BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Net Profit Margin Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah
perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar net
profit
margin, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antar laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan neto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak.
15
16
Net Profit Margin
merupakan salah satu indikator yang penting untuk
menilai suatu perusahaan. Net Profit Margin selain digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba juga untuk mengetahui
efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya. Net Profit Margin mengukur laba yang dihasilkan perusahaan dari
perbandingan antara laba sesudah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini menunjukkan laba bersih (Earning After Tax) yang dapat dicapai setiap penjualan.
Rasio ini bermanfaat untuk menunjukan seberapa kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan untuk mengendalikan pabrik, operasi dan pinjaman – pinjaman perusahaan. Laba bersih yang diperoleh juga tergantung pada kebijakan pemerintah mengenai tingkat suku bunga dan pajak penghasilan yang akan mengurangi laba bersih yang diperoleh perusahaan. Net Profit Margin dapat dihitung dengan rumus :
𝐍𝐏𝐌 =
2.2
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡
x 100%
Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan
untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar current ratio
menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terutang). Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan utang jangka pendek. Dalam hal ini aktiva lancar terdiri dari
17
uang kas dan juga surat-surat berharga antara lain surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau
kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal. Di lain pihak utang jangka
pendek dapat berupa utang pada pihak ketiga (bank atau kreditur lainnya).
Menurut Darsono (2005: 52), “semakin tinggi rasio lancar, kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek juga semakin besar”.
Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas.
Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan
untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang atau untuk investasi yang dapat menghasilkan tingkat kembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, peneliti juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri dan kondisi ekonomi makro secara umum. Rumus untuk menghitung rasio lancar adalah sebagai berikut:
𝐶𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =
2.3
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝒂𝒔𝒔𝒆𝒕 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔
x 100%
Dividen Dividen merupakan salah satu keputusan penting untuk memaksimumkan
nilai perusahaan disamping keputusan investasi dan struktur modal (keputusan pemenuhan dana). Manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak (Earning After Tax) perusahaan yaitu : 1. Dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen.
18
2. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained
earning).
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah
mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham ingin tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham
tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. Dividen dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Fakhruddin (2008) membedakan dividen menjadi beberapa jenis diantaranya sebagai berikut: 1.
Dividen Tunai (cash dividend): dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk kas (tunai).
2.
Dividen Saham (stock dividend): dividen yang dibagi bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.
3.
Property dividend: dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga.
19
4.
Liquidating dividend: dividen yang diberikan kepada pemegang saham
sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah
selisih
nilai
realisasi
aset
perusahaan
dikurangi
dengan
semua
kewajibannya.
Menurut Addul Halim (2005:94), ada tiga bentuk pembayaran dividen, yaitu dividen dalam jumlah rupiah stabil, dividen dengan rasio pembayaran konstan,
dan dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra.
1.
Dividen dalam jumlah rupiah stabil Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan pembayaran dividen yang stabil, artinya dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.
Pembayaran dividen yang stabil ini dapat
memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang. 2.
Dividen dengan rasio pembayaran konstan. Beberapa
perusahaan
melakukan
pembayaran
dividen
berdasarkan
persentase tertentu dari laba. Karena laba berfluktuasi, maka menjalankan kebijakan ini akan berakibat jumlah dividen dalam rupiah akan berfluktuasi 3.
Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra Pembayaran dividen ini hanyalah merupakan modifikasi dari cara 1 dan 2 di atas. Kebijakan ini memberi fleksibilitas pada perusahaan tetapi mengakibatkan investor sedikit ragu-ragu tentang berapa besarnya dividen
20
mereka.
Apabila perusahaan sangat berfluktuasi, kebijakan ini akan
merupakan pilihan terbaik.
Pembayaran dividen merupakan suatu hal yang dinantikan oleh pemegang
saham. Pembagian dividen dapat dilakukan secara kuartalan ataupun tahunan,
tergantung kebijaksanaan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Menurut Arthur J Keown, at al (2000:626) menyatakan bahwa ada beberapa prosedur yang ada dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut :
1.
Tanggal Pencatatan Adalah tanggal yang ditetapkan oleh dewan direksi pada saat dividen diumumkan, dimana dilakukan pendaftaran para pemegang saham yang berhak menerima dividen. Apabila sesudah saham didaftarkan kemudian dijual maka pembeli tidak berhak menerima dividen yang dibagi itu karena nama yang terdaftar adalah pemegang saham lama. Saham yang dijual sesudah didaftarkan disebut “stock ex dividends”.
2.
Tanggal Tanpa Dividen Adalah tanggal pertama dimana pembeli saham tidak berhak lagi untuk menerima dividen yang baru saja diumumkan.
3.
Tanggal Penggunaan Adalah tanggal dimana dewan direksi mengumumkan jumlah dan tanggal pembayaran dividen berikutnya.
4.
Tanggal pembayaran Adalah tanggal dimana perusahaan membayarkan dividen yang diumumkan.
5.
Rencana Reinvestasi Dividen (Dividend Reinvestment Plan)
21
Adalah pilihan rencana yang memungkinkan pemegang saham untuk
menginvestasikan dividen yang diterimanya secara langsung dalam bentuk
tambahan saham.
2.3.1 Kebijakan Dividen Menurut James C. Van Home dan John M. Wachowicz (2007:270)
kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan.
Menurut Rosdini (2009) kebijakan dividen merupakan penggunaan laba bersih setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa besar bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiayai investasi perusahaan. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Menurut Lukas (2008:285-288) ada lima teori untuk menentukan kebijakan dividen yaitu: 1.
Dividen Tidak Relevan Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM,
22
dividen adalah tidak relevan. Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa
asumsi penting yang “lemah” seperti :
a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional
b. Tidak ada biaya emisi saham jika perusahaan menerbitkan saham baru
c. Tidak ada pajak d. Kebijakan investasi
2. Bird in the hand Theory
Gordon dan Linther menyatakan bahwa biaya modal sendiri (Ks) perusahaan akan naik jika DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains. Modigliani dan Miller menganggap argumen Gordon dan Lintner ini merupakan suatu kesalahan (MM menggunakan istilah “The Bird in the hand Fallacy”). 3.
Teori Perbedaan Pajak Teori
ini
diajukan
oleh Litzenberger
dan
Ramaswamy. Mereka
menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat
menunda
pembayaran pajak.
Oleh
karena
itu investor
mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.. 4.
Teori “Signaling Hypothesis”
23
Teori ini menyatakan bahwa investor
menganggap perubahan dividen
sebagai pertanda bagi perkiraan manajemen atas laba. Ada kecenderungan
harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen. Dividen itu
sendiri tidak akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham,
tetapi
prospek
perusahaan
yang
ditunjukkan
oleh
meningkatnya
(menurunnya) dividen yang dibayarkan yang menyebabkan perubahan harga saham (Hanafi 2004:371).
5.
Teori “Clientele Effect” Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok
pemegang
saham
yang
membutuhkan
penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu ( misalnya orang lanjut usia dikenai pajak lebih ringan ) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang
jika
kelompok
perusahaan
pemegang
membagi
saham
yang
dividen dikenai
yang
kecil. Sebaliknya
pajak relatif
rendah
cenderung menyukai dividen yang besar. Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya.
24
Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang
saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka .
Kebijakan dividen mempertimbangkan apakah penghasilan setelah pajak
pada tahun berjalan sebaiknya diinvestasikan kembali atau dibagikan saja sebagai
dividen merupakan saldo laba. Saldo laba itu sendiri merupakan sumber pembiayaan internal yang relatif murah. Ada sejumlah pertimbangan saat perusahaan ingin membuat satu kebijakan dividen. Pertimbangan-pertimbangan
tambahan ini harus berhubungan dengan konsep teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Berikut ini faktor-faktor yang dianalisis perusahaan dalam memutuskan kebijakan dividen. Menurut Dermawan Sjahrial (2010:305) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu: 1.
Posisi likuiditas perusahaan Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.
2.
Kebutuhan dana untuk membayar utang Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar utang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.
3.
Rencana perluasan usaha Maka besar perluasan usaha peusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.
4.
Pengawasan terhadap perusahaan Kebijakan pembiayaan untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern antara lain laba. Pertimbangannya yaitu apabila dibiayai dengan
25
penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok
pemegang saham dominan karena suara pemegang saham mayoritas
berkurang.
Menurut Warsono (2003:275), indikator untuk mengukur kebijakan dividen
yang secara luas digunakan ada dua macam, yaitu: 1. Hasil Dividen (Dividend Yield). Dividend Yield adalah suatu rasio yang menghubungkan dividen yang
dibayar dengan harga saham biasa. Dividend Yield menyediakan suatu ukuran komponen pengembalian total yang dihasilkan dividen, dengan menambahkan apresiasi harga yang ada. Beberapa investor menggunakan dividend yield sebagai suatu ukuran risiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu mereka akan berusaha menginvestasikan dananya dalam saham yang menghasilkan dividend yield yang tinggi. 2.
Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio/DPR) DPR merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa. DPR banyak digunakan dalam penilaian sebagai cara pengestimasian dividen untuk periode yang akan datang, sedangkan kebanyakan analis mengestimasikan pertumbuhan dengan menggunakan laba ditahan daripada dividen.
2.4
Dividend payout ratio Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan dalam
perusahaannya, namun di satu pihak perusahaan juga harus membayarkan dividen
26
kepada para pemegang sahamnya. Semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan dan sebagai akibatnya
adalah menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga sahamnya.
Jika perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam
perusahaan, berarti bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah makin kecil. Menurut Gitman (2003:570) mengatakan bahwa dividend payout ratio
menunjukkan persentase dari setiap dolar yang diterima yang didistribusikan kepada pemilik dalam bentuk uang tunai. Hal ini dihitung dengan membagi dividen kas perusahaan per saham dengan laba per saham perusahaan. Lukas (2008:85) menjelaskan bahwa persentase dividen yang dibagikan dari laba setelah pajak disebut “Dividend payout ratio”. Adapun rumus dari Dividend payout ratio (DPR) adalah sebagai berikut:
𝑫𝑷𝑹 =
𝑫𝒊𝒗𝒊𝒅𝒆𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒈𝒊 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒋𝒂𝒌
Jika dividend payout ratio
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
berkurang dapat
menggambarkan laba
perusahaan yang makin berkurang. Akibatnya sinyal buruk akan muncul karena mengindikasikan bahwa perusahaan kekurangan dana. Kondisi ini akan menyebabkan preferensi investor akan suatu saham berkurang karena investor memiliki preferensi yang sangat kuat atas dividen. Sehingga perusahaan akan selalu berupaya untuk mempertahankan dividend payout ratio meskipun terjadi penurunan jumlah laba yang diperolehnya. Walaupun pada kenyataan yang terjadi tidak selalu demikian, turunnya dividend payout ratio belum tentu keuntungan
27
perusahaan juga menurun, tetapi tidak dibagikan dalam bentuk dividen, melainkan menjadi laba ditahan oleh perusahaan. Namun demikian, dividend payout ratio
tetap menjadi sinyal bagi investor yang mengharapkan keuntungan dalam bentuk
dividen.
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan net profit margin,
current ratio, dan kebijakan dividen diantaranya dikutip dari beberapa sumber. Penelitian tersebut antara lain: Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Judul
1
Variabel Penelitian
Alat
Hasil
Independen
Dependen
analisis
Penelitian
Lintas Andriadi
Investment
Dividend
analisis
Ketiga variabel
Batubara (2012),
Opportunity
payout
regresi
independen tidak
Pengaruh
Set, ROI,
ratio
linier
berpengaruh
Investment
Dan Net
berganda
signifikan
opportunity Set,
Profit Margin
terhadap
ROI, dan Net
Devidend Payout
Profit Margin
Ratio secara
Terhadap
simultan.
Dividend Payout
Secara parsial
Ratio Pada
hanya ROI yang
28
Perusahaan
berpengaruh
Manufaktur Yang
positif dan
Terdaftar di BEI
siginifikan
Periode 2008-2010
terhadap Devidend Payout
Ratio.
2 Husni (2011),
Current Ratio Dividend
analisis
Secara simultan
Pengaruh
dan Debt to
payout
regresi
menunjukkan
Likuiditas
Asset Ratio
ratio
linier
bahwa likuiditas
berganda
(Current Ratio)
(Current Ratio) dan Solvabilitas
dan solvabilitas
(Debt to Asset
(Debt to Asset
Ratio) pada
Ratio) tidak
perusahaan
berpengaruh
makanan dan
terhadap
minuman (Studi
kebijakan dividen
Kasus Pada PT.
(Dividend Payout
Aqua Golden
Ratio). Secara
Mississippi Tbk
parsial hanya
dan PT. Mayora
solvabilitas (Debt
Indah Tbk)
to Asset Ratio) berpengaruh terhadap
29
kebijakan dividen
(Dividend Payout
Ratio)
3
Sumarto (2007),
Current
Dividend
SEM
Hasil penelitian
Faktor-faktor yang
Ratio, Quick
payout
(Structural menunjukkan
mempengaruhi
Ratio, Return
ratio
Equation
bahwa adanya
kebijakan dividen
On Equity,
Modeling)
pengaruh positif
(Studi pada
Return On
signifikan antara
Perusahaan
Asset, Net
variabel
Manufaktur yang
Profit Margin
Likuiditas
Tercatat di Bursa
(Current Ratio,
Efek Indonesia
Quick Ratio) dan
periode 2002-
Profitabilitas
2003)
(Return On Equity, Return On Asset, Net Profit Margin) terhadap Dividend payout ratio
4
Arif Muda
Laba bersih,
Dividend
analisis
laba bersih,
Perdana (2010),
potensi
payout
regresi
potensi
Pengaruh laba
pertumbuhan, ratio
linier
pertumbuhan,
bersih, potensi
ROE, EPS,
berganda
ROE, EPS dan
30
pertumbuhan,
DER
DER
ROE, EPS
berpengaruh
Dan DER terhadap
secara simultan
kebijakan dividen
terhadap dividen
pada Perusahaan
payout ratio.
Manufaktur yang
Secara parsial
Tercatat di Bursa
hanya laba bersih,
Efek Indonesia
ROE dan DER berpengaruh signifikan terhadap DPR
5
Dyah Handayani
Current Ratio Dividend
analisis
Hasil penelitian
(2010)
dan Debt to
payout
regresi
menunjukkan
Pengaruh
Asset Ratio
ratio
linier
bahwa secara
berganda
parsial hanya
Likuiditas
(Current Ratio)
Debt to Asset
dan Solvabilitas
Ratio yang
(Debt to Asset
mempunyai
Ratio) pada
pengaruh
perusahaan
terhadap Dividend
makanan dan
Payout Ratio,
minuman yang
sedangkan
terdaftar di Bursa
Current Ratio
31
Efek Indonesia
tidak berpengaruh
(BEI) tahun 2006-
terhadap Dividend
2009
6
Payout Ratio.
Nasrul Idiansyah
Investment
Dividend
analisis
Secara simultan
Harahap (2004),
Opportunity
payout
regresi
ROI, Debt to
Analisis Faktor –
Set, ROI, dan
ratio
linier
Equity, Net Profit
Faktor Yang
Net Profit
berganda
Margin dan
Mempengaruhi
Margin
Current Ratio
Dividend Payout
berpengaruh
Ratio Pada
signifikan
Perusahaan
terhadap DPR
Manufaktur GoPublic Di Bursa Efek Jakarta
2.5.1 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Kebijakan Dividen Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan oleh net profit margin (NPM). Rasio ini merupakan rasio yang membandingkan tingkat keuntungan (laba) dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.
32
Dividen merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan,
oleh karenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan.
Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah
keuntungan setelah perusahan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban
bunga dan pajak. Karena dividen diambil dari keuntungan bersih perusahaan keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. maka
Penelitian tentang pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen
dilakukan oleh Sumarto (2007) menyimpulkan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun, penelitian Lintas Andriadi Batubara (2012) menghasilkan simpulan berbeda bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan keterangan di atas, maka dirumuskan hipotesis pertama dalam penelitian ini, yaitu: H1: Net Profit Margin berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen
2.5.2 Pengaruh Current Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibankewajibannya yang segera harus dipenuhi. Rasio likuiditas yang digunakan pada penelitian ini adalah current ratio. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (aktiva lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen. Dividen tunai dapat dibagikan hanya dengan uang kas. Jadi
33
kekurangan kas di bank dapat membatasi pembagian dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan arus kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen (Sartono, 2000). Penelitian tentang pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen dilakukan oleh Sumarto (2007) mengungkapkan bahwa variabel current ratio berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Namun berbeda pada
penelitian Dyah Handayani (2010) yang menghasilkan pengaruh tidak signifikan pada variabel current ratio terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis kedua dalam penelitian ini, yaitu: H2: Current Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen.