BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Talk Show Talk Show merupakan salah satu program acara yang melakukan perbincangan, sehingga acara tersebut tidak terkesan monoton. Menurut Naratama,“talk show yaitu program acara televisi mengenai perbincangan, percakapan orang perorang atau beberapa orang tentang suatu masalah yang sedang hangat dibicarakan.”1 Menurut Wibowo “talk show yaitu program wicara di televisi tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik, sedang hangat diperbincangkan masyarakat, atau Tanyajawab persoalan dengan hadiah, yang disebut kuis.”2 Kutipan diatas menjelaskan perbedaan talk show yang dikutip oleh Naratama mengenai perbincangan yang sedang hangat dibicarakan masyarakat, sedangkan menurut Wibowo mengetengahkan perbincangan mengenai sesuatu yang menarik atau Tanya jawab persoalan dengan hadiah, yang disebut kuis. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa talk show adalah program acara televisi dalam bentuk sajian mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik atau suatu masalah yang sedang hangat
Naratama. Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera. Jakarta: Grasindo, 2004. Hal 65 1
FredWibowo. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007. Hal 67
2
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
9
diperbincangkan masyarakat atau Tanya jawab persoalan dengan hadiah, yang disebut kuis. Dalam hal ini Mata Najwa termasuk kedalam acara talk show yang menyajikan pembicaraan seseorang atau lebih, mengenai sesuatu yang menarik atau suatu masalah yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat.
2.2 Karakteristik Talk Show Menurut Wibowo ada empat karateristik talk show
3
, sedangkan
Masdukimengungkapkan ada tiga karakteristik yang paling popular4, yaitu: a. Program Uraian Pendek atau Pernyataan (The Talk Programme) Menurut Wibowo, ketika penonton menyaksikan acara televisi, pada saat itu muncul presenter (penyaji), menceritakan sesuatu yang menarik. Presenter ini muncul di tengah suatu program feature, diantara sajian musik dan diawal suatu acara sebagai pembukaan dalam suatu acara cerita yang menarik yang disajikan secara khusus.5 Peneliti menyimpulkan bahwa The Talk Programme atau program uraian pendek/ pernyataan merupakan suatu program yang menyajikan acara yang membahas sesuatu hal yang menarik, biasanya hal yang diceritakan mengenai pengalaman seseorang.
3FredWibowo. 4Masduki.
Ibid. Hal 69-82
Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2004. Hal 80
5FredWibowo.
Op.Cit. Hal 67
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
10
b. Program Vox Pop Suara Masyarakat Menurut Wibowo Vox Pop kependekan dari Vox Populi dalam istilah Indonesia sebagai “suara masyarakat” artinya suatu program
yang
mengetengahkan pendapat umum tentang suatu masalah.6 Sedangkan Masdukimenyebutkan bahwa ini adalah Call in Show dimana program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari pendengar.7 Program acara ini menurut Wibowo merupakan program yang membahas tentang pendapat umum tentang suatu masalah yang melibatkan masyarakat, sedangkan menurut Masduki program ini melibatkan masyarakat melalui sebuah telepon dari pendengar. Dari kedua kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa program ini merupakan program yang melibatkan masyarakat yang pendapatnya dijadikan hal yang penting untuk membahas suatu permasalahan yang dijadikan sebuah topik. c. Program Wawancara (Interview) Menurut WibowoProgram ini termasuk The Talk Programme. Bentuk yang lain adalah diskusi panel. Dalam hal ini terdapat dua macam wawancara, yaitu wawancara luar studio dan wawancara dalam studio.8
6FredWibowo. 7Masduki.
Op.Cit. Hal 71
Loc.Cit.
8FredWibowo.
Op.Cit. Hal 77
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
11
Sedangkan menurut Masduki mengungkapkan bahwa ini adalah One on one show dimana pewawancara dan narasumber mendiskusikan topik dengan dua posisi mikrofon terpisah di ruang studio yang sama. Program wawancara ini sama dengan the talk programme atau diskusi panel namun bisa dilakukan di dua tempat, di dalam atau di luar studio. Sedangkan menurut Masduki, ini disebut one on one dengan mendiskusikan sebuah topik di dua posisi terpisah menggunakan mikrofon di dalam sebuah studio yang sama. Peneliti menyimpulkan dari dua kutipan tersebut bahwa program wawancara adalah mendiskusikan sebuah topik yang dilakukan oleh pewawancara dan narasumbernya yang bisa dilakukan di dalam atau di luar studio. Program acara Mata Najwa termasuk kedalam salah satu program wawancara ini dikarenakan acara tersebut tergambarkan oleh definisi dari kutipan diatas. d. Program Panel Diskusi Menurut Wibowo, program talk show diskusi panel sebenarnya sebuah program yang dapat menambah wawasan penonton akan suatu permasalahan. Kunci utama dan kesuksesan program ini adalah kemampuan moderator, dalam hal ini presenter dalam mengendalikan dan menjaga pembicaraan agar tetap segar, tetapi bisa tegang.9
9FredWibowo.
Op.Cit. Hal 81
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
12
Sedangkan menurut Masdukiprogram ini disebut dengan Panel Discussion(Multi Person Discussion) dimana pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah narasumber. Dari kedua kutipan diatas Wibowo mengungkapkan bahwa diskusi panel merupakan program acara yang presenternya sebagai moderator kunci sukses dari acara ini dan mengendalikan pembicaraan agar tetap segar. Sedangkan menurut Masduki program panel diskusi menghadirkan pewawancara sebagai moderator dan menghadirkan sejumlah narasumber. Dapat ditarik kesimpulan bahwa program acara panel diskusi merupakan acara diskusi yang menghadirkan presenter sebagai moderator jalannnya acara, namun tetap berperan mengendalikan acara agar tidak mengundang permasalahan baru melainkan menyelesaikan sebuah permasalahan dengan sejumlah narasumber. Dari ke empat karakteristik talk show yang relevan untuk program acara Mata Najwa menurut peneliti adalah Program Wawancara (Interview). Sebab Mata Najwa termasuk kedalam program acara yang mendiskusikan sebuah topik yang bisa dilakukan didalam dan diluar studio, menyesuaikan dengan kehadiran narasumber jika tidak bisa dihadirkan ke dalam studio.
2.3 Peran Presenter dalam Talk Show Peran presenter dalam talk show sangatlah penting, sebab hal ini menentukan bagaimana suatu acara akan banyak diminati oleh penontonnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
13
Menurut Triono, presenter adalah seorang yang membawakan dan menyampaikan sebuah informasi atau narasi dalam sebuah program acara di stasiun televisi.10 Sedangkan, menurut Khoiri, presenter adalah orang yang membawakan acara atau suatu program dimana pun disiarkan, seperti di televisi, radio, kafe, panggung dan lain sebagainya.11 Kedua kutipan diatas menjelaskan bahwa menurut Triono, presenter adalah seorang yang membawakan dan menyampaikan sebuah informasi atau narasi dalam program acara di stasiun televisi. Sedangkan menurut Khoiri, presenter merupakan orang yang membawakan acara atau suatu program dimana pun disiarkan, seperti televisi, radio, kafe, dan lain sebagainya. Dari kedua kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa presenter merupakan seorang yang membawakan sebuah acara atau suatu program acara dan menyampaikan sebuah informasi dimana pun disiarkan. Sedangkan talk show seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya yaitu, talk show adalah program acara televisi dalam bentuk sajian mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik atau suatu masalah yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat atau Tanya jawab persoalan dengan hadiah, yang disebut kuis.
Triono, Hendi. Langkah Awal Menjadi Presenter: Memulai Karier sebagai Presenter Radio dan Televisi. Yogyakarta: Cakrawala, 2007. Hal 11 10
Khoiri, Hoyyima. Cara Mudah Menjadi Presenter TV dan Radio. Jogjakarta: DIVA Press, 2010. Hal 57 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
14
Jadi peran presenter dalam talk show merupakan seorang yang membawakan sebuah acara atau suatu program acara dan menyampaikan sebuah informasi dimana pun disiarkan dalam bentuk sajian mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik atau suatu masalah yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat atau Tanya jawab persoalan dengan hadiah, yang disebut kuis.
2.4 Wawancara Wawancara merupakan sebuah dasar menggali informasi yang di dapat dari seseorang untuk menjelaskan suatu peristiwa atau masalah. Menurut Rahmawati & Rusnandi, ”Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan, informasi atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah.”12 Menurut Romli, ”Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan bahan berita, yakni bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta atau data tentang suatu masalah atau peristiwa.”13 Jadi, kutipan diatas Rahmawati & Rusnandi menjelaskan bahwa wawancara merupakan tanya-jawab untuk mendapatkan keterangan, informasi atau pendapat mengenai suatu hal atau masalah. Sedangkan wawancara menurut Romli adalah
Rahmawati, Indah & Rusnandi, Dodoy. Berkarier di Dunia Broadcast. Bekasi: Laskar Aksara, 2011. Hal 160 12
Romli. M, Asep Syamsul. Broadcast Jurnalism, Panduan Menjadi Penyiar, Reporter & Script Writer. Bandung: Nuansa, 2004. Hal 118 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
15
metode pengumpulan bahan berita yang bertujuan menggali informasi tentang suatu peristiwa atau masalah. Menurut Khoiri, “Seorang presenter televisi harus mempunyai kemampuan dalam melakukan wawancara. Wawancara bagi televisi atau radio merupakan bagian dari “show” sehingga tidak terpisahkan dari kinerja media. Kemampuan jurnalistik ini dapat disaksikan langsung. Seberapa jauh kualitas wawancara juga dapat disaksikan langsung.”14 Demikian, bahwa wawancara adalah Tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau bahan berita yang bertujuan menggali informasi tentang suatu hal atau masalah. Peneliti menarik kesimpulan bahwa “Mata Najwa” menggunakan wawancara sebagai dasar dari berjalannya acara tersebut. Dalam hal ini pewawancara “Mata Najwa” harus memiliki keahlian dalam mewawancarai narasumbernya. Sebab acara “Mata Najwa” termasuk kedalam siaran langsung, keahlian tersebut disaksikan langsung oleh penontonnya.
2.5 Wawancara dalam Talk Show Wawancara sering digunakan dengan tujuan untuk menggali sebuah informasi, oleh karena itu sebuah acara talk show kebanyakan dibuat dengan konsep wawancara dengan seorang atau lebih narasumber yang dihadirkan.
14
Khoiri, Hoyyima. Op.Cit. Hal 30-32
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
16
Wawancara seperti yang sudah dikutip dan disimpulkan di sub bab 2.4 wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau bahan berita yang bertujuan menggali informasi tentang suatu hal atau masalah. Kemudian talk show seperti yang sudah dikutip dan disimpulkan pada sub bab 2.1 talk show adalah program acara televisi dalam bentuk sajian mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik atau suatu masalah yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat atau Tanya jawab persoalan dengan hadiah, yang disebut kuis. Demikian dari kedua kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa wawancara dalam talk show adalah tanya jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan dalam program acara televisi mengenai sesuatu yang menarik atau masalah yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat. Dari uraian diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa program acara Mata Najwa termasuk kedalam wawancara dalam talk show karena adanya tanya-jawab dengan seseorang tentang suatu yang menarik atau permasalahan yang hangat diperbincangkan oleh masyarakat yang dilakukan dalam sebuah program acara televisi.
2.6 Etika Wawancara Etika wawancara sangat penting untuk diperhatikan, agar seorang wawancara bisa bersikap objektif pada setiap pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
17
Menurut Johannesen, “Etika adalah standar-standar moral yang mengatur perilaku kita: bagaimana kita bertindak dan mengaharapkan orang lain bertindak. Etika pada dasarnya merupakan dialektika antara kebebasan dan tanggung jawab, antara tujuan yang hendak dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu.”15 Menurut Effendy, “Etika adalah kaidah-kaidah yang membimbing manusia untuk mengatur kelakuannya sehingga menjadi lurus dan baik dalam keselarasannya antara individu dengan masyarakat, semesta alam dan Tuhan.”16 Kedua kutipan tersebut terdapat perbedaan menurut Johannesen, etika adalah bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain bertindak antara kebebasan dan tanggung jawab, antara tujuan yang hendak dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu. Sedangkan menurut Effendy, etika adalah mengatur kelakuannya sehingga menjadi lurus dan baik dalam keselarasannya antara individu dengan masyarakat, semesta alam dan Tuhan. Jadi menurut peneliti dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa etika adalah standar-standar moral yang mengatur perilaku manusia bagaimana bertindak dan mengharapkan orang lain bertindak antara kebebasan dan tanggung jawab, antara tujuan yang hendak dicapai dan cara untuk mencapai tujuan dalam keselarasannya antara individu dengan masyarakat, semesta alam dan Tuhan. Kemudian wawancara seperti yang sudah dikutip dan disimpulkan di sub bab 2.4 bahwa wawancara adalah Tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau bahan berita yang bertujuan menggali informasi tentang suatu hal
15
Johannesen, Richard L. Etika komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996. Hal v
16
Effendy, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, 1989. Hal 121
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
18
atau masalah. Peneliti dapat menarik kesimpulan dari kedua kutipan tersebut bahwa etika wawancara merupakan standar-standar moral yang mengatur perilaku manusia bagaimana bertindak dan mengharapkan orang lain antara kebebasan dan tanggung jawab, antara tujuan yang hendak dicapai dan cara untuk mencapai tujuan dalam keselarasannya antara individu dengan masyarakat yang dilakukan dalam sebuah tanya-jawab. Kemudian Khoiri mengungkapkan bahwa ”Wawancara tidak boleh menyinggung martabat yang diwawancarai maupun orang lain. Etika bertanya haruslah selalu diperhatikan. Kedudukan pewawancara pada dasarnya sederajat dengan yang diwawancarai.
17
Hal ini berarti bahwa seorang pewawancara tidak
boleh menganggap atau mendudukkan yang diwawancai secara berlebihan. Sebaliknya, pewawancara tidak boleh belagak ”memerintah” orang lain untuk menjawab pertanyaan meski yang diwawancarai tukang sapu jalan. Dan penting untuk diingat, seorang pewawancara tidak melakukan tugas ”interogasi”, tetapi bertugas mewawancarai.” Peneliti menarik kesimpulan bahwa etika wawancara merupakan pertanyaan yang diajukan dengan tenang tanpa bertindak seperti menyinggung martabat yang diwawancarai, menganggap yang diwawancarai secara berlebihan, memerintah dan melakukan interogasi atau mendesak orang yang diwawancarai. Demikian dalam program Mata Najwa sebagai acara televisi yang banyak disaksikan oleh masyarakat penontonnya harus memiliki etika wawancara. Sebab
17
Khoiri, Hoyyima. Op.Cit. Hal 30-32
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
19
masyarakat dapat menilai dan memperhatikan layak atau tidaknya etika wawancara yang dilakukan dalam proses Tanya-jawab dengan narasumber yang dihadirkan, walaupun tujuannya menjadikan sebuah acara tersebut menarik atau berbeda dimata masyarakat.
2.7 Aspek Etika Sebaiknya pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, seperti yang dikutip dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) Pasal 35, aspek etika yang harus dimiliki seorang pewawancara sebagai berikut: a. Sopan santun Menurut Khoiri, tidak dipengaruhi oleh emosi dan opini sebagai presenter, artinya seorang presenter atau pewawancara tidak boleh mempengaruhi jawaban dari narasumber dengan nada yang tinggi kemudian memberikan pendapatnya sendiri.18 Sedangkan menurut Patmono, hal yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan dalam mengadakan wawancara adalah sopan santun. Ini memang menyangkut etiket pergaulan di masyarakat. Dalam menghadapi orang yang
18
Khoiri, Hoyyima. Op.Cit. Hal 78
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
20
akan kita wawancarai, kendati kita sudah mengenal orang itu, kita tidak boleh bersikap sembarangan, sombong atau seenaknya.19 Khoiri berpendapat bahwa seorang presenter atau pewawancara tidak boleh mempengaruhi jawaban dari narasumber dengan nada yang tinggi kemudian memberikan pendapatnya sendiri, sedangkan menurut Patmono dalam menghadapi orang yang akan diwawancarai tidak boleh bersikap sembarangan, sombong atau seenaknya. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang presenter atau pewawancara tidak boleh mempengaruhi jawaban dari narasumber dengan nada tinggi kemudian memberikan pendapatnya sendiri dan tidak bersikap sembarangan, sombong atau seenaknya. b. Tidak Menginterogasi Menurut Khoiri, etika wawancara yang baik tidak melakukan interogasi. Interogasi adalah pemeriksaan terhadap seseorang melalui pertanyaan lisan yang bersistem. Interogasi yang dimaksud adalah si pewawancara tidak boleh bersikap seperti seorang polisi dengan mendesak melalui pertanyaan yang diajukan, melainkan bisa bersikap menghargai setiap jawaban yang diajukan narasumber.20 Sedangkan menurut P3SPS, tidak menyudutkan narasumber dalam wawancara, artinya presenter atau pewawancara harus dapat menghindari
Patmono SK. Teknik Jurnalistik (Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan). Jakarta: Gunung Mulia, 1996. Hal 47 19
20
Khoiri, Hoyyima. Op.Cit. Hal 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
21
ketegangan, jangan sampai narasumber sedang dihakimi atau diuji dengan pertanyaan yang diajukan.21 Khoiri menjelaskan bahwa seorang presenter atau pewawancara tidak boleh mendesak narasumber melalui pertanyaan yang diajukan melainkan bisa menghargai setiap jawaban, sedangkan menurut P3SPS seorang presenter atau pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai narasumber seperti dihakimi atau diuji dengan pertanyaan yang diajukan. Dari uraian diatas dapat simpulkan bahwa seorang presenter atau pewawancara tidak boleh mendesak narasumber melalui pertanyaan yang diajukan melainkan bisa menghargai setiap jawaban, jangan sampai narasumber seperti dihakimi atau diuji dengan pertanyaan yang diajukan. c. Netral Menurut P3SPS, wajib bersikap netral dan tidak memihak, artinya presenter atau pewawancara tidak berkomentar untuk setuju atau tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh narasumber baik yang menyenangkan atau tidak. 22 Sedangkan menurut sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara netral artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia, 2012. Hal 25 21
22Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
22
Panduan P3SPS mengungkapkan bahwa presenter atau pewawancara wajib
bersikap
netral
dan
tidak
http://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara
memihak, pun
sedangkan
berpendapat
sama
sumber bahwa
pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden, baik yang menyenangkan atau tidak. Dengan demikian uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang presenter atau pewawancara tidak berkomentar untuk setuju atau tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh narasumber baik yang menyenangkan atau tidak. d. Tidak memotong Menurut P3SPS memberikan waktu yang cukup kepada narasumber untuk menjelaskan dan/atau menjawab, artinya presenter atau pewawancara harus memberikan waktu yang cukup tanpa memotong penjelasan atau jawaban dari narasumber. 23 Sedangkan menurut Triono, disebut sebagai waktu yang tepat menyela pembicaraan, artinya dilakukan dengan memikirkan apa yang akan anda katakan sebelum mengucapkannya. Karena memotong kalimat yang tidak tepat, akan membingungkan narasumbernya.24 Menurut P3SPS seorang presenter atau pewawancara harus memberikan waktu yang cukup kepada narasumber untuk menjelaskan dan/ atau menjawab tanpa memotong, sedangkan Triono menyebutnya dengan waktu yang tepat 23Ibid. 24
Triono, Hendi. Op.Cit. Hal 79
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
23
menyela pembicaraan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang presenter atau pewawancara harus bisa memberikan waktu yang cukup kepada narasumber untuk menjelaskan tetapi bisa saja menyela pembicaraan namun dengan waktu yang tepat sehingga tidak membingungkan narasumbernya. e. Tidak memprovokasi Menurut P3SPS tidak memprovokasi narasumber dan/atau menghasut penonton dan pendengar artinya, presenter atau pewawancara tidak boleh membangkitkan kemarahan pihak lain dengan pertanyaan yang diajukan kepada narasumber.25 Sedangkan menurut Patmono, disebut sebagai memelihara situasi, secara sadar kadang-kadang kita terbawa emosi sehingga lupa bahwa kita sedang mengadakan wawancara. Oleh karena itu dalam wawancara, memelihara situasi sangat penting.26 Menurut P3SPS seorang presenter atau pewawancara tidak boleh membangkitkan kemarahan pihak lain melalui pertanyaan yang diajukan kepada narasumber, sedangkan Patmono berpendapat bahwa seorang presenter atau pewawancara secara sadar kadang-kadang terbawa emosi sehingga lupa sedang mengadakan wawancara. Demikian dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang presenter atau pewawancara tidak boleh membangkitkan kemarahan pihak lain melalui
25Perilaku 26
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Loc.Cit.
Patmono SK. Op.Cit. Hal 42
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
24
pertanyaan yang diajukan. Dari kutipan diatas, peneliti dapat memahami ada lima aspek etika wawancara. Beberapa aspek etika untuk sebuah peran presenter dalam talk show yang harus diperhatikan yang menuntut agar presenter terlihat baik dan profesional, seperti yang dikutip oleh Khoiri, P3SPS, Triono, Patmono, dan sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara yang banyak menjelaskan bagaimana seorang presenter harus bisa bersikap saat mereka mengahadapi narasumbernya pada saat program acara berlangsung.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z