BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1
Struktur Modal Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:232), struktur modal
merupakan bauran (atau proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakilioleh hutang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa.Perubahan dalam bauran pendanaan diasumsikan terjadi melalui penerbitan utang dan pembelian kembali saham biasa atau emisi saham biasa dan penarikan (pelunasan) utang. Menurut Gitman (2009:546), struktur modal merupakan bauran dari hutang jangka panjang dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Sjahrial (2007:179), struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham biasa. Menurut Sudana (2010), struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri. Teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat memengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan, dan harga pasar saham perusahaan.Menurut Weston dan Brigham (2008) dalam Wisnu (2015) struktur modal merupakan kombinasi atau
16 Universitas Sumatera Utara
bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca sumber modal perusahaan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan campuran dari hutang dan modal yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi kebutuhan belanja perusahaan untuk kegiatan operasionalnya.Suatu perusahaan harus bisa mengoptimalkan penggunaan hutang dan modal yang dimiliki sehingga mampu menghasilkan struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal akan memengaruhi nilai suatu perusahaan. Oleh karena itu, seorang manajer keuangan dalam suatu perusahaan harus dapat menentukan bauran pendanaan (financing mix) yang tepat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Suatu perusahaan dapat memperoleh dana dari dua sumber, yaitu pendanaan internal (laba ditahan) dan pendanaan eksternal (utang). Pendanaan internal berupa laba ditahan (retained earning) adalah laba yang tidak dibayarkan sebagai dividen yang dimiliki perusahaan (Brealey,et.al, 2007:388).Ketika meminjam uang, perusahaan berjanji melakukan pembayaran bunga teratur dan melunasi pokok pinjaman (yakni, jumlah awal yang dipinjam).Akan tetapi, perusahaan memiliki kewajiban terbatas.Ini berarti bahwa janji untuk melunasi utang tidak selalu dijaga.Jika perusahaan mengalami kesulitan berat, perusahaan memiliki hak untuk tidak membayar utang dan menyerahkan aset perusahaan kepada kreditur. (Brealey,et.al., 2007:394).
17 Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Teori Struktur Modal Terdapat beberapa teori struktur modal yang digunakan dengan tujuan
memberikan landasan berpikir untuk menentukan struktur modal yang optimal.Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teori untuk menjelaskan tentang teori struktur modal.
2.1.2.1 The Modigliani-Miller Model Teori struktur modal yang dikembangkan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (1958) dalam Setiawan (2014) menyatakan bahwa dengan menggunakan hutang bahkan dalam jumlah yang lebih banyak perusahaan dapat meningkatkan nilainya jika ada pajak. Jika tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan, maka perusahaan tersebut akan membutuhkan hutang. Berikut merupakan asumsi Modigiliani-Miller yang mencakup hal-hal (Brigham dan Houston, 2006:623) : a. Tidak ada biaya broker (perantaraan). b. Tidak ada pajak perorangan. c. Para investor dapat meminjam dengan suku bunga yang sama dengan perusahaan. d. Investor dan manajemen memiliki informasi yang sama mengenai peluang investasi perusahaan di masa mendatang. e. Semua hutang perusahaan tidak mengandung risiko, berapapun jumlah hutang yang digunakan. f. EBIT tidak dipengaruhi oleh jumlah hutang.
18 Universitas Sumatera Utara
Adanya asumsi-asumsi tersebut menyebabkan teori ini dianggap tidak relevan karena asumsi-asumsi tersebut hampir tidak dapat dipenuhi.Namun demikian, peneliti lain termasuk Franco Modigliani dan Merton Miller membuat perbakan atas asumsi-asumsi tersebut. Perbaikan tersebut dapat diringkas sebagai berikut: a. Adanya efek pajak. b. Adanya efek dari biaya kebangkrutan (bankruptcy cost). c. Trade off theory, perusahaan membandingkan manfaat penggunaan hutang dengan tingkat Bungan yang lebih tinggi dan biaya kebangkrutan. d. Signaling theory, yaitu pengaruh yang disebabkan akibat adanya informasi asimetris (informasi yang hanya diketahui oleh manajemen). Model Modigliani-Miller sebelumnya menyatakan bahwa informasi yang dimiliki investor dan manajemen adalah sama.
2.1.2.2 Pecking Order theory Pecking order theory yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Wisnu (2015) merupakan pemilihan pendanaan yang berdasarkan pada risiko.Esensi teori ini adalah adanya dua jenis modal external financing dan internal financing.Pecking order theory mengacu pada teori perusahaan yang bertujuan
memaksimumkan
kemakmuran
pemilik
perusahaan.
Manajer
perusahaan yang tidak mengikuti urutan pendanaan akan berdampak pada keberhasilan perusahaan dimasa yang akan datang karena mendapatkan sinyal yang buruk mengenai prospek perusahaan.
19 Universitas Sumatera Utara
Menurut Husnan (2004) dalam Wisnu (2015), pecking order
theory
adalah urutan sumber pendanaan dari internal (laba ditahan) dan eksternal (penerbitas ekuitas baru). Berdasarkan teori ini, tidak suatu target rasio hutang, karena ada dua jenis modal sendiri yaitu internal dan eksternal.Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan.Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaaperusahaan yang lebih profitable sedikit menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan yang kurang profitable karena perusahaan yang lebih profitable memiliki dana yang mencukupi dan tidak memerlukan pendanaan eksternal dengan jumlah yang besar. Myers dalam Gitman (2003:532) menjelaskan “asymmetric information” yang terjadi di antara manajer keuangan dan investor. Asimetri informasi terjadi karena pihak manajer perusahaan mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai operasi dan prospek masa depan dibandingkan dengan investor. Dengan demikian, pihak manajer perusahaan membuat keputusan dengan tujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham, kemudian asimetri informasi dapat mempengaruhi keputusan struktur modal yang dibuat oleh manajer. Adanya asimetri informasi ini mengakibatkan terjadinya gap antara pengelola dan pemilik perusahaan yang memungkinkan terjadinya moral hazard pengelola, sehingga harga saham tidak mencerminkan informasi secara penuh tentang kondisi perusahaan. Penerbitan saham juga berakibat pada turunnya dividen perlembar saham dan turunya harga atau nilai saham karena jumlah saham
20 Universitas Sumatera Utara
bertambah. Akibatnya jika pendanaan eksternal dilakukan dengan penerbitan saham baru akan mendapat apresiasi atau respon negatif oleh pasar.
2.1.2.3 Trade-Off Theory Menurut Trade Off Theory, perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan hutang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi (Brigham dan Houston, 2001: 34). Kenyataan bahwa bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan telah mengakibatkan hutang lebih murah daripada saham biasa atau saham preferen. Akibatnya, pemerintah membayar sebagian dari biaya modal yang bersumber dari hutang, atau dengan kata lain hutang memberikan manfaat perlindungan pajak. Hasilnya, penggunaan hutang mengakibatkan peningkatan porsi laba operasi perusahaan (EBIT) yang mengalir ke investor. Pada kenyataannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan hutang 100 persen.Salah satu alasannya adalah kenyataan bahwa pemegang saham mendapat keuntungan dari pajak keuntungan modal yang lebih rendah.Dan lebih pentingnya, perusahaan membatasi penggunaan hutang untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan. Trade-Off Theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang.
21 Universitas Sumatera Utara
Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress). Trade-Off Theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaanperusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian.
2.1.3 Variabel-Variabel Penentu Keputusan Struktur Modal 2.1.3.1 Profitabilitas Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan (Sudana, 2010:2223).Rasio profitabilitas (profitability ratio) mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional (Brigham, 2010:146). Besar kecilnya profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara seperti return on assets (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), operating profit margin (OPM), dan gross profit margin (GPM). Pada penelitian ini, profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio return on assets (ROA) yang menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Rasio ini penting bagi pihak
22 Universitas Sumatera Utara
manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan (Sudana, 2010). Dengan mengetahui besar kecilnya tingkat profitabilitas yang dimiliki suatu perusahaan akan memudahkan manajer keuangan dalam menentukan keputusan struktur modal, apakah akan menggunakan pendanaan laba ditahan yang dimiliki perusahaan atau menggunakan pendanaan hutang.
2.1.3.2 Aset Berwujud Menurut Brigham (2007:463), perusahaan yang memiliki aset dalam jumlah besar dapat dijadikan keamanan dalam meminjam utang .Tujuan utama aset adalah dapat digunakan pada banyak bisnis untuk dijadikan sebagai jaminan yang baik dalam mendapatkan kepercayaan untuk peminjaman utang. Perusahaan yang memiliki aset berwujud yang nyata akan lebih mudah dalam mendapatkan pinjaman dikarenakan oleh aset yang dimiliki perusahaan dapat dijadikan jaminan. Aset berwujud yang diukur oleh proporsi aktiva tetap terhadap total aktiva memiliki hubungan yang positif terhadap struktur modal. Semakin besar jumlah aset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan akan semakin besar tingkat penggunaan hutangnya karena perusahaan memiliki jaminan. Aset berwujud yang memadai yang dimiliki perusahaan untuk dijadikan jaminan merupakan salah satu faktor penting yang harus dipenuhi perusahaan untuk mendapatkan pendanaan dari sumber eksternal.
23 Universitas Sumatera Utara
2.1.3.3 Ukuran perusahaan Menurut Saidi (2004) dalam Setiawan (2014) ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki suatu perusahaan. Pada perusahaan yang besar dimana saham akan tersebar luas, setiap perluasan modal saham akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap pihak yang bersangkutan (Riyanto, 2008, dalam Wisnu, 2015). Ukuran perusahaan mencerminkan besar kecilnya suatu perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, semakin besar pula jumlah dana yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan operasinya. Perusahaan yang besar akan lebih mudah dalam mendapatkan pinjaman utang dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar mendapat kepercayaan untuk mendapatkan pinjaman karena penjualannya yang relatif stabil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel penting yang harus diperhatikan seorang manajer keuangan dalam menentukan besar kecilnya tingkat penggunaan utang.Ukuran perusahaan berhubungan positif dengan struktur modal perusahaan. Semakin besar perusahaan akan semakin besar pula keinginan untuk melakukan pinjaman utang. Penentuan besar kecilnya suatu ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total aktiva, total penjualan, rata-rata total aktiva, dan rata-rata penjualan.
24 Universitas Sumatera Utara
2.1.3.4 Pertumbuhan Penjualan Menurut Brigham dan Houston (2007:463), perusahaan dengan penjualan yang stabil dapat dengan mudah dalam menggunakan utang dan menimbulkan biay tetap lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan utilitas, karena permintaan mereka yang stabil, memiliki kemampuan untuk menggunakan financial leverage lebih besar dibandingkan dengan perusahaan industri. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang relatif stabil akan memiliki utang yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang lambat. Hal ini dikarenakan perusahaan yang tingkat penjualannya stabil akan membutuhkan lebih banyak dana untuk mengembangkan kegiatan operasinya, peningkatan penjualan, dan skala usahanya. Pendanaan dari sumber internal (laba ditahan) tidak akan mencukupi kebutuhan dana, itu sebabnya perusahaan dengan tingkat penjualan yang relatif stabil cenderung menggunakan pendanaan eksternal berupa pinjaman utang.
2.1.3.5Pajak perusahaan Modigliani dan Miller (1963) dalam Sjahrial (2009:193) menyimpulkan bahwa penggunaan utang (leverage) akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga utang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak (a tax deductible expense). Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:246), keuntungan dari utang dalam hal pajak perusahaan adalah bahwa pembayaran bunga utang merupakan biaya yang boleh dikurangkan dari pajak bagi perusahaan yang menerbitkan
25 Universitas Sumatera Utara
utang.Akan tetapi, dividen yang dibayar tidak dapat dikurangkan bagi perusahaan yang membayar dividen. Akibatnya, jumlah total dana yang tersedia untuk membayar para pemilik utang dan pemegang saham akan lebih besar jika utang yang digunakan. Pada intinya, pemerintah memberikan subsidi pada perusahaan yang berutang atas penggunaan utang di perusahaan tersebut.oleh karena bunga atas utang mengurangi penghasilan kena pajak, maka hal ini disebut dengan perlindungan pajak (tax shield).Perlindungan pajak (tax shield) adalah beban yang dapat dikurangkan pajak. Beban ini “melindungi” pendapatan yang setara dalam satuan uang (dolar, rupiah) dari pengenaan pajak yaitu dengan cara menurunkan penghasilan kena pajak. Ketika pajak termasuk kedalam pendapatan perusahaan, pendanaan utang memiliki keuntungan.Hal ini dikarenakan deviden dan laba ditahan tiak deduktif pada tujuan pajak; bunga pada utang merupakan biaya pajak deduktif.Dan hasilnya, total pendapatan tersedia untuk kedua pemegang saham dan pemegang utang adalah lebih besar ketika modal utang digunakan (cost accounting and finance management2, 4.46).
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang terkait mengenai struktur modal telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting yang menyerupai dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut penjelasan penelitian terdahulu mengenai struktur modal yang dapat diringkas dalam Tabel 2.1
26 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti dan Tahun
Judul
Variabel Dependen dan Independen Debt to Equity Ratio Profitabilitas, Aset Berwujud, Ukuran Perusahaan, dan Growth
Alat Analisis Regresi Ordinary Least Square (OLS)
1
Pahuja dan Sahi (2012)
Factors Affecting Capital Structure Decisions : Evidence From Selected Indian Firms
2
Setiawan (2014)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI
Struktur Modal Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Growth.
Analisis Regresi Linier Berganda
3
Choi (2014)
Determinants Of The Capital Structure : Empirical Study From The Korean Market
Financial leverage Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Aset Berwujud, Growth, Dan Non-Debt Tax Shield
Analisis Regresi Berganda
Hasil Penelitian Independen variabel growth menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan terhadap Debt-equity Ratio, sedangkan variabel yang lain yaitu profitabilitas, aset berwujud, dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Independen variabel Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap strktur modal perusahaan, sedangkan Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Growth berpengaruh positif terhadap struktur modal. Independen variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, aset berwujud berhubungan positif signifikan terhadap financial leverage, sedangkan growth dannon-debt tax shields berhubungan negatif signifikan terhadap financial leverage. Perusahaanperusahaan yang terdapat di Korea menganut Trade-Off Theory.
27 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No.
Nama Peneliti dan Tahun
Judul
Variabel Dependen dan Independen Leverage Ukuran Perusahaan, Growth, Aset Berwujud, Profitabilitas
Alat Analisis
4
Alzomaia (2014)
Capital Structure Determina nts Of Publicly Listed Companies In Saudi Arabia
Model crosssectinal pooled data
5
Ramadan (2015)
An Empirical Investigatio n Of The Trade-Off Theory : Evidence From Jordan
Leverage Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan
Model econometr ic crosssectional
6
Songul Kakilli Acaravci (2015)
The Determina nts Of Capital Structure : Evidence From The Turkish Manufactur ing Sector
Leverage Growth, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Aset Berwujud, Dan Pajak
Analisis Data Panel
Hasil Penelitian Ukuran perusahaan dan growth opportunities berhubungan positif terhadap leverage, sedangkan aset berwujud,dan profitabilitas berhubungan negatif terhadap leverage. Perusahaan di Saudi Arabia mendukung Pecking Order Theory. Terdapat hubungan timbal balik antara profitabilitas dan leverage, hasil penelitian tidak sejalan dengan trade-off theory. Ukuran perusahaan dan leverage berhubungan yang sejalan dengan trade-off theory. Perusahaan manufaktur di Jordania mengikuti trade-off theory dan sektor industri memiliki dampak dalam keputusan pendanaan. Growth memiliki hubungan positif dalam mempengaruhi tingkat hutang. Hasil ini sejalan dengan pecking order theory. Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan aset berwujud memiliki hubungan yang negatif terhadap leverage. Hasil ini sejalan dengan pecking order theory. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pajak tidak termasuk dalam determinan struktur modal pada perusahaan sektor manufaktur di Turki.
28 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No. 7
Nama Peneliti dan Tahun Dian Sinthayani Ida Bagus Panji Sedana (2015)
Judul Determinan Struktur Modal : Studi Komparatif Pada Manufacture Multinational Corporation Dan Domestic Corporation Di BEI
Variabel Dependen dan Independen Struktur Modal Profitabilitas Dan Aset Berwujud
Alat Analisis Analisis uji beda dan analisis Regresi Berganda
Hasil Penelitian Determinan profitabilitasmemiliki pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan MNc, dan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan DMc. Determinan aset berwujudmemiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan MNc, dan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan DMc.
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel struktur modal seperti profitabilitas (profitability), aset berwujud (tangibility assets), ukuran perusahaan (size firms), tingkat penjualan (growth sales), dan pajak perusahaan (tax corporate) mempengaruhi struktur modal perusahaan. Profitabilitas menunjukkan seberapa besar suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba.
Pada
penelitian
ini
menggunakan rasio Return On Asset (ROA).
profitabilitas
dihitung
dengan
Menurut Bauer (2004) dalam
Acaravi (2015) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang memiliki tingkat Return On Assets (ROA) yang tinggi akan cenderung lebih sedikit menggunakan pendanaan eksternal berupa penggunaan hutang sehingga tingkat leverage nya rendah. Oleh karena itu, profitabilitas memiliki hubungan yang negatif terhadap 29 Universitas Sumatera Utara
struktur modal.Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Choi (2014) dan Ramadan (2015) yang menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki hubungan yang negatif terhadap struktur modal. Aset berwujud merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi keputusan struktur modal.Aset berwujud menunjukkan seberapa besar aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat dijadikan jaminan (Choi, 2014). Titman dan Wessels (1988) dalam Acaravci (2015) menyatakan bahwa aset berwujud merupakan aset yang diperoleh melalui rasio aset tetap dibagi dengan total aset.Perusahaan yang memiliki aset berwujud yang stabil mencerminkan bahwa perusahaan memiliki aset tetap (fixed assets) yang besar yang dapat dijadikan sebagai jaminan untuk peminjaman hutang (Fadli, 2010). Ukuran perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola finansialnya untuk memenuhi kebutuhan akan dana. Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya aset yang dimiliki oleh perusahaan (Setiawan, 2014).Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki kemampuan finansial yang lebih baik dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.Itu sebabnya perusahaan yang lebih besar memiliki tingkat hutang yang lebih tinggi dan menghadapi risiko yang lebih tinggi karena perusahaan yang lebih besar mampu membayar hutang dalam jangka waktu yang lama.Oleh karena itu, Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang konsisten dan stabil akan membutuhkan dana yang lebih besar untuk mengembangkan perusahaannya. Myers (1977) dalam Ramadan (2015) menyatakan bahwa
30 Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan hutang jangka panjang dalam memenuhi kebutuhan dana nya dengan tujuan untuk menghindari pembagian laba dengan pemegang hutang. Pertumbuhan penjualan yang tinggi mencerminkan tingkat laba yang dihasilkan juga semakin tinggi, semakin tingginya laba yang dihasilkan akan mengurangi struktur modal perusahaan. Oleh karena itu, pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap struktur modal. Semakin besar laba yang dihasilkan suatu perusahaan maka akan semakin besar pula tingkat pajak perusahaan yang dikenakan pemerintah terhadap perusahaan tersebut. Untuk mengurangi pajak, suatu perusahaan akan meminjam hutang untuk mendapatkan perlindungan pajak yang diperoleh dari pengurangan pembayaran bunga utang (debt tax shield). Suatu perusahaan yang memiliki tingkat pajak perusahaan lebih tinggi akan meminjam lebih banyak hutang untuk mengurangi tingkat pajak yang dikenakan dibandingkan perusahaan yang memiliki tingkat pajak lebih rendah (Myers,1984) dalam Choi (2014). Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian, dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar untuk menentukan hipotesis, berikut disajikan kerangka konseptual yang dituangkan pada gambar 2.1 dalam model penelitian.
31 Universitas Sumatera Utara
Profitabilitas
Aset Berwujud
Ukuran Perusahaan Struktur Modal
Pertumbuhan Penjualan
Pajak Perusahaan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan penelitian ini adalah: 1. Profitabilitas, aset berwujud, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, pajak perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal optimal perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi. 2. Profitabilitas, aset berwujud, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, pajak perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal optimal perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi. 3. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi menganut Pecking Order Theory dan Trade Off Theory dalam menentukan keputusan struktur modal.
32 Universitas Sumatera Utara