BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 .Diversifikasi Pekerjaan
Pembahasan mengenai Diversifikasi pekerjaan sering dikaitkan dengan uapaya penanggulangan risiko, kesempatan atau ketidakpastian pendapatan atas tenaga kerja dan lahan.Di tingkat rumah tangga, Diversifikasi melalui penganekaragaman usaha dan pemanfaatan aset, selain dimaksudkan untuk mencari nilai tambah juga untuk mengurangi instabilitas pendapatan rumah tangga (Dercon, 2002).Diversifikasi dapat
11 Universitas Sumatera Utara
dilakukan disektor pertanian saja, nonpertanian atau keduanya.Keragaman lingkungan strategis sebagai faktor pendorong dan penarik ditingkat rumah tangga membuat diversifikasi berbeda-beda. Diversifikasi juga dianggap sebagai suatu norma (Barret dan Reardon, 2000). Pandangan tersebut mucul dikarenakan pemikiran bahwa relatife sedikit orang yang menggantungkan hidupnya hanya pada satu sumber pendapatan ataupun pekerjaan, maka mereka harus menemukan alternatife bagaimana dapat meningkatkan kesejahteraan hidup dengan melakukan berbagai pekerjaan.Kondisi perekonomian
yang semakin sulit dapat
menjadikan diversifikasi pekerjaan sebagai suatu pilihan hidup bagi masyarakat.http://www.google.co.id/url
Mono27-5.Pdf(seccured)-adobe
reader (diakses 29 Juli 2012, Pukul 16.30 WIB). 2.2.Mobilitas Sosial Menurut Horton dan Hunt (J. Dwi Narwoko&Bangong Suyanto, 2004), mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok. Dalam mobilitas sosial secara prinsip dikenal dua macam, yaitu mobilitas sosial vertikal, dan mobilitas sosial horizontal. 1.Mobilitas Sosial Vertikal 12 Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat (Soekanto, 1982:244).Jadi bisa disimpulkan bahwa mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan dalam jenjang status yang berbeda. Sesuai arahnya, karena itu dikenal dua jenis mobilitas vertikal, yakni:
Gerak sosial yang meningkat (social climbing), yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi.
Gerak sosial yang menurun (social sinking), yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas tertentu ke kelas sosial lain lebih rendah posisinya.
2.Mobilitas Sosial Horizontal Yang dimaksud mobilitas horizontal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial yang satu ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.Dalam mobilitas sosial yang horizontal tidak terjadi perubahan dalam derajat status seseorang ataupun objek sosial lainnya.(J. Dwi Narwoko&Bangong Suyanto, 2004). Horton dan Hunt (1987) mencatat ada dua (2) faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas social pada masyarakat modern, yakni : 1. Faktor struktural, yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. 13 Universitas Sumatera Utara
Ketidakseimbangan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar atau pencari kerja adalah termasuk faktor struktural. 2. Faktor individu, yang dimaksud faktor individu adalah kualitas orang per orang, baik di tinjau dari segi pendidikannya, penampilannya, ketrampilan pribadi termasuk faktor kemujuran siapa yang akan berhasil mencapai kedudukan itu. 2.3.
Jiwa Kewirausahaan Di Pedesaan Yang menjadi masalah ternyata kehidupan ekonomi masyarakat desa yang subur dan dilengkapi dengan infrastruktur memadai itu masih belum menggembirakan.Memang untuk sekedar makan mereka tidak kesulitan. Akan tetapi mereka akan kesulitan jika akan menyekolahkan anak-anaknya ke luar. Penyebabnya sederhana saja. Aliran uang yang berputar di dalam desa sangat kecil, karena aliran uang dari kota ke desa hampir nihil. Kecilnya aliran di internal desa pun sekarang makin diperkecil karena disedot oleh adanya kredit barang-barang sekunder oleh masyarakat pedesaan: motor, televisi, lemari es, dll. Kecilnya aliranuang dari kota ke desa diakibatkan karena pertanian mereka diorientasikan untuk kebutuhan sendiri. Maka dari pada itu masyarakat desa haruslah berfikir lebih maju, mereka harus mampu berfikir bagaimana mewujudkan kemandirian masyarakat pedesaan agar mampu mendayagunakan dan mengoptimalkan potensi sumber daya
14 Universitas Sumatera Utara
ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri.
2.4.
Peluang Kerja Di Pedesaan Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan suatu masalah
mendesak
dalam
membangun
pedesaan.Umumnya,
struktur
perekonomian daerah pedesaan masih berat sebelah pada sektor pertanian. Disadari bahwa pembangunan pedesaaan telah dilakukan secara luas, tetapi hasilnya dianggap belum memuaskan dilihat dari peran serta masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Rencana pembangunan desa harus disusun berdasarkan pada potensi yang dimiliki dan kondisi yang ada sekarang, kondisi yang ada itu meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumberdaya modal, prasarana dan sarana pembangunan, teknologi, kelembagaan, dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Perlu diketahui bahwa di pedesaan cenderung pekerjaan yang masih banyak dilakukan adalah petani, peternak, kemudian menjadi pedagang di pasar tradisional mereka.Namun itu dapat di ubah pandangan tersebut, jika masyarakat desa berfikir lebih maju bagaimana melakukan suatu pekerjaan yang mampu menambah pendapatan keluarga. 2.5. Mentalitas Masyarakat Petani Karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah masyarakat petani sejak berabad-abad lamanya, maka tidak mengherankan bahwa cara 15 Universitas Sumatera Utara
berfikir masyarakat adalah seperti cara berfikir masyarakat petani. Serupa beberapa ahli antropologi , terutama R. Redfield menganggap bahwa petani atau peasant itu rakyat pedesaan yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama. Sistem ekonomi dalam masyarakat petani itu berdasarkan pertanian
(bercocok
tanam,
peternakan,
atau
perikanan)
yang
menghasilkan pangan dengan teknologi yang sederhana. Pada masa sekarang, para ahli sosiologi telah meninggalkan konsepsi bahwa masyarakat petani didaerah pedesaanitu merupakan suatu tipe masyarakat dengan ciri-ciri pokok yang tertentu. Karena para ahli telah lebih banyak mempelajari dan memahami masyarakat pedesaan dari dalam, bahwa struktur masyarakat dan system ekonomi desa itu tidak seragam menurut suatu tipe ideal tertentu dan bahwa bayangan orang kota mengenai masyarakat desa yang tenang, tenteram, rukun, rela dan berjiwa gotong-royong, sering tidak cocok dengan kenyataan. Mungkin satu abad yang lalu, kontras antara masyarakat pedesaaan dan masyarakat kota itu masih amat menonjol, tetapi dalam jangka waktu itu masyarakat desa tidak tinggal statis, sehhingga banyak unsur-unsur masyarakat kota masuk kedaerah pedesaan, dan banyak orang desa yang berubanisasi membawa cirri-ciri dan terutama mentalitet pedesaan ke kota. Maka dari pada itu, pada masa sekarang menjadi amat sukar untuk membedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat kota, kecuali hanya dalam hal-hal seperti jumlah penduduk, heterogenitas penduduk, dan tingkat teknologi modern.
16 Universitas Sumatera Utara
Walaupun memang kita tidak bisa menentukan dengan tepat cirri-ciri masyarakat petani dari sudut susunan dan sisitem perekonomiannya yang biasanya telah berada pada berbagai macam taraf perubahan dan taraf pengaruh unsure-unsur masyarakat kota serta sistem ekonomi modern.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus. Jenis penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik.Pendekatan deskriptif adalah pendekatan dalam bentuk katakata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah ( Maleong, 2006;1 ). Berkenaan dengan penelitian ini maka penelitian ini akan menjelaskan dan menggambarkan berbagai situasi dan kondisi yang ada.
3.2.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Seunebok Punti Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang.Adapun alasan peneliti memilih lokasi
17 Universitas Sumatera Utara