BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. 2.1.1
Fungsi Kulit Fungsi kulit yang lain adalah:
− Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan memcegah masuknya mikroorganisme − Melindungi tubuh dari kehilangan cairan tubuh dengan mencegah terjadinya peguapan air yang berlebihan − Sebagai pengatur panas − Tempat penyimpanan provitamin D dan pembentukan vitamin D − Merupakan salah satu organ ekskresi, yaitu melalui keringat − Sebagai organ pengindra − Sebagai pembentukan kolagen 2.1.2
(Martini, 2001)
Anatomi Kulit Kulit tersusun atas:
a. Lapisan Epidermis Terdiri dari 5 lapisan yaitu stratum corneum, stratum lucidum, stratum granulosum, stratum germinativum. Stratum korneum terdiri dari 15 sampai 30 lapisan keratinosit yang memiliki kandungan air 10-20 %. Pada umumnya sel ini mempunyai
Universitas Sumatera Utara
waktu hidup selama 2 minggu. Permukaan stratum korneum bersifat kering dan dilapisi minyak yang berasal dari kelenjar sebaseus. Stratum korneum memiliki pH 5,5-6. Keadaan pH dan lapisan minyak ini mengahambat pertumbuhan mikroba. b. Lapisan Dermis Merupakan jaringan ikat yang terdiri dari jaringan serabut kolagen dan terletak di bawah stratum germinativum, dengan ketebalan 3-5 mm. Lapisan ini berfungsi memberi nutrisi lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri dari lapisan papilari dan lapisan retikuler. Lapisan papilari memiliki pembuluh darah dan ujung saraf. Lapisan retikuler memiliki serabut kolagen. c. Lapisan Hipodermis Merupakan lembaran lemak yang mengandung jaringan adiposa yang membentuk agregat dengan jaringan kolagen dan membentuk ikatan lentur antara struktur kulit dengan permukaan tubuh (Martini, 2001) 2.1.3
Warna Kulit Warna kulit ditentukan oleh komposisi pigmen dan peredaran darah pada
jaringan kulit. Secara umum epidermis tersusun atas dua pigmen yaitu karoten dan melanin. Karoten merupakan pigmen yang berwarna kuning orange yang terakumulasi dalam lapisan epidermis dan terlihat pada stratum korneum orang yang berkulit cerah, sedangkan melanin adalah pigmen berwarna coklat, kuning kecoklatan atau hitam yang dihasilkan oleh melanosis. Pigmen melanin berfungsi untuk melindungi kulit dari radiasi sinar UV pada sinar matahari (Martini, 2001).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penyinaran Matahari dan Efeknya Pada Kulit Kulit adalah pelindung tubuh dari pengaruh luar terutama dari sengatan sinar matahari. Sinar matahari mempunyai 2 efek, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar mengenai kulit, intensitas sinar matahari, serta sensitivitas seseorang. Walaupun berguna untuk pembentukan vitamin D yang sangat berguna bagi tubuh, sinar matahari dianggap faktor utama dari berbagai masalah kulit, mulai dari sunburn, pigmentasi kulit, penuaan kulit, hingga kanker kulit. Kulit yang terkena radiasi sinar UV akan berwarna lebih gelap, berkeriput, kusam, kering, timbul bercak-bercak coklat kehitaman (melasma), hingga kanker kulit. Bahkan jauh sebelum efek radiasi itu terlihat oleh mata telanjang, kulit sebenarnya sudah mengalami kerusakan. Efek sinar matahari yang merugikan berupa: o Penyinaran matahari yang singkat pada kulit dapat menyebabkan kerusakan epidermis semetara, gejalanya disebut sengatan surya. Sinar matahari dapat menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang nyeri pada kasus yang lebih parah. o Penyinaran langsung dan lama Sengatan surya yang berlebihan dapat menyebabkan kelainan kulit mulai dari dermatritis ringan hingga kanker kulit. Sengatan matahari berlebihan adalah karsinogenik, sinar ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit. Orang kulit putih lebih mudah terserang kanker kulit dibandingkan dengan orang kulit hitam.
Universitas Sumatera Utara
Penyinaran matahari terdiri dari berbagai spektrum dengan panjang gelombang yang berbeda, dari inframerah yang terlihat hingga spektrum ultraviolet. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 400 – 280 nm dapat menyebabkan sengatan surya dan perubahan warna kulit (Ditjen POM, 1985). Panjang gelombang sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 bagian: 1. Ultraviolet A ialah sinar dengan panjang gelombang antara 400 – 315 nm dengan efektivitas tertinggi pada 340 nm, dapat menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan sebelumnya disebabkan oleh adanya oksidasi melanin dalam bentuk leuko yang terdapat pada lapisan kulit. 2. Ultraviolet B ialah sinar dengan panjang gelombang antara 315 – 280 nm dengan
efektivitas
tertinggi
pada
297,6nm,
merupakan
daerah
eritomogenik, dapat menimbulkan sengatan surya dan terjadi reaksi pembentukan melanin awal. 3. Ultraviolet C ialah sinar dengan panjang gelombang di bawah 280 nm, dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer (Ditjen POM, 1985). 2.3 Mekanisme Perlindungan Alami Kulit Secara alami kulit manusia mempunyai sistem perlindungan terhadap paparan sinar matahari. Mekanisme pertahanan tersebut adalah dengan penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit. Perlindungan kulit terhadap sinar UV disebabkan oleh peningkatan jumlah melanin dalam epidermis. Butir melanin yang terbentuk dalam sel basal kulit setelah penyinaran UVB akan berpindah ke stratum korneum di permukaan kulit,
Universitas Sumatera Utara
kemudian teroksidasi oleh sinar UVA. Jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari (Ditjen POM, 1985). Semakin gelap warna kulit (tipe kulit seperti yang dimiliki ras Asia dan Afrika), maka semakin banyak pigmen melanin yang dimiliki, sehingga semakin besar perlindungan alami dalam kulit. Namun, mekanisme perlindungan alami ini dapat ditembus oleh tingkat radiasi sinar UV yang tinggi, sehingga kulit tetap membutuhkan perlindungan tambahan (Lestari, 2002). 2.4 Tabir Surya Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk membaurkan atau menyerap cahaya matahari secara efektif, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari. Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, asalkan dapat dioleskan pada kulit, misalnya bentuk larutan dalam air atau alkohol, emulsi, krim, dan semi padat yang merupakan sediaan lipid non-air, gel, dan aerosol. (Ditjen POM, 1985). Ada 2 macam tabir surya, yaitu: 1. Tabir surya kimia Merupakan
bahan-bahan
yang
dapat
melindungi
kulit
dengan
mengabsorbsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Derivat sintesis senyawa ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar, yaitu pengabsorbsi kimia UVB (290-320 nm) dan UVA (320-400 nm).
Universitas Sumatera Utara
Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktilmetoksisinamat sebagai UVB filter yang paling banyak digunakan. UVA filter termasuk benzofenon. Oksibenson adalah benzofenon yang paling luas digunakan, mengabsorbsi UVA dan UVB. Kedua bahan ini memiliki kekurangan yaitu bersifat fotolabil serta terdegradasi dan teroksidasi (Nguyen & Rigel, 2005). Kandungan tabir surya kimia memungkinkannya terserap ke dalam tubuh dan bekerja dengan menyerap radiasi sinar UV. Umumnya, tabir surya kimia hanya menyerap sinar UVB saja, dan agar dapat bekerja sempurna jenis tabir surya ini harus digunakan minimal 20 menit sebelum terpapar sinar matahari (Iskandar, 2008). 2. Tabir surya fisik Tabir surya fisik bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan radiasi UV. Tabir surya fisik secara umum adalah oksida logam. Bahan ini menunjukkan perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan bahan kimia karena memberikan perlindungan terhadap UVA dan UVB, dan juga merupakan bahan yang tidak larut dalam air. Sebagai pembanding, bahan ini kurang diterima oleh kebanyakan orang karena bahan ini biasanya membentuk lapisan film penghalang pada kulit yang menimbulkan rasa kurang nyaman. Zink oksida merupakan tabir surya fisik yang lebih efektif dibandingkan titanium dioksida. Sediaan dengan bahan yang mampu memantulkan cahaya dapat lebih efektif bagi mereka yang terpapar radiasi UV yang berlebihan, misalnya para pendaki gunung. Popularitas bahanbahan ini meningkat belakangan ini karena toksisitasnya yang rendah. Zatzat yang bekerja secara fisik sebenarnya lebih aman, karena tidak
Universitas Sumatera Utara
mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui akibatnya. Bahan ini juga stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan reaksi fototoksik atau fotoalergik (Nguyen & Rigel, 2005). Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan kombinasi antara tabir surya kimia dan tabir surya fisik, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir surya dalam suatu sediaan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997). 2.4.1
Oksibenson Oksibenson merupakan tabir surya penyerap UV-A yang terbaik yang
diketahui terlebih dahulu. Ini jarang digunakan sendiri, tapi biasa dikombinasi dengan tabir surya penyaring UV-B untuk menghasilkan nilai SPF yang tinggi. Oksibenson mempunyai kelarutan yang rendah (Klein & Palefsky, 2005). 2.4.2
Oktilmetoksisinamat Oktilmetoksisinamat merupakan penyerap UV-B yang terutama. Ini
memberikan absorbansi yang kuat pada pertengahan daerah UV-B (310 nm). Oktilmetoksisinamat tidak larut dalam air, tidak akan menodai kulit ataupun pakaian, sangat aman, inert secara kimia dan stabil, tetap tinggal pada kulit, mempunyai bau yang lemah, tidak merubah warna emulsi, dan relatif murah (Klein & Palefsky, 2005). 2.4.3
Zink Oksida Zink oksida adalah tabir surya yang paling aman, efektif, dan berspektrum
luas. Meskipun disetujui oleh FDA, namun penggunaannya sebagai tabir surya hanya sampai 25%. Zat-zat yang bekerja secara fisika sebenarnya lebih aman,
Universitas Sumatera Utara
karena tidak mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui akibatnya (Anonima, 2008). Syarat-syarat bahan aktif untuk preparat tabir surya yaitu: a. Efektif menyerap radiasi UV-B tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan dapat menjadi toksik atau menimbulkan iritasi b. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap c. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya d. Tidak berbau atau boleh berbau ringan e. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan tidak menyebabkan sensitisasi Syarat-syarat preparat kosmetik tabir surya yaitu: •
Mudah dipakai
•
Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan
•
Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur, bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono, 2007). Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor
proteksi sinar (Sun Protecting Factor / SPF) yaitu perbandingan energi ultraviolet yang diperlukan untuk menghasilkan eritema minimum pada kulit yang diberi tabir surya terhadap banyaknya energi ultraviolet yang diperlukan untuk menghasilkan eritema minimum pada kulit yang tidak diberi tabir surya. Minimal erythema dose (MED) adalah dosis energi minimum ultraviolet yang diperlukan untuk menghasilkan eritema kulit minimum yang seragam (Shaat, 1990). Dosis minimum eritema (MED) diuji oleh setiap panelis pada tes SPF. Waktu/dosis pada simulasi cahaya UV dibutuhkan untuk menghasilkan keseragaman, yang hampir
Universitas Sumatera Utara
tidak menampakkan kemerahan pada kulit. Nilai MED berbeda-beda berdasarkan tipe kulit seseorang (Nguyen & Rigel, 2005). Nilai SPF berkisar antara 0 sampai 100, dan kemampuan tabir surya yang dianggap baik berada di atas 15. Tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut: 1. Minimal, bila SPF antara 2 – 4 2. Sedang, bila SPF antara 4 – 6 3. Ekstra, bila SPF antara 6 - 8 4. Maksimal, bila SPF antara 8 – 15 5. Ultra, bila SPF lebih dari 15 SPF hanya menunjukkan daya perlindungan terhadap UVB dan tidak terhadap UVA. Sebab, berbeda dengan UVB yang bekerja pada permukaan kulit dan menyebabkan kulit terbakar, UVA meresap masuk ke dalam kulit dan merusak DNA. Ini membuat kekuatan UVA tidak bisa diukur dengan mudah karena efeknya tidak segera terlihat. Orang yang berkulit gelap mempunyai banyak pigmen melanin yang merupakan tabir surya alami. Sebaliknya, orang yang berkulit putih sangat rentan terhadap kanker kulit karena hanya punya sedikit melanin. Oleh karenanya, semakin putih kulit seseorang, semakin memerlukan krim dengan SPF yang lebih tinggi daripada orang yang berkulit hitam agar tidak terbakar. Perlindungan terbaik terhadap matahari ialah dengan menggunakan tabir surya broad spectrum (Iskandar, 2008).
Universitas Sumatera Utara
2.5 Emulsi Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak bercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Zat emulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Ada 2 tipe emulsi yaitu tipe minyak dalam air (m/a) dank rim tipe air dalam minyak (a/m) Tipe emulsi ditentukan oleh sifat-sifat emulgator, bila emulgator hanya dapat atau lebih suka air (sabun, natrium, Tween) maka akan terbentuk tipe emulsi m/a. Tetapi bila emulgator hanya dapat larut atau lebih suka minyak (sabun kalsium, span) akan terbentuk tipe emulsi a/m. Dalam penggunaan sebagai stabilisator emulsi m/a digunakan emulgator tween ditambah arlacel/span sedikit, sedangkan untuk a/m digunakan span/arlacel dengan tween sedikit. Gunakan tween dan span dengan nomor seri yang sama (Anief, 1999). 2.4.1
Krim Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1984). Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini (Lachman, 1994). Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan seharihari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis (Ansel, 1989).
Universitas Sumatera Utara