BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini yaitu dilakukan oleh Budiman (2010) “Analisis Tingkat Kepuasan Penumpang Terhadap Pelayanan pada PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Ngurah Rai”.Dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dalam teknik analisis data serta menggunakan Quota Ramdom Sampling dan menggunakan Accidental Sampling dalam metode pengumpulan data. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu dapat dilihat dari segi waktu, lokasi penelitian seita penelitian ini menekankan pada pelayanan guide, sedangkan penelitian sebelumnya tentang keseluruhan pelayanan pada PT Angkasa Pura. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama membahas tentang analisis tingkat kepuasan pelanggan dan menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif Penelitian
lain yang masih berkatian dengan peelitian ini, dilakukan
olehGedeWerdhiastra Putra (2012) yang berjudul Analisis Tingkat Kepuasan Wisatawan Terhadap Pelayanan Receptionistdi Legian Paradise Bali Hotel. Tujuan daripenelitian sebelumnya ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan wisatawan terhadap pelayanan yang diberikan oleh receptionist.Penelitian ini mengunakan alat ukur yaitu Skala Likert dan Diagram Kartesius dengan
memberikan 75 kuisioner pada para wisatawan yang menginap di Legian Paradise Bali Hotel. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelunya terletak pada waktu,lokasipeneitian serta objek yang ditelit, di penelitian sebelumnya meneliti tentangReceptionist sedangkan penelitian ini meneliti tentang pramuwisata. Persamaanpenelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan Skala Likert dan Diagram Kartesius sebagai alat ukur dan samasama meneliti tentanganalisis tingkat kepuasan wisatawan serta menggunakan analisis kualitatif dananalisis kuantitatif. Penelitian lainnya dari jumal intemasional yang berjudul Sendee Quality and its Impact on Tourist Satisfaction oleh Mukhles Al-Ababneh pada tahun 2013.Penelitian ini mengukur tingkat kepuasan wisatawan terhadap kualitas jasa pariwisata yang disediakan di situs sejarah Petra.Alat ukur yang di gunakan adalah Skala Likert dan Diagram Kartesius dengan menyebarkan kuisioner kepada 180 wisatawan yang mengunjungi situs sejarah Petra. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian dan waktu penelitian. Sedangkan persamaanya adalah sama sama mengukur tingkat kepuasan wisatawan serta menggunakan alat ukur Skala Likert dan Diagram Kartesius. Penelitian lainnya dari jurnal intemasional yang berjudul Customer Satisfaction of Mainland Chinese Tourists in Cairns, Australia oleh Yiqian Peng (2013).Penelitian ini bertujuan mengetahui kepuasan wisatawan China yang berwisata ke Cairns di Queensland, Australia. Hasil penelitian menunjukkan
korelasi yang kuat antara wisatawan China “ harapan serta persepsi yang baik. Pada gilirannya, temuan menunjukkan bahwa mereka mengharapkan informasi secara signifikan yang dipengaruhi pada kepuasan mereka secara keseluruhan. Selain itu, hasil analisis menunjukkan tingkat “puas” dari kepuasan secara keselumhan dengan tujuan dan kebutuhan untuk meningkatkan standar pelayanan usaha pariwisata terkait di daerah Cairns .Yiqian Peng menyebarkan 311 kusioner untuk para koresponden yang semuanya adalah warga negara China yang berkunjung ke Cairns di Queensland, Australia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya hanya terletak pada waktu dan lokasi penelitian.Sedangkan persamaanya adalah mengukur tingkat kepuasan
wisatawan
dengan
menggunakan
alat
ukur
kuisioner
serta
menggunakananalisis data yaitu Skala Likert dan Diagram Kartesius. Juraal International ketiga yang terkait dengan penelitian ini adalah yang berjudul Service Quality, Customer Satisfaction and Loyalty: A Test of Mediation yang ditulis oleh Rahim Mosahab ada tahun 2010. Penelitian ini dilakukan di sebuah bank di Teheran, Iran, pada 2009/2010. Laporan ini merupakan hasil dari penelitian lapangan, yang bertujuan untuk mengetahui kualitas layanan yang ditawarkan oleh Bank Sepah, dan juga untuk mempelajari hubungan antara kualitas pelayanan.kepuasan dan loyalitas. Dalam penelitian ini, model standar kualitas layanan telah digunakan untuk evaluasi kualitas pelayanan.Fokus penelitian ini adalah cabang Sepah Bank sekitar Fatemi St, Tehran, Iran, dan 147 nasabah bank ini diambilsebagai sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam semua aspek, harapan pelanggan lebih tinggi dari persepsi mereka
terhadap operasional Bank, dan pada kenyataannya kualitas layanan yang ditawarkan rendah.Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan memainkan peran mediator dalam efek kualitas pelayanan terhadap loyalitas layanan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitiaan yang dilakukan sekarang adalah terletak pada waktu dan lokasi penelitian serta tidak menggukan diagram kartesius, sedangkan persamaannya adalah mengukur tingkat kepuasan wisatawan dengan menggunakan alat ukur dan kuisioner serta meriggunakan analisis Skala Likert.
1.2 Tinjauan Konsep
1.2.1
Tinjauan Tentang Kualitas Pelayanan Pelayanan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam menciptakan kepuasan konsumen. Salah satu cara untuk mendapatkan hasil pelayanan yang lebih unggul dari pada pesaing adalah dengan memberikan pelayaan yang baik, efesien dan cepat. Agar harapan konsumen terpenuhi, pemsahaan hams memberikan pelayanan yang berkualitas. Kualitasa dapat diartikan sebagai pengukuran seberapa baik tingkat pelayanan yang diberikan dan sesuai harapan konsumen. Dengan kata lain, pemberian pelayanan yang berkualitas berarti menyesuaikan diri dengan harapan konsumen. Kualitas jasa pelayanan adalah layanan yang bermutu tinggi secara konsisten iari pada harapan pelanggan.Kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yangdiharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk
memenuhi keinginan pelanggan Tjiptono, (2005: 59).Dari uraian tersebut dapat dikatakan kualitas jasa harus dimulai dengan kebutuhan pelanggan serta dengan persepsi wisatawan.Hal ini memperlihatkan citra dan kualitas yang baik, bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi para penyedia jasa, namun berdasarkan sudut pandang atau persepsi dari para wisatawan. Menurut Tjiptono (2005: 55), adapun manfaat kualitas pelayanan adalah sebagai berikut: 1. Loyalitas pelanggan yang lebih besar. 2. Pangsa pasar yang lebih besar. 3. Harga saham yang lebih tinggi. 4. Harga jual yang tinggi. 5. Prokdutivitas yang lebih besar.
Semua manfaat tersebut mengarah pada tingkat daya saing berkalanjutan dalam organisasi pemenuhan kualitas yang bersifat customerdriven.Dalam jangka panjang perasahaan akan tetap pada srvive dan menghasilkan laba. Dalam kualitas pelayanan ada lima dimensi yang menentukan kualitas pelayanan jasa menurut Kotler 1994 (dalam Supranto 2006: 231), antara lain adalah sebagai berikut: 1. Bukti Langsung (tangible)
Bukti langsung dalam hal ini adalah bukti yang menyangkut masalah fasilitasfisik, perlengkapan, serta penampilan dari pramuwisata, seperti
apa yang telahdijanjikan kepada para pelanggan untuk mencari kepuasan pelanggan dengan kualitas pelayanan yang baik. 2. Keandalan (reliability)
Keandalan dalam hal ini mempakan kemampuan untuk melaksanakan jasa pelayanan yang telah dijanjikan dengan cepat, akurat, dapat dipercaya dan memuaskan terhadap pelanggan untuk mencari kepuasan pelanggan. 3. Daya Tanggap (responsiveness)
Mempakan inisiatif dari pramuwisata untuk membantu wisatawan dalam memberikan pelayanan secara optimal, cepat dan tanggap agar dapat memberikan kesan baik dengan pelayanan yang memuaskan. 4. Jaminan (assurance)
Jaminan meliputi beberapa aspek yaitu pengetahuan tentang tempat pariwisata dan sarana prasarana yang mendukung kepariwisataan, kemampuan jika ditanya oleh wisatawan, kesopanan dalam berprilaku, dapat dipercaya, bebas dari bahaya, bebas dari resiko dan keragu-raguan dalam mengambil keputusan. 5. Empati (emphaty)
Empati
meliputi
kepedulian pramuwisata mamberikan perhatian
kepada wisatawan, dan memahami kebutuhannya. 1.2.2
Tinjauan Tentang Wisatawan Wisatawan adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan (tourist), jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi.
Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionist). Pengunjung (visitor), yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Jadi ada dua kategori pengunjung yaitu : 1. Wisatawan, pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya 24
jam di suatu negara. Wisatawan dengan maksud perjalanan wisata dapat digolongkan menjadi: a. Pesiar (leasure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan,
studi, keagamaan dan olahraga. b. Hubungan dagang, sanak saudara, handai taulan, konferensi, misi, dan
sebagainya. 2. Pelancong, pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang
dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam. Sedangkan Yoeti (1999: 34) memberikan batasan bahwa “Wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu, tidak kurang 24 jam, dan ia semata-mata sebagai konsumen, bukan pencari nafkah atau bekerja di tempat ia berkunjung”. Berdasarkan batasan-batasan yang dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan beberapa cirri seseorang yang bisa disebut sebagai wisatawan adalah: 1. Perjalanan yang ia lakukan lebih dari 24 jam. 2. Perjalanan yang dilakukan hanya untuk sementara wiaktu, bukan menetap.
3. Orang yang melakukan peijalanan tersebut tidak untuk mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjunginya. Bila salah satu ciri wisatawan tidak terdapat pada orang yang dianggap wisatawan maka orang tersebut bukan seorang wisatawan.Oleh karena itulah, batasan yang memenuhi syarat haruslah mencakup ketiga hal atau ciri tersebut.Konsep inilah yang dipakai di dalam penelitian ini. Pengertian wisatawan dalam penelitian ini adalah seseorang atau sekelompok orang yang berkunjung atau melakukan peijalanan ke daerah bukan dari mana ia berasal, lebih dari 24 jam dan menetap sementara, yang tidak mencari nafkah, dan bertujuan untuk mencari kesenangan. Wisatawan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wisatawan Jepang yang menggunakan jasa Paradise Bali Tour and Travel.Wisatawan Jepang dikenal dengan bangsa yang disiplin, ulet dan pekerja keras, karena itulah Jepang dapat mencapai kemajuan seperti yang mereka alami sekarang ini.Seiring kemajuan yang sangat pesat, seperti kemajuan di bidang ekonomi, maka
tingkat
kesejahteraan
masyarakat
Jepang
sangat
mengalami
peningkatan.Hal ini menyebakan masyarakat Jepang memiliki tingkat peluang untuk berwisata ke luar negeri, termasuk ke Indonesia. Wisatawan Jepang biasanya sangat pendiam, berbeda dengan wisatawan Australia, Amerika atau Eropa yang cendenmg mempunyai karakteristik yang blak-blakan. Apabila wisatawan Jepang menerima pelayanan yang kurang memuaskan,mereka tidak akancomplain secara blakblakan seperti wisatawan Australia, Amerika atau Eropa. Apabila pada
awalnya mereka berencana untuk tinggal di Bali selama 7 hari, maka mereka akan memperpendek masa tinggal meungkin menjadi 4 atau 5 hari saja. Dan mereka akan menyampaikan keluhan ketidakpuasaan mereka setelah sampai di negara asal mereka dengan bercerita dengan teman-temannya atau dengan agent perjalanan yang ada di Jepang tentang situasi yang mereka alami selama berlibur. 1.2.3
Tinjauan Tentang Kepuasan Kepuasan adalah perasaan senang secara menyelumh dari pelanggan terhadap organisasi yang telah merespon dan menangani keluhan pelanggan dengan baik.Kepuasan terhadap pelanggan, keluhan berkorelasi secara positif dengan aktivasi word of mouth dan keinginan untuk membeli ulang. Sementara hubungan antara kepuasan dengan aktivitas word of mouth lebih kompleks sifatnya. Kotler (dalam Fandy Tjiptono 2004: 146) memberikan arti dari kepuasan
konsumen,
yaitu
tingkat
perasaan
seseorang
setelah
membandingkan hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasannya merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dibandingkan dengan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapannya. Apabila kinerja dibawah harapan, maka konsumen akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, konsumen akan puas. Sedangkan apabila kinerja melebihi harapan, konsumen akan sangat puas. Harapan konsumen dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dan informasi pemasaran serta saingannya.
1.2.3.1 Pengukuran kepuasan wisatawan Perusahaan
perlu
melakukan
pengukuran
terhadap
kepuasan
pelanggan karena hal ini telah menjadi hal yang esensial bagi setiap pemsahaan.Langkah tersebut dapat memberikan timbal balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan. Menurut Kotler (dalam Fandy Tjiptono 2004: 148) metode untuk mengukur kepuasan wisatawan adalah sebagai berikut: 1) Sistem keluhan dan saran (complain and suggestion system) Organisasi yang berwawasan pada konsumen akan membuat konsumen memberikan saran dan keluhan, misalnya dengan memberikan kuisioner bagi pelanggan untuk melaporkan kesukaan atau keluhan, alur informasi ini memberika banyak gagasan kepada perusahaan dan dengan harapan pemasahaan lebih cepat bergerak untuk menyelesaikan masalah.
2) Survei pelanggan (customer surveys) Kepuasan konsumen dapat diukur persepsinya terhadap kepuasan yang dilakukan dengan menggunakan metode survai, baik itu melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi. 3) Pembeli bayangan (ghost shopping) Cara lain yang digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah dengan memerintahkan seseorang untuk beipura-pura menjadi pembeli dan melaporkan titik-titik kuat maupun lemah yang mereka alami sewaktu menggunakan jasa dan produk perusahaan.
4) Analisis Kehilangan Pelanggan (lost customer analysis) Perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli dan menggunakan atau pindah ke perusahaan lain, agar dapat memahami mengapa hal ini terjadi dan supaya dapat mengambil langkahlangkah perbaikan atau penyempurnaan pada perusahaan. Bukan hanya melakukan wawancara, tetapi pemantauan tingkat kerugian pelanggan juga penting, karena apabila ada peningkatan kerugian pelanggan maka ini menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya. Metode yang digunakan untuk mengukur kepuasan wisatawan Jepang terhadap pelayanan pramuwisata pada Paradise Bali Tour and Travel adalah menggunakan metode survey pelanggan. 1.2.3.2 Teknik pengukuran kepuasan konsumen Supranto (2011: 48) mengatakan bahwa ketika menilai tingkat kepuasan pelanggan, cara yang paling baik ialah menariyakan langsung kepada pelanggan yang sudah berpengalaman menggunakan produk/jasa tertentu mengenai beberapa kareteristik/atribut suatu produk dapat membuat pelanggan puas atau kecewa. Jawaban yang diperoleh, bempa nilai skor yang menunjukkan tingkat kepuasan pelanggan dengan produk yang telah dibelinya. Misalnya angka 5, 4, 3, 2, 1, untuk tingkat sangat puas (SP), puas (P), netral (N), tidak puas (TP), sangat tidak puas (STP). Akan tetapi, ini hanya memberikan kepada penulis nilai yang dilihat mengenai tingkat kepuasan dari pelanggan yang bersangkutan. 1.2.4
Tinjauan Tentang Biro Perjalanan Wisata
Surat keputusan Direktur Jendral Pariwisata No.Kep. 16/U/11/88 tanggal 25 Februari 1988 tentang pelaksanaan ketentuan usaha perjalanan, pada pasal 1, member! pengertian Biro Perjalanan Wisata adalah badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan usaha perjalanan ke dalam negeri dan atau di dalam negeri dan atau ke mar negeri. Menumt Yoeti (2001: 58) Biro perjalanan wisata adalah suatu pemsahaan yang memperoleh pendapatan dan keuntungan dengan menawarkan dan menjual produk serta jasa-jasa palayanan yang diberikan kepada pelanggan. Menumt Suwantoro (2004: 11) Biro Perjalanan Wisata adalah pemsahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. Namun diantara biro perjalanan wisata, ada pula agen perjalanan yang memiliki satu ruang lingkup, tetapi mempunyai kegiatan yang berbeda satu dengan yang lainnya.Menurut Gamal Suwantoro (2004: 12) agen perjalanan wisata adalah pemsahaan yang melakukan kegiatan penjualan tiket, sarana angkutan, dan Iain-lain serta pemesanan sarana wisata. Menumt Yoeti (2001: 28) terdapat beberapa perbedaan antara BPW dengan agen perjalanan wisata adalah sebagai berikut: 1.
Agen Perjalanan Wisata 1. Mengurus dokumen perjalanan 2. Ticketing 3. Reservasi Hotel 4. Agen penjualan tiket kereta api, angkutan wisata. taxi dan Iain-lain
2.
Biro Perjalanan Wisata
1. Mengurus dokumen perjalanan 2. Ticketing 3. Reservasi hotel 4. Agen perjalanan tiket kapal pesiar, charter flight, kapal laut dan kereta api 5. Menyusun, menjual dan menyelenggarakan paket wisata dalam dan luar negeri 6. Escort sennce 7. Penyelenggaraan umroh dan ibadah haji Biro perjalanan wisata dapat pula disebut tour and travel sennce dan dapat pula disamakan dengan istilah tour operator.Menumt Lehman (dalam Yoeti 2001: 30) tour operator yang lebih sering dikenal dengan sebutan wholesaler dalam istilah ekonominya berarti pedagang besar. Dikatakan demikian karena ia berusaha terutama dalam penjualan barang dan jasa secara langsung kepada retail agent atau bertindak sebagai agen yang dapat menjualkan barang dan jasa kepada konsumen. 1.2.5
Tinjauan Tentang Pramuwisata Berdasarkan keputusan Menparpostel Nomor KM.82/PW/.102/MPPT88, pramuwisata adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang objek wisata, serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan. (Muhajir 2005 : 11). Pramuwisata adalah orang yang memimpin dan bertugas memberi bimbingan, penjelasan, dan petunjuk tentang objek wisata serta membantu
segala sesuatu yang dilakukan wisatawan dari persiapan sampai pada akhir suatu kegiatan wisata. (Kesrul 2004: 3). Menurut Suwantoro (2004: 13) Pramuwisata adalah seorang yang memberikan penjelasan serta petunjuk kepada wisatawan dan traveler lainnya tentang segala sesuatu yang hendak dilihat dan disaksikan bilamana mereka berkunjung pada suatu objek, tempat atau daerah wisata tertentu. Pramuwisata adalah seseorang yang bekerja pada suatu biro perjalanan wisata atau kantor pariwisata (tourist office) yang bertugas memberikan informasi, petunjuk dan saran secara langsung kepada wisatawan sebelum dan selama perjalanan wisata berlangsung. Secara umum, pramuwisata adalah seseorang yang dibayar untuk menemani
wisatawan
dalam
perjalanan,
mengunjungi,
melihat
dan
menyaksikan serta memberikan informasi tentang objek wisata dan berbagai bantuan lain yangdiperlukan wisatawan sebalum dan selama peijalanan berlangsung. Adapun tugas-tugas dari pramuwisata secara umum adalah sebagai berikut: a.
To conduct/to direct, yaitu mengatur dan melaksanakan kegiatan peijalanan wisata bagi
wisatawan yang ditanganinya berdasarkan
program perjalanan (itinerary) yang telah ditetapkan. b. To point out, yaitu menunjukkan dan mengantarkan wisatawan ke objekobjek dan daya tarik wisata yang dikehendaki.
c.
To infrom yaitu memberikan informasi dan penjelasan mengenai objek dan daya tarik wisata yang dikunjungi, informasi sejarah dan budaya, dan berbagai informasi lainnya, (Muhajir, 2005: 12) Orang yang memimpin suatu rombongan wisatawan, baik itu untuk
suatu kunjungan
wisata yang singkat maupun beberapa hari.dapat
dikategorikan sebagai pemandu wisata (tour guide/pramuwisata). Namun dalam industri pariwisata, istilah pemandu wisata memiliki pengertian yang lebih tegas, yaitu seseorang yang membawa orang-orang dalam suatu perjalanan wisata dalam waktu yang terbatas.Penegasan ini penting untuk menghindari pencampuradukan pemahaman antara pemandu wisata dam pengatur wisata. (Muhajir, 2005: 13) Muhajir, (2005: 13) Pramuwisata dapat dikelompokkan berdasarkan kategori sebagai berikut: 1. Berdasarkan tempat melaksanakan tugas a. Local Guide (On-Site Guide) Pemandu wisata lokal adalah seseorang pemandu wisata yang menangani suatu tur selama satu atau beberapa jam di suatu tempat yang khusus, pada suatu atraksi wisata, ada di suatu areal yang terbatas, misalnya gedung bersejarah, taman hiburan, pabrik dan pusat riset ilmiah. b. City Guide City Guide adalah pemandu wisata yang bertugas membawa wisatawan dan memberikan informasi wisata tentang objek-objek
wisata utama di suatu kota, biasanya dilakukan di dalam bus atau kendaraan lainnya. Seorang City Guide yang melakukan tugas rangkap sekaligus menjadi pengemudi disebut Sightseeing Guide. 2. Berdasarkan spesifikasi a. Pramuwisata khusus, yaitu pramuwisata yang bertugas khusus di salah satu atau beberapa objek wisata tertentu. b. Pramuwisata Umum, yaitu pramuwisata yang bertugas pada salah satu objek wisata saja, tetapi dimana saja saat ia dibutuhkan. Dengan demikian, pramuwisata ini harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang objek wisata sejarah, budaya, kesenian, dan sebagainnya. 3. Berdasarkan asal wisatawan dan wilayah negara tempat dilaksanakannya tur a. In-Bound Tour Guide, yaitu pemandu wisata yang menangani wisatawan asing
yang telah
melakukan
perjalanan
wisata di
negara tempat pramuwisata bekerja dan menetap. b. Out-Bound Tour Guide, yaitu pemandu wisata yang bertugas menemani wisatawan yang melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Namun, sering kali tugas seperti ini dipercayakan kepada Tour Escort, yaitu orang yang
mengatur
dan
mendapingi
seuatu
rombongan wisatawan yang melakukan perjalanan selama beberapa hari.
c. Domestic Tour Guide, yaitu pemandu wisata yang menangani wisatawan dalam negeri yang melakukan perjalanan wisata di negeri meraka sendiri. 4. Berdasarkan status a. Payroll Guide, yaitu pemandu wisata yang bekerja tetap pada suatu biro perjalan wisata (BPW) atau lembaga pariwisata, disebut juga Full-Time Guide atau Guide Staff. b. Freelance Guide, yaitu pemandu wisata yang bekerja pada suatu BPW sebagai pekerja pamh waktu, yang bekerja pada musim-musim tertentu saja, disebut juga sebagai part-time guide atau step-on guide. Pemandu wisata ini biasanya bekerja pada saat mendapatkan panggilan dari perusahaan pada musim-musim ramai (peak season) atau dipesan oleh wisatawan (client) secara langsung 5. Berdasarkan Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.82/PW/.102/MPPT-88,
tentang
pramuwisata
dan
pengatur wisata, pemandu wisata dikelompokkan sebagai berikut: a. Pramuwisata muda, yaitu pemandu wisata (pramuwisata) yang bertugas pada suatu Daerah Tingkat II tempat setifikat diberikan. Sertifikat tersebut diperoleh inelalui suatu kursus dan ujian dengan persyaratan-persyaratan tertentu. b. Pramuwisata madya, yaitu pemandu wisata (pramuwisata) yang bertugas di dalam wilayah Daerah Tingkat I tempat sertifikat diberikan.
c. Pengaturan wisata, yaitu pegawai biro perjalanan wisata yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk memimpin dan men gurus perjalanan wisata rombongan. 6. Berdasarkan jumlah wisatawan yang ditangani a. Group Tour Guide, yaitu pemandu wisata yang bertugas menangani wisatawan dalam suatu rombongan atau yang sering diistilahkan dengan GIT (Group inclusive Tour). Mengenai beberapa jumlah wisatawan yangdapat banyak
dikategorikan
sebagai
rombongan.
masih
perbedaan pendapat seperti halnya rombongan (group) itu
sendiri. Namun, bisanya pengertian tersebut dikembalikan pada ketentuan yang dianut oleh biro perjalanan wisata atau lembaga pariwisata yang bersangkutan. b. Individual Tour Guide, yatu pemandu wisata yang bertugas menanganiwisatawan individual atau FIT (Free Individual Traveller). Pramuwisata yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu In-Bound Tour Guide, yang memandu wisatawan Jepang pada saat melakukan perjalanan wisata dan menggunakan jasa Paradise Bali Tour and Travel. Dan berdasarkan jumlah wisatawan yang ditangani untuk pramuwisata ini adalah Group Tour Guide, yaitu pemandu wisata yang bertugas nemangani wisatawan Jepang dalam suatu rombongan tertentu.