BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat ini adalah penelitian yang dilakukan oleh desi Promborini Sumanti (2003), dengan judul “ Penentuan Portofolio optimal menggunakan Model Indeks Tunggal Pada Saham LQ 45 di PT. Bursa Efek Jakarta.” Populasi penelitian tersebut asalah semua saham LQ 45 yang tercatat pada PT. Bursa Efek Jakarta pada periode februari 2002 sampai januari 2003 yaitu sebanyak 45 saham. Dengan sampel 18 saham teraktif dari saham LQ 45. Masalah yang penelitian tesebut adalah : 1. Bagaimana menentukan portofolio saham LQ 45 yang dapat memberikan keuntungan optimal dengan resiko minimal. 2. Berapakah besarnya proporsi dana untuk masing – masing saham agar terbentuk portofolio yang optimal. 3. Berapakah besarnya tingkat keuntungan dan tingkat resiko dari portofolio yang terbentuk. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 18 saham yang digunakan sebagai sampel, setelah dianalisis diperoleh hasil bahwa : 1. Saham yang masuk dalam portofolio optimal terdiri dai ISAT, MEDC, ASGR, TLKM, ASII, PNBN, ANTM, UNTR, dan MPPA.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2. Proporsi dana untuk ISAT : 8,31%, MEDC : 7,96%, ASGR : 20,95%, TLKM : 19,04%, ASII : 18,07%, PNBM : 12,72%, ANTM : 4,07%, UNTR : 7,99%, dan MPPA : 0,87%. 3. Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio yang telah terbentuk untuk saham ISAT : 2,33%, MEDC : 2,76%, ASGR : 6,98%, TLKM : 6,27%, ASII : 5,23%, dan PNBN : 2,77%, ANTM : 0,83%, UNTR : 1,47%, dan MPPA : 0,15%, dengan rata – rata 28,79%. Sedangkan tingkat reesiko portofolio untuk sahan ISAT : 0,31%, MEDC : 0,49%, ASGR : 1,36%, TLKM : 1,25%, ASII : 0,94%, PNBN : 0,23%, ANTM : 0,05%, UNTR : 0,06%, dan MPPA : 0,000008%, dengan rata – rata 4,68%. Penelitian tersebut dilakukan dengan periode waktu antara februari 2002 sampai dengan januari 2003, sehingga informasi yang dihasilkan tidak lagi relevan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan informasi yang relevan untuk saat ini. Penelitian ini menggunakan populasi 45 saham di PT. Bursa Efek Indonesia yang tergabung bdalam LQ 45 dengan sampel sebanyak 17 saham teraktif sedangkan periode waktunya juli 2006 sampai juli 2010. 2.2
Teori Manajemen Keuangan
2.2.1
Manajemen Keuangan Menurut Suad Husnan ( 2004 : 4 ) manajemen keuangan merupakan semua kegiatan yang menyangkut kegiatan perencanaan,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Orang yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut sebagai manajer keuangan. Manajemen keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi fungsi
keuangan. Fungsi
- fungsi
keuangan
tersebut
meliputi
bagaimana memperoleh dana ( raising of fund ) dan bagaimana menggunakan dana tersebut. Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan
sumber-sumber dana untuk membelanjakan
aktiva
tersebut. Untuk memperoleh dana, manajer keuangan bisa memperolehnya dari dalam maupun luar perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa berbentuk hutang atau modal sendiri. Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dapat
di definisikan dari
tugas dan
tanggung jawab manajer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksi mumkan nilai perusahaan. Kegiatan penting lai nnya yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat aspek yaitu : 1. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer lainnya yang bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan
investasi
dan
pembiayaan , serta segala hal
yang
berkaitan dengannya. 3. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin. 4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana perusahaan dapat memperoleh dana dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.
2.3 Investasi 2.3.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan kegiatan mengelola dana pihak yang kelebihan dana untuk mendapatkan imbal hasil di masa yang akan datang. Dalam sistem ekonomi terbuka suatu Negara khususnya Indonesia, kegiatan investasi mampu meningkatkan kemakmuran Negara ditandai dengan pembangunan suatu usaha dan industri baru yang mampu menggerakkan perekonomian. Secara umum suatu dana / modal dapat berasal investor dari luar negeri (asing) atau dalam negeri (domestic). Ada banyak pengertian investasi Reilly dan Brown (6 : 2006) memberikan pengertian investasi adalah, investment is the current commitment of dollar for a period of time to derive future payment that will compensate the investor for: 1. the time the funds are commited
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.
the expected rate of inflation
3. the uncertainty of the future payment. Jadi dapat diartikan investasi adalah komitmen sejumlah dollar saat ini pada suatu periode untuk menarik pembayaran pada masa yang akan datang dan investor akan menerima kompensasi untuk : 1. Waktu dana tersebut dilaksanakan. 2. Harapan tingkat inflasi. 3. Ketidakpastian pembayaran masa depan. Menurut Jogiyanto (2000 : 5) investasi adalah penundaan komsumsi untuk digunakan di dalam produksi yang efesien selama periode waktu tertentu. Menurut Sunariyah (2003 : 4) pengertian investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimilki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapat keuntungan di masa–masa yang akan datang. Menurut Tandelilin (2000 : 3) investasi adalah komitmen sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.3.2
Manajemen Investasi Investasi dalam arti luas merupakan pengorbanan sejumlah uang saat ini untuk memperoleh sejumlah uang di masa akan datang. Menurut Sunariyah ( 2004 : 4 ) investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Sedangkan menurut M. Fakhrudin ( 2001 : 195 ) dikatakan bahwa, investasi adalah komitmen dana dengan tujuan memperoleh pengembalian ekonomi selama satu periode waktu, yang biasanya dalam bentuk arus kas periodic dan atau nilai akhir. Definisi berikutnya adalah menurut Tandelilin ( 2001 : 37 ), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Menurut Suad Husnan ( 2004 : 18 ) menyatakan investasi adalah setiap penggunaan uang dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. Menurut bentuknya investasi dibedakan menjadi investasi dalam aktiva finansial ( financial investment ) dan investasi dalam aktiva riil ( real investment ). Investasi dalam aktiva financial lebih merupakan kepemilikan hak klaim atau aktiva yang diwujudkan dalam bentuk dokumen legal yang kemudian disebut sebagai sekuritas ( surat berharga , sedangkan untuk investasi Dalam aktiva riil berupa aktiva berwujud yang tampak nyata ( bangunan, tanah ). Seorang investor yang menghendaki
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
tingkat pengembalian yang tinggi, tentu akan menghadapi resiko yang tinggi pula. Untuk menyikapi hal tersebut, maka salah satu caranya adalah dengan menggunakan upaya diversifikasi yang tepat di antara bermacam – macam bentuk pilihan investasi yang ada.
2.3.3 Jenis-Jenis Investasi Menurut Jogiyanto (2000 : 6), investasi ke dalam aktiva keuangan dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Investasi langsung yaitu, investasi yang dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan dari perusahaan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain. 2. Investasi tidak langsung yaitu investasi yang dapat dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva–aktiva keuangan dari perusahaan lain.
2.3.4 Tujuan Investasi Dalam berinvestasi, para investor memiliki berbagai macam tujuan yang diharapkan. Sejak perekonomian primitif sampai perekonomian modern. Tujuan adalah untuk memperoleh hasil atau keuntungan yang maksimal. Menurut Tandellilin (2001 : 4) ada beberapa tujuan investor melakukan investasi antara lain: 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak dimasa yang akan datang 2. Mengurangi tekanan inflasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3. Dorongan untuk menghemat pajak
2.3.5 Proses Investasi Menurut Husnan (2005 : 47) menunjukan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak invastasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkahlangkah sebagai berikut. 1. Menentukan kebijakan investasi. Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi yang dilakukan. 2. Analisis sekuritas. Salah satu tujuan kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas mana yang nampaknya mispriced. Bisa dilakukan dengan analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data (perubahan) harga di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di
masa
yang
akan
datang.
Analisis
fundamental
berupaya
mengidentifikasikan prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktorfaktor yang mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. 3. Pembentukan portofolio. Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. 4. Melakukan revisi portofolio. Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki. 5. Evaluasi kinerja portofolio. Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun resiko yang ditanggung.
2.4 Pasar Modal 2.4.1
Pengertian Pasar Modal dan Bursa Efek Menurut Sunariyah (2003 : 4) pengertian Pasar Modal secara umum adalah sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank – bank konvensional dan semua lembaga perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat – surat berharga yang beredar. Menurut Tandelilin (2001 : 13) Pasar Modal adalah peremuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan peihak yang membutuhkan dana dengan memperjual-belikan sekuritas. Menurut Husnan (2005 : 3) secara formal Pasar Modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjual – belikan, baik dalam bentuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun oleh perusahaan swasta. Berdasarkan definisi - definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pasar Modal adalah suatu pasar yang memfasilitasi perdagangan surat berharga atau sekuritas, yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menanamkan dana mereka. Dengan demikian para pemodal tidak dapat melakukan jual beli antar mereka sendiri secara langsung.
2.4.2 Fungsi dan Peranan Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu Negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu Negara dengan Negara yang lain. Hampir semua Negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali dalam Negara dengan perekonomian social ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu keharusan (Sunariyah, 2003:7). Ditinjau dari sisi kepentingan para pelaku modal (aspek makro) peranan pasar modal pada suatu Negara dapat dilihat dari lima aspek sebagai berikut : 1. Pasar modal sebagai fasilitas melakukan interaksi antara penjual dan pembeli menentukan harga saham yang diperjual belikan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2. Pasar modal memberikan kesempatan pada investor untuk menjual kembali surat berharga yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 3. Pasar
modal
memberikan
kesempatan
pada
investor
untuk
mempertahankan return yang diharapkan. 4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan perekonomian. 5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Biaya informasi tersebut diklasifikasikan menjadi dua yaitu : a. Biaya pencarian (search cost) informasi tentang perusahaan (emiten). b. Biaya informasi (information cost) termasuk mencari informasi tentang kelebihan atau kelemahan surat berharga suatu perusahaan peblik. Menurut Sunariyah (2003:9) fungsi pasar modal dalam perekonomian nasional adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Tabungan (Saving Function) 2. Fungsi Kekayaan (Wealth Function) 3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function) 4. Fungsi Pinjaman (Credit Function)
2.4.3
Bentuk – bentuk Pasar Modal. Umumnya penjualan dilakukan sesuai jenis dan bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual belikan. Jenis – jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam (Sunariyah 2003:13) :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
1. Pasar perdana (primary market) merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham – saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa. 2. Pasar sekunder (secondary market) didefinisikan sebagai perdagangan saham melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pada pasar sekunder saham dan sekuritas lain diperjual belikan secara luas. 3. Pasar ketiga (third market) merupakan tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa (over the counter market) 4. Pasar keempat (fourth market) merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek.
2.4.4 Pelaku Pasar Modal Menurut Sunariyah (2003:28) pasar modal melibatkan banyak orang dan lembaga diantaranya adalah 1. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) BAPEPAM merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga – lembaga dan profesi – profesi penunjang yang terkait dalam pasar modal, memberi pendapat kepada menteri keuangan mengenai pasar modal beserta kebijakan operasionlnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2. Pelaksana Bursa Bursa efek menurut Kepres No. 53 adalah suatu pertemuan yang terorganisir dan digunakan untuk penyelenggaraan pertemuan jual beli efek. 3. Emiten Emiten adalah pihak yang membutuhkan dana guna membelanjai operasi maupun rancangan investasi. 4. Perusahaan Efek Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah memperoleh ijin untuk usaha beberapa kegiatan sebagai penjamin emisi efek perantara pedagang efek, manager investasi atau penasehat investasi. 5. Lembaga Kliring Penjamin, Penyimpan dan Penyelesaian Lembaga kliring dan penjamin berfungsi untuk melakukan kliring dan penjamin efek dari transaksi yang terjadi. Lembaga penyimpanan dan penyelesaian berfungsi mempermudah penyelesaian pemindah bukuan serta proses penyimpanan efek. 6. Reksa dana Adalah pihak yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi kembali atau perdagangan efek. 7. Lembaga penunjang pasar modal Adalah tempat penitipan harta, biro administrasi efek, wali amanat, atau penanggung yang menyediakan jasanya. 8. Profesi Penunjang Pasar Modal 9. Pemodal
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Merupakan pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek – efek yang diperdagangkan di pasar modal.
2.4.5 Faktor – factor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal Secara rinci faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal menurut Husnan (1998:8) antara lain adalah : a. Supply sekuritas Harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. b. Demand akan sekuritas Harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas – sekuritas yang ditawarkan. c. Kondisi politik dan ekonomi Faktor ini akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. d. Masalah hukum dan peraturan Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan perusahaan – perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
e. Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efesien.
2.4.6 Instrumen pasar modal Menurut Sunariyah (2003:30) pengertian surat berharga pasar modal sebagai berikut : 1. Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT). 2. Obligasi, meruipakan surat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat. 3. Derivative efek a. Right/klaim, biasa dikenal dengan bukti hak memesan saham terlebih dahulu. b. Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang saham untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk enam bulan atau lebih. c. Obligasi convertible yaitu obligasi yang setelah jangka waktu tertentu selama masa tertentu dan harga tertentu, dapat ditukarkan menjadi saham dari perusahaan emiten. d. Saham deviden, perusahaan membagikan deviden dalam bentuk baru e. Saham bonus, perusahaan menerbitkan saham bonus yang dibagikan kepada pemegang saham lama untuk memperkecil harga saham yang bersangkutan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
f.
Sertifikat / ADR /CD adalah suatu tanada terima yang memberikan bukti bahwa saham perusahaan asing disimpan sebagai titipan atau berada dibawah penguasaan suatu bank Amerika, yang dipergunakan untuk mempercepat transaksi dan pengalihan penerima manfaat dari suatu efek asing di Amerika.
g. Sertifikat dana yaitu efek yang diterbitkan oleh PT. Danareksa.
2.4.7 Resiko investasi di pasar modal Dalam kegiatan investasi, resiko merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan. Usaha untuk menghilangkan resiko secara keseluruhan adalah usaha yang mustahil. Dalam pengertian investasi resiko selalu dikaitkan dengan tingkat variabilitas return yang dapat diperoleh dari surat berharga. Menurut Husnan (2005:158) membedakan resiko investasi menjadi tiga resiko : 1. Resiko Sistematis Resiko sistematis adalah resiko yang selalu ada dalam setiap kegiatan investasi yang bias dihilangkan dengan diversifikasi, dapat pula disebut resiko pasr karena berkaitan dengan perekonomian secara makro, misalnya purchasing power risk, political risk, dan lain- lain. 2. Resiko tidak sisematis Reiko tidak sistemastis adalah reiko yang terdapat dalam kegiatan investasi tetapi dapat didiversikasikan oleh investor, atau resiko yang terdapat pada
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
masing – masing perusahaan seperti : resiko kebangkrutan, resiko manajemen, dsb. 3. Resiko total 4. Resiko total merupakan gabungan dari resiko sistematis dengan resiko tidak sistematis.
2.5 Saham 2.5.1 Pengertian Saham Menurut Darmaji & Fakhrudin (2001:5) saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbata. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Menurut Sunariyah (2003:30) saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut Emiten. Pemilik saham adalah pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.
2.5.2 Jenis – jenis saham Menurut Jogianto (200:67) jenis – jenis saham terdiri dari : 1. Saham Preferent merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara saham biasa dan obligasi, seperti : obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Beberapa saham Preferen yaitu : a. Convertible Preffered Stock. Saham ini memungkinkan pemegangnya untuk menukar dengan saham biasa dengan resiko penukaran yang telah ditentukan. b.
Callable preffered stock Memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang dengan nilai tertentu. Harga tembusan ini biasanya lebih dari nilai nominalnya.
c. Floating atau Adjustable-rate Prefferen stock (ARP) Saham preferen ini tidak membayar deviden secara tetap, tetapi tingkat deviden yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas treasury bill. 2. Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa, pemegang saham biasanya memperoleh hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan (Gitosudarmo:1999:265). Ada beberapa hak yang dimilki oleh pemegang saham biasa (Jogianto, 2000:73) : a. Hak control
Pemegang saham biasa mempunyai untuk memilih direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya. b. Hak menerima pembagian keuntungan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Sebagai pemilik perusahaan pemegang saham biasa berhak untuk mendapatkan keuntungan perusahaan. Pembagian keuntungan perusahaan (deviden) untuk saham biasa ini dilakukan jika perusahaan sudah membayar deviden untuk saham preferen. c. Hak Preemptive
Hak ini member prioritas pada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru sehinga presentasi kepemilikannya tidak berubah. 3. Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.
2.5.3 Keuntungan investasi dalam bentuk saham Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham (Darmadji dan Fakhrudin, 2001:8) yaitu : 1. Deviden yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. 2. Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk karena adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
2.5.4 Resiko investasi dalam bentuk saham Seorang pemodal yang melakukan investasi dalam bentuk saham akan menghadapi resiko sebagai berikut:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
1. Tidak mendapatkan deviden. 2. Capital Loss 3. Perusahaan bangkrut atau likuidasi 4. Saham di delist dari bursa. 5. Saham di suspend
2.5.5
Indeks Harga Saham Indeks harga saham merupakan yang didasarkan pada perhitungan statistik yang menggambarkan perkembangan harga – harga saham terhadap tahun dasarnya. Menurut Sunariyah (2003:122) indeks harga saham mempunyai bentuk penyajian, diantaranya :
1. Indeks Harga Saham Individual Indeks harga saham individual menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga masing – masing saham, sampai pada tanggal tertentu. 2. Indeks Harga Saham Gabungan a. Seluruh Saham Indeks Harga Saham Gabungan menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, pada tanggal tertentu. Indek harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat disuatu bursa efek. b. Kelompok Saham
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Indeks harga saham kelompok adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kelompok saham yang tercatat disuatu bursa efek. Indeks harga saham gabungan kelompok saham di Indonesia ada dua, yaitu: 2) Indeks LQ 45 Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain pemilihan atas likuiditas, seleksi atas saham – saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45 ini. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi indeks LQ 45 maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 februari 1997. Hari dasar untuk perhitungan 13 juli 1994 dengan nilai dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar dari 1993 – juni 1994, hingga terpilih 45 emiten 72% dari total kapitalisasi pasar dan 72,5% dari total nilai transaksi di pasar regular untuk dapat masuk dalam Indeks LQ 45 suatu saham harus memenuhi kriteria – kriteria berikut ini : a) Harus termasuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular (rata – rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
b) Harus termasuk dalam urutan 60 terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar ( rata – rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir ) c) Telah tercatat di PT. Bursa Efek Indonesia minimal selama 3 bulan. 3) Indeks JII (Jakarta Islamic Indeks) Jakarta Isalamic Indeks terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham – saham yang dengan syariah islam. Penetuan kriteria pemilihan saham dalam JII melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment Management. JII dimaksudkan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. c. Jenis Usaha Sektoral Indeks sektoral pertama kali diperkenalkan pada 2 januari 1996 dengan nilai awal indeks 100 untuk setip sector dan menggunakan hari dasar 28 desember 1995. Indeks sektoral merupakan sub indeks dari IHSG.
2.6
Suku Bunga
2.6.1
Pengertian Suku Bunga Menurut Keyness (1998:154) adalah balas jasa untuk melepaskan likuiditas selama kurun waktu tertentu. Sedangkan menurut Kasmir (2002:133) adalah balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli menjual produknya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.62
Macam – macam Suku Bunga Menurut Kasmir (2001 : 133) suku bunga dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Suku bunga pinjaman Suku bunga yang besarnya ditentukan oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang yang dipinjamkan kepada pihak lain. Besarnya suku bunga pinjaman berbeda – beda sesuai dengan penggunaan pinjaman. 2. Suku bunga simpanan Suku bunga yang ditentukan oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang nasabah yang disimpan di bank yang bersangkutan. Besarnya prosentase suku bunga simpanan berbeda – beda diantaranya ditentukan oleh unsur jangka waktu.
2.7 2.7.1
Teori Portofolio Pengertian teori portofolio Menurut Sunariyah (2000:180) portofolio adalah serangkaian kombinasi dari beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh investor, baik itu investor perorangan maupun investor lembaga. Kombinasi aktiva tersebut bisa terdiri dari aktiva riil, aktiva financial, ataupun gabungan antara keduanya. Portofolio saham diartikan sebagai sekumpulan saham yang dideversifikasikan dengan tujuan memaksimalkan tingkat keuntungan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
sekaligus meminimumkan resiko. Dalam teori modern terdapat tiga asumsi pokok : 1. Perilaku investor adalah menghindari resiko dan mengharapkan imbalan dalam setiap investasinya. Imbalan tersebut adalah tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari tingkat investasi tanpa resiko atau dengan resiko yang rendah. 2. Resiko dari return yang diharapkan dari suatu portofolio dapat dihitung dengan fungsi utilitas. 3. Resiko sebuah saham dari portofolio tidak dapat dievaluasi secara terpisah denagn resiko portofolionya.
2.7.2
Strategi Portofolio Saham Menurut Tandelilin (2001:119) strategi yang bias dilakukan investor dalam pembentukan portofolio saham ada dua, yaitu :
1. Strategi aktif Strategi aktif meliputi tindakan investor secara aktif dalam melakukan pemilihan dan jual beli saham, mencari informasi, mengikuti waktu dan pergerakan harga saham serta bebagai tindakan aktif lainnya untuk menghasilkan return abnormal. Return abnormal adalah return saham yang melebihi return yang diharapkan dari saham tersebut pada tingkat resiko tertentu. Strategi aktif dalam pembentukan portofolio saham pada dasarnya bias menggunakan dua pendekatan dalam analisis saham, yaitu :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
a. Pendekatan Fundamental Pendekatan unruk menganalisis suatu saham berdasarkan pada data –data perusahaan seperti earning, deviden, penjualan, dan lain – lain. b. Pendekatan analisis teknikal Pendekatan untuk mencari pola pergerakan harga saham yang dapat dipakai untuk meramalkan pergerakan harga saham dikemudian hari. 2. Strategi pasif Strategi pasif meliputi tindakan investor yang cenderung pasif dalam berinvestasi pada saham dan hanya mendasarkan pergerakan sahamnya pada pergerakan indeks pasar. Artinya investor tidak secara aktif mencari informasi ataupun melakukan jual – beli saham yang dapat menghasilkan return yang abnormal, dalam hal ini investor hanya mengikuti indeks pasar. Strategi pasif dalam portofolio saham meliputi : a. Strategi beli dan simpan Dalam strategi ini investor membeli sejumlah saham dan tetap memegangnya untuk beberapa waktu tertentu. Tujuan dilakukannya strategi ini adalah untuk menghindari biaya transaksi dan biaya tambahan lainnya yang terlalu tinggi. b. Strategi mengikuti indeks Dalam hal ini investaor membeli instrument reksadana dan berharap kinerja pada kumpulan saham – saham dalam instrument reksadan tersebut sudah merupakan duplikasi dari kinerja indeks pasar.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.7.3
Return Portofolio Menurut Jogianto (200:141) return portofolio terdiri dari :
a. Return realisasi portofolio, yaitu rata – rata tertibang dari return – return realisasi tiap – tiap sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. b. Return ekspektasi portofolio, adalah rata – rata – tertimbang dari return return ekspektasi tiap – tiap sekuritas tunggal di dalam portofolio.
2.7.4
Resiko Portofolio Menurut Jogianto (2000:143) konsep dari resiko portofolio pertama kali diperkenankan secara formal oleh Harry M. Markowitz di tahun 1950-an. Dia menunjukan bahwa secara umum resiko mungkin dapat dikurangi dalam menggabungkan beberapa sekuritas tunggal kedalam bentuk portofolio. Persyaratan utama untuk dapat mengurangi resiko di dalam portofolio adalah untuk masing – masing sekuritas tidak berkorelasi secara positif dan sempurna.
2.7.5
Beta Portofolio Menurut Jogianto (2000:263), Beta portofolio umumnya lebih akurat dibandingkan dengan beta tiap – tiap individual sekuritas. Alasannya adalah sebagai berikut ini :
1. Beta individual sekuritas siasumsikan konstan dari waktu ke waktu. Kenyataannya Beta sekuritas dapat berubah dari waktu ke waktu. Perubahan Beta individual sekuritas dapat berupa perubahan naik atau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
turun. Beta portofolio akan meniadakan perubahan beta individual sekuritas dengan perubahan beta individual sekuritas yang lainnya. Dengan demikian jika diasumsikan Beta adalah konstan dari waktu ke waktu, maka Beta portofolio akan lebih cepat dibandingkan dengan Beta individual sekuritas. 2. Perhitungan Beta individual sekuritas juga tidak lepas dari kesalahan pengukuran (measurement error) atau kesalahan acak ( random error). Pembentukan portofolio akan mengurangi kesalahan acak ini karena kesalahan acak atau sekuritas mungkin akan ditiadakan oleh kesalahan acak sekuritas lainnya. Dengan demikian, Beta portofolio juga diharapkan akan lebih tepat dibandingkan dengan Beta individual sekuritas.
2.7.6
Evaluasi Kinerja Portofolio Menurut Tandelilin (2001:320) dalam mengevaluasi kinerja saham suatu portofolio ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu :
1. Tingkat resiko Dalam mengevaluasi kinerja portofolio harus diperhatikan apakah return portofolio yang diperoleh harus ditanggung. Dengankata lain pengukuran kinerja portofolio tidak hanya dilihat dari besarnya return portofolio saja tetapi juga harus memperhatikan besarnya resiko yang harus ditanggung untuk memperoleh return tersebut. 2. Periode waktu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Dalam mengevaluasi kinerja portofoio periode waktu harus diperhatikan
karena
seperti
halnya
resiko,
faktor
waktu
juga
mempengaruhi return portofolio. 3. Penggunaan patok duga ( benchmark ) yang sesuai Dalam
mengevaluasi
kinerja
portofolio
harus
membuat
perbandingan antar return portofolio yang dievaluasi dengan return portofolio lain yang sebanding. Portofolio yang terpilih sebagai Bechmark harus bisa mencerminkan tujuan yang digunakan oleh investor secara akurat. 4. Tujuan investasi Dalam mengevaluasi kinerja portofolio harus memperhatikan tujuan yang ditetapkan oleh investor atau manajer investasi karena tujuan investasi yang berbeda akan mempengaruhi kinerja portofolio yang dikelola.
2.8
Model Indeks Tunggal
2.8.1
Latar belakang Model Indeks Tunggal Model indeks tunggal pertama kali dikembangkan oleh Wiliam Sharpe
pada
tahun
1963
untuk
menyederhanakan
perhitungan
pembentukan pada model Markowitz. Dengan menggunakan teori portofolio Markowitz yang sudah dijelaskan, investor menghadapi beberapa kendala. Diantaranya adalah banyaknya koefisien korelasi yang harus dihitung bila terdapat sejumlah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
saham yang hendak dimasukkan dalam analisis portofolio. Jika investor memilki
(n)
sekuritas,
maka
jumlah
koefisien
korelasi
yang
diperhitungkan mengikuti rumus N(N-1)/2. Sehingga seandainya terdapat 20 saham maka terdapat (20(20–1)/2) = 190 koefisien korelasi ( Jogianto, 2000:221 ) 2.8.2
Model Indeks Tunggal dan komponen returnnya Model indeks tunggal membagi return dari suatu sekuritas kedalam dua komponen, yaitu sebagai berikut :
1. Komponen return yang unik diwakili oleh yang (αi) yang independen terhadap return pasar. Bagi return yang unik hanya berhubungan dengan peristiwa mikro yang mempengaruhi perusahaan tertentu saja, tetapi tidak mempengaruhi semua perusahaan – perusahaan secar umum. 2. Komponen return yang berhubungan dengan return pasar yang diwakili oleh βi-Rm. Bagi return yang berhubungan dengan return pasar ditunjukkna oleh Beta ( βi ) yang merupakan sensivitas return suatu sekuritas terhadap return dari pasar.
2.8.3
Asumsi Model Indeks Tunggal Menurut Jogianto (200:207) asumsi utama dari model indeks tunggal adalah kesalahan dari sekuritas ke-i tidak berkovari dengan kesalahan residu sekuritas ke-j atau ei tidak berkovari (berkorelasi) dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
ej untuk semua nilai dari I dan j. asumsi ini secara matematis dapat dituliskan sebagai : Cov (ei, ej) = 0……………………………………………..(2.1) Return indeks pasar (Rm) dan kesalahan residu untuk tiap – tiaop sekuritas (ei ) dan merupakan variable – variable acak. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa ei tidak berkovari dengan return indeks pasar ( Rm ). Asumsi kedua ini dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut : Cov (ei,Rm) = 0…………………………………………….(2.2)
2.8.4
Varian return saham dalam Model Indeks Tunggal Resiko (Varian return) saham dalam model undeks tunggal terdiri dari dua bagian :
1. Resiko yang berhubungan dengan pasar (market relate risk) yaitu βi2 σm. 2. Resiko untuk masing – masing perusahaan (unique risk) yaitu σei2. Dalam model indeks tunggal α1 dan βi adalah konstan dari waktu ke waktu untuk masing – masing saham.
2.8.5
Portofolio Optimal berdasarkan Model Indeks Tunggal Menurut Jogianto (2000:225) excess return didefinisikan sebagai selisih antara return ekspektasi dengan return aktiva bebas resiko, sedangkan Excess return to beta berarti mengukur kelebihan return relative terhadap satu unit resiko yang tidak dapat dideversifikasikan yang diukur dengan beta.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Portofolio yag optimal terdiri dari aktiva – aktiva yang mempunyai nilai rasio ERB, sedangkan aktiva – aktiva yang mempunyai nilai rasio yang rendah tidak dimasukkan dalam portofolio optimal. Dengan demikian diperlukan sebuah titik pembatas (cut – off point) yang menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi. Besarnya titik pembatas ini dapat ditentukan dengan langkah – langkah sebagai berikut ini : 1. Urutan sekuritas – sekuritas dengan niai ERB tersebar ke nilai ERB kecil. Sekuritas – sekuritas dengan nilai ERB terbesar merupakan kandidat untuk dimasukkan ke portofolio optimal. 2. Hitung nilai Ai dan Bi untuk masing – masing sekuritas ke-I sebagai Ai = [ E (Ri) – RBR ] βi
berikut : 2 σei
……………………………………………….(2.3) dan Bi = βi2
σei2
………………………………………………………….(2.4)
3. Hitung nilai Ci, yaitu C untuk sekuritas ke-I yang dihitung dari kumulasi nilai – nilai A1 sampai dengan Ai dan nilai – nilai B1 sampai dengan nilai Bi. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
……………………………………………(2.5) 4. Besarnya cut-off point (C*) adalah nilai C dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
5. Sekuritas – sekuritas yang membentuk portofolio optimal adalah sekuritas – sekuritas yang mempunyai nilai ERB yang lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik C*. Sekuritas – sekuritas yang mempinyai ERB lebih kecil dari ERB titik C* tidak diikut sertakan dalam pembentukan.
2.8.6
Analisis Portofolio Menggunakan Model Indeks Tunggal Menurut Jogianto (2000:218) analisis portofolio menyangkut perhitungan return ekspektasi portofolio dan resiko portofolio.
1. Return ekspektasi portofolio Return ekspektasi suatu portofolio selalu merupakan rata – rata tertimbang dari return ekspektasi individu sekuritas pembentukan. Model indeks tunggal mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut ini: a. Beta dari portofolio (βp) merupakan rata – rata tertimbang dari beta masing – masing sekuritas (βi) :
…………………………………………………(2.6) b. Alpha dari portofolio (αp) juga merupakan rata – rata tertimbang dari Alpha tiap – tiap sekuritas (αi) :
………........................................................................(2.7) 2. Resiko portofolio
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Varian dari suatu portofolio yang dihitung berdasarkan model indeks tunggal adalah :
…………………………………..(2.8) 2.9
Kerangka Berpikir Kegiatan
pasar
modal
yang
semakin
berkembang
dan
meningkatnya keinginan masyarakat bisnis untuk mencari alternative sumber pembiayaan usaha selain bank. Dalam mengambil keputusan untuk menanamkan modalnya atau berinvestasi, seorang investor harus mempertimbangkan saham-saham mana yang harus dipilih. Saham yang dipilih otomatis yang memberikan return maksimal dengan risiko tertentu, atau return tertentu dengan risiko minimal. Dalam Bursa Efek Indonesia telah disediakan pilihan kelompok – kelompok saham sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, misalnya Indeks LQ 45. Kelompok saham ini merupakan kelompok saham yang terdiri dari saham – saham yang memiliki likuiditas tinggi. Namun sebagai investor harus tetap mempertimbangkan saham yang memiliki return tertinggi dan resiko terkecil dari saham yang ada pada indeks LQ 45. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui saham-saham mana saja yang dipilih, bisa dilakukan dengan melakukan klasifikasi saham dengan cara pembentukan portofolio optimal saham. Dalam pembentukan portofolio saham ini menggunakan metode single indek tunggal. dari sini bisa diperoleh saham-saham mana
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
yang masuk dalam kategori optimal. Kemudian dari saham-saham yang optimal itu dapat ditentukan besarnya proporsi dana yang akan diinvestasikan. Untuk lebih memperjelas uraian diatas berikut digambarkan diagram kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 1.1 : Kerangka Berfikir
Rencana investasi saham
Saham – saham LQ 45 yang aktif
Resiko
Return
Metode indeks tunggal
Portofolio optimal
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Definisi Operasional dan pengukuran variable Definisi operasional dan pengukuran variable dari sampel yang diteliti adalah sebagai berikut : 1. Portofolio optimal Portofolio saham LQ 45 yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan tingkat resiko yang sudah pasti atau portofolio saham LQ 45 yang mengandung resiko terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sudah pasti. Satuan pengukuran adalah persen dengan skala pengukuran adalah skala rasio. 2. Return saham individu (Ri) Keuntungan atau tingkat pengembalian dari masing – masing saham, berupa deviden dan capital gain atau capital loss. Satuan pengukurannya adalah persen dengan skala pengukuran adalah sakala rasio. 3. Retun pasar (Rmt) Keuntungan atau tingkat pengembalian dari seluruh saham yang beredar di pasar yang diwakili oleh Indeks Liquit 45 (ILQ 45). Satuan pengukurannya adalah persen dengan skala pengukuran adalah skala rasio
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
4. Return bebas resiko (Rbr) Keuntungan atau tingkat pengembalian dari investasi pada aktiva bebas resiko yang diwakili oleh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ). Satuan pengukurannya adalah persen dengan skala pengukuran adalah skala rasio. 5. Return ekspektasi portofolio [E(Rp)] Rata - rata tertimbang dari return ekspektasi masing – masing saham. Satuan pengukurannya adalah persen dengan skala pengukuran adalah skala rasio. 6. Resiko prtofolio (σp2) Resiko yang dikaitkan dengan resiko pasar total saham individu. Satuan pengukurannya adalah persen dengan skala pengukuran adalah skala rasio.
3.2
Teknik Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua saham yang terdaftar dalam LQ 45 hingga saat ini yaitu sebanyak 45 saham.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah 17 saham LQ 45, dengan teknik penentuan sampel menggunakan metode purpodive sampling yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan secara sengaja. Menurut Sekaran (1999:235) purposive sampling terkadang sangat penting digunakan untuk mencari informasi sasaran secara spesifik arena tipe – tipe khusus dari obyek penelitian dapat memberikan informasi yang diperlukan, dan mereka merupakan kelompok yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Bertolak dari pernyataan diatas maka sampel dalam penelitian ini diplih secara cermat berdasarkan kriteria – kriteria sebagai berikut: a. Saham tersebut masuk dalam saham LQ 45 berturut – turut yaitu periode juli 2006 sampai juli 2010. b. Saham tersebut merupakan saham LQ 45 teraktif berdasarkan volume penjulannya, yaitu saham yang volume penjulannya di atas 10 juta lembar. Dari seluruh saham LQ 45 yang terdaftar di PT. BEI yang dipilih sebagai sampel adalah 17 saham teraktif, dengan periode waktu 2006 sampai dengan 2010.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Tabel 3.1 : Kode dan nama dari 17 saham yang menjadi sampel NO KODE NAMA SAHAM 1 AALI PT Astra Agro Lestari 2 ANTM PT Aneka Tambang 3 ASII PT Astra Internasional 4 BBCA PT Bank Central Asia 5 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia 6 BDMN PT Bank Danamon Indonesia 7 BMRI PT Bank Mandiri 8 INCO PT Internasional Nickel Indonesia 9 INDF PT Indofood Sukses Makmur 10 ISAT PT Indosat 11 MEDC PT Medco Energi Internasional 12 PGAS PT Perusahaan Gas Negara 13 SMCB PT Holcim Indonesia 14 TLKM PT telekomunikasi Indonesia 15 UNSP PT Bakri Sumatera Plantation 16 UNTR PT United Tractor 17 UNVR PT Unilever Indonesia Sumber: JSX Monthly Statistic tahun 2006 - 2010, diolah. 3.3 Teknik pengumpulan data 3.3.1 Jenis Data Jenis data dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan sudah diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi berupa arsip atau dokumen. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi daftar saham yang tergabung dalam LQ 45, harga bulanan saham LQ 45, tingkat suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Indeks Liquit 45 (ILQ 45) periode bulanan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3.3.2 Sumber data Data dalam penelitian ini diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ada di Surabaya yang bersumber dari JSX Statistic serta dari website PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu http://www.Bei.co.id
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengmpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : 1. Studi kasus Mempelajari berbagai literature dan teori – teori yang berkaitas dengan masalah penelitian. 2. Dokumentasi Mengumpulkan data dari dokumen yang tersedia yan berkaitan dengan masalah penelitian. 3. Wawancara Melakukan Tanya Jawab secara alngsung dengan bagian hubungan masyarakat (Humas) pusat referensi pasar modal (PRPM) PT Bursa Efek Indonesia sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan data yang telah dikumpulkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3.4
Teknik Analisis Data Untuk mendapatkan hasil perhitungan dari data yang telah dikumpulkan diperlukan teknik analisis data dengan tahapan sebagai berikau :
1. Menentukan tingkat pengembalian saham individu (Rit) Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:109) sebagai berikut ini : ……………………………………………………..………(3.1) Dimana : Rit = tingkat pengembalian saham i pada periode t Pt = Harga saham individu pada periode t Pt-1= Harga saham individu pada periode t-1(sebelumnya) 2. Menentukan tingkat pengembalian pasar (Rmt) Dapat dihitung menggunakan rumus (Jogianto, 2000:204) sebagai berikut : ………………………….………...…………(3.2) Dimana : Rmt = tingkat pengembalian pasar pada periode t ILQ 45t = Indeks LQ 45 periode t. ILQ 45t-1 = Indeks LQ 45 periode t-1 ( sebelumnya ) 3. Menentukan tingkat pengembalian pasar yang diharapkan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:211) sebagai berikut : ………………………………………..(3.3) Dimana : m = rata – rata tingkat pengembalian pasar pada periode t = tingkat pengembalian pasar yang diharapkan pada periode t. = Tingkat pengembalian pasar pada periode t = tingkat periode penelitian 4. Menentukan Beta saham Individu (βi) Beta saham individu merupakan resiko sistem dari masing – masing saham terhadap resiko pasar. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:246) sebagai berikut : …………….………..……..………..(3.4) Dimana : Βi = Beta saham i Rmt = Tingkat pengembalian pasar pada periode t. = rata – rata tingkat pengembalian pasar pada periode t. Rit = Tingkat pengembalian saham i pada periode t. = Rata – rata tingkat pengembalian saham i pada periode t.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
5. Alfa saham individu (αi) Alfa saham individu merupakan bagian dari keuntungan atau tingkat pengembalian yang diharapkan dati masing – masing saham yang independent terhadap return pasar. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:224) sebagai berikut …………………………………………..……..(3.5) Dimana : αi = Alfa saham i. E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i. βi = Beta saham i E(Rm) = Tingkat pengembalian pasar yang diharapkan. 6. Menentukan rata – rata tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham individu [ i] = E(Ri) Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto,2000:126) sebagai berikut : ………………………………………………….(3.6) Dimana : E (Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i.
i = Rata – rata tingkat pengembalian dari saham i. Rit = Tingkat pengembalian dari saham i.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
n = Jumlah periode penelitian 7. Menentukan varians dari tingkat pengembalian pasar (σm2 ) Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:212) sebagai berikut : ……………………………...………..……(3.7) Dimana : σm2 = Varians tingkat pengembalian pasar. Rmt = Tingkat pengembalian pasar pada periode t. E (Rm) = Tingkat pengembalian pasar yang diharapkan n = Jumlah periode penelitian. 8. Menentukan tingkat resiko tidak sistematis (σei2) Dapat ditentukan dengan mengunakan rumus (Jogianto, 2000:212) sebagai berikut : ……………………………………………(3.8) Dengan nilai (eit) adalah sebesar : ……………………………………..………(3.9) Dimana : σei² = Tingkat resiko tidak sistematis eit = kesalahan residu saham i pada periode t. E(ei) = kesalahan residu yang diharapkan dari saham i.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Rit = tingkat pengembalian saham i pada periode t. αi = Alfa saham i. βi = Beta saham i Rmt = tingkat pengembalian pasar pada periode t n = Jumlah periode penelitian 9. Menentukan tingkat resiko total saham individu (σi²) Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:210) sebagai berikut : σi² = βi².σm² +σei²………………………………………….…………..(3.10) dimana : σi² = tingkat resiko total saham i βi = Beta saham i σm² = Varians tingkat pengemabalian pasar. σei² = Tingkat resiko tidak sistematis saham i 10. Menentukan tingkat pengembalian bebas resiko (Rbr) Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
……………………………………………………(3.11) Dimana : Rbr = tingkat pengembalian bebas resiko. IRt = tingkat suku bunga bebas resiko periode t n = jumlah periode penelitian.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
11. Menentukan excess return to beta (Beta) Angka yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan masuk atau tidaknya suatu saham ke dalam portofolio optimal. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:225) sebagai berikut : …………………………………………………(3.12) Dimana : ERB = Excess Return to beta E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i. Rbr = Tingkat pengembalian bebas resiko Βi = Beta saham i ERB yang positif dimasukkan dalam kandidat portofolio optimal. Penyusunan peringkat saham portofolio optimal berdasarkan nilai ERB, mulai dari yang tertingi sampai yang terendah. 12. Menentukan cut-off point (C*) Sebuah titik pembatas untuk menentukan nilai ERB yang bias dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Nilai C* merupakan nilai yang terbesar dari nilai ERB yang lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik Ci. Dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (Jogianto, 2000:227) sebagai berikut : C* = ERB ≥ Ci……………………………………………....…………(3.13)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Dengan nilai Ci adalah sebesar :
………………………………..….….(3.14)
Dimana : C*= cut-off point ERB = Excess Return to beta σm² = Varian tingkat pengembalian saham E (Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i. Rbr = Tingkat Pengembalian bebas resiko βi = Beta saham i. σei² = Tingkat resiko tidak sistematis saham i. untuk saham yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik C* diikut sertakan dalam pembentkan portofolio optimal. Untuk saham yang mempunyai nilai ERB lebih kecil dengan nilai ERB di titik C* tidak diikut sertakan dalam pembentukan portofolio optimal. 13. Menentukan proporsi dana untuk masing – masing saham (wi) Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:230) sebagai berikut : …………………………………………….…….…..(3.15) Dengan nilai Xi adalah sebesar :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
………………………………………………(3.16) Dimana : Wi = Proporsi dana untuk saham i. Xi = Skala Timbangan atas saham i. k = Jumlah saham pada portofolio optimal. βi = Beta saham i. ERB = Excess Return to Beta C* = cut-off point. 14. Menentukan Alfa portofolio (αp) Alfa portofolio merupakan rata – rata tertimbang dari beta masing – masing saham. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:219) sebagai berikut : ……………………………………………………(3.17) Dimana : αp = Alfa portofolio Wi = Proporsi dana untuk saham i. αi = Alfa saham i 15. Menentukan beta portofolio (βp) Beta portofolio merupakan rata – rata tertimbang dari beta masing – masing saham. Dapat dihitung menggunakan rumus (Jogianto, 2000:219) sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
……………………………………………………(3.18) Dimana : βp = Beta portofolio. Wi = Proporsi dana untuk saham i. βi = Beta saham i. 16. Menghitung return ekspektasi portofolio [E(RP)] Return ekspektasi portofolio merupakan rata – rata tertimbang tingkat pengembalian yang diharapkan dari masing – masing saham. Dapat dihitung dengan rumus (Jogianto, 2000:219) sebagai berikut: ………………………………………….(3.19) Dimana : E (Rp) = Tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan. αp = Alfa portofolio. βp = Beta Portofolio E (Rm) = Tingkat pengembalian pasar yang diharapkan 17. Menghitung tingkat resiko portofolio (σp²) Resiko portofolio merupakan resiko yang berkaitan dengan resiko pasar dan resiko total saham individu. Dapat dihitung menggunakan rumus (Jogianto, 2000:220) sebagai berikut : …………………………………..(3.20) Dimana :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
σp² = Tingkat resiko portofolio βp² = Beta portofolio σm² = Varians tingkat pengembalian pasar. Wi = Proporsi dana untuk saham i. σei = Tingkat resiko tidak sistematis saham.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1.1 Sejarah singkat Pasar Modal Pasar modal di Indonesia yang sekarang ini kita kenal sebenarnya sudah ada sejak zaman pemerintahan Kolonial Belanda. Tujuan Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Pasar Modal pada waktu itu adalah untuk menghimpin dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orang – orang belanda di Indonesia. Para Investor yang berkecimpung di Bursa Efek pada waktu intu adalah orang – orang Hindia Belanda dan Eropa lainnya. Munculnya Pasar Modal di Indonesia secara resmi diawali dengan didirikannya verenigin voor de efefectenhandel di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912. perkembangan Pasar Modal di Jakarta pada waktu itu cukup menggembirakan sehingga Pemerintah Kolonial Belanda terdorong untuk membuka Bursa Efek di kota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Pada awal tahun 1939 terjadi gejolak politik di Eropa yang mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia. Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini, Pemerintah Kolonial Belanda menutup Bursa Efek di Surabaya maupun di Semarang yang kemudian memusatkan perdagangan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
56
Efek di Jakarta. Kemudian, pada tanggal 10 Mei 1940 Bursa Efek di Jakarta juga ditutup, yang disebabkan oleh Perang Dunia II. Dengan penutupan ketiga Bursa Efek tersebut, maka kegiatan perdagangan efek di Indonesia menjadi terhenti. Tanggal 1 September 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Hindia Belanda, Pemerintah mengeluarkan undang – undang darurat No.13 tentang Bursa, untuk mengaktifkan Bursa Efek di Indonesia. Berdasarkan undang – undang tersebut, kemudian ditetapkan sebagai Undang – Undang No. 15 Tahun 1952. Sejak itu, bursa efek dibuka kembali dengan memperdagangkan efek yang dikeluarkan sebelum PD II. Namun, keadaan ini hanya berlangsung sampai dengan tahun 1958. Pada tanggal 10 Agustus 1977, Preseiden Republik Indonesia secara resmi membuka kembali pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong. Sejak diaktifkan kembali kegiatan pasar modal Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1977, Bursa Efek mulai terus berkembang. Pemerintah memberikan beberapa kemudahan untuk mengatur operasional tentang Bursa Efek.
4.1.1.2 Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) Sejarah Bursa Efek Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Belanda di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1912 namun kemudian ditutup karena Perang Dunia I. Pada tahun 1977 bursa dibuka kembali dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
57
dikembangkan menjadi bursa modal yang modern dengan menerapkan Jakarta Automoted Trading Systems ( JATS ) yang terintegrasi dengan sistem kliring dan penyelesaian, serta depositori saham yang dimiliki oleh PT. Kustodian Depositori Efek Indonesia ( KDEI ). Perdagangan surat berharga dimulai di Pasar Modal Indonesia sejak 3 Juni 1952. Namun tonggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1977, yang dikenal sebagai kebangkitan pasar modal Indonesia. Setelah Bursa Efek Jakarta dipisahkan dari Institusi Bapepam tahun 1992 dan diswastakan, mulailah pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal tumbuh pesat periode 1992 – 1997. Krisis di Asia Tenggara tahun 1997 membuat pasar modal jatuh. Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) Turun ke posisi paling rendah. Bagaimanapun, masalah pasar modal tidak lepas dari arus investasi yang akan menentukan pertumbuhan ekonomi sebuah kawasan, negara-negara di Asia Tenggara termasuk indonesia. Sejarah bursa efek Indonesia mengalami pasang surut dalam menghadapi situasi pasar modal di Indonesia, sehingga dapat digambarkan perkembangannya menurut perkembangan zaman di Indonesia, yang dapat diuraikan dibawah ini : 1. Era Orde Lama ( sebelum tahun 1976 ) Kegiatan jual beli saham dan obligasi di Indonesia sebenarnya telah dimulai pada abad ke -19, yaitu dengan berdirinya cabang Bursa Efek Vereniging Voor de Effectenhandel di Batavia pada tanggal 14 Desember
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
58
1912. Kegiatan usaha bursa pada saat itu adalah memperdagangkan saham dan obligasi perusahaan- perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Obligasi Pemerintah Kotapraja dan sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh Kantor Administrasi di Belanda. Selain cabang di Batavia, selanjutnya diikuti dengan pembukaan cabang Semarang dan Surabaya. Sejak terjadi Perang Dunia Ke-2, Pemerintah Hindia Belanda menutup ketiga bursa tersebut pada tanggal 17 Mei 1940 dan mengharuskan semua efek disimpan pada bank yang telah ditunjuk. Pasar modal di Indonesia mulai aktif kembali pada saat Pemerintah RI mengeluarkan obligasi pemerintah dan mendirikan bursa efek di Jakarta, yaitu pada ttanggal 31 Juni 1952. Keadaan ekonomi dan politik yang sedang bergejolak pada saat itu telah menyebabkan perkembangan bursa berjalan sangat lambat yang diindikasikan oleh rendahnya nilai nominal saham dan obligasi, sehingga tidak menarik bagi investor. 2. Era Orde Baru Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977 pada masa orde baru sebagai hasil dari Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian Badan Pembina Pasar Modal, pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal ( Bepepam ) dan PT. Danareksa. PT Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Jakarta. Periode ini juga disebut periode tidur panjang, karena sampai dengan tahun 1988 hanya 24 perusahaan yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
59
tercatat di Bursa Efek Jakarta. Selama tahun 1988 sampai dengan tahun 1990 jumlah perusahaan yang terdapat di Bursa efek Jakarta meningkat menjaadi 127 perusahaan. Kemudian pada tahun 1966 jumlah perusahaan meningkat menjadi 238. Pada periode ini, terjadi Initial Public Offering ( IPO ), yang menjadi peristiwa nasional. Periode ini juga dicatat sebagai periode kebangkitan Bursa Efek Surabaya ( BES ) yang diaktifkan kembali pada tanggal 16 juni 1989. Semua sekuritas yang tercatat di Bursa Efek Jakarta ( BEJ ) secara otomatis juga diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya. Karena peningkatan kegiatan transaksi dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, Bursa Efek Jakarta memutuskan untuk mengotomatisasi kegiatan transaksi di bursa. Sistem otomatis yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta diberi nama Jakarta Automated Trade System (JATS) dan mulai beroperasi pada tanggal 22 Mei 1995. Dan pada tanggal 19 September 1996 di Bursa Efek Surabaya juga diterapkan sistem otomatis, yang disebut Surabaya Market Information and Automated Remote Trading (S-MART). Sistem S-MART ini diintegrasikan dengan sistem JATS dan sistem KDEI ( Kliring Deposit Efek Indonesia) untuk penyelesaian transaksi. 3. Era Krisis Moneter Sampai Dengan Sekarang Periode ini adalah ketika Indonesia dilanda krisis moneter. Krisis yang terjadi dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara Asia, termasuk Indonesia, terhadap dolar Amerika Serikat. Tahun 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
60
modal Indonesia. Sedangkan thun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Kemudian pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Maksud dan tujuan bursa efek Indonesia ( BEI ) yaitu : 1. Menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pengembangan pasar modal sebagai alternative sumber pembiayaan untuk mendukung dunia usaha dalam rangka pembangunan nasional. 2. Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut memiliki berbagai macam efek ( saham ) disamping memberikan kesempatan yang lebih luas bagi dunia usaha untuk menarik dana dengan cara menawarkan efek kepada masyarakat. 3. Menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien. Produk utama yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada saat ini adalah saham. Selain saham, Bursa Efek Indonesia juga memfasilitasi perdagangan lainnya seperti Kontrak Opsi Saham ( KOS ), Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu ( HMETD ) dan waran. Produk Bursa Efek Indonesia yang terbaru adalah Exchange Trade Fund ( ETF ). Selain produk – produk tersebut, Bursa Efek Indonesia juga mengelola produk data informasi baik berbentuk real time maupun data olahan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
61
4.1.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia Visi Bursa Efek Indonesia tidak lepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES – BEJ. Yakni adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu bursa yang kuat, bernilai, krediabel, kompetitif, dan bardaya saing global. Visi Bursa Efek Indonesia antara lain : a. Mampu menghaskan produk – produk Pasar Modal yang bernilai jual tinggi. b. Mampu menyediakan Infrastruktur teknologi yang berkualitas. c. Mampu memberikan kepuasan kepada konsumen. d. Mampu memperkuat keamanan para investor. e. Mampu menciptakan integritas dan transparansi pada pasar modal. f. Mampu menciptakan karyawan yang berkompetensi tinggi.
4.1.1.4 Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia Sesuai dengan anggaran dasar perusahaan bahwa kekuasaan tertinggi terletak pada Rapat Umun Pemegang Saham ( RUPS ). Didalam struktur organisasi PT. BEI terdapat 7 dewan komisaris yang terdiri dari 1 orang komisaris utama 6 orang komisaris , serta dewan direksi yang terdiri dari 7 orang yaitu 1 orang Direktur Utama dan 6 orang direktur yang membidangai pekerjaan tertentu serta membawahi suatu department. Adapun struktur organisasi yang digunakan oleh bursa efek Indonesia ( BEI ) adalah sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
62
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BEI Dewan Komisaris
Dewan Direksi
Direktorat Perdagangan & Pengaturan Bursa
Direktorat Penilaian Perusahaan
Direktorat Utama
Direktorat Tehnologi Informasi & Manajemen Resiko
Direktorat Pengembangan
Direktorat Pengawasan Transaksi & Kepatuhan
Direktorat Keuangan & Sumber Daya Manusia
Sumber : Bursa Efek Indonesia 2010
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.2.1 Profil Perusahaan yang menjadi sampel Objek dalam penelitian ini adalah saham-saham perusahaan yang masuk dalam indeks LQ-45. Indeks ini terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari sahamsaham
yang
mempunyai
mempertimbangkan
likuiditas
kapitalisasi
pasar
yang dari
tinggi
dan
saham-saham
juga
tersebut.
Pergantian saham akan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yaitu pada setiap awal bulan Februari dan Agustus. Bila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria, saham tersebut akan dikeluarkan dari perhitungan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
63
indeks dan digantikan dengan saham yang memenuhi kriteria. Dari sekian banyak perusahaan yang terdaftar dipilih perusahaan yang memenuhi kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian, yaitu sebanyak 17 perusahaan. 1. PT Astra Agro Lestari Tbk ( AALI ) Sejarah PT Astra Agro Lestari Tbk berawal dari didirikannya Divisi Agribisnis PT Astra International pada tahun 1983 dengan membangun usaha perkebunan ubi kayu seluas 2.000 hektar. Kemudian kebun tersebut dikonversi menjadi perkebunan karet. Usaha perkebunan kelapa sawit baru dimulai pada tahun 1984, yaitu dengan mengakuisisi PT Tunggal Perkasa Plantations, yang berlokasi di Provinsi Riau, Sumatera dengan luas kebun kelapa sawit sebesar 15.000 hektar. Pada tanggal 3 Oktober 1988, didirikanlah PT Suryaraya Cakrawala, yang kemudian pada tahun 1989 berubah namanya menjadi PT Astra Agro Niaga. Pada tahun 1997 PT Astra Agro Niaga melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera dan namanya berubah menjadi PT Astra Agro Lestari. Pada tanggal 9 Desember 1997, PT Astra Agro Lestari Tbk menjadi perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya, yang kini menjadi Bursa Efek Indonesia, dengan menawarkan sahamnya sejumlah 125.800.000 lembar saham kepada publik dengan harga saham perdana sebesar Rp 1.550 per lembar saham. Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun 2009 ditutup di harga Rp 22.750. Sampai dengan akhir tahun 2009 PT Astra Agro Lestari
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
64
Tbk mengelola perkebunan kelapa sawit sebesar 264.036 hektar yang terdiri atas kebun inti dan plasma. Lokasi kebun PT Astra Agro Lestari Tbk menyebar di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dengan usia rata-rata tanamannya adalah 14 tahun lebih dan memiliki karyawan tetap sebanyak 25.027 orang. Susunan Direksi dan Komisaris Perseroan Direksi: a. Presiden Direktur : Widya Wiryawan b. Wakil Presiden Direktur : Tonny Hermawan Koerhidayat c. Direktur : Bambang Palgoenadi d. Direktur : Santosa e. Direktur : Juddy Arianto f. Direktur : Joko Supriyono Dewan Komisaris: a. Presiden Komisaris : Michael Dharmawan Ruslim b. Wakil Presiden Komisaris : Chiew Sin Cheok c. Komisaris : Gunawan Geniusahardja d. Komisaris : Simon John Mawson e. Komisaris Independen : Stephen Zacharia Satyahadi f. Komisaris Independen : Patrick Morris Alexander g. Komisaris Independen : Harbrinderjit Singh Dillon Visi Menjadi Perusahaan Agrobisnis yang paling Produktif dan paling Inovatif di Dunia.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
65
Misi Menjadi Panutan dan Berkontribusi untuk Pembangunan serta Kesejahteraan Bangsa. Adapun unit bisnis PT Astra Agro Lestari Tbk adalah produksi karet dan kelapa sawit. Unit Bisnis dari Astra International. 2. PT. Aneka Tambang Tbk ( ANTM ) PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) adalah BUMN bidang pertambangan, sub sektor pertambangan logam dan mineral yang mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Selain itu, ANTM bergerak juga di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan bahan tambang. Data Penjualan 3Q09 ANTM berasal dari komoditas ferronickel (38%), nickel ore (35%), emas dan besi (25%), serta bauksit (2%). Wilayah eksplorasi dan eksploitasi nikel ANTM meliputi Halmahera dan Sulawesi Tenggara, sementara emas meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Tenggara. Nilai ekspor ANTM mencapai 97% penjualan ANTM dan sisanya diserap pasar domestik. 3. PT Astra Internasional Tbk ( ASII ) PT Astra International Tbk adalah produsen otomotif Indonesia berbasis. Ini terdiri dari lima divisi usaha: Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, dan Teknologi Informasi (TI). Perusahaan bergerak dalam bisnis otomotif terpadu dengan operasi mulai dari otomotif dan komponen, manufaktur distribusi dan layanan purna jual
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
66
di seluruh Indonesia, sewa mobil, penjualan mobil bekas, pembiayaan konsumen untuk otomotif, asuransi produk dan infrastruktur. Ini memiliki kemitraan dengan pihak beberapa otomotif, seperti Toyota, Honda, Daihatsu, Isuzu, BMW, Peugeot, Lexus dan Nissan Diesel. 4. PT Bank Central Asia Tbk ( BBCA ) Bank Central Asia Tbk berdiri pada tanggal 10 Agustus 1955, yang bergerak pada sektor industri keuangan dan sub sector industry perbankan. Banyak kejadian yang telah dilalui oleh bank ini, dan yang sangat signifikan yaitu kejadian krisis moneter pada tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. kondisi ini mempengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA di tahun 1998. Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. BCA pada saat itu mampu untuk meningkatkan asset yang semula ditahun 2007 sebesar Rp 53,36 Triliun naik ditahun 2008 sebesar Rp 67,93 Triliun. Pada pada tanggal 31 Mei 2000, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan publik dan terdaftar di bursa efek Indonesia dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
67
Setelah penawaran saham perdana, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham ke dua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA. Penawaran perdana atas saham yang dikeluarkan bank BCA yaitu sebanyak 662.400.00 saham dengan nilai nominal Rp 1.400 per lembar saham. Adapun para pemegang saham Bank Central Asia ( BCA ) pada saat ini yaitu UOBKH Sec – UOBLH Nominees – Farindo Investment sebesar 30,42%, UOB Kay Hian Nominees Pte Ltd sebesar 14,60% dan masyarakat besar sebesar 54,08%. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial. 5. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia Tbk berdiri pada tanggal 16 Desember 1895 dan Bank Rakyat Indonesia ( BRI ) merupakan bank pemerintah dan tertu yang sampai sekarang masih eksis. Bank Rakyat Indonesia pada dahulunya merupakan bank yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan bank – bank desa, dapat dilihat pertumbuhan bank desa dari 1769 buah di tahun 1951 menjadi 4640 buah tahun 1954. Disamping itu BRI juga mampu meningkatkan kredit pinjaman 18% sepanjang tahun 1958 dan 24% tahun 1959 melalui 118 kantor cabangnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
68
Bank Rakyat Indonesia terdaftar di Bursa Efek yaitu pada tanggal 10 November 2003 dengan penawaran umum sebanyak 4.764.705.000 dengan nilai nominal Rp 825 per lembar saham. Adapun pemegang saham dari Bank Rakyat Indonesia yaitu Pemerintah Negara Republik Indonesia sebesar 56,78% yang berfungsi sebagai pengendali kebijkan atas bank pemerintah dan sisanya 43,22% saham disebarkan kepada masyarakat luas domestik. 6. PT Bank Danamon Indonesia Tbk ( BDMN ) PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) didirikan pada tahun 1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 namanya menjadi Bank Danamon Indonesia hingga kini. Bank Danamon menjadi bank devisa swasta pertama di Indonesia tahun 1976 dan Perseroan Terbuka pada tahun 1989 tepatnya pada tanggal 6 Desember 1989 Bank Danamon terdaftar di Bursa Efek dengan modal dasar Rp 2,2 Triliun dan harga saham perdana Rp 12.000 per lembar saham. Pada tahun 1997, sebagai akibat krisis moneter Asia, Bank Danamon mengalami kesulitan likuiditas dan diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional ( BPPN ) sebagai bank BTO. Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN merekapitalisasi Bank Danamon dengan obligasi pemerintah senilai Rp 32 triliun. Saat itu juga, sebuah bank BTO dilebur ke Perseroan sebagai bagian dari program pembenahan BPPN. Pada tahun 2000, delapan bank BTO lainnya dilebur ke dalam Bank Danamon. Namun sebagai surviving entity, Bank
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
69
Danamon bangkit menjadi salah satu pilar perbankan nasional. Dalam kurun waktu tiga tahun berikutnya, Bank Danamon melakukan restrukturisasi luas mencakup manajemen, manusia, organisasi, sistem, nilai prilaku serta identitas perusahaan. Upaya ini berhasil meletakkan fondasi maupun prasarana baru bagi Perseroan guna meraih pertumbuhan berdasarkan transparasi, responsibilitas, integritas dan profesionalisme ( TRIP ). Pada tahun 2003, Bank Danamon diambil alih oleh Konsorsium Asia Finance Indonesia sebagai pemegang saham pengendali. Dengan kendali manajemen baru, serta modal 180-hari pemetaan modal bisnis dan strategi baru, Bank Danamon terus menjalani perubahan transformasional yang dirancang untuk dijadikannya sebagai bank nasional terkemuka dan pelaku regional unggulan. 7. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat Bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat Bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan di Indonesia.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
70
a. Bank Dagang Negara merupakan salah satu Bank tertua di Indonesia. Sebelumnya Bank Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang didirikan di Batavia ( Jakarta ) pada tahun 1857. Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun 1960 Escomptobank dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah Bank pemerintah ynag membiayai sektor industri dan pertambangan. b. Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula dari
nasionalisasi
sebuah
perusahaan
Belanda
De
Nationale
Handelsbank NV, menjadi Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya adalah Bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi Bank tersebut. Pada tahun 1965, bank umum negara digabungkan ke dalam Bank Negara Indonesia dan berganti nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya. c. Sejarah Bank Ekspor Impor Indonesia ( Bank Exim ) berawal dari perusahaan dagang Belanda N.V.Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1842 dan mengembangkan kegiatannya di sektor
perbankan
pada
tahun
1870.
Pemerintah
Indonesia
menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
71
menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968, Bank Negara Indonsia Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II Divisi Expor – Impor, yang akhirnya menjadi Bank Exim, bank Pemerintah yang membiayai kegiatan ekspor dan impor. d. Bank Pembangunan Indonesia ( Bapindo ) berawal dari Bank Industri Negara (BIN), sebuah Bank Industri yang didirikan pada tahun1951. Misi Bank Industri Negara adalah mendukung pengembangan sektor – sektor ekonomi tertentu, khususnya perkebunan, industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai bank milik negara pada tahun 1960 dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo. Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata. Bank Mandiri Tbk, mencatatkan sahamnya sebagai perusahaan yang go publik di bursa efek Indonesia pada tanggal 14 Juli 2003 dengan jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 2.900.000.000 lembar saham dengan harga perdana Rp 675 per lembar saham. Saat ini pemegang saham dominan bank Mandiri yaitu pemerintah negara Republik Indonesia sebesar 66,80% yang berfungsi sebagai pemegang kendali atas kebijakan bank Mandiri dan jumlah saham 33,20% dipegang oleh publik baik domestic maupun international.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
72
Kini, Bank Mandiri menjadi penerus suatu tradisi layanan jasa perbankan dan keuangan yang telah berpengalaman selama lebih dari 140 tahun. Masing-masing dari empat Bank bergabung memainkan peranan yang penting dalam pembangunan Ekonomi. Bank Mandiri ( persero ) Tbk mempunyai visi yaitu sebagai Bank terpercaya pilihan anda. Sedangkan misi Bank Mandiri diantaranya yaitu : a. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar b. Mengembangkan sumber daya manusia professional c. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder d. Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan 8. PT Internasional Nickel Indonesia Tbk ( INCO ) PT Inco adalah satu produsen nikel terkemuka di dunia. Nikel merupakan logam serba guna yang penting untuk meningkatkan taraf hidup dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Selama lebih dari tiga dasawarsa sejak penandatanganan Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1968, Perseroan telah menyediakan lapangan kerja terampil, mewujudkan kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat di daerah operasinya, menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham dan memberi sumbangan positif terhadap ekonomi Indonesia. PT Inco menghasilkan nikel dalam matte, yaitu produk setengah jadi yang diolah dari bijih laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan terpadu dekat Sorowako, Sulawesi. Seluruh produksi PT Inco dijual dalam Dolar Amerika Serikat berdasarkan kontrak-kontrak jangka panjang untuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
73
dimurnikan di Jepang. Kelebihan daya saing PT Inco terletak pada cadangan bijih besi berlimpah, tenaga kerja terampil dan terlatih, pembangkit listrik tenaga air berbiaya rendah, fasilitas produksi modern dan pasar terjamin untuk produknya. Sebanyak 60,8 persen saham Perseroan dimiliki oleh Inco Limited dari Kanada, satu produsen nikel terkemuka di dunia dan 20,09 persen oleh Sumitomo Metal Mining Co.,Ltd., Jepang, sebuah perusahaan tambang dan peleburan penting. Selain itu, 20,0 persen saham PT Inco dimiliki publik dan selebihnya oleh empat perusahaan Jepang lain 9. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) 1990
Incorporated seperti PT Panganjaya Intikusuma. 1994
Berubah nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Initial Public Offering
dari
763
juta
lembar
saham
di
Rp1,
000
nilai nominal per saham, listing di Bursa Efek Indonesia. 1995 Didapatkan penggilingan tepung Bogasari. 1996 Melakukan sebuah stock split 1:2. 1997 Acquired 80% ekuitas saham di perkebunan, agribisnis dan perusahaan distribusi. Dilakukan sebuah rights issue 1:5 dengan tambahan saham total 305.2 juta saham. 2000 Melakukan sebuah stock split 1:5 Dikeluarkan Rp1 triliun Obligasi Seri I. 2001 Memperoleh persetujuan pada pembelian kembali saham skema dan peluncuran sebuah Rencana Kepemilikan Saham Karyawan (ESOP). 2002 Diimplementasikan tahap pertama ESOP, melibatkan 228.9 juta saham. Bought kembali 915.6 juta saham. Dikeluarkan US $ 280 juta Eurobonds. 2003 Diimplementasikan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
74
tahap kedua ESOP, melibatkan 58.4 juta saham. Dikeluarkan Rp 1,5 triliun Obligasi Seri II. 2004 Menerapkan ESOP tahap III, melibatkan 919.5 ribu saham. Dikeluarkan Rp1 triliun Obligasi Seri III. Acquired 80% memegang
di
Perkembangan
sebuah
perusahaan
perusahaan
karton
patungan
bergelombang.
dengan
Nestlé.
2005
Didapatkan
perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat. Didapatkan Obligasi Konversi yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran, setara dengan 90,9% dari ekuitas. 2006 Early Eurobonds penebusan dari US $ 143.7 million. Didapatkan 55,0% saham di perusahaan pelayaran Pacsari Pte. LtdDidapatkan tambahan perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat. 2007 Terdaftar di Agribisnis Group di Bursa Efek Singapura dan ditempatkan saham baru. Issued Obligasi Rp2 triliun Seri IV Acquired 60% saham di perusahaan perkebunan dari Rascal Holding Limited Berpartisipasi dalam penerbitan izin baru PT Mitra Inti Sejati Perkebunan saham dan memegang 70% kepemilikan. Didapatkan ekuitas 64,41% saham di PT PP London Sumatra Indonesia Tbk 2008 Berpartisipasi dalam penerbitan baru PT Laju Perdana Indah saham dan memegang 60% kepemilikan. 251.837.500 saham diterbitkan kembali saham treasury dan membatalkan
sisa
saham
dari
663.762.500
saham
perbendaharaan. Acquired 100% saham Drayton Pte. Ltd yang secara efektif memiliki 68,57% saham di PT Indolakto, perusahaan susu terkemuka. Acquired 100% saham perusahaan perkebunan dengan fasilitas Bulking
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
75
Visi Menjadi Total Food Solutions Company Misi a. Untuk terus meningkatkan karyawan kami, proses kami dan teknologi kami. b. Untuk menghasilkan kualitas tinggi, inovatif, dan terjangkau produk yang disukai oleh pelanggan. c. Untuk
memastikan
ketersediaan
produk-produk
kami
kepada
pelanggan domestik dan internasional. d. Untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan penekanan pada gizi. e. Untuk terus meningkatkan stakeholders ‘value
10. PT Indosat Tbk (ISAT) PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite Corporation Tbk., adalah sebuah perusahaan penyelenggara jalur telekomunikasi
di
Indonesia.
Indosat
merupakan
perusahaan
telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa seluler (Mentari, Matrix, IM3, StarOne). Saat ini, komposisi kepemilikan saham Indosat adalah: Publik (45,19%), Qatar Telecom QSC (40,37%), serta Pemerintah Republik Indonesia (14,44%), termasuk saham Seri A. Indosat juga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Saham Singapura, serta Bursa Saham New York.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
76
Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal Asing, dan memulakan operasinya pada tahun 1969. Pada tahun 1980 Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya dimiliki
oleh
Pemerintah
Indonesia.
Hingga
sekarang,
Indosat
menyediakan layanan telekomunikasi internasional seperti SLI dan layanan transmisi televisi antar bangsa. PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun 1993 di bawah pengawasan PT Indosat. Ia mula beroperasi pada tahun 1994 sebagai operator GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan Indosat menjadikan ia sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix. Pada tahun 1994 Indosat memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan New York Stock Exchange. Indosat merupakan perusahaan pertama yang menerapkan obligasi dengan konsep syariah pada tahun 2002. Setelah itu, pengimplementasian obligasi syariah Indosat mendapat peringkat AA+. Nilai emisi pada tahun 2002 sebesar Rp 175.000.000.000,00. dalam tenor lima tahun. Pada tahun 2005
nilai
emisi
obligasi
syariah
Indosat
IV
sebesar
Rp
285.000.000.000,00. Setelah tahun 2002 penerapan obligasi syariah tersebut diikuti oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia. Pada
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
77
tahun 2001 Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3) dan ia menjadi pelopor GPRS dan multimedia di Indonesia, dan pada tahun yang sama Indosat memegang kendali penuh PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo). Pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd.. Dengan demikian, Indosat kembali menjadi PMA. Pada bulan November 2003 Indosat mengakuisisi PT Satelindo, PT IM3, dan Bimagraha. Penjualan 41,94% saham Indosat tersebut menimbulkan banyak kontroversi. Pemerintah RI terus berupaya untuk membeli kembali (buyback) saham Indosat tersebut agar pemerintah menjadi pemegang saham yang mayoritas dan menjadikan kembali Indosat sebagai BUMN, namun hingga kini upaya pemerintah tersebut belum terealisasi akibat banyaknya kendala.
11. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) PT Medco Energi Internasional Tbk, kadang dikenal sebagai MedcoEnergi (IDX: MEDC), adalah perusahaan publik di Indonesia yang bergerak dalam bidang energi terintegrasi. Perusahaan ini bermula dari sebuah perusahaan kontraktor pertikelir di bidang jasa pengeboran minyak dan gas bumi di daratan (onshore drilling), Meta Epsi Pribumi Drilling Co, yang didirikan Arifin Panigoro pada tanggal 9 Juni 1980.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
78
Bidang Usaha MedcoEnergi termasuk dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, industri hilir: [[produksi LPG], [distribusi bahan bakar disel]] dan pembangkit tenaga listrik. Saat ini MedcoEnergi beroperasi di 15 wilayah kerja minyak dan gas di Indonesia yang tersebar dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, serta di 1 wilayah kerja minyak di Oman, 1 wilayah kerja minyak dan gas di Libya, 1 wilayah kerja minyak dan gas di Tunisia, 2 wilayah kerja minyak dan gas di Yaman, dan 12 wilayah kerja di Amerika Serikat 12. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Penyedia layanan backbone telekomunikasi PGASCOM adalah bagian dari kelompok usaha PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN), dan didirikan pada tahun 2007 untuk mengoperasikan jaringan fiber optic sepanjang lebih dari 1300 Km dari Singapura ke Jakarta dan melewati kota-kota lain di Indonesia. Fokus bisnis PGASCOM adalah menyediakan layanan jaringan backbone dengan kapasitas besar dan kualitas tinggi. Salah satu keunggulan dari jaringan fiber optic PGASCOM adalah kabel inland kami ditanam di dalam right-of-way khusus yang terlindungi dan merupakan bagian dari pipa transmisi gas bumi PGN. Hal ini menjamin tingkat keamanan yang tinggi dari kerusakan akibat kegiatan pihak ketiga. Selain itu, kabel submarine kami ditanam di bawah dasar laut dan untuk area dengan lalu lintas laut yang sibuk dilindungi dengan rock dump untuk menjaga dari potensi kerusakan seperti dari jangkar kapal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
79
Jaringan PGASCOM juga merupakan salah satu dari sedikit jaringan serat optik yang memiliki koneksi langsung ke Singapura. Dengan koneksi yang didukung serat optik 24 dan 96 core, PGASCOM mampu menyediakan koneksi Internasional Jakarta-Singapira dengan kapasitas mencapai 160 Gbps. Layanan point-to-point domestik untuk beberapa kota di Indonesia juga tersedia yaitu Jakarta-Jambi, Jambi-Batam dan Jakarta-Batam dengan kapasitas wholesale di atas STM-1 (155Mbps). PGASCOM telah mendapatkan lisensi-lisensi untuk memberikan pelayanan
koneksi
domestik
dan
internasional,
dan
siap
mempersembahkan layanan yang handal dan berkualitas untuk operator telekomunikasi, penyedia NAP, ISP dan perusahaan yang membutuhkan koneksi domestik dan internasional. 13. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) PT. Holcim Indonesia Tbk. (sebelumnya bernama PT. Semen Cibinong Tbk.; IDX: SMCB) adalah sebuah perusahaan pembuat semen di Indonesia. Presiden direkturnya saat ini adalah Eamon Ginley. Perusahaan ini mulai dimiliki Holcim, salah satu perusahaan semen terbesar di dunia sejak 13 Desember 2001. Pergantian nama perusahaan dilakukan pada 1 Januari 2006. Pemegang saham Holcim Participations (Mauritius), melalui Holderfin B.V. - 77,33% a.
publik asing - 11,14%
b.
lokal - 11,52 persen.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
80
Anak perusahaan PT. Holcim Beton (sebelumnya bernama PT. Trumix Beton)
14. PT telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk pada mulanya merupakan bagian dari “ Post en Telegraafdienst “ yang didirikan pada yahun 1884 berdasarkan Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda No. 7 tanggal 27 Maret 1884. 15. PT Bakri Sumatera Plantation Tbk (UNSP) PT Bakri Sumatera Plantation Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 20 Mei 1970, dengan nama PT Scanchemie dalam rangka pananaman modal dalam negeri No. 6 Tahun 1968. 16. PT United Tractor Tbk (UNTR) PT United Tractors Tbk adalah produsen peralatan Indonesia berbasis berat dan distributor. Hal ini memiliki tiga segmen usaha, yaitu mesin
konstruksi,
kontraktor
penambangan
dan
pertambangan.
Perusahaan adalah distributor tunggal mesin konstruksi Komatsu. Hal ini juga mendistribusikan alat tambang lainnya dan alat berat, termasuk truk Nissan Diesel tugas berat, Bomag roller getaran, peralatan Timberjack kehutanan dan crane Tadano.
Pada tanggal 31 Desember 2009,
Perusahaan memiliki 18 cabang, 15 kantor site dan 12 kantor perwakilan di seluruh Indonesia
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
81
17. PT Unilever Indonesia PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3. Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39. Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981. Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para
pemegang
saham
menyepakati
pemecahan
saham,
dengan
mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
82
per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003. Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik. Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933
4.1.2.2 Perkembangan ILQ 45 Indeks LQ 45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan Likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
83
Beberapa kriteria - kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 adalah : 1. Kriteria yang pertama adalah : a. Berada di TOP 95 % dari total rata – rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler. b. Berada di TOP 90 % dari rata – rata tahunan kapitalisasi pasar. 2. Kriteria yang kedua adalah : a. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEJ sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya. b. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi. Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari sahamsaham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Sahamsaham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut : 1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). 2. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). 3. Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan. 4. Keadaan
keuangan
perusahaan
dan
prospek
pertumbuhannya,
frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
84
Saham-saham yang termasuk didalam LQ 45 terus dipantau dan setiap enam bulan akan diadakan review (awal Februari, dan Agustus). Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. Pemilihan saham - saham LQ 45 harus wajar, oleh karena itu BEJ mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM ( Badan Pelaksana Penanaman Modal ), Universitas, dan Profesional di bidang pasar modal. Indeks LQ 45 selama periode 2006 – 2010 mempunyai nilai berturut – turut sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
85
Tabel 4.1 : Perkembangan ILQ 45 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan January Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2006 2,690,370 2,728,489 2,819,993 3,127,223 3,193,423 2,840,030 2,930,193 3,141,233 3,276,276 3,402,463 3,661,837 3,868,430
ILQ 2007 3,838,086 3,773,712 3,778,566 4,183,679 4,310,477 4,398,225 4,763,836 4,465,089 4,762,801 5,517,758 5,848,090 6,032,395
2008 5,689,244 5,835,217 5,325,313 4,904,183 5,189,604 5,017,109 4,728,377 4,409,278 3,892,370 2,666,538 2,423,176 2,568,356
2009 2,716,131 2,577,501 2,629,912 3,121,726 3,593,704 3,951,229 4,166,060 4,610,466 4,670,348 4,848,211 4,774,436 4,925,631
2010 5,150,433 4,960,302 5,248,898 5,611,584 5,346,050 5,532,030 5,764,845 5,840,274 6,277,527 6,683,367 6,735,951 6,583,414
Sumber: BEI Montly tahun 2006 - 2010,data diolah Gambar 4.2 berikut ini menunjukkan grafik perubahan nilai ILQ 45 yang digunakan dalam penelitian selama periode tahun 2006-2010. Gambar 4.2 Grafik Perkembangan ILQ 45
Sumber : Tabel 4.1, data diolah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
86
4.1.2.3 Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI Besarnya Return Bebas Resiko (RBR) dihitung berdasarkan rata – rata tingkat suku bunga SBI. Karena tingkat suku bunga SBI digunakan sebagai standar tingkat suku bunga umum, baik oleh bank pemerintah maupun bank swasta. Tingkat suku bunga SBI periode 2006 – 2010 adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 : Tingkat Suku Bunga SBI Bulan 2010 2009 2008 2007 January 6.50% 8.75% 8.00% 9.50% Februari 6.50% 8.25% 8.00% 9.25% Maret 6.50% 7.75% 8.00% 9.00% April 6.50% 7.50% 8.00% 9.00% Mei 6.50% 7.25% 8.25% 8.75% Juni 6.50% 7.00% 8.50% 8.50% Bulan 2010 2009 2008 2007 Juli 6.50% 6.75% 8.75% 8.25% Agustus 6.50% 6.50% 9.00% 8.25% September 6.50% 6.50% 9.25% 8.25% Oktober 6.50% 6.50% 9.50% 8.25% November 6.50% 6.50% 9.50% 8.25% Desember 6.50% 6.50% 9.25% 8.00% Sumber : Laporan BI tahun 2006 - 2010
2006 12.75% 12.75% 12.75% 12.75% 12.50% 12.50% 2006 12.25% 11.75% 11.25% 10.75% 10.25% 9.75%
Dan gambar 4.3 berikut ini menunjukkan grafik perubahan nilai SBI-1 yang digunakan dalam penelitian selama periode tahun 2004-2006.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
87
Gambar 4.3 Perkembangan SBI
Sumber : Tabel 4.2, data diolah
4.2 Analisis Data 4.2.1 Perhitungan Return Saham Individu ( Ri ) dan Return Ekspektasi saham Individu ( E(Ri) ) Untuk menghitung realized return, menggunakan program Excel. Realized return diperoleh dari prosentase perubahan harga penutupan saham i pada bulan ke t dikurangi harga penutupan saham i pada bulan ke t-1 kemudian hasilnya dibagi dengan harga penutupan saham i pada bulan ke t1. Expected return atau E(Ri) dihitung dengan rumus Average, Standar deviasi dihitung dengan rumus STDEV, kemudian varian menggunakan rumus Var. Perhitungan (Ri) dan E(Ri) dilakukan juga dapat dilakukan menggunakan rumus (3.1) dan (3.6). Hasil perhitungan (Ri) diperlihatkan pada lampiran 2, sedangkan hasil E(Ri), SD, Variance dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
88
Tabel 4.3 E(Ri), STDev, dan Variance saham individual SD No Kode E(Ri) AALI 0.093099 0.567463 1 ANTM 0.015224 0.189651 2 ASII 0.037027 0.131287 3 BBCA 0.017129 0.115343 4 BBRI 5 0.02653 0.124689 BDMN 0.012038 0.125951 6 BMRI 0.029826 0.127339 7 INCO 0.020974 0.202482 8 INDF 9 0.03876 0.139456 ISAT 10 0.003834 0.10121 MEDC 11 0.006783 0.133691 PGAS 12 0.009186 0.155896 SMCB 13 0.035181 0.154548 TLKM 14 0.007373 0.084214 UNSP 15 0.020801 0.207812 UNTR 16 0.043576 0.138297 UNVR 0.025385 0.076002 17 Sumber : lampiran 2, data diolah
varian 0.322014 0.035967 0.017236 0.013304 0.015547 0.015864 0.016215 0.040999 0.019448 0.010243 0.017873 0.024304 0.023885 0.007092 0.043186 0.019126 0.005776
4.2.2 Perhitungan Return Pasar ( Rm ) dan Return ekspektasi Pasar (E(Rm)) Indeks yang digunakan sebagai dasar perhitungan untuk menentukan (Rm) adalah ILQ 45 sedangkan E(Rm) dihitung dengan menjumlahkan (Rm) dibagi dengan jumlah periode penelitian. (Rm) dan E(Rm) dihitung dengan menggunakan rumus (3.2) dan (3.3). Tabel 4.4 menunjukkan E(Rm) sebesar 0.018197
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
89
Tabel 4.4 Perhitungan Rm dan E(Rm)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan 2006 January 0 Februari 0.014169 Maret 0.033537 April 0.108947 Mei 0.021169 Juni -0.11066 Juli 0.031747 Agustus 0.072022 September 0.042991 Oktober 0.038516 November 0.076231 Desember 0.056418 total 1.091798 E(Rm) atau Rata pasar 0.018197 Sumber : Tabel 4.1 , data diolah
2007 -0.00784 -0.01677 0.001286 0.107213 0.030308 0.020357 0.083127 -0.06271 0.066676 0.158511 0.059867 0.031515
Rm 2008 -0.05688 0.025658 -0.08738 -0.07908 0.058199 -0.03324 -0.05755 -0.06749 -0.11723 -0.31493 -0.09126 0.059913
2009 0.057537 -0.05104 0.020334 0.187008 0.151191 0.099487 0.054371 0.106673 0.012988 0.038083 -0.01522 0.031668
2010 0.045639 -0.03692 0.058181 0.069098 -0.04732 0.034788 0.042085 0.013084 0.074869 0.06465 0.007868 -0.02265
4.2.3 Perhitungan Beta Individu (βi) (βi) yang merupakan resiko sistematik menggambarkan pengaruh pasar terhadap saham individu, semakin tinggi (βi) suatu saham maka saham tersebut semakin sensitif terhadap perubahan pasar dan ini berarti saham tersebut semakin beresiko. Perhitungan (βi) dilakukan dengan menggunakan rumus (3.4) atau Beta dihitung dengan rumus slope pada Excel. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa ada 11 saham yang memiliki (βi) > 1, sedangkan (βi) tertingggi dimiliki oleh UNSP sebesar 1,903023 ini berarti UNSP sensitive terhadap perubahan pasar.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
90
Tabel 4.5 Perhitungan (βi) No Emiten 1 AALI 2 ANTM 3 ASII 4 BBCA 5 BBRI 6 BDMN 7 BMRI 8 INCO 9 INDF 10 ISAT 11 MEDC 12 PGAS 13 SMCB 14 TLKM 15 UNSP 16 UNTR 17 UNVR Sumber : lampiran 4
βi 0.754261 1.155753 1.232266 0.591631 1.057813 0.945914 1.034236 1.568766 1.289059 0.661177 1.016954 1.05054 1.324674 0.412049 1.903023 1.20424 0.111115
4.2.4 Perhitungan Alfa individu (αi) (αi) merupakan bagian dari E(Ri) yan independent terhadap (Rm). Perhitungan (αi) dilakukan dengan menggunakan rumus ( 3.5) atau menggunakan rumus Intercept pada program Excel. Perhitungan (αi) dapat dilihat pada tabel 4.6, pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari semua saham yang diteliti hanya ada 9 saham yang mempuyai (αi) positif (+), ini berarti dari semua saham yang diteliti hannya 9 saham saja yang dapat dikatakan baik yaitu
AALI, ASII, BBRI, BBCA, BMRI, INDF, SMCB, UNTR,
UNVR.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
91
Tabel 4.6 Perhitungan (αi) No Emiten AALI 1 ANTM 2 ASII 3 BBCA 4 BBRI 5 BDMN 6 BMRI 7 INCO 8 INDF 9 ISAT 10 MEDC 11 PGAS 12 SMCB 13 TLKM 14 UNSP 15 UNTR 16 UNVR 17 Sumber : lampiran 5
βi 0.754261 1.155753 1.232266 0.591631 1.057813 0.945914 1.034236 1.568766 1.289059 0.661177 1.016954 1.05054 1.324674 0.412049 1.903023 1.20424 0.111115
E(Ri) 0.093099 0.015224 0.037027 0.017129 0.02653 0.012038 0.029826 0.020974 0.03876 0.003834 0.006783 0.009186 0.035181 0.007373 0.020801 0.043576 0.025385
E(Rm) 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197
αi 0.079374 -0.00581 0.014603 0.006363 0.007281 -0.00517 0.011006 -0.00757 0.015303 -0.0082 -0.01172 -0.00993 0.011076 -0.00013 -0.01383 0.021662 0.023363
4.2.5 Perhitungan Varian Return Pasar (σm2) (σm2) merupakan penyimpangan yang terjadi terhadap (Rm), (σm2) berdasarkan Model Indeks Tunggal terdiri dari dua bagian yaitu resiko yang berhubungan dengan pasar dan resiko unik masing – masing saham. (σm2) dihitung dengan menggunakan rumus ( 3.7 ). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai (σm2) sebesar 0.006039, ini berarti penyimpangan yang terjadi terhadap (Rm) kecil. Perhitungan (σm2) dapat dilihat pada lampiran 3.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
92
4.2.6 Perhitungan Tingkat Resiko tidak sistematis (σei2) (σei2) merupakan penyimpangan dari kesalahan residu yang menunjukkan besarnya resiko tidak sistematis yang unik yang terjadi didalam
perusahaan.
(σei2)
dapat
dideversifikasikan
dengan
cara
memperbanyak jumlah saham yang dimasukkan dalam portofolio sehingga resiko saham yang satu dapat dieliminir oleh resiko saham yamg lain. Perhitungan (σei2) dilakukan dengan menggunakan rumus (3.8) dan (3.9). Tabel 4.7 menunjukkan bahwa (σei2) tertinggi dimiliki oleh ANTM sebesar 31,8% dan terendah dimiliki oleh AALI sebesar 0,57%.
Tabel 4.7 Perhitungan (σei2)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Sumber : lampiran 6
Emiten AALI ANTM ASII BBCA BBRI BDMN BMRI INCO INDF ISAT MEDC PGAS SMCB TLKM UNSP UNTR UNVR
σei2 0.0057 0.31858 0.01037 0.00941 0.00807 0.01046 0.01119 0.01329 0.00879 0.00607 0.02614 0.0279 0.01046 0.02132 0.01764 0.01163 0.00731
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
93
4.2.7 Perhitungan Tingkat Resiko Total (σi2) (σi2) merupakan panjumlahan (βi) dan (σei2) dari saham individu. Perhitungan (σi2) dilakukan dengan menggunakan rumus (3.10). Hasil perhitungan (σi2) dapat dilihat pada tabel 4.8, (σi2) tertinggi dimiliki oleh ANTM sebesar 32,7% dan yang terendah dimiliki oleh UNVR sebesar 0,73%.
Tabel 4.8 Perhitungan (σi2) No Emiten βi β2 σm2 σei2 βi2 * σm2 AALI 0.754261 0.56891 0.006039 0.31858 0.003436 1 ANTM 1.155753 1.33576 0.006039 0.0279 0.008067 2 ASII 1.232266 1.51848 0.006039 0.02614 0.00917 3 BBCA 0.591631 0.35003 0.006039 0.02132 0.002114 4 BBRI 1.057813 1.11897 0.006039 0.01764 0.006757 5 BDMN 0.945914 0.89475 0.006039 0.01329 0.005403 6 BMRI 1.034236 1.06964 0.006039 0.01163 0.00646 7 INCO 1.568766 2.46103 0.006039 0.01119 0.014862 8 INDF 1.289059 1.66167 0.006039 0.01046 0.010035 9 ISAT 0.661177 0.43716 0.006039 0.01046 0.00264 10 MEDC 1.016954 1.0342 0.006039 0.01037 0.006246 11 PGAS 1.05054 1.10363 0.006039 0.00941 0.006665 12 SMCB 13 1.324674 1.75476 0.006039 0.00879 0.010597 TLKM 0.412049 0.16978 0.006039 0.00807 0.001025 14 UNSP 1.903023 3.6215 0.006039 0.00731 0.02187 15 UNTR 1.20424 1.45019 0.006039 0.00607 0.008758 16 UNVR 17 0.111115 0.01235 0.006039 0.0057 7.46E-05 Sumber : tabel 4.5, tabel 4.7, lampiran 3, lampiran 6 data diolah.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
σi2 0.322016 0.035967 0.03531 0.023434 0.024397 0.018693 0.01809 0.026052 0.020495 0.0131 0.016616 0.016075 0.019387 0.009095 0.02918 0.014828 0.005775
94
4.2.8 Perhitungan Return Bebas Resiko ( RBR atau E(Rf) ) ( RBR atau E(Rf) ) merupakan Return pada bebas resiko yang diwakili oleh tingkat suku bunga SBI. Perhitungan ( RBR atau E(Rf) ) dilakukan dengan rumus (3.11).
Tabel 4.9 Perhitungan ( RBR atau E(Rf) Bulan 2010 2009 January 0.11% 0.15% Februari 0.11% 0.14% Maret 0.11% 0.13% April 0.11% 0.13% Mei 0.11% 0.12% Juni 0.11% 0.12% Juli 0.11% 0.11% Agustus 0.11% 0.11% September 0.11% 0.11% Oktober 0.11% 0.11% November 0.11% 0.11% Desember 0.11% 0.11% Total 8.58% RBR 0.00143 Sumber : Tabel 4.2, data diolah
2008 0.13% 0.13% 0.13% 0.13% 0.14% 0.14% 0.15% 0.15% 0.15% 0.16% 0.16% 0.15%
2007 0.16% 0.15% 0.15% 0.15% 0.15% 0.14% 0.14% 0.14% 0.14% 0.14% 0.14% 0.13%
2006 0.21% 0.21% 0.21% 0.21% 0.21% 0.21% 0.20% 0.20% 0.19% 0.18% 0.17% 0.16%
4.2.9 Perhitungan Excess Return to Beta (ERB) Dalam membetuk portofolio optimal terlebih dahulu harus menentukan nilai ERB dari masing – masing saham. Excess Return to Beta (ERB) didefinisikan sebagai selisih antara Return Ekspektasi dengan Return aktiva bebas resiko. Excess Return to Beta (ERB) berarti mengukur kelebihan Return Relative terhadap satu unit resiko yang tidak dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
95
dideversifikasikan yang diukur dengan β, rasio ERB juga menunjukkan hubungan antara dua factor penentu investasi yaitu resiko dan return. ERB dihitung dengan menggunakan rumus (3.12), hasil perhitungan ERB dapat dilihat pada tabel 4.10. Selanjutnya pada tabel 4.11 saham – saham diurutkan mulai dari yang nilai ERB terbesar sampai yang mempunyai nilai ERB terkecil.
Tabel 4.10 Perhitungan ERB
No Emiten E(Ri) E(Rf) βi ERB AALI 1 0.093099 0.00143 0.754261 0.121535 ANTM 0.015224 0.00143 1.155753 0.011935 2 ASII 3 0.037027 0.00143 1.232266 0.028887 BBCA 4 0.017129 0.00143 0.591631 0.026535 BBRI 5 0.02653 0.00143 1.057813 0.023728 BDMN 0.012038 0.00143 0.945914 0.011215 6 BMRI 0.029826 0.00143 1.034236 0.027456 7 INCO 0.020974 0.00143 1.568766 0.012458 8 INDF 9 0.03876 0.00143 1.289059 0.028959 ISAT 10 0.003834 0.00143 0.661177 0.003636 MEDC 0.006783 0.00143 1.016954 0.005264 11 PGAS 0.009186 0.00143 1.05054 0.007383 12 SMCB 0.035181 0.00143 1.324674 0.025479 13 TLKM 0.007373 0.00143 0.412049 0.014423 14 UNSP 0.020801 0.00143 1.903023 0.010179 15 UNTR 0.043576 0.00143 1.20424 0.034998 16 UNVR 0.025385 0.00143 0.111115 0.215587 17 Sumber : Tabel 4.3, Tabel 4.5, Tabel 4.9, data diolah.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
96
Tabel 4.11 ERB Urut
No
Emiten E(Ri) E(Rf) UNVR 1 0.025385 0.00143 AALI 2 0.093099 0.00143 3 UNTR 0.043576 0.00143 4 INDF 0.03876 0.00143 5 ASII 0.037027 0.00143 6 BMRI 0.029826 0.00143 7 BBCA 0.017129 0.00143 8 SMCB 0.035181 0.00143 9 BBRI 0.02653 0.00143 10 TLKM 0.007373 0.00143 11 INCO 0.020974 0.00143 ANTM 12 0.015224 0.00143 BDMN 13 0.012038 0.00143 UNSP 14 0.020801 0.00143 PGAS 15 0.009186 0.00143 MEDC 16 0.006783 0.00143 ISAT 17 0.003834 0.00143 Sumber : Tabel 4.10 data diolah.
beta 0.111115 0.754261 1.20424 1.289059 1.232266 0.945914 0.591631 1.324674 1.057813 0.412049 1.568766 1.155753 0.945914 1.903023 1.05054 1.016954 0.661177
ERB 0.215587 0.121535 0.034998 0.028959 0.028887 0.027456 0.026535 0.025479 0.023728 0.014423 0.012458 0.011935 0.011215 0.010179 0.007383 0.005264 0.003636
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa ERB terbesar diperoleh UNVR sebesar 21,5% dan ERB terkecil diperoleh ISAT sebesar 0.3%. untuk saham yang memiliki nilai ERB positif (+) simasikkan dalam kandidat portofolio optimal, ini berarti kandidatnya UNVR, AALI, UNTR, INDF, ASII, BMRI, BBCA, SMCB, BBRI, TLKM, INCO, ANTM, BDMN, UNSP, PGAS, MEDC, ISAT. Berikutnya mementukan sebuah titik pembatas (Cut of Point = C*) untuk memisahkan antara saham yang akan diikut sertakan dalam portofolio optimal. Saham yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik C* akan diikutsertakan dalam portfolio optimal,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
97
sedangkan saham yang memiliki nilai ERB lebih keceil dari ERb di titik C* tidak diikutsertakan dalam portofolio optimal.
Tabel 4.12 Seleksi Portofolio
No
Emiten E(Ri) E(Rf) UNVR 1 0.025385 0.00143 AALI 2 0.093099 0.00143 UNTR 3 0.043576 0.00143 INDF 4 0.03876 0.00143 ASII 5 0.037027 0.00143 BMRI 6 0.029826 0.00143 BBCA 7 0.017129 0.00143 8 SMCB 0.035181 0.00143 9 BBRI 0.02653 0.00143 10 TLKM 0.007373 0.00143 11 INCO 0.020974 0.00143 12 ANTM 0.015224 0.00143 13 BDMN 0.012038 0.00143 14 UNSP 0.020801 0.00143 15 PGAS 0.009186 0.00143 16 MEDC 0.006783 0.00143 17 ISAT 0.003834 0.00143 Sumber : lampiran 5,data diolah.
beta 0.111115 0.754261 1.20424 1.289059 1.232266 0.945914 0.591631 1.324674 1.057813 0.412049 1.568766 1.155753 0.945914 1.903023 1.05054 1.016954 0.661177
ERB 0.215587 0.121535 0.034998 0.028959 0.028887 0.027456 0.026535 0.025479 0.023728 0.014423 0.012458 0.011935 0.011215 0.010179 0.007383 0.005264 0.003636
Ci 0.002784 0.004034 0.01803 0.022001 0.023923 0.02461 0.024686 0.024799 0.02467 0.024404 0.023444 0.022993 0.022221 0.020835 0.020288 0.019467 0.018906
Tabel 4.12 menunjukkan C* dimiliki oleh SMCB karan SMCB merupakan saham terakhir yang mempunyai ERB > Ci dengan nilai Ci sebesar 2,4 % dan ERB sebesar 2,5 %. Hal ini menunjukkan saham – saham yang membentuk portofolio optimal terdiri dari UNVR, AALI, UNTR, INDF, ASII, BMRI, BBCA, dan SMCB.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
98
4.2.10 Perhitungan Proporsi Dana ( Wi ) Setelah komposisi saham untuk portofolio optimal terbentuk maka perlu ditentukan beberapa proporsi dana yang ditanamkan dalam portofolio tersebut. (Wi) dihitung menggunakan rumus (3.15) dan (3.16). Tabel 4.13 menunjukkan proporsi dana terbesar jatuh pada UNVR sebesar 59,10 % sedagkan yang terkecil jatuh pada BBCA sebesar 0.89 %.
Tabel 4.13 Perhitungan Wi
No
Emiten Xi Wi 1 UNVR 3.705939 59.10% 2 AALI 0.227419 3.63% 3 UNTR 1.105416 17.63% 4 INDF 0.476719 7.60% 5 ASII 0.520392 8.30% 6 BMRI 0.178783 2.85% 7 BBCA 0.055832 0.89% 8 SMCB 0 0.00% Sumber : lampiran 5, data diolah
4.2.11 Perhitungan Alfa Portofolio (αp) dan Beta Portofolio (βp) (αp) merupakan rata – rata tertimbang dari (αi) dan (βp) merupakan rata – rata tertimbang dari (βi). (αp) dan (βp) dihitung dengan menggunakan rumus (3.17) dan (3.18)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
99
Tabel 4.14 Perhitungan (αp) dan (βp)
No
Emiten Xi Wi alfa 1 UNVR 3.705939 59.10% 0.023363 2 AALI 0.227419 3.63% 0.079374 3 UNTR 1.105416 17.63% 0.021662 4 INDF 0.476719 7.60% 0.015303 5 ASII 0.520392 8.30% 0.014603 6 BMRI 0.178783 2.85% 0.011006 7 BBCA 0.055832 0.89% 0.006363 8 SMCB 0 0.00% 0.011076 total 1 Sumber : Tabel 4.5, Tabel 4.6, Tabel 4.13, diolah.
beta 0.111115 0.754261 1.20424 1.289059 1.232266 0.945914 0.591631 1.324674
(αp) (βp) 0.013808 0.07 0.002881 0.03 0.003819 0.21 0.001163 0.10 0.001212 0.10 0.000314 0.03 5.66E-05 0.01 0 0.00 0.023253 0.537827
Adapun berikut ini Tabel 4.15 Menunjukkan kelompok saham yang masuk dalam portofolio optimal dikelompokkan menurut return tertinggi dan resiko yang paling kecil Tabel 4.15 Peringkat saham berdasarkan Return dan resiko peringkat saham berdasarkan Resiko
Peringkat saham berdasarkan Return
No 1 2 3 4 5 6 7 8
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Emiten
beta 0.111115 0.591631 0.754261 0.945914 1.20424 1.232266 1.289059 1.324674
UNVR BBCA AALI BMRI UNTR ASII INDF SMCB Sumber : Tabel 4.12, data diolah
Emiten
AALI UNTR INDF ASII SMCB BMRI UNVR BBCA
E(Ri) 0.093099 0.043576 0.03876 0.037027 0.035181 0.029826 0.025385 0.017129
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peringkat saham berdasarkan return tertinggi adalah AALI sebesar 9.3% dan yang terendah BBCA 1.7%. Kemudian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
100
apabila di lihat dari resiko maka saham yang memiliki resiko terkecil adalah UNVR sebesar 0.111115 dan tertinggi adalah SMCB sebesar 1.324674. jadi dari tabel 4.15 dapat diketahui adanya anomali saham karena dalam teori high return dan high risk, namun dalam tabel diatas diketahui saham yang memiliki return tinggi belum tentu memiliki resiko yang tinggi
4.2.12 Perhitungan Return Ekspektasi Portofolio (E(Rp)) dan Resiko Portofolio (σp2) dihitung dengan menggunakan rumus (3.19) dan (3.20) (σp2) ,merupakan resiko yang terkait dengan (σm2) dan (σi2). (E((Rp)) dan (σp2) dihitung dengan menggunakan rumus (3.19) dan (3.20)
Tabel 4.16 Perhitungan E(Rp) dan σp2
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Emiten (αp) (βp) Wi UNVR 0.013808 0.07 59.10% AALI 0.002881 0.03 3.63% UNTR 0.003819 0.21 17.63% INDF 0.001163 0.1 7.60% ASII 0.001212 0.1 8.30% BMRI 0.000314 0.03 2.85% BBCA 5.66E-05 0.01 0.89% SMCB 0 0 0.00% total 0.023253 0.537827 1 Sumber : lampiran 5, data diolah
E(Rm) 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.018197 0.145576
σei2 0.31858 0.0279 0.02614 0.02132 0.01764 0.01329 0.01163 0.01119 0.44769
σm2 0.006039 0.006039 0.006039 0.006039 0.006039 0.006039 0.006039 0.006039 0.048312
E(Rp) 0.015003 0.00338 0.007682 0.002946 0.003073 0.000804 0.000152 0 0.03304
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa [E(Rp)] sebesar 3.3 % dan (σp2) sebesar 28.4 %. 4.3 Pembahasan Setelah dilaksanakan analisis terhadap data yang diperlukan dalam saham LQ 45, maka dapat dilihat bahwa saham yang masuk dalam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
σp2 0.035503 0.035481 0.035749 0.035535 0.03554 0.035481 0.035477 0.035477 0.284243
101
portofolio optimal terdiri dari UNVR, AALI, UNTR, INDF, ASII, BMRI, BBCA, dan SMCB. Terpilihnya ketiga saham tersebut sebagai pembentuk portofolio optimal tidak terlepas dari definisi portofolio optimal itu sendiri yaitu portofolio yang terdiri dari aktiva – aktiva yang mempunya nilai rasio ERB yang tinggi serta lebih besar dari nilai C* (cut-off point-nya) Nilai ERB dari kedelapan saham tersebut lebih besar dari nilai cut-off point-nya yaitu untuk saham UNVR nilai ERBnya sebesar 21.5 %, AALI nilai ERBnya sebesar 12.15%, UNTR nilai ERBnya sebesar 3.49 %, INDF nilai ERBnya sebesar 2.89 %, ASII nilai ERBnya sebesar 2.88 %, BMRI nilai ERBnya sebesar 2.74 %, BBCA nilai ERBnya sebesar 2.65 %, dan SMCB nilai ERBnya sebesar 2.54 %. Sedangkan C* dimiliki oleh SMCB yang merupakan saham terakhir yang mempunyai nilai ERB > Ci, dengan nilai Ci sebesar 2.47 %. Portofolio Optimal saham LQ 45 yang terbentuk dalam penelitian ini terdiri dari delapan saham. Dengan tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio yang terbentuk untuk saham UNVR = 1.50 %, AALI = 0.34 %, UNTR = 0.77 %, INDF = 0.29 %, ASII = 0.31 %, BMRI = 0.08 %, BBCA = 0.02 %, dan SMCB = 0 %. Sedangkan tingkat resiko portofolio untuk saham UNVR = 3.55%, AALI = 3.55%, UNTR = 3.57%, INDF = 3.55%, ASII = 3.55%, BMRI = 3.55%, BBCA = 3.55%, dan SMCB = 3.55%. Secara keseluruhan portofolio optimal yang terbentuk pada saham LQ 45 adalah dengan tingkat Return Ekspektasi Portofolio sebesar 3.30% dengan tingkat Resiko Portofolio sebesar 28.42%.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
102
Jadi pada intinya pembentukan portofolio dengan Model Indeks Tunggal dapat disimpulkan bahwa sekuritas yang bergerak secara bersama – sama bukan karena efek di luar pasar, misalnya efek dari industry atau perusahaan itu sendiri. Melainkan karena mempunyai hubungan yang umum terhadap indeks pasar. Selain itu, bahwa terdapat hubungan positif antara beta dengan return dan terdapat korelasi positif antara excess return to beta saham dengan return rata-rata saham di masa mendatang. Nilai excess return to beta (ERB) mencerminkan besarnya return premium yang dapat dihasilkan oleh suatu saham relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. Beta mencerminkan volatilitas return suatu saham terhadap return pasar, mengukur systematic risk dari suatu saham relatif terhadap risiko pasar. Dengan demikian berarti masing-masing saham memiliki kepekaan yang berbeda terhadap perubahan pasar. Semakin besar koefisien beta saham berarti semakin peka terhadap perubahan pasar dan disebut sebagai saham yang agresif. Sedangkan βi = 1 berarti saham memiliki risiko yang sama dengan risiko rata-rata pasar. Oleh karena systematic risk tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi, maka dalam pembentukan portofolio investor perlu mempertimbangkan nilai ERB tiap saham kandidat. Hasil perhitungan ERB yang sudah diurutkan (diperingkat) dari nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil kemudian dibandingkan dengan ranking ERB tiap saham kandidat yang dihitung menggunakan basis periode lima tahun. Hal
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
103
ini dilakukan untuk melihat konsistensi nilai ERB saham pembentuk portofolio yang dihitung dengan basis periode berbeda. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa untuk tiap basis periode waktu nilai ERB tiap saham mengalami perubahan sehingga saham yang menjadi kandidat portofolio juga mengalami perubahan. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi harga saham antar waktu yang menyebabkan perbedaan return saham antar waktu dan selanjutnya menjadikan perbedaan koefisien beta antar waktu. Beta saham yang tidak stabil tersebut akan mempengaruhi nilai ERB tiap saham yang menjadi faktor penentu kandidat portofolio. Jadi pemilihan saham dalam pembentukan portofolio optimal berdasarkan nilai ERB terbesar sangat tepat digunakan walaupun dengan basis periode waktu yang berbeda. Kemudian melakukan proses perhitungan pemilihan saham dan menentukan portofolio optimal, merencanakan investasi pada portofolio optimal, mengimplementasikan strategi investasi pada portofolio optimal dan juga strategi beli dan jual.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada Bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpumlan sebagai berikut : 1. Dari 17 saham yang diteliti ternyata hanya 8 saham yang memenuhi syarat untuk pembentukan portofolio optimal, yaitu UNVR, AALI, UNTR, INDF, ASII, BMRI, BBCA, dan SMCB. Karena kedelapan saham tersebut memiliki ERB > C*. 2.
Penggunaan Metode Indeks Tunggal untuk menentukan portofolio efisien berdasarkan besarnya nilai cut-of-point dan excess return to beta mempunyai kelebihan karena mempertimbangkan juga systematic risk saham yang diukur dengan beta. Saham yang mempunyai koefisien beta antar waktu relatif stabil berarti mempunyai nilai excess return to beta yang relatif stabil juga. Oleh karena itu investor perlu membandingkan nilai excess return to beta tiap saham kandidat dengan basis periode waktu yang berbeda.
3. Dalam Model Indeks Tunggal sekuritas yang bergerak bersama – sama bukan karena efek dari luar pasar, yaitu efek dari industry atau perusahaan itu sendiri. Melainkan karena mempunyai hubungan terhadap indeks pasar.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
5.2 SARAN Adapun saran – saran yang ingin penulis berikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi para investor atau calon investor yang ingin menginvestasikan dananya pada saham harus mengetahui segala informasi yang berhubungan dengan pasar modal dan memperhitungkan besar kecilnya return dan resiko karena semakin tinggi return suatu saham maka resiko saham tersebut juga semakin tinggi dan sebaliknya. 2. Karena return dan resiko optimal sangat tergantung dengan perkembangan harga saham, maka investor sebaiknya selalu memantau pergerakan harga saham baik harian maupun bulanan. Kemudian menentukan portofolio optimal, merencanakan investasi pada portofolio optimal, menerapkan strategi investasi pada portofolio optimal serta strategi tahan dan beli. Disarankan untuk dilakukan penelitian dengan model lain dan membandingkan hasilnya dengan model yang dipakai dalam penelitian. 3. Investor yang melakukan investasi di pasar modal jika ingin memilih portofolio optimal sebagai strategi diversifikasinya, disarankan agar menggunakan Model Indeks Tunggal sebagai Instrumen analisisnya karena asumsinya cukup realistis dan perhitungannya praktis. 4. Data harga saham, Indeks LQ 45 dan Suku Bunga Indonesia yang digunakan adalah harga closing price bulanan sehingga kurang mencerminkan keadaan pada harian pengamatan. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan harga closing price harian sehingga kemungkinan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
5. Return saham hanya diperhitungkan dari capital gain saja sehingga tidak mencerminkan return saham yang sebenarnya, sebaiknya return saham dihitung secara total dengan mempertimbangkan dividen yield. 6. Penelitian selanjutnya dapat mempergunakan return risk free rate dan indeks pasar yang lain atau dengan membentuk sendiri indeks pasar tersebut. 7. Return risk free rate yang digunakan adalah SBI-1 bulan yang pada kenyataannya tidak dijual bebas kepada masyarakat tetapi ditujukan kepada perbankan sehingga kurang tepat digunakan sebagai proxy return risk free rate.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
DAFTAR PUSTAKA Darmadji, Tjipto dan Hendy M Fakhruddin, 2001, Pengantar pasar modal Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Husnan, Suad, 2005, Dasar – Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Jogianto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Kasmir, 2002, Dasar – Dasar Perbankan, Penerbit PT. raja Grafindo Persada, Jakarta. Sunariyah, 2003, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Ketiga, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta. . Chandra, Prasanna, 2002, Investment Analysis and Portfolio Management, McGraw Hill, New Delhi. Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi, 2009, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Penerbit Alfabeta, Bandung. Fakhuddin, M. dan Sopian Hardianto, 2001, Perangkat dan Model Investasi di Pasar Modal, Penerbit Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. Halim, Abdul, 2003, Analisis Investasi, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Husnan, Suad, 1993, Dasar-Dasar Teori portofolio dan Analisi Sekuritas, Edisi Kedua, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Reilly, Frank K. and Keith C. Brown, 2006, Investment Analysis and Portfolio Management, 8th Editions, Thomson, South Western. Samsul, Muhammad, 2006, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung. www.idx.com www.Dunia Investasi.com
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber