BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian kecelakaan Lalu Lintas Pengertian kecelakaan di dalam Pedoman penanganan lokasi rawan kecelakaan lalu lintas (2004) adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangkasangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya yang mengkibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Kecelakaan dapat juga difenisikan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Di dalam undang-undang ini kecelakaan digolongkan menjadi 3 yaitu: 1. Kecelakaan
lalu
lintas
ringan
yang
merupakan
kecelakaan
yang
kecelakaan
yang
mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang. 2. Kecelakaan
lalu
lintas
sedang
yang
merupakan
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang. 3. Kecelakaan lalu lintas berat yang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat. Kecelakaan dapat disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, ketidaklaikan kendaraan, serta ketidaklaikan jalan dan/atau lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
II.2 Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Ada beberapa kategori karakteristik kecelakaan lalu lintas secara umum yaitu jenis tabrakan, jenis korban, waktu kecelakaan termasuk jam dan hari kejadian, keadaan cuaca dan jalan, kondisi kendaraan dan pengendara saat kecelakaan. Karakteristik kecelakaan yang dipedomani oleh Pedoman Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas yang diterbitkan oleh Dep. Permukiman dan Prasarana Wilayah (Pd T-09-2004-B) menitikberatkan kepada kajian antara tipe kecelakaan yang dikelompokkan atas tipe kecelakaan dominan. Analisis data dilakukan dengan pendekatan “5W + 1H” , yaitu Why (penyebab kecelakaan), What (tipe kecelakaan), Where (lokasi kecelakaan), Who (pengguna jalan yang terlibat), When (waktu kejadian) dan How (tipe pergerakan kendaraan). 1. Why : Faktor penyebab kecelakaan (modus operandi) Analisis ini dimaksudkan untuk menemukenali faktor-faktor dominan penyebab suatu kecelakaan, antara lain : a. terbatasnya jarak pandang pengemudi, b. pelanggaran terhadap rambu lalu lintas, c. kecepatan tinggi seperti melebihi batas kecepatan yang diperkenankan, d. kurang antisipasi terhadap kondisi lalu lintas seperti mendahului tidak aman, e. kurang konsentrasi, f. parkir ditempat yang salah, g. kurangnya penerangan,
Universitas Sumatera Utara
h. tidak memberi tanda kepada kendaraan lain,dsb. 2. What : Tipe tabrakan Analisis tipe tabrakan bertujuan untuk menemukenali tipe tabrakan yang dominan disuatu lokasi kecelakaan, antara lain : a. menabrak orang (pejalan kaki), b. tabrak depan-depan, c. tabrak depan-belakang, d. tabrak depan-samping, e. tabrak samping-samping, f. tabrak belakang-belakang, g. tabrak benda tetap di badan jalan, h. kecelakaan sendiri/lepas kendali. 3. Who : Keterlibatan pengguna jalan Keterlibatan pengguna jalan di dalam kecelakaan dikelompokkan sesuai dengan tipe pengguna jalan atau tipe kendaraan, antara lain : a. pejalan kaki, b. mobil penumpang umum, c. mobil angkutan barang, d. bus, e. sepeda motor, f. kendaraan tak bermotor (sepeda, becak, kereta dorong, dsb) 4. Where : Lokasi kejadian Lokasi kejadian mengacu kepada lingkungan lokasi kecelakaan seperti : a. lingkungan pemukiman,
Universitas Sumatera Utara
b. lingkungan perkantoran atau sekolah, c. lingkungan tempat pembelanjaan, d. lingkungan pedesaan, e. lingkungan pengembangan, dsb. 5. When : Waktu kejadian kecelakaan Waktu kejadian kecelakaan dapat ditinjau dari kondisi penerangan di lokasi kejadian atau jam kejadian kecelakaan. a. ditinjau dari kondisi penerangan, waktu kejadian dibagi atas: 1). malam gelap / tidak ada penerangan, 2). malam ada penerangan, 3). siang terang, 4). siang gelap (hujan, berkabut, asap), 5). subuh atau senja. b. ditinjau dari jam kejadian mengacu kepada periode waktu yang terdapat pada formulir kecelakaan. 6. How : Kejadian kecelakaan Suatu kecelakaan lalu lintas terjadi pada dasarnya didahului oleh suatu manuver pergerakaan tertentu. Tipikal manuver pergerakan kendaraan antara lain: a. gerak lurus, b. memotong atau menyiap kendaraan lain, c. berbelok (kiri atau kanan), d. berputar arah, e. berhenti (mendadak, menaik-turunkan penumpang), f. keluar masuk tempat parkir,
Universitas Sumatera Utara
g. bergerak terlalu lambat, dsb. Klasifikasi kecelakaan yang dipakai PT. Jasa Marga (Persero) dalam (Maya, 2011) meliputi : 1. Berdasarkan tingkat kecelakaan, berdasarkan tingkat kecelakaannya maka kecelakaan dibagi dalam 4 (empat) golongan yaitu : 1) kecelakaan sangat ringan (damage only) : kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerusakan/korban benda saja. 2) kecelakaan ringan : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka ringan. 3) kecelakaan berat : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka berat. 4) kecelakaan fatal : kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia. 2. Berdasarkan
kelas
korban
kecelakaan,
maka
korban
kecelakaan
diklasifikasikan menjadi : a) korban luka ringan Adalah kecelakaan yang mengakibatkan korban mengalami luka–luka yang tidak membahayakan jiwa dan tidak memerlukan pertolongan lebih lanjut dari rumah sakit. b) korban luka berat Adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban mengalami lukaluka
yang
dapat
membahayakan
jiwa
dan
memerlukan
pertolongan/perawatan lebih lanjut di rumah sakit. c) korban meninggal dunia Adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban jiwa/meninggal dunia.
Universitas Sumatera Utara
3. Berdasarkan faktor penyebab kecelakaan, kecelakaan disebabkan beberapa faktor yaitu faktor pengemudi, faktor kendaraan, faktor jalan dan faktor lingkungan. 4. Berdasarkan waktu kecelakaan, jenis kecelakaan ini ditetapkan menurut satu periode waktu tertentu. 5. Berdasarkan lokasi terjadinya kecelakaan a) Lokasi jalan lurus 1 lajur, 2 lajur maupun 1 lajur searah atau berlawanan arah b) Tikungan jalan c) Persimpangan jalan. 6. Berdasarkan jenis kendaraan, sesuai dengan penggolongan kendaraan yang diterapkan oleh pengelola jalan yaitu golongan I, golongan IIa, dan golongan IIb dengan jenis-jenis kendaraan seperti sedan, jeep, pick up, mini bus, bus sedang, bus besar 2 as, bus besar > 3 as, truk kecil, truk besar 2 as, truk besar > 3 as, truk trailer dan truk gandeng. 7. Berdasarkan cuaca saat kejadian kecelakaan, menurut cuaca diklasifikasikan atas cerah, mendung, berkabut, berdebu, berasap, gerimis, dan hujan lebat. 8. Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa tabrakan, yaitu depan-depan, depan-belakang, tabrakan sudut, tabrakan sisi, lepas kontrol, tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki, tabrak parkir, dan tabrakan tunggal. Dimana PT Jasa Marga mengelompokkan jenis tabrakan yang melatarbelakangi terjadinya kecelakaan lalu lintas menjadi :
Universitas Sumatera Utara
a) Tabrakan depan – depan Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana keduanya saling beradu muka dari arah yang berlawanan, yaitu bagian depan kendaraan yang satu dengan bagian depan kendaraan lainnya. b) Tabrakan depan – samping Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian depan kendaran yang satu menabrak bagian samping kendaraan lainnya. c) Tabrakan depan – belakang Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian depan kendaraan yang satu menabrak bagian belakang kendaraan di depannya dan kendaraan tersebut berada pada arah yang sama. d) Tabrakan samping – samping Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian samping kendaraan yang satu menabrak bagian yang lain. e) Menabrak penyeberang jalan Adalah jenis tabrakan antara kendaraan yang tengah melaju dan pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan. f) Tabrakan sendiri Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju mengalami kecelakaan sendiri atau tunggal.
Universitas Sumatera Utara
g) Tabrakan beruntun Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang melibatkan lebih dari dua kendaraan secara beruntun. h) Menabrak obyek tetap Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak obyek tetap di jalan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Klasifikasi Kecelakaan Berdasarkan Posisi Terjadinya. Gambar / Lambang
Klasifikasi
Keterangan / Keterangan
Tabrak Depan
• Terjadi pada jalan lurus yang berlawanan arah.
Tabrak Belakang
• Terjadi pada satu ruas jalan searah • Pengereman mendadak • Jarak kendaraan yang tidak terkontrol • Terjadi pada jalan lurus dan searah • Pelaku menyiap kendaraan • Terjadi pada jalan lurus lebih dari 1 lajur dan pada persimpangan jalan • Kendaraan yang mau menyiap
Tabrak Samping
Tabrak Sudut
• Tidak tersedia pengaturan lampu lalu lintas atau rambu-rambu pada persimpangan jalan • Mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi • Terjadi pada saat pengemudi kehilangan konsentrasi • Kendaraan mengalami hilang kendali
Kehilangan Kontrol
Sumber : Djoko Setijowarno,2003 dan (Maya,2011)
Universitas Sumatera Utara
Kecelakaan yang lazim menurut Khisty C. Jotin terdiri dari beberapa kategori karakteristik yaitu : 1. Berdasarkan jenis kecelakaan a. Belok kiri, adu muka b. Tegak lurus c. Belakang d. Samping e. Berkaitan-pedestrian f. Keluar dari badan jalan g. Benda-benda diam h. Adu-muka i. Kendaraan parkir. 2. Berdasarkan jenis korban a. Fatal b. Luka-luka •
Cacat
•
Bukan cacat
•
Kemungkinan luka
c. Kerusakan harta benda. 3. Berdasarkan keadaan pengemudi a. Mengemudi dalam keadaan pengaruh alkohol atau obat b. Pengemudi serampangan atau tidak hati-hati c. Sakit atau lelah d. Kegagalan untuk mematuhi pembatasan SIM
Universitas Sumatera Utara
e. Pandangan terhalang f. Perlengkapan yang rusak g. Kehilangan kendali akibat beban yang bergeser, angin, atau vakum. 4. Berdasarkan keadaan a. Cuaca (cerah, berawan, hujan, angin, atau vakum) b. Cahaya sekitar (terang, gelap, fajar, senja, lampu jalan) c. Permukaan jalan (kering, basah, bersalju, es). 5. Berdasarkan hari (waktu) a. 00.00-1.00 pagi b. 1.00-2.00 pagi c. 2.00-3.00 pagi, sampai d. 23.00-24.00 malam. Dalam penelitian ini akan dibahas klasifikasi karakteristik kecelakaan berdasarkan klasifikasi yang dipaparkan diatas, yaitu : 1. Berdasarkan waktu kecelakaan, untuk waktu kecelakaan diklasifikasikan menurut hari dan jam terjadinya kecelakaan. 2. Berdasarkan tipe tabrakan yang terjadi, diklasifikasikan atas tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki, tabrak parkir, dan tabrakan tunggal, lepas kontrol. 3. Berdasarkan jenis kendaraan, sesuai dengan penggolongan kendaraan yang diterapkan oleh pengelola jalan yaitu golongan I, golongan IIa, dan golongan IIb dengan jenis-jenis kendaraan seperti : sepeda motor, mobil penumpang, pick up, bus, truck, truck 2 as, truck trailer.
Universitas Sumatera Utara
4. Berdasarkan
kelas
korban
kecelakaan,
maka
korban
kecelakaan
diklasifikasikan menjadi korban luka ringan, korban luka berat, dan korban meninggal dunia. 5. Berdasarkan jenis kelamin, diklasifikasikan menjadi laki-laki dan perempuan. 6. Berdasarkan usia, dikalasifikasikan menjadi usia dibawah 15 tahun sampai diatas usia 45 tahun. 7. Berdasarkan tingkat kecelakaan, berdasarkan tingkat kecelakaannya maka kecelakaan dibagi dalam empat golongan yaitu kecelakaan sangat ringan (kendaraan), kecelakaan ringan, kecelakaan berat, dan kecelakaan fatal.
II.3 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kecelakaan Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu kejadian kecelakan terjadi akibat dari kumulatif beberapa faktor penyebab kecelakaan. Penyebab tersebut antara lain adalah manusia, sarana dan prasarana, alam dan lingkungan. Kecelakaan dapat timbul jika salah satu dari unsur tersebut tidak berperan sebagaimana mestinya. Kecelakaan dapat disebabkan oleh faktor pemakai jalan (pengemudi dan pejalan kaki), faktor kendaraan dan faktor lingkungan (Pignataro, 1973). Pignataro juga menyatakan bahwa kecelakaan diakibatkan oleh kombinasi dari beberapa faktor perilaku buruk dari pengemudi ataupun pejalan kaki, jalan, kendaraan, pengemudi ataupun pejalan kaki, cuaca buruk ataupun pandangan yang buruk. Lalu lintas ditimbulkan oleh adanya pergerakan dari alat-alat angkutan karena adanya kebutuhan perpindahan manusia dan atau barang. Faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
penyebab terjadinya kecelakaan identik dengan unsur-unsur pembentuk lalu lintas yaitu pemakai jalan, kendaraan, jalan, dan lingkungan. Kecelakaan dapat timbul jika salah satu dari unsur tersebut tidak berperan sebagaimana mestinya. Masalah kecelakaan di jalan tidak terlepas dari unsur pokok pembentuk lalu lintas yaitu manusia sebagai pengemudi, jalan beserta lingkungannya, dan unsur kendaraan. Ketiga unsur tersebut dalam sistem lalu lintas yang ada harus tumbuh dan berkembang secara seimbang karena apabila salah satu unsur ketinggalan dalam perkembangannya maka akan terjadi kesenjangan yang menjurus kepada terjadinya ketidakseimbangan yang pada akhirnya menjadi penyebab timbulnya kecelakaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu kejadian kecelakaan terjadi akibat dari salah satu faktor atau kombinasi dua faktor penyebab kecelakaan atau lebih. Austroad (2002) dan Warpani (1999) dalam Amelia (2009), menyatakan bahwa secara umum faktor-faktor utama yang memberikan kontribusi terhadap kecelakaan lalu lintas antara lain faktor manusia yang mencakup pengemudi dan pejalan kaki (pengguna jalan), faktor prasarana yang mencakup jalan dan lingkungan jalan dan faktor sarana atau kendaraan. Dari uraian di atas, faktor penyebab kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi 4 faktor yang terdiri dari faktor manusia, kendaraan, jalan dan lingkungan.
II.3.1 Faktor Manusia Dalam analisis data statistik dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, penyebab kecelakaan lalu lintas yang terbesar adalah faktor pengemudi. Mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks sehingga memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu. Pada saat yang sama,
Universitas Sumatera Utara
pengemudi harus menghadapi kendaraan dengan berbagai peralatannya dan menerima pengaruh atau rangsangan dari keadaan sekelilingnya. Kelancaran dan keselamatan dalam berkendara tergantung pada kesiapan dan keterampilan pengemudi dalam menjalankan kendaraannya. Faktor manusia sebagai pengemudi kendaraan sangat berperan penting dalam menjalankan kendaraan, dengan mempercepat, memperlambat, dan menghentikan kendaraaan. Hal ini merupakan penyebab utama timbulnya kecelakaan lalu lintas. Beberapa faktor pengemudi yang cenderung menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas antara lain adalah : a. Karakteristik fisik pengemudi Menurut Oglesby dan Hicks (1988) laporan kecelakaan menunjukkan bahwa pengendara yang tidak baik sering kali disertai pelanggaran hokum dan terletak di dalam rantai kejadian yang mengakibatkan 73% dari kecelakaan fatal dan 83% dari seluruh kecelakaan jalan raya.. Berdasarkan pengalaman kecelakaan korban jiwa per pengemudi yang memiliki SIM (Terdapat 140 juta pengemudi yang memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) di Amerika Serikat), 10% di atas umur 65 tahun hanya memiliki 65% tingkat keterlibatan dari seluruh pengemudi, sementara tingkat keterlibatan dari 10% di bawah umur 20 tahun dan 12% dalam kelompok umur 20 sampai 24 tahun berturut-turut adalah 180% dan 170% dari rata-rata. Dilaporkan juga bahwa orang-orang tua hanya mengemudi kira-kira kurang dari 50%, sehingga tingkat mil-kendaraan yang terjadi adalah 1,3 kali dari rata-rata keseluruhan. Mereka nampaknya lebih hati-hati dan membuat lebih sedikit keputusan yang salah dalam kesadarannya akan batas keselamatan. Lebih banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecelakaaan dengan jalan menghalangi
Universitas Sumatera Utara
yang berusia 24 tahun atau yang lebih muda dari pada meniadakan kelompok berusia diatas 65 tahun. Untuk orang yang menderita epilepsy, sakit jantung, dan gangguan kejiwaan memiliki tingkat kecelakaan sekitar dua kali lipat dibandingkan masyarakat umum. Diketahui juga bahwa 90% dari seluruh pengemudi dan 100% dari yang tercatat melanggar lalu lintas menilai diri mereka sendiri sebagai yang memiliki keterampilan mengemudi dan kepatuhan akan lalu lintas diatas rata-rata. Terdapat bukti yang cukup kuat bahwa pengendaraan yang aman, tertib, dan sopan adalah berhubungan erat dengan timbulnya emosi dan sikap terhadap pengambilan resiko. Orang yang sering mengalami kecelakaan lebih agresif dan tidak toleran terhadap pengendara lain. Kelelahan dan perasaan ngantuk juga mengurangi kemampuan seorang pengemudi mengendarai kendaraan secara aman. Serta pengemudi yang peminum dan pejalan kaki yang terlibat dalam alkohol juga mengakibatkan masalah kecelakaan jalan raya yang paling serius. Pengemudi yang
mengkonsumsi
alkohol
lebih
sedikit
memakai
sabuk
pengaman
dibandingkan dengan pengemudi bukan peminum.
II.3.2 Faktor Kendaraan Banyak jenis kendaraan yang terlibat langsung dalam lalu lintas jalan raya. Dari jenis kendaraan yang ada, maka beragam pula tingkat resiko yang terjadi jika kendaraan tersebut mengalami kecelakaan. Resiko kecelakaan yang terjadi pada mobil pasti akan berbeda dengan sepeda motor. Semua itu bergantung pada aspek keselamatan kendaraan yang didasarkan pada desain perlindungan yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelum kendaraan tersebut dijalankan. Berbagai statistik
Universitas Sumatera Utara
yang ada menyatakan bahwa keterlibatan dalam kecelakan fatal sekitar 11% yang terjadi di jalan raya, 5% diantaranya disebabkan oleh kondisi kerusakan ban. Selain
itu,
tingkat
resiko
terjadinya
bahaya
kecelakaan
akibat
ketidaklayakan kendaraan cukup tinggi. Sehingga diperlukan ketegasan dari aparat penegak hukum untuk menindak pelanggaran akan hal tersebut. Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknisnya yang tidak laik jalan ataupun penggunaan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Yang dimaksud dengan kondisi teknis yang tidak laik jalan misalnya seperti rem blong, mesin yang tibatiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, lampu mati, dll. Sedangkan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan misalnya kendaraan yang dimuati secara berlebihan.
II.3.3 Faktor Jalan Faktor jalan merupakan satu komponen dari sistem transportasi darat yang merupakan tempat kegiatan transportasi berlangsung. Kondisi jalan dapat menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi jalan yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah : a. Faktor kondisi permukaan jalan. Faktor kondisi permukaan jalan yang dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan antara lain untuk hal-hal sebagai berikut : • Kerusakan pada permukaan jalan, misalnya terdapat lubang yang tidak dikenali pengemudi.
Universitas Sumatera Utara
• Konstruksi jalan yang tidak sempurna, misalnya posisi permukaan bahu jalan terlalu rendah dibandingkan dengan permukaan perkerasan jalan. Kondisi permukaan perkerasan jalan dalam hal hubungan dengan permasalahan keselamatan dan kenyamanan sangat erat kaitannya dengan aspek kelicinan dan kecepatan. Dengan kata lain, kondisi yang demikian dari permukaan jalan dapat menambah tingkat resiko kecelakaan lalu lintas. Kelicinan dapat terjadi karena berkurangnya koefisien gesekan yang bisa ditimbulkan terutama oleh cuaca serta kotoran lumpur dan tumpahan minyak. b. Faktor geometrik jalan. Faktor geometrik yang dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan yaitu : • Geometrik jalan yang kurang sempurna, misalnya derajat kemiringan yang terlalu kecil atau terlalu besar pada tikungan, terlalu sempitnya pandangan bebas bagi pengemudi, dan lain sebagainya. Kondisi geometrik jalan merupakan ukuran dari suatu jalan beserta bagianbagiannya yang disesuaikan dengan sifat-sifat lalu lintas. Pendekatan hubungan geometrik jalan dengan bagian-bagiannya terhadap masalah kecepatan dan keamanan meliputi lebar jalur, lebar bahu, alinyemen horisontal, alinyemen vertikal, dan jarak pandang. Peranan dan fungsi jalan sangat dipengaruhi oleh keadaan dan kondisi tata guna lahan sisi jalan. Karakteristik prasarana jalan akan mempengaruhi intensitas dan kualitas kecelakaan lalu lintas, maka dalam pembangunan setiap jaringan jalan harus disesuaikan dengan pola tingkah laku dan kebiasaan pemakai jalan. Untuk memenuhi jalan yang sesuai dengan pola tingkah laku dan kebiasaan pemakai jalan, maka jalan harus dirancang, dilengkapi, dipelihara, serta
Universitas Sumatera Utara
dioperasikan secara terencana dan menggunakan pemenuhan kebutuhan informasi pemakai jalan dalam rangka mengantisipasi dan pengambilan keputusan.
II.3.4 Faktor Lingkungan Kondisi lingkungan juga dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan. Pengaruh lingkungan terhadap pengemudi pada jalan dengan kecepatan rencana jalan yang cepat akan terasa pada kecepatan kendaraan yang lewat di sepanjang jalan tersebut. Pertimbangan cuaca yang tidak menguntungkan serta kondisi jalan dapat mempengaruhi kecelakaan lalu lintas, akan tetapi pengaruhnya belum dapat ditentukan. Lingkungan jalan menuntut perhatian pengemudi. Tuntutan ini
bervariasi tergantung dari tempat dan waktu, karena lingkungan jalan akan berubah terhadap waktu dan tempat. Untuk memelihara kesiagaan secara tetap selama mengemudi hampir jarang terjadi, adakalanya pada saat tertentu berada pada tahap kesiagaan yang tinggi, tetapi untuk waktu yang lain relatif dalam periode yang rendah (lebih santai). Kondisi ideal adalah ketika pengemudi dapat menjamin keselarasan antara tahap kesiagaan dengan tuntutan yang ditimbulkan oleh jalan. Kendaraan yang tidak berhenti pada tempat yang sudah disediakan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Benda-benda asing juga dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas, misalnya: paku, batu, dan lain-lain. Asap tebal yang terdapat di jalan, baik asap kendaraan maupun asap lingkungan (pembakaran sampah/rumput di pinggir jalan), juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas. Asap tebal dapat menghalangi pandangan pengemudi, sehingga tidak dapat melihat jalan maupun
Universitas Sumatera Utara
kendaraan lain yang berada di depannya. Bagaimanapun pengemudi dan pejalan kaki merupakan faktor terbesar dalam kecelakaan lalu lintas para perancang jalan bertanggung jawab untuk memasukkan sebanyak mungkin bentuk–bentuk keselamatan dalam rancangannya agar dapat memperkecil jumlah kecelakaan, sehubungan dengan kekurangan geometrik. Faktor lingkungan dapat berupa pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi lingkungan jalan, penyeberang jalan, lampu penerangan jalan.
II.4 Biaya Kecelakaan Ditinjau dari aspek ekonomi, kecelakaan merupakan kerugian, baik berupa kerusakan benda, hilangnya produktivitas sumber daya manusia (kehilangan penghasilan), maupun biaya-biaya yang dikeluarkan untuk rumah sakit, administrasi dan sebagainya. Kecelakaan dapat terjadi di setiap ruas jalan, dan hal tersebut tidak mungkin dihilangkan sama sekali. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah mengurangi jumlah kecelakaan dan mengurangi jumlah korban. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan program-program yang berorientasi pada keselamatan lalu lintas, misalnya perbaikan prasarana jalan, peningkatan kualitas mengemudi, dan sebagainya. Menghitung biaya kecelakaan dengan tepat dapat membantu Pemerintah dan masyarakat untuk lebih meyadari skala sebenarnya dari kecelakaan lalu lintas. Perhitungan biaya kecelakaan juga dapat merencanakan pengaturan sumber negara secara lebih efektif.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat utama dari menghitung biaya kecelakaan lalu lintas antara lain : 1. Angka kecelakaan hanya menunjukkan sebagian kecil dari masalah sesungguhnya. Prakiraan biaya mencakup seluruh akibat negatif dari kecelakaan untuk dinilai dan dihargai, serta untuk dibandingkan dengan masalah nasional lainnya. 2. Penilaian faktor keselamatan pada rencana pengembangan jalan menjamin keselamatan benar-benar dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, sehingga rencana yang paling aman yang dipakai. Tanpa informasi tentang biaya kecelakaan, rencana pengembangan jalan misalnya hanya akan mengutamakan kemampuan jalan untuk kendaraan dengan kecepatan setinggi-tingginya, sedangkan kapasitas kendaraan dan keselamatan pengguna jalan akan terabaikan. Analisis biaya kecelakaan pada rencana pengembangan keselamatan jalan memungkinkan pengeluaran dana pada keselamatan jalan dioptimalkan, sehingga akan diutamakan tingkat kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan yang lebih baik. Perhitungan biaya satuan kecelakaan penelitian ini mengacu pada Pedoman Perhitungan Besaran Biaya Kecelakaan Lalu Lintas (Pd. T-02-2005-B) yaitu Human Capital.
II.4.1 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas (BSKOj) Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas (BSKOj) adalah biaya yang diperlukan untuk perawatan korban kecelakaan lalu lintas untuk setiap kategori korban, sedangkan T0 adalah tahun dasar perhitungan biaya, yaitu tahun 2003.
Universitas Sumatera Utara
Besar biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas pada tahun 2003, BSKOj (T0), dapat diambil dari Tabel 2.2
Tabel 2.2 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas BSKOj (T0) No
Kategori Korban
Biaya Satuan Korban (Rp/korban) 119.016.000
1
Korban Mati
2
Korban Luka berat
5.826.000
3
Korban Luka Ringan
1.045.000
II.4.2 Biaya satuan kecelakaan lalu lintas (BSKEi) Biaya satuan kecelakaan lalu lintas (BSKEi) adalah biaya kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh suatu kejadian kecelakaan lalu lintas untuk setiap kelas kecelakaan lalu lintas. Biaya satuan kecelakaan lalu lintas pada tahun dasar 2003 BSKEi (T0) untuk jalan antar kota dapat diambil dari Tabel 2.3, sedangkan BSKEi (T0) untuk jalan kota dapat diambil dari Tabel 2.4.
Tabel 2.3 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas di jalan antar kota BSKEi (T0) No Klasifikasi Kecelakaan Biaya Satuan Korban (Rp/kecelakaan) 1
Fatal
224.541.000
2
Berat
22.221.000
3
Ringan
9.847.000
4
Kerugian Harta Benda
8.589.000
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas di jalan kota BSKEi (T0) No Klasifikasi Kecelakaan Biaya Satuan Korban (Rp/kecelakaan) 1
Fatal
131.205.000
2
Berat
18.997.000
3
Ringan
12.632.000
4
Kerugian Harta Benda
15.725.000
II.4.3 Estimasi biaya satuan korban dan biaya kecelakaan lalu lintas Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas untuk tahun tertentu (Tn) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut : BSKOj(Tn) = BSKOj(T0) x (1+ g)t ..... persamaan 2.1 dengan pengertian : BSKOj(Tn) = biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas pada Tahun n untuk setiap kategori korban, dalam rupiah/korban BSKOj(T0) = biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas pada Tahun 2003 untuk setiap kategori korban, dalam rupiah/korban, lihat Tabel 2.2 g
= tingkat inflasi biaya satuan korban kecelakaan, dalam % (nilai default g = 11%)
Tn
= tahun perhitungan biaya korban
T0
= tahun dasar perhitungan biaya korban (Tahun 2003)
t
= selisih tahun perhitungan (Tn – T0)
j
= kategori korban
Universitas Sumatera Utara
Biaya korban Satuan Kecelakaan Lalu Lintas untuk tahun tertentu (Tn) dapat dihitung menggunkan persamaan berikut : BSKEi(Tn) = BSKE (T0) x (1 + g)t ….. persamaan 2.2 dengan pengertian : BSKOj(Tn) = biaya satuan kecelakaan lalu lintas pada Tahun n untuk setiap kelas kecelakaan, dalam rupiah/korban BSKOj(T0) = biaya satuan kecelakaan lalu lintas pada Tahun 2003 untuk setiap kelas kecelakaan, dalam rupiah/kecelakaan, lihat Tabel 2.3 atau Tabel 2.4 g
= tingkat inflasi biaya satuan kecelakaan, dalam % (nilai default g = 11%)
Tn
= tahun perhitungan biaya kecelakaan
T0
= tahun dasar perhitungan biaya kecelakaan (Tahun 2003)
t
= selisih tahun perhitungan (Tn – T0)
j
= kelas kecelakaan
II.4.4 Besaran Biaya korban kecelakaan lalu lintas (BBKO) Besaran biaya korban kecelakaan lalu lintas dihitung pada tahun n dengan menggunakan persamaan sebagi berikut : BBKO (Tn) = ∑𝒏𝒏𝒋𝒋=𝟏𝟏( 𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝒋𝒋 𝒙𝒙 𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝒋𝒋 (Tn) ) ….. persamaan 2.3
dengan pengertian :
BBKO = besaran biaya korban kecelakaan lalu lintas disuatu ruas jalan atau persimpangan atau wilayah, dalam rupiah/tahun JKOj = Jumlah korban kecelakaan lalu lintas untuk setiap kategori korban kecelakaan, dalam korban/tahun
Universitas Sumatera Utara
BSKOj (Tn) = biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas pada tahun n untuk setiap kategori korban, dalam rupiah/korban j
= kategori korban.
II.4.5 Besaran Biaya kecelakaan lalu lintas (BBKE) Besaran biaya kecelakaan lalu lintas dihitung pada tahun n dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : BBKE (Tn) = ∑𝒏𝒏𝒋𝒋=𝟏𝟏( 𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝒊𝒊 𝒙𝒙 𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝒊𝒊 (Tn) ) ….. persamaan 2.4
dengan pengertian :
BBKE = besaran biaya kecelakaan lalu lintas pada tahun n disuatu ruas jalan atau persimpangan atau wilayah, dalam rupiah/tahun JKOj =
Jumlah kecelakaan lalu lintas untuk setiap kelas kecelakaan dalam
kecelakaan/tahun BSKOj (Tn) = biaya satuan kecelakaan lalu lintas pada tahun n untuk setiap kelas kecelakaan, dalam rupiah/kecelakaan j
= kelas kecelakaan lalu lintas
II.5 Daerah Rawan Kecelakaan Menurut (Latief, 1995) dalam Amelia (2011) bahwa daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tertinggi, resiko kecelakaan tertinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah rawan kecelakaan ini dapat diidentifikasi pada lokasi jalan tertentu (blackspot) maupun pada ruas jalan tertentu (blacklink).
Universitas Sumatera Utara
Kriteria umum yang dapat digunakan untuk menentukan blackspot dan blacklink menurut Dirjen Perhubungan Darat dalam (Amelia, 2011) adalah : a. Blackspot. Lokasi pada jaringan jalan (sebuah persimpangan atau lebih spesifik seperti jembatan, atau panjang jalan yang pendek, biasanya tidak lebih dari 0,3 km), dimana jumlah frekuensi kecelakaan atau jumlah kecelakaan lalu lintas dengan korban mati atau kriteria kecelakaan lainnya, pertahun lebih besar daripada jumlah minimal yang ditentukan. b. Blacklink. Panjang jalan (lebih dari 0,3 km tapi biasanya terbatas dalam satu bagian rute dengan karakteristik serupa yang panjangnya tidak lebih dari 20 km) yang mengalami tingkat kecelakaan atau kematian atau kecelakaan dengan kriteria lain yang lebih besar dari jumlah yang sudah ditentukan. Menurut Khisty dan Lall (1989) ada 7 metode dalam mengidentifikasi lokasi rawan kecelakaan yaitu : 1. Metode Frekuensi 2. Metode Tingkat Kecelakaan 3. Metode Laju Frekuensi 4. Metode Kendali Mutu Tingkat 5. Metode Keparahan Kecelakaan 6. Metode Indeks Bahaya 7. Inventori fitur Jalan Berbahaya
1. Metode frekuensi Digunakan
untuk
mengidentifikasi
dan
memeringkatkan
lokasi
berdasarkan banyaknya kecelakaan. Suatu nilai kritis dapat ditetapkan untuk
Universitas Sumatera Utara
pemilihan tempat, seperti 10 atau lebih kejadian per tahun (yang meliputi semua jenis kecelakaan). Jalan raya yang panjangnya 2500 mil (sekitar 4000 km) atau kurang umumnya dapat menggunakan metode ini. Dalam metode ini, daerah rawan kecelakaan ditentukan dengan suatu angka, dimana angka tersebut dianggap mewakili sebuah nilai kritis. Seluruh kecelakaan yang terjadi dianggap merupakan suatu hal yang sangat serius dan harus diperhatikan, tanpa melihat jumlah dan kondisi korban. Metode ini dapat dihitung berdasarkan jumlah kecelakaan atau tingkat kecelakaan. Dalam perhitungan berdasarkan jumlah kecelakaan hanya mencari segmen yang memiliki jumlah kecelakaan lebih besar dari nilai kritis. Untuk perhitungan berdasarkan tingkat kecelakaan, suatu segmen dinyatakan black spot jika tingkat kecelakaan di segmen tersebut lebih tinggi dari indeks tingkat kecelakaan.
2. Metode tingkat kecelakaan Menggabungkan frekuensi kecelakaan dengan keberadaan kendaraan (yakni, volume lalu lintas) dan dinyatakan sebagai “kecelakaan per juta kendaraan untuk persimpangan” atau “kecelakaan per juta kendaraan – mil perjalanan” untuk bagian jalan raya. Tempatnya kemudian diperingkat dalam urutan tingkat kecelakaan yang menurun. Sistem jalan raya yang panjangnya 10.000 mil atau kurang dapat menggunakan metode ini. Untuk tempat-tempat titik : Rsp =
𝐴𝐴(1.000.000)
....................... persamaan 2.5
365(𝑇𝑇𝑇𝑇)
untuk bagian-bagian jalan : Rse =
𝐴𝐴(1.000.000) 365(𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇)
........................ persamaan 2.6
dengan :
Universitas Sumatera Utara
Rsp = tingkat kecelakaan disatu titik (kecelakaan/juta kendaraan) Rse = tingkat kecelakaan di bagian jalan (kecelakaan/juta kendaraan-mil) A
= jumlah kecelakaan untuk periode kajian
T
= AADT selama periode kajian
V
= volume lalu lintas
L
= panjang bagian jalan (km).
Angka kecelakaan ditentukan dengan rumus : 𝑅𝑅 =
dengan :
𝐴𝐴 × 10 8 𝑉𝑉×𝐿𝐿
.......................... persamaan 2.7
R = Jumlah kecelakaan per 100 juta km kendaraan A = Jumlah kecelakaan selama periode yang dianalisa V = Jumlah kendaraan per ruas dalam satu tahun (kendaraan) L = Panjang ruas jalan (km) Angka kecelakaan digunakan untuk mengukur tingkat kecelakaan pada satu satuan ruas jalan. Tingkat kecelakaan yang paling umum dinyatakan dengan jumlah kecelakaan lalu lintas di suatu lokasi atau ruas jalan per jumlah total panjang perjalanan yang dilakukan oleh semua kendaraan yang menggunakan ruas jalan tersebut dalam 1 tahun, dikenal dengan istilah jumlah kecelakaan per 100 juta kendaraan-km panjang perjalanan (100JKKP) dalam 1 tahun. Pemeringkatan dilakukan dengan menggunakan statistik kendali mutu sebagai pembanding terhadap tingkat kecelakaan. Menurut Pignataro (1973) penentuan lokasi rawan kecelakaan dapat dilihat dari tingkat kecelakaan menurut :
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk mengetahui tingkat kecelakaan (accident rute) suatu ruas jalan adalah jumlah kecelakaan setiap 100 juta km per perjalanan, dinyatakan dalam persamaan :
RSEC = 100.000.000 x A ...... persamaan 2.8 365 x T x V x L
Keterangan : RSEC : tingkat kecelakaan sepanjang jalan yang diamati A : jumlah kecelakaan yang terliput V : LHR L : panjang jalan T : waktu analisa
b. Untuk perhitungan tingkat kecelakaan pada titik tertentu menggunakan:
RSP = 1.000.000 x A ..... persamaan 2.9 365 x T x V
Keterangan : RSP : tingkat kecelakaan suatu titik tertentu V : LHR A : jumlah kecelakaan terdata T : waktu analisa (tahun)
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk menghitung tingkat kecelakaan berdasarkan jumlah total pengemudi kendaraan yang terlibat kecelakaan selam periode investigasi menggunakan rumus:
R = 100.000.000 x N ….. persamaan 2.10 V
Keterangan : R : tingkat kecelakaan per 100 juta kendaraan per km N : jumlah pengemudi kendaraan yang terlibat kecelakaan selama periode investigasi V : jumlah perjalanan kendaraan per mile di jalan selama periode investigasi
d. Untuk menghitung angka kematian berdasarkan jumlah kendaraan yang terdaftar atau terdata menggunakan rumus:
R = 10.000 x B ..... persamaan 2.11 M Keterangan : R : angka kematian per 100 juta kendaraan yang terdaftar B : jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas dalam 1 tahun M : jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar pada suatu templat
e. Untuk menghitung angka kecelakaan berdasarkan jumlah perjalanan kendaraan per km menggunakan:
Universitas Sumatera Utara
R = 100.000.000 x C ….. persamaan 2.12 V Keterangan : R : tingkat kecelakaan per 100 juta kendaraan per km C : jumlah total kecelakaan (mati dan luka-luka) dalam 1 tahun V : perjalanan kendaraan per mile dalam 1 tahun
3. Metode laju frekuensi Metode laju frekuensi biasanya diterapkan dengan terlebih dahulu memilih sejumlah besar sampel tempat dengan kecelakaan tinggi yang didasarkan pada kriteria “jumlah kecelakaan” (yakni, metode frekuensi) yang dari sini tingkat kecelakaan dihitungnya. Suatu prosedur modifikasi ialah dengan memetakan frekuensi kecelakaan pada sumbu mendatar dan tingkat kecelakaan pada sumbu tegak. Dengan demikian, setiap kecelakaan dapat dikategorikan dengan menempatkannya dalam satu sel matriks. Pada gambar 2.2 dapat dilihat contoh matriks frekuensi. Sudut kanan atas menandakan tempat-tempat yang paling berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Kecelakaan
sel terburuk
p r i o r i t a s 2
Frekuensi kecelakaan Gambar 2.2 Matriks Frekuensi (Sumber : Khisty,1989)
4. Metode kendali mutu tingkat Memanfaatkan pengujian statistik untuk menentukan apakah tingkat kecelakaan pada tempat tertentu itu sangat lebih tinggi daripada laju rata-rata yang ditentukan sebelumnya untuk tempat-tempat dengan karakteristik yang serupa, yang didasarkan pada distribusi Poisson. laju kritis, yang didasarkan pada tingkat kecelakaan rata-rata berskala sistem untuk jenis jalan raya, ialah sebagai berikut : 𝑅𝑅𝑅𝑅 = 𝑅𝑅𝑎𝑎 + dengan : Rc
1
𝑅𝑅𝑅𝑅 2 𝐾𝐾 � 𝑀𝑀 � ..................................
persamaan 2.13
= tingkat kecelakaan kritis untuk suatu titik (kecelakaan/106 kend) atau ruas (kecelakaan/10^6 kend-mil)
Ra
p r i o r i t a s 1
= tingkat kecelakaan rerata untuk suatu titik dengan karakteristik serupa atau pada jenis jalan yang sama.
Universitas Sumatera Utara
M
= juta kendaraan yang melewati titik atau juga kendaraan-mil perjalanan dalam satu ruas jalan.
K
= faktor probabilitas yang ditentukan oleh tingkat signifikan yang diinginkan. Metode keparahan kecelakaan
Digunakan untuk mengidentifikasi dan memeringkat prioritas tempattempat kecelakaan tinggi. Keparahan kecelakaan dikelaskan oleh National Safety Council (AS) dikutip oleh Khisty (1989) dalam dan banyak negara lain kedalam 5 kategori berikut : kecelakaan fatal F : satu kematian atau lebih (F) Luka-luka jenis A : kecelakaan yang menyebabkan cacat (A) Luka-luka jenis B : kecelakaan bukan cacat (B) Luka-luka jenis C : kemungkinan luka-luka (C) PDO : hanya kerusakan harta benda (PDO=Property Damage Only) Salah satu dari banyak metode keparahan menggunakan faktor hanya kerusakan harta benda ekivalen (EPDO) dengan : EPDO = 9,5(F+A) + 3,5(B+C) +PDO..... persamaan 2.14 Dengan huruf-huruf menandakan jumlah setiap kategori. Pemeringkatan tempat berdasarkan jumlah EPDO yang dihitung.
5. Metode indeks bahaya Menggunakan rumus untuk mengembangkan indeks tingkat di setiap tempat yang dicurigai. Faktor-faktor yang digunakan dalam metode ini ditunjukkan pada lembaran contoh (gambar 2.3). Data mentah setiap faktor
Universitas Sumatera Utara
diikonversi menjadi nilai petunjuk menggunakan grafik. Nilai petunuk ini kemudian dikalikan dengan faktor pembobot. Indeks-indeks bahaya parsial dijumlahkan untuk mendapatkan indeks bahaya untuk tempat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Nomor Tempat ___________________
Tanggal ____________________
Jenis Persimpangan Pedesaan H.I Parsial Pertanda
Data
Nilai Pertanda (NP)
Bobot (NP x Bobot)
Banyaknya Kecelakaan
7,67 kecelakaan / tahun
59
0,145
8,6
Tingkat Kecelakaan
2,47 kecelakaan / MEV
49
0,199
9,8
Keparahan Kecelakaan
$ 12850
70
0,169
11,8
Rasio Volume (Kapasitas)
0,17
22
0,073
1,6
0
0,066
0,0
Rasio Jarak Pandang
>2,0 (rerata bobot)
Konflik Lalu Lintas
-
0,053
Manuver Tersendat-sendat
-
0,061
Harapan Pengemudi
2,19 (rerata bobot)
37
0,132
4,9
Kekuatan penilaian relatif Jumlah bobot yang berlaku x 100 = 89 %
Gambar 2.3 Contoh Metode Indeks Bahaya (Sumber : Khisty,1989)
Universitas Sumatera Utara
6. Metode inventori fitur jalan berbahaya Sebagian besar didasarkan pada pembandingan kegagalan jalan yang ada dengan standar keselamatan dan desain. Tujuan dari desain keselamatan jalan proaktif atau keselamatan desain sadar secara eksplisit memperkirakan risiko. Tidak hanya harus diperkirakan total risiko tetapi juga komponen risiko. Dalam metode ini, identifikasi lokasi rawan kecelakaan melalui survey langsung ke lokasi kecelakaan. Semakin banyak kekurangan fitur pada jalan tersebut, maka dapat dikategorikan jalan tersebut sebagai black spot. Ukuran yang dipakai untuk menentukan black spot adalah kekurangan fitur pada jalan berbahaya. Contoh-contoh fitur berbahaya seperti jembatan sempit, kemiringan sisi jalan yang terjal, lajur atau bahu yang sempit, jembatan layang tak berpagar, lampu jalan yang tidak ada, rambu-rambu lalu lintas yang tidak tersedia atau tidak jelas, dan sebagainya.
II.6 Jalan Menurut UU RI No. 22 Tahun 2009, jalan adalah seluruh bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, dan atau air serta di atas permukaan air kecuali jalan rel dan jalan kabel. Menurut sistem jaringan jalan, jalan terdiri atas : a. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
Universitas Sumatera Utara
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. b. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Menurut fungsinya, jalan dikelompokkan menjadi empat yaitu : a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan ratarata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. c. Jalan lokal merupakan jalan umum yamg berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Menurut statusnya, jalan dikelompokkan menjadi lima yaitu : a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional serta jalan tol. b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
Universitas Sumatera Utara
c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dan sistem jaringan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan stategis kabupaten. d. Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat pemukiman yang berada di dalam kota. e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar pemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas : a. Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median. b. Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 lajur setiap arah.
Universitas Sumatera Utara
c. Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu-lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar paling sedikit 7 meter. d. Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar paling sedikit 5,5 meter.
Universitas Sumatera Utara