BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kewirausahaan 2.1.1. Pengertian Wirausahawan Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan bisnis yang baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian untuk memperoleh suatu keuntungan dan pertumbuhan dengan cara melihat peluang dan menggabungkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mendirikannya. Menurut Susanto (2002) kewirusahaan dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa serta karya ataupun memiliki kemampuan dalam menggabungkan unsur kreativitas, tantangan dan kerja keras serta kepuasan untuk memperoleh prestasi yang maksimal sehingga dapat menghasilkan nilai tambah terhadap jasa, barang maupun pelayanan yang dihasilkan dengan mengindahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Menurut Dewanti (2008) wirausahawan secara umum adalah orangorang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluangpeluang yang ada. Sedangkan menurut Kasmir (2006) wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Jiwa kewirausahaan akan mendorong minat seseorang dalam mendirikan dan mengelola kegiatan usaha dengan profesional.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, wirausaha merupakan orang yang berani menanggung resiko usaha, jeli dalam melihat peluang usaha yang ada, serta mampu memperoleh sumber daya yang diperlukan baik modal maupun kebutuhan lainnya. Seorang wirausahawan harus memiliki keahlian (skill) sebagai berikut: 1. Managerial skill Kemampuan dalam mengorganisasikan seluruh faktor produksi yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Technical skill Keahlian yang bersifat teknis dalam pelaksanaan proses produksi sehingga proses berjalan dengan baik. 3. Organizational skill Keahlian memimpin berbagai usaha, baik intern perusahaan yang brsifat bisnis, maupun organisasi dalam bentuk lain. 2.1.2. Karakteristik Wirausahawan Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) adapun karakteristik dari wirausahawan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1.
Adanya kecenderungan bertanggung jawab secara pribadi atas hasil yang ditetapkan sendiri.
2.
Wirausahawan memiliki sikap optimis sehingga memiliki keyakinan untuk berhasil.
3.
Wirausahawan
melihat
bisnis
dari tingkat
pemahaman resiko
pribadinya. Mereka melihat peluang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang, dan pengalamannya.
Universitas Sumatera Utara
4.
Wirausahawan akan mencari pengukuhan dan melihat sebaik apa mereka bekerja.
5.
Wirausahawan memiliki kecenderungan energi yang tinggi dibanding masyarakat kebanyakan.
6.
Mempunyai orientasi ke depan dalam mencari peluang.
7.
Memiliki keterampilan mengorganisasi untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.
8.
Mempunyai penilaian bahwa prestasi lebih tinggi dibandingkan uang. Dalam hal ini mereka menjalankan suatu usaha sendiri sesuai dengan yang diinginkan.
Suatu usaha dapat dijalankan secara perseorangan ataupun bersama-sama. Menurut Kasmir (2006) untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan : a.
Menjadi pemilik modal dan menjadi pengelolanya
b.
Menyetor modal dan dikelola oleh pihak mitra
c.
Menyerahkan tenaga yang dikonversikan dalam bentuk saham untuk bukti kepemilikan usaha.
2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan Dalam mejalankan suatu usaha pasti terdapat potensi keunggulan dan kekurangan. Dari segi keunggulan, terdapat hal-hal yang menarik yang menjadi keunggulan bagi wirausahawan. Berwirausaha memiliki banyak keuntungan dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) kelebihan dari wirausahawan adalah sebagai berikut: a.
Memiliki peluang untuk mengendalikan nasib sendiri
b.
Mempunyai kesempatan melakukan perubahan
Universitas Sumatera Utara
c.
Potensi yang dimiliki dapat dipergunakan sepenuhnya
d.
Peluang dalam meraih keuntungan tanpa batas
e.
Peluang dalam melakukan hal yang diminati
f.
Peluang untuk berperan pada masyarakat dan mendapatkan pengakuan. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004) kekurangan dalam menjadi
wirausahawan adalah: a. Memiliki resiko kehilangan dari seluruh investasi b. Mempunyai pendapatan yang tidak sama c. Cenderung bekerja lebih lama dan memerlukan kerja keras d. Memiliki mutu hidup yang rendah sampai bisnis menjadi mapan e. Harus bertanggung jawab penuh f. Ketegangan mental yang tinggi 2.1.4. Model Kurva Permintaan dari Perspektif Kewirausahaan Menurut Wirasasmita (2011) fenomena permintaan fungsi produksi dan laba dari perspektif kewirausahaan dapat dikembangkan dari teori dasar perusahaan kewirausahaan. Kurva permintaan sering dirumuskan Q = f (P) yang menjelaskan hubungan antara jumlah yang dibeli (Q) dengan harga (P). Variabel harga dianggap sebagai variabel kebijakan, selama perusahaan dapat menentukan harga. Variabel yang bukan variabel kebijakan antara lain: pendapatan, selera, harga barang lain. Dari persperktif kewirausahaan variabel keinovatifan (dalam produk dan manajerial) merupakan variabel kebijakan yang dapat menggeser kurva permintaan kekanan. Model permintaan kewirausahaan : Q(p) = f(Inovasi).
Universitas Sumatera Utara
Apabila harga dianggap tetap, jumlah yang dibeli merupakan fungsi inovasi atau dalam bentuk diagram :
Gambar 2.1. Model Permintaan Kewirausahaan Variabel keinovativan merupakan “Market Shifter“/penggerak permintaan. Variabel keinovativan menghasilkan keunikan dari produk yang dapat berbentuk keunggulan teknikal, kualitas dan pelayanan yang dapat menciptakan nilai bagi pembeli karena kecocokan dengan preferensi atau ekspektasi pembeli. Kurva permintaan dalam perspektif kewirausahaan merupakan fenomena dinamis, mengalami pergeseran sesuai dengan perubahan ekspektasi kustomer dan keinovativan perusahaan. Keinovativan selain dipicu oleh persaingan dari luar, juga karena persaingan dengan dirinya sendiri, yaitu keinginan untuk menghasilkan produk yang lebih baik dari produk-produk yang dihasilkan sebelumnya (www.yuyunwirasasmita.wordpress.com). 2.1.5. Model Fungsi Produksi Kewirausahaan Fungsi produksi tradisional biasa dinyatakan : Q = f (X1, X2, X3,….X|), dimana X| merupakan variabel input. Dari perspektif kewirausahaan fungsi produksi dirumuskan sebagai berikut : Q = F (X|,inovasi)
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh dari keinovatifan dalam fungsi produksi merubah hubungan input-output : 1. Kombinasi input baru menghasilkan output yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. 2. Inovasi baru menghasilkan penghematan penggunaan input, sehingga biaya produksi keseluruhan menjadi rendah atau mencegah kenaikan biaya. Dalam diagram pengaruh keinovatifan dapat dijelaskan :
Gambar 2.2. Model Fungsi Produksi Kewirausahaa Dengan input OX1 tanpa inovasi menghasilkan produk sebesar 0%. Dengan input yang sama (OX1) dengan inovasi menghasilkan output sebesar OQ2 (Iebih besar dari OQ1). Dengan input OX2 tanpa inovasi menghasilkan output sebesar OQ3. Dengan input yang Iebih kecil OX1 dengan inovasi menghasil output yang Iebih besar yaitu OQ2. Inovasi manajemen melekat baik pada inovasi produk maupun inovasi proses. Berdasarkan fungsi produksi kewirausahaan, perusahaan kewirausahaan meminimalkan biaya atau mencegah kenaikan biaya dan memaksimalkan output. Berdasarkan uraian tersebut kurva biaya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Model Kurva Biaya Kurva biaya rata-rata sebelum inovasi AC, sesudah inovasi bergerak kebawah menjadi AC1. Dalam hal inovasi dapat mencegah kenaikan biaya ratarata, kurva AC mempunyai bentuk “L-Shape”.
Gambar 2.4. Model L-Shape Inovasi yang dapat mencegah kenaikan biaya rata-rata inilah yang selanjutnya
akan
dijadikan
dasar
dari
perusahaan-kewirausahaan
(www.yuyunwirasasmita.wordpress.com). 2.1.6. Teori Laba Kewirausahaan Teori laba dalam perspektif kewirausahaan, laba merupakan fungsi dari inovasi. Dalam rumus : Laba = f (inovasi produk, inovasi proses dan inovasi manajerial) dimana sumber inovasi dapat bersifat exogeneous/dari luar dan dari dalam/endogeneous yaitu persaingan dengan dirinya sendiri, atau keinginan menghasilkan/produk atau proses yang Iebih baik dari sebelumnya. Melalui diagram laba kewirausahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5. Model Diagram Laba Kewirausahaan Inovasi produk menggeser kurva AR menjadi AR1, inovasi proses menggeser kurva AC menjadi AC1, yang berbentuk “L-Shape”, sehingga Marginal Cost = Average Cost. Dengan kedua jenis inovasi tersebut laba bertambah dari ABCD menjadi A1B1C1D1 yang lebih besar. Harga produk turun dari OA menjadi OA’. Keadaan tersebut dapat dipertahankan selama perusahaankewirausahaan tidak masuk ke dalam“comfort/relax zone syndrome”, karena keberhasilan-keberhasilan sebelumnya menjadi tidak inovatif. Apabila terkena syndrome tersebut laba akan menjadi kecil, karena kurva permintaan bergeser menjadi AR dan kurva biaya rata-rata bergeser menjadi AC (www.yuyunwirasasmita.wordpress.com)..
2.2. Restoran Beralih pada sektor ekonomi yang lebih spesifik yang dikaji yakni sektor rumah makan atau restoran, menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
No.KN.73/PVVI05/MPPT-85
tentang
Peraturan
usaha
Restoran/Rumah Makan, yang dimaksud dengan usaha jasa Pangan adalah suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara
komersil.
Menurut
peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
Universitas Sumatera Utara
304/Menkes/Per/89 tentang persyaratan restoran/ rumah makan maka yang dimaksud restoran/ rumah makan adalah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penjualan makanan
dan
minuman
bagi
umum
di
tempat
usahanya
(pariwisatadanteknologi.blogspot.com). Sedangkan menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, rumah makan/ kafe adalah setiap tempat usaha komersil yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman umumnya ditempat usahanya. Menurut Marsum (2001) restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman. Menurut Pupun Pujiati perbedaan antara rumah makan dan restoran adalah rumah makan sudah dimasak terlebih dahulu dan siap dihidangkan, sedangkan restoran akan memasak bila sudah ada pemesanan dari tamu restoran sehingga hidangan yang disajikan lebih hangat dan fresh. Selain itu menu hidangan restoran yang disajikan sangat banyak termasuk peralatannya mulai dari sendok, garpu, pisau, gelas, piring, makanan pembuka dan makanan penutup (www.anneahira.com/restaurant.htm). Jika dilihat dari arti kata, restoran berasal dari kata “re-store” yang artinya mengembalikan atau memperbaiki kondisi setelah orang bekerja. Dengan kata lain merupakan kegiatan ataupun upaya pemulihan seseorang karena mengalami kehilangan energi atau kalori sehingga memerlukan konsumsi makanan atau minuman di suatu tempat. Jadi, restoration merupakan tempat dimana seseorang dapat mengembalikan tenaga ataupun kalori di dalam tubuh. Restoration berubah
Universitas Sumatera Utara
nama menjadi “Restaurant” (bahasa Inggris)”. dan restoran (bahasa Indonesia) (www. definisirestoran.blogspot.com). 2.2.1. Jenis Usaha Restoran Menurut Soekresno (2000) dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian, restoran dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga ) yaitu : 1. Restoran Formal Pengertian restoran formal adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan pelayanan yang eksklusif. Contoh : member restoran, Gourmet, Main dining room, Grilled Restoran, executive restoran dan sebagainya. Ciri – ciri restoran formal : a. Penerimaan pelanggan dengan sistem pemesanan tempat terlebih dahulu b. Para pelanggan terikat menggunakan pakaian resmi c. Menu pilihan yang disediakan adalah menu klasik atau menu Eropa popular d. Sistem penyajian yang dipakai adalah Russian service atau French service atau modifikasi dari kedua table service tersebut e. Di sediakan ruangan untuk cocktail selain ruangan jamuan makan digunakan sebagai tempat untuk minum yang berakohol sebelum santap malam f. Di buka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau makan malam dan makan siang dan tidak di buka untuk makan pagi g. Menyediakan berbagai merek minuman bar secara lengkap khususnya wine and champagne dari beberapa Negara penghasil wine di dunia
Universitas Sumatera Utara
h. Menyediakan hiburan musik hidup dan tempat untuk melantai dengan suasana romantis dan exclusive i.
Harga makanan dan minuman relatif tinggi dibanding harga makanan dan minuman di restoran informal
j.
Penataan bangku dan kursi memiliki area service yang lebih luas untuk dapat di lewati gueridon
k. Tenaga relatif banyak dengan standar kebutuhan pramusaji untuk melayani 4 – 8 pelanggan 2. Restoran Informal Restoran informal adalah industri jasa pelayanana makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan lebih mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan percepatan frekuensi yang silih berganti pelanggan. Contoh : café, cafeteria, fast food restoran, coffe shop, bistro, canteen, tavern, family restaurant, pub, service corner, burger corner, snack bar. Ciri – ciri restoran informal : a. Harga makanan dan minuman relatif murah b. Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat c. Para pelanggan yang datang tidak terikat untuk mengenakan pakaian formal d. Sistem penyajian yang dipakai American Service/ ready plate bahkan self service ataupun counter service e. Tidak menyediakan hiburan musik hidup f. Penataan meja dan bangku cukup rapat antara satu dengan yang lain
Universitas Sumatera Utara
g. Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada tamu atau pelanggan namun di pampang di counter atau langsung di meja makan untuk mempercepat proses pelayanan h. Menu yang disediakan sangat terbatas dan membatasi menu – menu yang relative cepat selesai dimasak i.
Jumlah tenaga service relatif sedikit dengan standar kebutuhan, 1 pramusaji melayani 12 – 16 pelanggan
3. Specialities Restoran Specialities Restoran adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan menyediakan makanan khas dan diikuti dengan sistem penyajian yang khas dari suatu negara tersebut.Contoh : Indonesian food restaurant, Chinese food restaurant, Japanesse food restaurant etc. Ciri ciri specialities restaurant : a. Menyediakan sistem pemesanan tempat b. Menyediakan menu khas suatu negara tertentu, popular dan disenangi banyak pelanggan secara umum c. Sistem penyajian disesuaikan dengan budaya negara asal dan dimodifikasi dengan budaya internasional d. Hanya dibuka untuk menyediakan makan siang dan atau makan malam e. Menu ala carte dipresentasikan kepada pelanggan f. Biasanya menghadirkan musik/hiburan khas negara asal g. Harga makanan relatif tinggi di banding informal restoran dan lebih rendah dibanding formal restoran
Universitas Sumatera Utara
h. Jumlah tenaga service sedang, dengan standar kebutuhan 1 pramusaji untuk melayani 8 -12 pelanggan (www.rinakurniati.wordpress.com) Menurut Raharjo (2008) secara umum terdapat tiga jenis usaha pada makanan dan minuman. Masing-masing jenis usaha ini mempunyai kategori dan karakteristik yang berbeda, baik segi investasi maupun cara pengelolaannya. Ketiga jenis usaha tersebut adalah : a. Usaha skala kecil Usaha jenis ini bersifat kecil dan biasanya pada kalangan yang berpendapatan kecil pula. Ciri-ciri dari usaha ini yaitu jenis menu yang sangat terbatas dan harga yang murah, yakni sekitar Rp. 3000,00Rp15.000,00 per orangnya. Konsepnya sederhana yakni hanya “makan, kenyang dan pulang”. Usaha jenis ini tidak terlalu mementingkan pelayanan dan kebersihan. b. Usaha skala menengah Jenis usaha ini diperuntukkan bagi kalangan pada tingkat ekonomi menengah. Dari segi harganya, memiliki tingkat harga yang lebih mahal dibandingkan usaha kecil dengan kisaran antara Rp.15.000,00- Rp. 40.000,00 per orang. Ciri-ciri usaha skala menengah adalah dapat dilihat dari menu yang lebih variatif, memiliki karyawan untuk melayani, jenis pelayanannya sangat sederhana, kebersihannya lebih diperhatikan, dan biasanya memiliki lahan parkir yang luas. Jenis usaha ini dapat ditemukan di rumah makan padang, restoran franchise, kafe, resto, atau restoran yang ada di dalam kafe atau di dalam mal.
Universitas Sumatera Utara
c. Usaha skala besar Usaha skala besar biasanya ditujukan untuk kalangan dengan ekonomi dan sosial yang tinggi. Jenis restoran ini dapat berdiri sendiri pada daerah tertentu atau berada di hotel bintang lima. Biasanya restoran ini menggunakan konsep khusus pada pelayanan dan menu yang ditawarkan, misalnya restoran Italia, Restoran Jepang, pub dan resto, Restoran Perancis atau Restoran Indonesia. Dalam mengelola usaha makanan dan minuman dibutuhkan pemahaman tentang hal-hal yang menyebabkan seseorang gagal dalam berbisnis restoran. Hal itu dapat diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal. Faktor internal contohnya adalah pengontrolan biaya, inovasi, pelatihan, tingkat kebersihan, adanya asumsi yang salah dan sebagainya. Contoh faktor eksternal adalah perizinan, tingkat persaingan, kurangnya promosi, penurunan tingkat kepuasan pelanggan, dan sebagainya. 2.2.2. Penyebab Kegagalan Restoran Menurut Raharjo (2008) hal-hal dalam bisnis restoran yang perlu dihindari sebagai penyebab kegagalan adalah : a. Menghindari asumsi yang keliru mengenai usaha restoran Asumsi yang dimaksud seperti anggapan restoran tidak memiliki resiko, dengan keahlian dapat memperoleh sukses dengan cepat, bisnis makanan dan minuman memiliki pasar yang cakupannya luas, dan modal merupakan jaminan untuk sukses dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b. Menghindari kesalahan dalam memilih lokasi Lokasi merupakan strategi utama dalam meraup pasar. Salah satu faktor sukses berbisnis rumah makan terletak pada penentuan lokasi. Terkadang pemilihan lokasi yang tepat membawa dampak yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan rasa serta kualitas dari makanan yang ditawarkan. Tapi, apabila hal tersebut dapat dipenuhi dan memiliki lokasi yang strategis dengan harga terjangkau, ditambah dengan suasana dan pelayanan yang memuaskan, maka dapat dipastikan restoran tersebut akan dibanjiri oleh para pengunjung. Kriteria dari lokasi yang strategis adalah (a) Mudah terjangkau, (b) Terlihat dari berbagai sisi, (c) Memiliki lokasi dengan tingkat keamanan tinggi, (d) Memiliki lalu lintas yang tinggi dan padat. Restoran yang letaknya berjauhan dari kriteria strategis biasanya akan sepi dari pengunjung karena pemilihan lokasi yang salah. c. Menghindari kesalahan dalam mengelola arus keuangan Keuangan merupakan faktor penting dalam berbisnis karena tujuan dasar dari berusaha adalah untuk memperoleh pengembalian modal tepat pada waktunya serta memperoleh keuntungan. Kekeliruan dalam pengaturan keuangan akan berdampak pada pendapatan dan masalah keuangan yang serius. Hal ini membuat restoran yang mendapatkan penjualan yang tinggi dari kegiatan operasional bulanan dapat berakibat minus dalam laporan keuangannya. Contohnya akibat tingginya biaya produksi makanan dan minuman untuk produk yang dihasilkan, pembayaran pada pemasok yang tidak terjadwal, tingginya biaya listrik, gaji dan air, pembelian barang-
Universitas Sumatera Utara
barang yang tidak perlu, dan lain sebagainya. Suatu restoran harus dapat (a) mampu menghasilkan pendapatan yang memadai, (b) dapat mengontrol biaya makanan dan gaji karyawan dengan bijak dan cermat, (c) membeli peralatan sesuai kebutuhan, (d) Melakukan penagihan hutang tepat waktu, (e) membayar kewajiban tepat waktu, (f) tidak mencampuradukkan uang perusahaan dengan uang pribadi. d. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola produk Faktor penting agar produk dapat bersaing sukses dalam jangka waktu yang relatif lama adalah melakukan inovasi dan mengontrol kualitas produk ataupun pengembangan produk setiap saat sesuai dengan perkembangan pasar. Contohnya adalah toilet yang bersih, parkiran yang tertata rapi, dan suasana yang nyaman. Inovasi dan kreativitas sangat penting untuk menarik pelanggan, sehingga inovasi produk tetap dibutuhkan sampai kapan pun. e. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola sumber daya manusia Karyawan merupakan salah satu penggerak dari motor perusahaan. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi akan mempengaruhi kinerja mereka. Misalnya, kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk berkomunikasi, dan kebutuhan untuk berkembang. Perusahaan dan karyawan perlu memiliki pemahaman yang sama dengan mengelola suatu usaha dengan saling pengertian, komunikasi yang baik, dan mengerti akan tanggung jawab serta haknya masing-masing. Hal tersebut akan menjadi dasar bagi kesuksesan karyawan dan usaha tersebut.
Universitas Sumatera Utara
f. Menghindari kesalahan dalam Mengelola Pelanggan Di dalam bisnis restoran pelanggan adalah segalanya. Hal ini karena merekalah yang membayar seluruh operasional restoran. Oleh karena itu banyak
usaha
yang
gulung
tikar
akibat
tidak
memperhatikan
pelanggannya. Contohnya adalah memberikan pelayanan yang baik pada pelanggan, tahu akan kebutuhan pelanggan, dan merespon pelanggan yang kecewa. Setiap orang yang bekerja di suatu usaha restoran harus mempunyai persepsi yang sama dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya. Hal itu dilakukan supaya pelanggan merasa puas dan tidak meninggalkan restoran tersebut. g. Menghindari kesalahan dalam Berpromosi Kegagalan suatu bisnis restoran salah satu penyebabnya karena kurangnya promosi ataupun berpromosi dengan cara yang salah. Seseorang tidak akan datang ke restoran apabila masyarakat tidak memiliki informasi tentang restoran tersebut. Adapula kesalahan akibat cara yang salah yakni contohnya hanya berpromosi pada awal pembukaan serta keyakinan berlebihan yang akhirnya justru menjerumuskan. Akibatnya setelah promosi berhenti akan dilupakan banyak orang. Dalam berpromosi dibutuhkan jadwal yang tepat sepanjang tahun. Diperlukan kesadaran bahwa produk dan inovasi perlu diketahui oleh banyak orang sehingga promosi perlu dilakukan. Dengan demikian, setiap orang yang melihat promosi tersebut terdorong untuk datang dan mencoba produk tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Pendapatan 2.3.1. Pengertian Pendapatan Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu Negara. Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah untuk memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan
hidup
dan
kelangsungan
hidup
usaha
perdagangannya. Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana uang adalah merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Selanjutnya, pendapatan juga dapat didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi pengangguran (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Dalam Pernyataan
Universitas Sumatera Utara
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 pendapatan diartikan sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal usaha selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasa. Pendapatan didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Menurut Rahardja dan Manurung (2006) pendapatan merupakan total dari penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Sedangkan nenurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2009) pendapatan nasional adalah pendapatan bersih seluruh warga negara dari suatu negara dalam satu tahun. Pendapatan yang diterima seseorang tidak hanya berupa uang tetapi dapat berupa barang atau lainnya. Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utama gaji atau upah serta lain-lain balas jasa, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan dari pekerjaan bebas. Pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial berupa barang merupakan segala penghasilan yang diterimakan dalam bentuk barang dan jasa. Barang dan jasa yang diterima dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun disertai transaksi uang yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian juga penerimaan barang secara cuma-cuma pembelian barang dengan harga subsidi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan adalah konsep aliran (flow concept). Terdapat tiga sumber penerimaan pada rumah tangga, yakni : 1.
Pendapatan dari gaji dan upah Gaji merupakan balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar dari gaji seseorang tersebut tergantung dari produktivitasnya. Faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas, yakni (a) Keahlian, (b) Mutu modal manusia, dan (c) Kondisi kerja.
2.
Pendapatan dari aset produktif Aset produktif mrerupakan aset yang memberikan masukan terhadap balas jasa penggunaanya. Aset ini terbagi dua yakni aset finansial dan aset bukan finansial.
3.
Pendapatan dari Pemerintah Pendapatan dari pemerintah merupakan pendapatan yang diterima bukan atas balas jasa yang telah dilakukan maupun diberikan. Hal ini biasanya terdapat pada negara-negara maju yang memberikan tunjangan penghasilan bagi para penganggur dan sebagainya.
Dalam analisis Mikro Ekonomi, menurut Sukirno (2002) pendapatan pengusaha merupakan keuntungan. Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangi berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Istilah pendapatan digunakan apabila berhubungan dengan
aliran penghasilan pada suatu
periode tertentu yang berasal dari
penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah, dan bunga, secara berurutan.
Universitas Sumatera Utara
Produksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai guna suatu barang dan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mengubah input menjadi output. Produsen adalah mereka yang melakukan produksi. Kegiatan produksi menjamin kelangsungan hidup masyarakat.oleh karena itu harus dilakukan dalam keadaan apa pun baik oleh pemerintah maupun swasta. Namun produksi tidak mungkin bisa berjalan bila tidak ada bahan yang memungkinkan untuk dilakukan proses produksi itu sendiri. Untuk melakukan proses produksi memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber daya alam, modal, serta keahlian. Yang semuanya itu biasa disebut faktor produksi. Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukan hubungan ketergantungan antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan tingkat output yang di hasilkan. Faktorfaktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output. Yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya. Fungsi produksi secara matematis sebagai berikut : Q = F (K,L,R,T) Penjelasan : Q = Jumlah output (hasil) K = Kapital (Modal) L = Labour (Tenaga Kerja) R = Raw Material (Kekayaan) T = Teknologi
Universitas Sumatera Utara
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisah – pisahkan dari teori produksi. Hukum itu menjelaskan sifat pokok dari hubungan tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk mewujudkan output produksi. Menurut Arsyad (2000) Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa jika jumlah dari penggunaan satu input variabel meningkat, sementara penggunaan faktor-faktor produksi lainnya tidak berubah maka pada mulanya kenaikan penggunaan input tersebut akan menaikkan jumlah output tetapi kemudian mulai menurun (berkurang). Dengan demikian pada hakikatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa hubungan antara tingkat produksi dan faktor produksi/ jumlah tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, sebagai berikut : a. Tahap produksi pertama Produksi total mengalami pertambahan output yang semakin cepat b. Tahap produksi kedua produksi total mengalami pertambahan output yang semakin lambat c. Tahap produksi ketiga produksi total semakin lama semakin berkurang jumlah outputnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6. Tahapan Produksi Menurut Noor (2007) yang dimaksud dengan produksi jangka panjang adalah masa atau periode produksi diman semua input produksi adalah merupakan variabel/dapat berubah. Oleh karena itu, produksi jangka panjang berlaku bila teknologi dan kapasitas dari produksi dapat berubah. Artinya, apabila ada inovasi dalam teknologi produksi, sehingga ada perubahan atau input produksi,maka produksi jangka pendek berhenti dan berpindah menjadi produksi jangka panjang. Input tetap merupakan jenis input produksi yang tidak dapat berubah, meskipun output mengalami perubahan. Tidak dapat berubahnya jenis input ini karena berbagai alasan, misalnya ketersediaan yang terbatas, harga yang relatif tinggi, teknologi produksi yang belum berubah, dan lain-lain. Input variabel adalah jenis input yang dapat berubah dalam periode tertentu untuk mengubah jumlah output. Input ini dapat berubah karena ketersediaannya yang melimpah dan tidak terbatas. Seperti halnya diatas, apabila ada inovasi di dalam proses dan teknologi produksi, maka penggunaan input tetap akan berkurang dan berubah menjadi input variabel.
Universitas Sumatera Utara
a. Isoquant
Gambar 2.7. Kurva Isoquant Iso berasal dari kata sama dan quant yanga artinya kuantitas merupakan sebuah kurva yang menunjukkan semua kombinasi penggunaan input yang berbeda secara efisien dalam menghasilkan jumlah output tertentu (Arsyad, 2000). b.
Isocost
Gambar 2.8. Kurva Isocost
Universitas Sumatera Utara
Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang bisa dibeli dengan tingkat pengeluaran tertentu (Arsyad, 2000). Ciri-ciri kurva isocost sama dengan budget line pada teori perilaku konsumen. c. Jumlah Produksi Optimum
Gambar 2.9. Least Cost Combination Suatu perusahaan dapat menghasilkan produk secara optimal apabila perusahaan tersebut dengan jumlah produksi tertinggi dan pada saat itu mampu menghasilkan output dengan kombinasi faktor produksi yang paling rendah biayanya (Least Cost Combination). Secara garis besar Least Cost Combination tercapai pada saat kurva isocost bersinggungan dengan kurva isoquant.
Universitas Sumatera Utara
Pada periode produksi jangka panjang ada kecenderungan bahwa pada tingkat permulaan dengan semakin diperluasnya skala usaha akan meningkatkan efisiensi usaha, namun mulai titik tertentu perluasan usaha yang lebih lanjut akan mengakibatkan semakin menurunnya efisiensi usaha secara keseluruhan. Skala usaha di mana tingkat efisiensi perusahaan mencapai nilai optimal disebut dengan skala usaha optimal (optimum scale of plant). Ekonomi skala merupakan kejadian menurunnya biaya produksi per unit dari suatu perusahaan yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya jumlah produksi (output). Istilah ekonomi skala seringkali disamakan dengan istilah pengembalian Skala (return to scale). Ekonomi skala membahas hubungan antara biaya produksi (per unit) dengan jumlah produksi (output). Sedangkan 'pengembalian skala membahas hubungan antara jumlah produksi (output) dengan faktor-faktor produksi. Namun kedua hal tersebut saling berhubungan yakni ekonomi skala merupakan pengembalian skala yang terjadi dari sisi biaya produksi. a. Skala Ekonomi Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi. Pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan produksi menjadi bertambah efisien. Pada kurva LRAC keadaan tersebut ditunjukkan oleh bagian kurva yang semakin menurun jika produksi bertambah. Beberapa faktor penting yang menimbulkan skala ekonomi adalah: a. Spesialisasi dari faktor – faktor produksi b. Pengurangan harga bahan mentah dan kebutuhan produksi lainnya d. Mendorong perkembangan usaha yang lain
Universitas Sumatera Utara
e. Penggunaan intensif personil dengan keahlian tinggi yang lebih banyak dan penggunaan modal yang lebih banyak b. Skala tidak ekonomi Beberapa penyebab dari skala tidak ekonomi adalah : a. Sulitnya pengendalian dan pengawasan b. Pembuatan keputusan yang berjalan lambat sehubungan dengan kelebihan ukuran administrasi c. Kurangnya motivasi karyawan. Skala tidak ekonomi ini merupakan bagian dari jangka panjang. Skala ini biasanya terjadi pada ukuran perusahaan yang terlalu berlebihan. Dalam memperoleh keuntungan pada skala ekonomi, perusahaan dapat meningkatkan ukurannya, tetapi keuntungan tersebut dapat hilang apabila perusahaan telah mencapai ukuran tertentu. Jadi, hal tersebut sebenarnya tidak diperlukan atau terjadi pemborosan yang menyebabkan terjadinya skala tidak ekonomi. Dalam analisis Ekonomi Makro istilah pendapatan nasional (national income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran, tidak termasuk biaya transfer (tunjangan pengangguran, pensiun dan lain sebagainya). Menurut Mankiw (2007) pendapatan nasional (national income) dapat diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dianggap sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian. Ada dua cara dalam melihat statistik PDB, yaitu dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian dan sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian. PDB mengukur pendapatan dan pengeluaran perekonomian atas outputnya, dengan landasan pemikiran bahwa
Universitas Sumatera Utara
jumlah keduanya benar-benar sama. Untuk perekonomian secara keseluruhan, pendapatan harus sama dengan pengeluaran. Kenyataan itu, sebaliknya, berasal dari fakta yang lebih mendasar karena setiap transaksi memiliki pembeli dan penjual, maka setiap rupiah yang dikeluarkan seorang pembeli harus menjadi pendapatan bagi seorang penjual. Ketika A membeli produk perusahaan B seharga Rp 1.000.000, maka Rp1.000.000 menjadi pendapatan bagi perusahaan B dan pengeluaran bagi A. Transaksi itu menyumbang Rp1.000.000 pada PDB, baik melalui
penjumlahan
seluruh
pendapatan
ataupun
penjumlahan
seluruh
pengeluaran. Karena underground economy merupakan pendapatan yang tidak dilaporkan atau tidak tercatat ke dalam PDB, maka sebagai awal permulaan kita harus mengetahui konsep perhitungan PDB itu sendiri. Beberapa komponen yang membentuk PDB dapat dilihat dalam persamaan identitas di bawah ini : Y = C + I + G + NX PDB (Y) adalah jumlah konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor bersih. Setiap rupiah masuk ke salah satu kategori ini. Persamaan ini disebut identitas pos pendapatan nasional (national income accounts identity). Pendapatan nasional atau produk nasional adalah istilah yang menerangkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu tahun tertentu. Dalam konsep pendapatan nasional dikenal istilah produk nasional bruto (PNB) yaitu seluruh produk yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara dalam suatu tahun tertentu dan Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu seluruh produk yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi baik milik warga negara maupun orang asing dalam suatu negara pada suatu tahun
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Dengan semakin terbukanya situasi perekonomian dunia, maka konsep PDB lebih umum dipakai dalam penghitungan pendapatan nasional. 2.3.2. Pendekatan dalam Perhitungan Pendapatan Nasional 1. Pendekatan produksi Pendekatan hasil produksi atau product approach. Cara menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan ini adalah dengan cara mengumpulkan data tentang hasil akhir barang-barang dan jasa-jasa untuk suatu periode tertentu dari semua unit-unit produksi yang menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut. Semua nilai hasil akhir barang-barang dan jasa-jasa tersebut dijumlahkan atau dengan kata lain penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi masyarakat dalam periode tertentu Y = [(Q1 x P1) + (Q2 x P2) + (Qn x Pn) ……] 2. Pendekatan pendapatan Perhitungan pendapatan nasional dengan cara ini menghitung pendapatan nasional dari pendekatan pengembalian atas faktor produksi yang dimiliki masyarakat dalam bentuk seperti upah, sewa, bunga dan keuntungan. Perhitungannya sebagai berikut : NI = upah + sewa + bunga + keuntungan NNP = NI + pajak tidak langsung GNP = NNP + Depresiasi Hal yang perlu diingat dalam pendekatan ini adalah bahwa bunga yang digunakan adalah bunga neto, yaitu bunga atas pinjaman yang digunakan untuk kegiatan yang produktif. Bunga atas pinjaman yang bersifat konsumtif seperti bunga atas kredit kendaraan pribadi dan pinjaman pemerintah yang kerap kali
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk tujuan lain seperti subsidi dan membayar pensiun pegawai tidak diperhitungkan dalam pendapatan nasional. 3. Pendekatan pengeluaran Cara ini dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh keempat sektor dalam perekonomian yaitu sektor konsumen, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor perdagangan luar negeri. Pendekatan pengeluaran disebut juga pendekatan penggunaan atau end-use approach atau penggunaan akhir dari pendapatan nasional, yaitu apakah untuk konsumsi, untuk investasi, untuk kebutuhan pemerintah ataukah untuk dipasarkan keluar negeri. Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga ekonomi (RTK,RTP,RTG,RT Luar Negeri) dalam suatu Negara selama satu tahun.
2.4. Biaya Menurut Arsyad (2000) pengertian biaya pada dasarnya dapat berubahuabg tergantung bagaimana biaya tersebut digunakan. Umumnya biaya berhubungan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar. Apabila kita menggunakan suatu produk dan memebelinya secara tunai serta segera menggunakan produk tersebut, maka tidak terjadi masalah dalam pendefenisian dan pengukuran biaya produk tersebut. Namun, apabila barang tersebut dibeli dan disimpan, untuk sementara waktu, kemudian baru digunakan maka akan menimbulkan permasalahan. Masalah akan menjadi lebih rumit apabila barang
Universitas Sumatera Utara
tersebut merupakan asset yang memiliki umur yang panjang yang akan digunakan pada tingkatan tertentu pada periode waktu yang tidak terbatas. Menurut Noor (2007) dalam istilah sehari-hari, antara biaya dan pengeluaran sering disamakan. Padahal dari segi konsep keduanya berbeda yakni: a.
Pengeluaran merupakan semua belanja yang dikeluarkan baik yang bisa dielakkan maupun yang tidak bisa dielakkan.
b.
Biaya adalah pengeluaran yang tidak dapat dielakkan untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga, biaya merupakan bagian dari pengeluaran. Secara konsep, maka pengertian biaya adalah (a) biaya tidak sama dengan
pengeluaran, (b) Biaya harus menggambarkan kegiatan dan (c) Biaya harus relevan dengan kegiatan yang dikerjakan. Berdasarkan teori produksi, yakni bagaimana memperoleh formulasi input yang paling efisien dalam menghasilkan output tertentu. Dengan demikian maka teori biaya digunakan sebagai berikut: a. Menentukan tingkat output (produksi) yang optimum dengan biaya minimum. b. Analisis terhadap faktor-faktor ekonomi dan teknologi yang menunjang produksi dalam mendapatkan teknologi yang tepat dan cocok dengan kondisi perusahaan dengan biaya minimum. Menurut Soeharno (2007) biaya produksi adalah semua pengeluaran yang digunakan pada proses produksi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa. Menurut Mulyadi (2005) biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi satuan untuk satuan tertentu. Menurut Sunarto (2003) biaya merupakan harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikomsumsi untuk
Universitas Sumatera Utara
memperoleh pendapatan. Penggolongan biaya diperlukan untuk membuat pemahaman yang jelas mengenai biaya. Menurut Mulyadi (2005) biaya dalam satu perusahaan terdiri dari tiga macam yaitu: 1. Biaya produksi yang merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, 2. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk 3. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. 2.4.1. Jenis-jenis biaya Menurut Noor (2007) biaya dapat dikelompokkan dalam tujuan tertentu, terutama dalam pengambilan suatu kebijakan dan keputusan bisnis. Dalam kenyataannya masing-masing biaya mempunyai sifat dan kegunaan untuk pengambilan keputusan. a. Menurut realitas pembayarannya Menurut realitas pembayarannya, biaya dapat dikelompokkan menjadi: 1. Biaya pengorbanan Biaya yang timbul karena mengorbankan suatu kesempatan tertentu. Dalam praktiknya biaya ini tidak pernah dibayarkan. Misalnya penggunaan lahan pertanian yang subur
yang digunakan untuk
membangun sarana publik, seorang pemilik perusahaan yang bekerja untuk perusahaannya sendiri dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2. Biaya sebenarnya (real cost) Biaya yang benar-benar dibayarkan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Misalnya biaya upah dan gaji, biaya bahan baku, biaya dari bahan penolong, dan lain-lain. b. Menurut Karakteristik Jumlahnya Berdasarkan karakteristik jumlahnya, biaya dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Biaya variabel Biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan jumlah produksi atau outputnya. Contohnya adalah biaya energi, biaya bahan baku, komisi penjualan, dan upah tenaga kerja.
Menurut Wulandari (2011)
berkebalikan dengan biaya tetap, biaya variabel bersifat dinamis. Biaya ini mengikuti banyaknya jumlah unit yang diproduksi ataupun banyaknya kegiatan yang dikerjakan. Jumlah yang akan kita keluarkan per unit atau per aktivitas justru berjumlah tetap sedangkan untuk biaya secara total jumlahnya akan menyesuaikan dengan banyaknya jumlah unit yang diproduksi ataupun jumlah kegiatan yang dilakukan. Jika biaya tetap memiliki hubungan terbalik dengan jumlah unit yang diproduksi atau aktivitas yang dilakukan, biaya variabel memiliki hubungan searah dengan jumlah unit yang diproduksi atau kegiatan yang dilakukan. Hubungan searah ini maksudnya adalah semakin banyak unit yang kita produksi atau semakin banyak kegiatan yang kita lakukan, maka akan semakin
banyak
biaya
variabel
yang
kita
keluarkan
(www.akuntanmuda.files.wordpress.com).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10. Kurva Biaya Variabel 2. Biaya Tetap Biaya yang jumlah totalnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya output. Biaya tetap ini timbul karena penggunaan sumber daya tetap dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya yang tidak berubah walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik atau turun). Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang waktu yang relevan. Contoh dari biaya tetap adalah biaya penyusutan, biaya sewa, gaji karyawan, biaya bunga dan lain-lain. Biaya tetap hanya berlaku pada analisis jangka pendek, yaitu sepanjang kapasitas produksi belum berubah, karena dalam jangka panjang semua biaya akan berubah. Kurva biaya tetap atau fixed cost dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.7. Kurva Biaya Tetap
Universitas Sumatera Utara
Secara umum biaya dibagi menjadi dua yaitu Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost). Jika kedua biaya dijumlahkan akan menghasilkan Biaya Total (Total Cost). Apabila kurva biaya tetap dan biaya variabel dihubungkan, maka akan didapat biaya total, sehingga grafiknya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.8. Kurva Biaya Total c. Menurut relevansinya Suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau alternatifalternatif yang mungkin dilakukan dalam mengidentifikasikan biaya. Untuk tujuan pengambilan keputusan oleh manajemen data biaya dikelompokkan menjadi: 1. Biaya Relevan Biaya relevan adalah biaya yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Biaya ini tersebut harus diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan berupa pilihan pemilihan dua alternatif atau pemilihan lebih dari dua alternatif. Biaya tersebut berupa TFC, TVC, TC, AFC, AVC, ATC, dan MC. Menurut Soeharno (2007) besarnya biaya yang akan dibebankan apabila suatu keputusan telah dilakukan
Universitas Sumatera Utara
2. Biaya Tidak Relevan Biaya tidak relevan adalah biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini tidak perlu diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan. Biaya ini sudah dikeluarkan perusahaan dan sering dikenal dengan istilah sunk cost. Sunk cost adalah biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan tetapi tidak relevan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen. Contohnya adalah Perusahaan DPN merencanakan untuk membeli mesin produksi baru dengan cara mengimpor dari Jepang, Korea dan China. Salah satu calon yang dianggap prospektif adalah Mr. A dari Korea dan sudah ada pembicaraan serta kesepakatan dalam bentuk MOU untuk melakukan transaksi enam bulan ke depan dengan harga 5 juta. Sehubungan dengan kesepakatan ini perusahaan sudah mengeluarkan biaya sebesar 1 juta rupiah. Dalam perjalanan tiga bulan setelah MOU, ada produsen mesin dari Jepang yang menawarkan mesin dengan kapasitas yang sama dengan harga 5 juta dan dapat segera dikirim ke Indonesia. Sehubungan dengan tawaran ini manajemen harus secepatnya memutuskan apakah tawaran dari produsen mesin Jepang itu diterima atau tidak. Biaya sebesar 1 juta yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk MOU dengan Mr. A dari Korea merupakan Sunk Cost sehingga tidak relevan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang tawaran dari produsen Jepang.
Universitas Sumatera Utara
d. Menurut Konsep Pencatatan Berdasarkan konsep pencatatan, biaya dapat dibagi sebagai berikut: 1. Biaya Akuntansi (Accounting Cost) Biaya yang didasarkan pada pencatatan akuntansi sesuai dengan prinsip dari akuntansi yang berlaku. Misalnya biaya bahan baku, biaya komunikasi, biaya upah, dan sebagainya. Dalam praktiknya tidak semua biaya akuntansi ini akan dibayar. 2. Biaya Ekonomis (Real Cost) Biaya yang benar-benar dibayarkan sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Pada biaya ekonomis ini, walaupun hampir semua dicatat tetapi masih ada biaya yang tidak dibayarkan karena memang tidak dicatat. Misalnya seornag yang bekerja pada perusahaannya sendiri atau pekerja keluarga sering tidak dibayar dan juga tidak dicatat. e. Menurut Karakteristik Satuannya Berdasarkan jenis ini, biaya dapat digolongkan menjadi: 1. Biaya total (Total Cost, TC) Jumlah dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output. 2. Biaya rata-rata per unit output (Average Total Cost, ATC) Jumlah dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah ouput dalam mencapai keuntungan. Biaya rata-rata per unit produksi berguna sebagai informasi dasar untuk menentukan produksi yang paling efisien. Perusahaan akan berproduksi pada tingkat biaya rata-rata per unit output yang terendah.
Universitas Sumatera Utara
3. Biaya marginal (Marginal Cost, MC) Tambahan biaya yang digunakan karena adanya penambahan satu unit output. f. Menurut Periode Waktu Biaya jenis ini dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Biaya jangka pendek (short run cost) Periode dimana biaya tetap dan biaya variabel masih ada. Untuk biaya jangka pendek, biaya masih terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 2. Biaya jangka panjang (long run cost) Periode dimana seluruh biaya berubah (variabel). Dalam analisis biaya jangka panjang, semua biaya adalah variabel dan tidak ada biaya tetap. 2.4.2. Biaya Produksi dalam Jangka Pendek Menurut Soeharno (2007) periode produksi jangka pendek adalah periode produksi di mana produsen tidak dapat mengubah input tetap atau jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Untuk menganalisis hubungan antara biaya produksi dan jumlah barang, biaya produksi dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dberubah terhadap perubahan jumlah barang (ouput) yang diproduksi. Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah terhadap perubahan jumlah barang (output) yang diproduksi. Dalam periode jangka pendek, biaya produksi digolongkan menjadi biaya total dan biaya rata – rata. Biaya total dapat diturunkan menjadi dua ukuran biaya, yaitu biaya total rata-rata yang merupakan biaya total dibagi jumlah produksi dan biaya marginal merupakan kenaikan biaya total apabila terjadi kenaikan produksi
Universitas Sumatera Utara
sebanyak satu unit. Jenis – jenis biaya produksi dalam jangka pendek dibedakan menjadi : 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Merupakan biaya produksi perusahaan yang tidak tergantung pada tingkat produksi perusahaan (overhead cost). Kurva biaya tetap (FC) berbentuk garis lurus karena penambahan atau pengurangan jumlah produksi tidak mempengaruhi biaya tetap yang harus dikeluarkan perusahaan. 2. Biaya Variabel (Variable Cost) Merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan tergantung pada jumlah barang yang diproduksi. Kurva biaya variabel (VC) bersifat positif karena apabila jumlah produksi nol, maka biaya variabel juga nol. Apabila jumlah produksi bertambah, maka biaya variabel juga bertambah. Secara matematis, biaya variabel (VC) dituliskan dalam persamaan VC = P x Q 3. Biaya Total (Total Cost) Merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya total diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Secara matematis, TC dituliskan dalam persamaan : TC = FC + VC Kurva TC dan VC memiliki kemiringan yang sama karena besarnya biaya total (TC) perusahaan sama dengan biaya tetap (FC) ditambah biaya variabel (VC) yang dikeluarkan.
Universitas Sumatera Utara
Konsep Biaya Rata – Rata dan Biaya Marginal dapat dibagi atas: a. Biaya Tetap Rata – Rata (Average Fixed Cost-AFC) yakni perbandingan biaya tetap (FC) dan jumlah barang yang diproduksi (Q). Kurva AFC bergerak turun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva biaya tetap (FC) bersifat negatif karena semakin besar jumlah produksi, biaya tetap rata – rata semakin kecil. Secara matematis, biaya tetap rata – rata (AFC) dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: AFC = FC / Q b. Biaya Variabel Rata – Rata (Average Variable Cost-AVC) yakni perbandingan antara biaya variabel (VC) dan jumlah barang yang diproduksi (Q). Kurva AVC merupakan turunan dari kurva VC, kurva AVC bergerak turun sampai titik belok dan naik kembali. Secara matematis, biaya variabel rata – rata (AVC) dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: AVC = VC / Q c. Biaya Rata – Rata (Average Cost-AC) yakni rata – rata biaya total yang dikeluarkan perusahaan, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Kurva AC merupakan turunan dari kurva TC. Kurva AC bergerak turun dari kiri atas hingga titik belok dan akan naik kembali jika jumlah barang yang diproduksi (Q) bertambah. Secara matematis, biaya rata – rata (AC) dituliskan dalam persamaan : AC = TC / Q atau AC = AFC + AVC
Universitas Sumatera Utara
d. Biaya Marginal (Marginal Cost-MC) yakni tambahan biaya produksi yang harus dikeluarkan perusahaan setiap 1 unit produksi. Kurva MC bergerak menurun seiring dengan meningkatnya jumlah barang yang diproduksi (Q), ketika mencapai titik terendah kurva MC naik kembali. Bagian kurva MC yang naik selalu memotong kurva AVC dan AC pada titik terendahnya. Secara matematis, biaya marginal (MC) dituliskan dalam persamaan : MC = ΔTC / ΔQ e. Hubungan Kurva MC Dengan Kurva AVC dan AC Jika MC < AVC, maka nilai AVC menurun Jika MC > AVC, maka nilai AVC menaik Jika MC = AVC, maka nilai AVC minimum Jika MC < AC, maka nilai AC menurun Jika MC > AC, maka nilai AC menaik Jika MC = AC, maka nilai AC minimum. Pada kurva MC, AVC, dan AC yang membentuk huruf U dan kurva AFC akan terus menurun apabila jumlah barang yang diproduksi (Q) terus bertambah. Dalam periode produksi jangka pendek berlaku Hukum Hasil Lebih yang Semakin Berkurang (The Law of Diminshing Return), yang menyatakan bahwa “Apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif. Ini yang menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai
Universitas Sumatera Utara
tingkat yang maksimum kemudian menurun”. Dalam jangka pendek, ketika suatu perusahaan tidak mampu menghemat biaya tetapnya, perusahaan akan memilih untuk tutup untuk sementara waktu bila harga barang kurang dari biaya variabel rata-rata dalam jangka panjang. Ketika perusahaan tersebut tidak dapat menghemat biaya tetap dan biaya variabelnya, perusahaan itu akan memilih untuk keluar dari pasar jika harga kurang dari biaya total rata-rata. 2.4.3. Biaya Produksi dalam Jangka Panjang Menurut Soeharno (2007) analisis jangka panjang merupakan semua biaya dianggap sebagai biaya variabel. Periode dari produksi jangka panjang adalah periode produksi dimana produsen dapat mengubah faktor produksi tetap mengalami perubahan. Jadi, dalam periode produksi jangka panjang, perusahaan dapat mengubah faktor produksi (input tetap) yang digunakan dalam proses produksi. Dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap, tetapi semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya yang dapat berubah (variabel), artinya perusahaan dapat menambah tenaga kerja, jumlah mesin, peralatan dan luas bangunan. Kurva biaya total rata – rata per satu unit output jangka panjang merupakan kurva amplop (envelope curve) dari kurva-kurva output rata-rata per satu unit output jangka pendek. Kurva biaya total rata – rata jangka panjang atau kurva LRAC (Long Run Average Cost) adalah kurva yang menunjukkan biaya rata – rata minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan mampu selalu mengubah kapasitas produksinya. Titik persinggungan dalam kurva – kurva AC tersebut merupakan biaya produksi yang paling optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai produsen dalam produksi jangka
Universitas Sumatera Utara
panjang. Biaya produksi jangka panjang yang diminimumkan tergantung kepada dua faktor yaitu tingkat produksi yang akan dicapai dan pilihan kapasitas pabrik yang tersedia. Kurva LRAC bentuknya hampir sama dengan kurva AC, tetapi kurva AC jauh lebih mirip U, sedangkan LRAC lebih berbentuk kuali. Kurva AC berbentuk U akibat pengaruh Hukum Hasil Lebih Yang Semakin Berkurang dan kurva LRAC berbentuk kuali akibat faktor – faktor yang dinamakan oleh ahli ekonomi sebagai skala ekonomi (economies of scale) yang menyebabkan kurva LRAC bergerak turun, dan skala tidak ekonomi (diseconomies of scale) yang menyebabkan kurva LRAC bergerak naik. Menurut Arsyad (2000) dalam biaya total jangka panjang, apabila hargaharga input tidak dipengaruhi jumlah sumber daya yang dibeli maka akan terjadi hubungan langsung antara biaya dan produksi. Fungsi produksi yang menunjukkan keadaaan constant return to scale adalah linear, artinya penduakalilipatan inputnya akan mendua kali lipatkan outputnya. Dengan harga0harga input yang konstan, penduakalilipatan input akan menduakalilipatkan biaya totalnya dan menghasilkan fungsi TC yang linear. Apabila fungsi produksi perusahaan bersifat decreasing return to scale maka input yang harus ditambah harus dua kali lipat lebih besar untuk menghasilkan output yang dua kali lipat lebih besar pula. Fungsi produksi yang pada awalnya menunjukkan keadaan increasing return to scale dan kemudian constant return to scale dan selanjutnya decreasing return to scale menjelaskan bahwa proporsi kenaikan biaya lebih kecil dari proporsi kenaikan output pada keadaan increasing return to scale dan lebih besar pada saat terjadi keadaan decreasing return to scale.
Universitas Sumatera Utara
2.5.
Modal Dalam menjalankan proses pembangunan dan usaha, diperlukan faktor-
faktor pendukung agar dapat berjalan dengan efektif. Salah satunya adalah akumulasi modal yang memadai. Salah satu faktor produksi yang tidak kalah pentingnya adalah modal, sebab di dalam suatu usaha, masalah modal memiliki hubungan yang sangat erat dengan berhasil tidaknya suatu usaha yang telah didirikan. Menurut Sudantoko dan Hamdani (2009) dalam terminologi pembangunan modal memiliki arti semua bentuk kekayaan baik yang berwujud fisik maupun non fisik yang mampu dijadikan sarana untuk menjalankan proses produksi ataupun perekonomian sesudahnya. Dalam pengertian secara klasik, modal mengandung pengertian sebagai “hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan, serta makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjadi besar, maka modal mempunyai arti yang menonjol. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah yang tidak akan pernah berakhir karena masalah modal mencakup berbagai macam aspek. Hingga saat ini di antara para ahli ekonomi belum memiliki kesamaan opini tentang pengertian modal. Modal dapat terbentuk dari proses pembangunan itu atau terbentuk dari adanya permintaan akan investasi. Modal dapat berupa benda, ilmu pengetahuan, keahlian yang tinggi, proses pendidikan dan situasi yang kondusif.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1. Jenis- jenis Modal Menurut Kasmir (2006) terdapat dua jenis modal dalam melakukan kegiatan usaha, berdasarkan perbedaan dalam penggunaannya dan jangka waktunya, yakni sebagai berikut: a.
Modal Investasi Penggunaan utama modal investasi untuk membeli aktiva tetap, seperti mesin-mesin, tanah, bangunan atau gedung, kendaraan dan inventaris lainnya. Modal ini merupakan jenis modal jangka panjang dan dapat digunakan berulang-ulang. Umur dari modal ini biasanya berkisar satu tahun. Modal investasi biasanya diperoleh dari modal pinjaman berjangka waktu panjang yang pada umumnya diperoleh dari dunia perbankan.
b.
Modal Kerja Penggunaan modal kerja untuk perusahaan pada saat perusahaan beroperasi seperti biaya operasional membayar gaji karyawan, biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lainnya. Modal ini merupakan jenis modal jangka pendek dan hanya digunakan beberapa kali yang biasanya tidak lebih dari satu tahun. Biasanya dunia perbankan dapat membiayai modal investasi dan modal kerja baik secara bersama-sama maupun sendirisendiri. Ditinjau dari pemakaiannya, modal dibedakan sebagai berikut. a. Modal lancar (current capital) adalah alat produksi yang habis satu kali proses produksi. Misal: bahan baku, bahan penolong, dan uang tunai.
Universitas Sumatera Utara
b. Modal tetap (fixed capital) adalah barang modal yang dapat dipakai lebih dari satu kali proses produksi. Modal ini memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi. Misal: mesin, gedung, dan gudang. Sementara itu, ditinjau dari fungsinya modal dibedakan sebagai berikut. a. Modal individu adalah barang modal yang merupakan sumber penghasilan bagi pemiliknya. b. Modal sosial adalah barang modal yang digunakan untuk kepentingan masyarakat/umum. Misal: jalan, pelabuhan, pasar, dan jembatan. 2.5.2. Sumber-sumber Modal Menurut Kasmir (2006) berdasarkan sumbernya modal terbagi dua yakni : a. Modal sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Kelebihan dari modal ini adalah tidak memiliki beban biaya bunga dalam membiayai suatu usaha walaupun tetap harus membayar dividen. Pembayaran dividen tergantung keuntungan yang diperoleh dan hanya dibayar apabila telah memperoleh keuntungan. Modal ini diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham yang dapat dilakukan secara saham tertutup ataupun saham terbuka. Namun biasanya modal sendiri memiliki jumlah yang terbatas serta sulit untuk memperolehnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Modal asing Modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan, misalnya modal yang berupa pinjaman dari bank. Keuntungan dari modal ini karena memiliki jumlah yang tidak terbatas. Modal pinjaman ini digunakan untuk membiayai suatu usaha. Modal ini menimbulkan beban biaya bunga, biaya administrasi,
serta
biaya
provisi
dan
komisi
dan
mewajibkan
pengembalian pinjaman dalam jangka waktu tertentu. Modal pinjaman akan menimbulkan motivasi pada pihak manajemen sehingga dalam melakukan kegiatan usahanya dilakukan secara sungguh-sungguh. Sumber modal asing dapat berasal dari pinjaman dunia perbankan, lembaga keuangan, dan dari perusahaan nonkeuangan. 2.5.3. Peranan Modal dalam Perekonomian Menurut
Sukirno (2002) dalam setiap kegiatan perekonomian untuk
kegiatan produksi memerlukan barang modal. Modernisasi perekonomian tidak dapat berlaku apabila tidak terdapat barang modal yang memiliki kompleksitas tinggi dengan produktivitas tinggi. Di dalam perekonomian modern perusahaanperusahaan harus terus berupaya dalam memperbaiki kegiatan produksinya agar dapat mempertahankan daya saing dan menjamin kelangsungan hidup usahanya. Investasi atau penanaman modal adalah pengeluaran sektor perusahaan untuk membeli/ memperoleh barang-barang modal yang baru yang lebih modern atau untuk menggantikan barang modal yang sudah tidak digunakan lagi. Untuk melakukan penanaman modal, maka para pengusaha memerlukan dana. Adakalanya dana tersebut berasal dari keuntungan yang diperoleh yang tidak dibagikan dan ada pula yang berasal dari peminjaman dari pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
2.6.
Tenaga Kerja Menurut Mulyadi (2003) tenaga kerja (man power) adalah penduduk pada
usia kerja (15-64 tahun) atau seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan bila mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Menurut UU No.25 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang mencari pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang terlibat ataupun berusaha terlibat dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Sedangkan yang bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tenaga kerja rohani dan jasmani. Tenaga kerja rohani adalah kegiatan kerja yang lebih banyak menggunakan kegiatan pikiran untuk memajukan produksi, sedangkan tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang memberikan segala kegiatan jasmani atau fisik untuk usaha meningkatkan produksi. Tenaga kerja jasmani dapat dibedakan sebagai berikut. a.
Tenaga kerja terdidik (skilled labour) adalah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan khusus. Misal: dokter, pengacara, dan akuntan.
b.
Tenaga kerja terlatih (trained labour) adalah tenaga kerja yang memerlukan latihan dan pengalaman praktis. Misal: sopir, pelayan toko, dan montir.
Universitas Sumatera Utara
c.
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled labour and untrained labour) adalah tenaga kerja yang tidak memerlukan pendidikan dan latihan sebelumnya. Misal: pesuruh, kuli, dan tukang sampah. Menurut Mulyadi (2003) keadaan dari tenaga kerja Indonesia dapat dilihat
dari : a.
Tingkat partisipasi angkatan kerja
b.
Upah tenaga kerja
c.
Produktivitas pekerja
d.
Tingkat pengangguran.
Terdapat dua teori penting dari mengenai masalah ketenagakerjaan, yakni: a. Teori Lewis mengemukakan kelebihan pekerja adalah kesempatan yang bukan merupakan suatu masalah. Karena kelebihan pekerja akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output serta penyediaan pekerjaan di sektor lain. Terdapat dua struktur dari perekonomian negara berkembang yakni sektor subsisten terbelakang dan dan sektor kapitalis modern. Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari pertanian, tetapi juga sektor informal seperti pengecer koran. Kelebihan dari sektor subsisten terbelakang adalah penawaran tenaga kerja dan tingkat upah di pedesaan relatif lebih murah dibandingkan sektor kapitalis modern. Hal tersebut mendorong pengusaha yang ada di perkotaan memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan industri modern perkotaan. Ketika proses industrialisasi berlangsung, maka kelebihan penawaran tenaga kerja di sektor subsisten terbelakang akan terserap. Bersamaan dengan itu, maka
Universitas Sumatera Utara
pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat. Perbedaan tingkat upah ini akan mengurangi ketimpangan pendapatan antara perkotaan dan pedesaan. b. Teori Fei-Ranis yang berkaitan dengan negara berkembang. Ciri-cirinya adalah sumber daya
alamnya
belum dapat
diolah,
kelebihan
buruh,
mayoritas
penduduknya bertani, memiliki banyak pengangguran, serta tingkat pertumbuhan yang tinggi. Menurut teori ini ada tiga tahap pembangunan dalam kondisi kelebihan buruh, yang pertama di mana para penganggur semu dialihkan ke sektor industri dengan upah yang sama. Tahap kedua pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh karena dialihkan pada sektor industri. Tahap ketiga ditandai dengan awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih besar dari pada perolehan upah institusional. Kelebihan yang ada pada pekerja terserap pada sektor jasa dan industri yang meningkat sejalan dengan pertambahan output dan perluasan usaha secara terus menerus. Menurut Mulyadi (2003) struktur ketenagakerjaan dapat dilihat dari struktur lapangan kerja utama, struktur jenis pekerjaan utama, dan status dari para pekerja. Lapangan pekerjaan utama seseorang adalah bidang kegiatan utama dari pekerja. Lapangan pekerjaan dapat digolongkan atas (a) pertanian, perburuan, kehutanan dan perikanan, (b) pertambangan dan penggalian, (c) industri pengolahan, (d) listrik gas dan air, (e) bangunan, (f) perdagangan besar eceran dan restoran, (g) angkutan, pergudangan dan komunikasi, (h) keuangan, asuransi,
Universitas Sumatera Utara
usaha persewaan bangunan dan tanah, serta jasa perusahaan,dan (i) jasa kemasyarakatan. Adapun jenis pekerjaan seseorang merupakan macam pekerjaan yang dilakukan pekerja tersebut. Jenis pekerjaan dapat digolongkan atas (a) tenaga professional,
teknisi
dan
sejenisnya,
(b)
tenaga
kepemimpinan
dan
ketatalaksanaan, (c) tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis, (d) tenaga usaha penjualan (e) tenaga usaha jasa, (f) tenaga usaha pertanian, perburuan dan perikanan, dan (g) tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja pasar. Status pekerjaan utama merupakan jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan. Status pekerjaan utama ini dibagi atas (a) Buruh/ karyawan adalah pekerja yang bekerja pada orang lain dan menerima upah baik uang dan barang, (b) Berusaha sendiri, apabila pekerja tersebut bekerja atas resikonya sendiri dan tidak memperkerjakan orang lain dalam usahanya, (c) Berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau buruh tidak tetap, (d) Pekerja keluarga, yakni pekerja yang tidak mendapat upah uang maupun barang, (e) Berusaha dengan buruh tetap, bila pekerja tersebut bekerja atas resiko sendiri dan dalam melaksanakan usahanya memperkerjakan buruh tetap. Menurut Arfida (2003) hal-hal yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja adalah: a. Tingkat upah Apabila tingkat upah semakin tinggi, maka permintaan tenaga kerja akan semakin sedikit. Begitu pula sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
b. Teknologi Kemampuan dalam menghasilkan produksi bergantung pula terhadap teknologi yang berkembang. Maka semakin efektif teknologi, akan memberikan
arti
semakin
besar
bagi
tenaga
kerja
dalam
mengaktualisasikan keterampilan dan kemampuannya. c. Produktivitas Produktivitas bergantung pada modal yang dipakai. Keleluasaan modal dapat menaikkan produktivitas tenaga kerja. d. Kualitas tenaga kerja Latar belakang dari pendidikan, keadaan gizi dan pengalaman berusaha merupakan indeks dari kualitas tenaga kerja. e. Fasilitas modal Suatu produk yang dihasilkan dari sumbangan modal dan tenaga kerja tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Hal ini karena peranan input lain merupakan faktor penentu lainnya.
2.7.
Lama Usaha Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lama usaha didefinisikan
sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lama
usaha pada
penelitian ini adalah lamanya suatu usaha berjalan atau umur dari usaha dari semenjak usaha itu berdiri. Artinya apabila suatu usaha semakin lama berjalan mengakibatkan adanya perkembangan usaha yang signifikan ke arah yang positif ataupun negatif. Perkembangan dari dunia usaha dapat tergantung dari iklim
Universitas Sumatera Utara
perdagangan dan persaingan yang terjadi di dunia usaha/ pasar. Dari segi pengalaman, apabila suatu usaha memiliki umur yang lebih lama dalam bidang usahanya tentunya usaha tersebut lebih dapat berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan usaha tersebut telah terlebih dahulu mengenal kondisi pasar yang ada serta mengerti selera dari konsumen. Industri yang memiliki umur yang dapat dibilang mapan, semestinya lebih dapat bersaing dengan lainnya.
2.8.
Variasi Menu Menu memegang peran sangat penting dalam keberhasilan usaha restoran.
Menurut Marsum (2001) pada umumnya menu memiliki tiga macam arti : a. Menu sebagai daftar makanan b. Sebagai makanan yang disajikan c. Sebagai menu yang disajikan pada waktu tertentu, misalnya makan pagi, makan siang dan makan malam. Dalam membuat pola menu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. a. Kertas menu harus benar-benar bersih dan efektif dalam penggunaan tempatnya, tetapi juga tidak berjejal penulisannya. b. Sampul menu yang bagus mutunya, design yang rapi dan menarik c. Corak mode tata ruang yang tepat serta benar yang harus diterapkan d. Memperhatikan cara penulisan e. Penyusunan dan pengelompokan jenis-jenis makanan yang disajikan harus ditulis dengan cermat dan rapi f. Memperhatikan warna yang sesuai g. Memberikan ruang khusus untuk chef suggestion
Universitas Sumatera Utara
h. Mencantumkan keterangan yang singkat dan jelas mengenai makanan i.
Semua hasil produksi yang tertera harus benar-benar diperhatikan
j.
Informasi mengenai fasilitas, alamat, nomor telepon, dan jam buka restoran harus dicantumkan. Menurut Marsum (2001) terdapat dua fungsi dasar menu, yakni untuk
menetapkan kebutuhan yang akan disediakan untuk operasi restoran dan alat koordinasi untuk melaksanakan tujuan manajemen. Kegunaan menu adalah untuk menetapkan bahan-bahan makanan yang akan dibeli, mengatur gizi yang terkandung dalam sajian makanan, mengetahui jumlah karyawan yang dibutuhkan serta peralatan yang diperlukan. Suatu menu dikatakan baik apabila laku dalam pasaran dan mencapai mutu yang diharapkan secara obyektif dan efektif dalam biaya. Terdapat dua cara dasar untuk penggolongan menu yakni yang pertama berdasarkan pada bagaimana produk/makanan yang disajikan itu diberi harga, misalnya ala carte menu yang disajikan, mka diberi harga masing-masing pada setiap makanan yang disajikan. Kedua, berdasarkan hitungan berapa kali ganti. Artinya didalam table menu, susuann hidangannya sudah ditentukan dan pada umumnya tidak bisa diganti/diubah. Beberapa prioritas yang berkaitan dengan penyusunan menu adalah : a. Kepentingan dari pembeli dan tamu langganan, yakni menyesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan tamu. Misalnya pelayanan yang baik. Kepentingan tamu juga berupa melihat nilai makanan yang disajikan, baik faktor gizinya, kerapiannya, keindahan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b. Mutu makanan Mengenai mutu makanan yang perlu diperhatikan adalah rasa dan aromanya, konsisten, bentuk dan potongan, kandungan gizi, daya tarik penampilan, harumnya dan suhunya c. Segi biaya, yakni perbandingan antara biaya pembuatan dibagi harga jual dikali dengan 100%. d. Ketersediaan barang e. Hubungan banyaknya produksi dan operasional. f. Hal-hal yang berkaitan dengan sanitasi g. Hal-hal yang berkaitan dengan pengaturan ruangan h. Hal-hal yang berkaitan dengan peralatan.
2.9.
Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, penulis menyertakan hasil penelitian sebelumnya
yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai referensi. Penelitian-penelitian terdahulu ini berkaitan dengan pendapatan, modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Lubis (2009) menganalisis mengenai pengaruh tingkat pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independent yaitu modal, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan terhadap variabel dependent yaitu pendapatan pekerja sektor informal di kota Binjai, Sumatera Utara. Hasil dari analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa modal dan jumlah jam kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor
Universitas Sumatera Utara
informal di kota Binjai. Sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan sektor informal di kota Binjai. Variabel independent yaitu modal, jam kerja, dan tingkat pendidikan dapat menjelaskan secara bersama-sama variabel dependent yaitu pendapatan pekerja sektor informal di kota Binjai dengan R-Square (𝑅𝑅2 ) sebesar 92%. Penelitian-penelitian lainnya
dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No.
Nama peneliti, tahun Judul
Variabel
Model
Hasil Analisis
Penelitian Pendapatan Modal kerja Jam usaha Pengalaman Jenis barang dagangan
Analisis Analisis regresi berganda
Modal kerja, jam usaha, pengalaman dan jenis barang dagangan (produk) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara
1
Nazir, 2011 Analisis Determinan Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kab. Aceh Utara
2
Rosetyadi Artistyan Firdausa,
Pendapatan
Analisis
Variabel modal awal, lama usaha dan jam kerja berpengaruh terhadap
Fitrie Arianti, 2013 Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha
Modal awal Lama usaha
regresi berganda
jumlah pendapatan pedagang kios di pasar Bintoro Demak. Variabel modal awal, lama usaha dan jam kerja secara bersama-sama
dan Jam Kerja terhadap Pendapatan Pedagang Kios di Pasar Bintoro Demak
Jam kerja
Abd. Hamid Mangung Jaya, 2011 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pantai Losari Kota Makassar
Pendapatan Modal kerja Alokasi waktu Lama usaha
3
(simultan) berpengaruh positif secara signifikan terhadap jumlah pendapatan pedagang pasar Bintoro Demak. Analisis regresi berganda
Hasil penelitian menunjukkan modal, alokasi waktu, lama usaha, dan akses kredit secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi variabel terikat yaitu pendapatan sebesar 89%.
Analisis regresi berganda
Variabel lama usaha, jumlah tenaga kerja, luas kapling dan waktu dagang berpengaruh terhadap pendapatan PKL makanan dan minuman di Jalan Malioboro Yogyakarta.
Akses kredit 4
Dwi Okti Nurani, 2010 Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima makanan dan minuman di jalan Malioboro Yogyakarta
Pendapatan Lama usaha Jmlah t. kerja Luas kapling Waktu dagang
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1. No.
Nama peneliti, tahun
Variabel
Model
Hasil Analisis
Judul Yenni Handayani, 2010 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Rumah Makan di Kecamatan Medan Selayang
Penelitian Pendapatan Modal Jam kerja T. Pendidikan
Penelitian Analisis regresi berganda
6
Armauliza Septiawan, 2009 Analisis Determinan Pendapatan Usaha Rumah Makan Di Sekitar Universitas Sumatera Utara
Pendapatan Modal kerja Luas tempat Jumlah t. kerja jam operasional
Analisis regresi berganda
Hasil penelitian menunjukkan modal, luas tempat, jumlah tenaga kerja, jam operasional secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi variabel terikat yaitupendapatan sebesar 70%. Uji F menunjukkan bahwa semua variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat secara signifikan.
7
Diwayana Putri Nst, 2011 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan modal
Analisis regresi
Modal, jumlah tenaga kerja, pendidikan dan pengalaman usaha memberikan pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap
Pendapatan Pengusaha Rumah Makan di Kecamatan Medan Baru
jumlah t. Kerja pendidikan penglmn usaha
berganda
pendapatan pengusaha rumah makan dari pembuktian uji overall.
Indra Widhi Ardhiyansyah, 2004
Realisasi pajak
Analisis
Jumlah hotel dan restoran berpengaruh positif signifikan, Tingkat
Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli
hotel & restoran J. Hotel & rstrn
regresi berganda
Inflasi berpengaruh positif tidak signifikan dan Jumlah wisatawan Nusantara tidak signifikan tehadap Realisasi pajak hotel dan restoran.
Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 1989/1990-2003.
t. Inflasi jmlh wisatawan
5
8
Semua variabel dependent dapat menjelaskan secara bersama-sama variabel dependent yaitu pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang. Modal dan jumlah jam kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan, sedangkan t. pendidikan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1. No.
Nama peneliti, tahun Judul
9
Variabel Penelitian
Model
Hasil Analisis
Penelitian
Rahmat Lubis, 2009
Pendapatan
Analisis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yaitu
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan
Umur Pendidikan
regresi berganda
umur, pendidikan, lama kerja, curahan waktu kerja, dan modal operasional dappat menjelaskan variabel terikat pendapatan pekerja
Pekerja Sektor Informal di Kota Binjai
Lama kerja Waktu kerja
sektor informal di Kota Binjai sebesar 95%.
Mdl Operasionl
Universitas Sumatera Utara
2.9.1. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu Adapun perbandingan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dapat dilihat dari segi : a. Variabel penelitian Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah variabel pendapatan sebagai variabel terikat, serta biaya sebagai variabel intervening, modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha, dan variasi menu sebagai variabel bebas. Sedangkan pada penelitian terdahulu variabel yang digunakan adalah : 1. Biaya, dimana variabel biaya tidak digunakan pada penelitian lain sebagai variabel intervening. 2. Tenaga kerja, dimana variabel tenaga kerja tidak digunakan pada penelitian Nazir (2011), Firdausa dan Arianti (2013), Handayani (2010). 3. Modal, dimana variabel modal tidak digunakan pada penelitian Nuraini (2010), Ardiansyah (2004). 4. Waktu kerja, dimana variabel waktu kerja tidak digunakan pada penelitian Handayani (2010), Septiawan (2009), Nazir (2011), Firdausa dan Arianti (2013), Nuraini (2010). 5. Lama usaha, dimana variabel lama usaha tidak digunakan pada penelitian Handayani (2010), Septiawan (2009). 6. Variasi menu, dimana variabel variasi menu tidak digunakan pada penelitian terdahulu yang lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Model Analisis Data Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode persamaan struktural dengan analisis Jalur (Path Analysis). Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurani (2010), Handayani (2010), Septiawan (2009) dan Ardiansyah (2004) menggunakan metode analisis regresi berganda. c. Wilayah Penelitian Wilayah penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Restoran yang diteliti merupakan restoran yang terdaftar di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Nurani (2010) melakukan penelitian terhadap pendapatan pedagang kaki lima makanan dan minuman di jalan Malioboro Yogyakarta. Handayani (2010) meneliti pendapatan pedagang rumah makan di Kecamatan Medan Selayang, sedangkan Septiawan (2009) meneliti pendapatan usaha rumah makan di sekitar Universitas Sumatera Utara.
2.10. Kerangka Konseptual Variabel pendapatan disebabkan oleh banyak faktor dan masing-masing faktor saling terkait. Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan memang cukup banyak, tetapi dalam penelitian ini faktor penyebab tersebut dibatasi pada beberapa variabel. Dari gambar 2.9. di bawah ini, dapat dilihat bahwa variabel pendapatan dalam penelitian ini diduga dipengaruhi oleh enam variabel yakni modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha, variasi menu dan biaya. Dalam penelitian ini, pendapatan merupakan variabel Y2 yang merupakan variabel terikat. Modal sebagai variabel X1, tenaga
Universitas Sumatera Utara
kerja sebagai variabel X2, waktu kerja sebagai X3, lama usaha sebagai X4 dan variasi menu sebagai X5 yang merupakan variabel bebas, serta biaya sebagai Y1 yang
merupakan
variabel
intervening.
Variabel
bebas
eksogeneous
(X1,X2,X3,X4,X5,Y1) mepengaruhi pendapatan pengusaha restoran sebagai variabel endogeneous (Y2). Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan berbagai penelitian yang mendukung maka dapat dibentuk suatu kerangka konseptual penelitian yang menunjukkan bahwa modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha, dan variasi menu berpengaruh terhadap biaya yang kemudian biaya, modal, tenaga kerja, waktu kerja, lama usaha dan variasi menu berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan. Adapun kerangka konseptualnya dapat dipaparkan sebagai berikut:
Gambar
2.12.
Kerangka Konseptual Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Restoran di Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
2.11. Hipotesis 1. Modal berpengaruh positif terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan, ceteris paribus. 2. Modal melalui biaya berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan, ceteris paribus. 3. Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan, ceteris paribus. 4. Tenaga kerja melalui biaya berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan, ceteris paribus. 5. Waktu kerja berpengaruh positif terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan, ceteris paribus. 6. Waktu kerja melalui biaya berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan, ceteris paribus. 7. Lama usaha berpengaruh positif terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan, ceteris paribus. 8. Lama usaha melalui biaya berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan, ceteris paribus. 9. Variasi menu berpengaruh positif terhadap biaya pengusaha restoran di Kota Medan, ceteris paribus. 10. Variasi menu melalui biaya berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan, ceteris paribus. 11. Biaya berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha restoran di Kota Medan, ceteris paribus.
Universitas Sumatera Utara