
Nama Peneliti
1
Ramadhan
Pengaruh
Debt to Asset
DAR,DER,LDER
(2008)
Financial
Ratio (DAR).
berpengaruh
Leverage
Return On
signifikan terhadap
terhadap Return
Equity (ROE),
return on equity
On Equity (ROE)
Earning Per
(ROE)
dan Earning Per
Share (EPS)
Share (EPS) pada Perusahaan Pertambangan Logam dan Mineral lainnya yang terdaftar di BEI
Hasil Penelitian
Judul
Variabel yang digunakan
No
Nama Peneliti
2
Aminatuzzahra Analisis Pengaruh Current Ratio
Data CR, DER,
(2010)
Current Ratio,
(CR), Debt to
TATO dan NPM
Debt to Equity
Equity (DER),
secara parsial dan
Ratio, Total Asset
Total Asset
simultan
Turnover, dan Net Turnover
3
Arief (2011)
Hasil penelitian
berpengaruh
Profit Margin
(TATO), dan
signifikan positif
terhadap Return
Net Profit
terhadap ROE
on Equity pada
Margin
Perusahaan
(NPM).
Manufaktur yang
Return on
terdaftar di BEI
Equity (ROE)
The Impact of
Equity
Debt, TATO dan Fs
Financial
multiplier
berpengaruh positif
Leverage to
(Debt) , Total
dan BIrate
Profitability Studi
Asset Turnover berpengaruh negatif
of Non-Financial
(TATO, Firm
Companies Listed
Size (Fs) dan
in Indonesia
BI rate
Stock Exchange
Return on Equity(ROE)
terhadap ROE
1.
Ramadhan (2008) Judul penelitian adalah “Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return On
Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Pertambangan Logam Dan Mineral Lainnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen adalah debt ratio (DAR) dan variabel dependen adalah ROE dan EPS, menggunakan analisis korelasi, regresi linear sederhana, uji hipotesis dan determinasi. Berdasarkan hasil hipotesis dengan menggunakan koefisien regresi maka dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh financial leverage terhadap ROE dan EPS pada Perusahaan Pertambangan Logam dn Mineral Lainnya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.
Aminatuzzahra (2010) Judul penelitian adalah Analisis pengaruh Current Ratio (CR), Debt to
Equity Ratio (DER), Total Asset Trunover (TAT), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Return on Equity (ROE) Pada Perusahaan Manufaktur Go–Public di BEI Periode 2005-2009). Dengan variabel independen adalah CR,DER,TAT, dan NPM dan variabel dependen adalah ROE. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data CR, DER, TAT, NPM secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap ROE perusahaan manufaktur di BEI periode 2005-2009 pada level of significance kurang dari 5% (masing-masing sebesar 0,000%). Sementara secara simultan (CR, DER, TAT, dan NPM) terbukti signifikan berpengaruh terhadap ROE perusahaan manufaktur di BEI pada level kurang dari 5% yaitu sebesar 0,000%. Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap ROE sebesar 97,9% sebagaimana
ditunjukkan oleh besarnya adjusted R square sebesar 97,9%, sedangkan sisanya 2,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
3.
Arif (2011) Judul penelitian adalah The Impact of Financial Leverage to Profitability
Studi of Non-Financial Companies Listed in Indonesia Stock Exchange. Variabel independen yang digunakan adalah equity multiplier, total asset turnover, firm size, BI rate dan industri faktor. Sedangkan variabel dependennya adalah Return on Equity (ROE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam terkategorikan (tidak dikategorikan ke dalam industri yang berbeda) data debt(EM), total asset turnover, dan firm size berpengaruh positif terhadap profitabilitas dan BIrate berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Selain itu faktor industri ditemukan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
2.5. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.5.1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah justifikasi hubungan sebab akibat antara variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis yang membangun konsep setiap variabel penelitian ini, maka dapat disajikan kerangka konseptual pada gambar sebagai berikut :
Rasio Leverage: Debt to asset ratio (X1)
Rasio Leverage:
Rasio Profitabilitas:
Debt to equity ratio (X2)
Return On Equity (Y)
Rasio Aktivitas: Total asset turnover ratio (X3)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, terlihat bahwa hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan kausatif (sebab akibat). Di mana variabel independen yang telah ditentukan yaitu Debt To Asset Ratio (X 1 ), Debt To Equity Ratio (X 2 ), Total Asset Turnover Ratio (X 3 ) diasumsikan akan mempengaruhi variabel dependen yang telah ditentukan yaitu Return on Equity (Y). Menurut Ross, Jordan dan Westerfield (2000) dalam yanti (2007) menyatakan “ROE is affected by three things which are operating efficiency (as measured by profit margin), asset use efficiency (as measured by total asset turnover), and financial leverage”. Artinya ROE dipengaruhi oleh tiga faktor
yakni ; efisiensi operasi (dapat dilihat dari nilai profit margn), efisiensi penggunaan aktiva (dapat di lihat dari tingkat perputaran aktiva) dan leverage keuangan. Rasio leverage adalah untuk kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut saat itu di likuidasi, dengan kata lain berati kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Tinggi rendah leverage keuangan dapat mempengaruhi tingkat pencapaian profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan. Jika biaya yang ditimbulkan oleh hutang (cost of debt – kd ) lebih kecil daripada biaya modal sendiri (cost of equity – ke ), maka sumber dana yang berasal dari pinjaman atau hutang akan lebih efektif dalam mengahasilkan laba (meningkatkan ROE); demikian sebaliknya (Brigham, 2006). “Semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, hal ini sangat memungkinkan menurunkan profitabilitas perusahaan, karena tingkat ketergantungan dengan pihak luar semakin tinggi. Maka pengaruh antara DER dengan ROE adalah negative” (Brigham dan Houston, 2001:58). Rasio aktivitas berguna untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki. Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) dapat
mempengaruhi
profitabilitas
dimana
menggambarkan
efektifitas
penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan yang dapat meningkatkan laba. Aktivitas perusahaan yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besar kelebihan dana yang tertanam pada aktiva tersebut. Kelebihan dana tersebut lebih baik ditanamkan
pada ativa lain yang lebih produktif. Sebaliknya semakin tinggi tingkat aktivitas semakin baiklah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan akan meningkatkan profitabilitas khususnya ROE.
2.5.2. Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Erlina (2007:41), menyatakan “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :”Leverage Keuangan, Perputaran Total Aktiva berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap Profitabilitas pada perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.