BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja a. Definisi Remaja Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun sebagai suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya (pubertas) sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun(WHO, 2013).
Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Santrock (2003) membagi masa remaja menjadi dua fase yaitu yang disebut “masa remaja awal” atau “pre adolence” yang berkisar antara 12-15 tahun dan “masa remaja akhir” atau “late adolensence” antara usia 15-18 tahun (Kusmiran, 2011). Menurut Gunarsa (2001), defenisi remaja dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu:
1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun 2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiolis terutama yang terkait dengan kelenjar seksual
Universitas Sumatera Utara
3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan dalam aspek koqgitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa atau usia belasan tahun, atau seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur mudah terangsang perasaan. Batasan usianya adalah 10-19 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2007).Masa remaja merupakan masa dimana individu mengalami transisi perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik, usia dimana individu mulai berhubungan dengan masyarakat, dan telah mengalami perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan menjadi lebih mandiri. Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia (Kusmiran, 2011). b. Tahap Perkembangan Remaja Menurut Gunarsa (2001), berdasarkan tahap perkembangannya masa remaja dibagi menjadi 3 tahap yaitu : a. Masa remaja awal (12-15 tahun) dengan ciri khas antara lain : 1. Lebih dekat dengan teman sebaya 2. Ingin bebas 3. Lebih banyak memperhatikan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
b. Masa remaja tengah (15-18 tahun) dengan ciri khas antara lain : 1. Mencari identitas diri 2. Timbulnya keinginan untuk kencan 3. Mempunyai rasa cinta yang dalam
Universitas Sumatera Utara
4. Mengembangan kemampuan berpikir abstrak 5. Berkhayal tentang aktifitas seks c. Masa remaja akhir 1. Pengungkapan identitas diri 2. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya 3. Mempunyai citra jasmani dirinya 4. Dapat mewujudkan rasa cinta 5. Mampu berfikir abstrak. c. Organ Reproduksi Remaja Perempuan a. Organ reproduksi bagian luar : 1. Bibir kemaluan luar (Labia Mayora) 2. Bibir kemaluan dalam (Labia Minora) 3. Klentit (Clitoris) yang sangat peka karena banyak saraf, ini merupakan bagian yang paling sensitif dalam menerima rangsangan seksual 4. Lubang kemaluan (lubang vagina) terletak antara lubang kencing dan anus (dubur) 5. Bukit kemaluan (Mons Veneris) yang ditumbuhi oleh rambut kemaluan pada saat perempuan memasuki usia pubertas. b. Organ Reproduksi Bagian dalam: 1.
Vagina (liang kemaluan atau liang senggama), bersifat elastis dan dapat membesar serta memanjang sesuai kebutuhan fungsinya sebagai organ baik saat berhubungan seks, saluran keluarnya darah haid, dan jalan keluarnya bayi saat melahirkan
Universitas Sumatera Utara
2.
Mulut rahim (serviks), saat berhubungan seks, sperma yang dikeluarkan penis laki-laki di dalam vagina akan masuk ke dalam mulut rahim sehingga hingga bertemu sel telur perempuan
3.
Rahim (uterus) adalah tempat tumbuhnya janin hingga dilahirkan. Rahim dapat membesar dan mengecil sesuai kebutuhan (hamil dan setelah melahirkan)
4.
Dua buah saluran telur (Tuba Fallopi) yang terletak disebelah kanan dan kiri rahim. Sel telur yang sudah matang atau sudah dibuahi akan disalurkan ke dalam rahim melalui saluran ini
5.
Dua buah indung telur (Ovarium) kanan dan kiri. Ketika seorang perempuan lahir, ia mempunya ovarium yang mempunyai sekitar setengah juta ovum (cikal bakal telur). Tiap ovum memiliki kemungkinan berkembang menjadi telur matang. Dari sekian banyak ovum, hanya sekitar 400 saja yang berhasil berkembang menjadi telur semasa usia produktif perempuan (BKkbN, 2007).
d. Perkembangan Fisik Remaja Perempuan Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. a. Ciri-ciri seks primer : Jika remaja perempuan sudah mengalami menarch, menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat
Universitas Sumatera Utara
kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding rahim yang banyak mengandung darah. b. Ciri-ciri seks sekunder 1. Pinggul lebar, bulat, membesar, puting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara lebih membesar dan bulat. 2. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif. 3. Otot semakin besar dan kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai. 4. Suara menjadi semakin merdu dan lebih penuh (Gunarsa, 2001). 2.2 Pernikahan Dini Dalam Wikipedia, pernikahan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu yang pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan pribadi yang biasanya intim dan seksual (Wikipedia, 2011). Pernikahan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal dihadapan kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin, untuk kemudian resmi sebagai suami istri dengan upacara dan ritual tertentu (Kartono, 2006). Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan usia remaja. Remaja adalah usia 10-19 tahun dimana masa remaja merupakan peralihan dari masa kenak-kanak menjadi dewasa yang kebanyakan
Universitas Sumatera Utara
merupakan keputusan-keputusan yang sesaat. Kemungkinannya akan sangat buruk buat mereka, biasanya kedua anak laki-laki dan perempuan tidak dewasa secara emosi dan sering dimanjakan. Mereka ingin segera memperoleh apa yang dikehendakinya, tidak peduli apakah itu berakibat bencana (Steve, 2007). Menurut Undang-Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974, salah satu syarat untuk menikah adalah bila pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Undang-Undang Perlindungan Anak memberikan batasan usia anak adalah usia dibawah 18 tahun dan dalam Undang-Undang Perlindungan anak nomor 23 tahun 2002, orangtua diwajibkan menindungi anak dari pernikahan dini. Namun ditinjau dari segi kesehatan reproduksi, usia 16 tahun bagi wanita, berarti yang bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang sehat. Meskipun batas usia kawin telah ditetapkan UU, namun pelanggaran masih banyak terjadi di masyarakat terutama dengan menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal tersebut (Sarwono, 2007). Menurut BKkbN, batasan usia Pernikahan adalah usia 20 tahun karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker leher rahim serta penyakit menular seksual (Rifka, 2011). Usia pernikahan yang ideal bagi perempuan adalah 20-25 tahun, sementara laki-laki 25-28 tahun karena di usia itu organ reproduksi perempuan secara fisiologis sudah berkembang secara baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan. Usia terbaik bagi wanita untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun (Endjun, 2002). 2.3 Faktor-faktor yang Menyebabkan Wanita Melakukan Penikahan Dini
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini pada remaja di negara berkembang khususnya Indonesia antara lain: a. Faktor Ekonomi Mencher dalam Siagian (2012) mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Sehingga dapat kita katakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah tingkat ekonomi keluarga. Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah diusia yang tergolong muda untuk meringankan beban orang tuanya. Dengan si anak menikah sehingga bukan lagi menjadi tanggungan orang tuanya (terutama untuk anak perempuan), belum lagi suami anaknya akan bekerja atau membantu perekonomian keluarga maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu. b. Faktor Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan cenderung melakukan aktivatas sosial ekonomi yang turun temurun tanpa kreasi dan inovasi. Akibat lanjutnya produktivitas kerjanyapun sangat rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara memadai. Karena terkadang seorang anak perempuan memutuskan untuka menikah diusia yang tergolong muda. Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usiauntuk menikah. Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis makin tinggi pula usia kawin pertamanya. Seorang wanita yang tamat
Universitas Sumatera Utara
sekolah lanjutan tingkat pertamanya berarti sekurang-kurangnya ia menikah pada usia di atas 16 tahun ke atas, bila menikah diusia lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila menikah setelah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-kurangnya berusia di atas 22 tahun c.
Faktor Keluarga/ Orang tua Biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk menikah
secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan pernikahan, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal yang tidak di inginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal ini merupakan hal yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.
d. Faktor kemauan sendiri Hal ini disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain, sehingga bagi mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh untuk melakukan pernikahan di usia muda. e. Faktor Media massa Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kota maupun desa. Oleh karena itu, media masa sering digunakan sebagai alat menstransformasikan informasi dari dua arah,
Universitas Sumatera Utara
yaitu dari media massa ke arah masyarakat atau menstransformasi diantara masyarakat itu sendiri. Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap
kalangan
masyarakat
di
Indonesia,
tidak
terkecuali
remaja.
Teknologiseperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tetapi di sisi lain juga berdampak negatif. Dampak posifitnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas dan seks bebas. Menurut Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah.
f. Faktor MBA ( Marriage By Accident) Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Pernikahan pada usia remaja pada akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah peliknya. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja tidak pernah menguntungkan, pada hal masa remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa.Selain itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil sebelum menikah mempunyai motivasi untuk melakukan pernikahan usia muda
Universitas Sumatera Utara
karena ada suatu paksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar pentingnya pernikahan. Berdasarkan data penelitian disejumlah daerah menunjukkan adanya trend peningkatan perilaku seks di luar nikah. Beberapa penelitian menunjukkan 2130% remaja Indonesia dikota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, telah melakukan hubungan seks pranikah dikalangan remaja (koran indonesia, 2011). 2.4 Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi Dampak bagi kesehatan reproduksi sering terjadi pada pasangan wanita pada saat mengalami kehamilan dan persalinan.Kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa remaja, alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya. Rahim baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada usia ini fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal. Rahim pada seorang wanita mulai mengalami kematangan sejak umur 14 tahun yang ditandai dengan dimulainya menstruasi. Pematangan rahim dapat pula dilihat dari perubahan ukuran rahim secara anatomis. Pada seorang wanita, ukuran rahim berubah sejalan dengan umur dan perkembangan hormonal (Kusmiran, 2011). Pada seorang anak berusia kurang dari 8 tahun, ukuran rahimnya kurang lebih hanya setengah dari panjang vaginanya. Setelah umur 8 tahun, ukuran rahimnya kurang lebih sama dengan vaginanya. Hal ini berlanjut sampai usia kurang lebih dari 14 tahun (masa menstruasi) hingga besar rahimnya lebih besar sedikit dari ukuran vaginanya. Ukuran ini menetap sampai terjadi kehamilan. Pada usia 14-18 tahun, perkembangan otot-otot rahim belum cukup
Universitas Sumatera Utara
baik kekuatan dan kontraksinya sehingga jika terjadi kehamilan harim dapat ruptur (robek). Di samping itu, penyangga rahim juga belum cukup kuat untuk menyangga kehamilan sehingga resiko yang lain dapat juga terjadi yaitu prolapsus uteri (turunnya rahim ke liang vagina) pada saat persalinan. Pada usia 14-19 tahun, sistem hormonal belum stabil. Hal ini dapat dilihat dari siklus menstruasi yang belum teratur. Ketidakteraturan tersebut dapat berdampak jika terjadi kehamilan yaitu kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi pendarahan, kemudian abortus atau kematian janin. Usia kehamilan terlalu dini dari persalinan memperpanjang rentang usia produktif aktif. Hal ini dapat meningkatkan resiko kanker leher rahim di kemudian hari (Kusmiran, 2011). Dampak pernikahan dini terhadap kehamilan dan persalinan dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pernikahan dini merupakan salah satu faktor keganasan mulut rahim. Wanita yang hamil pertama sekali kurang dari 17 tahun dampir selalu 2 kali lebih memungkinkan terkena kanker serviks di usia tuanya dari pada wanita yang menunda kehamilannya hingga usia 25 tahun atau lebih tua (Manuaba, 2009). Insidensi kanker serviks lebih tinggi terjadi pada wanita yang menikah daripada yang tidak menikah terutama pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda kurang dari 16 tahun (Prawirohardjo, 2002). Remaja beresiko paling besar untuk menghadapi masalah hamil dan melahirkan anak termasuk insiden bayi berat lahir rendah. Studi di New York menunjukkan berat bayi lahir berkurang 200-400 gram pada ibu yang
Universitas Sumatera Utara
melahirkan usia kurang dari 15 tahun dibanding 19-30 tahun. hal ini merupakan resiko ringgi dalam proses kehamilan dan persalinan (Aritonang, 2010). b. Kematian bayi dan abortus. Kejadian ini dua sampai tiga kali lebih tinggi pada kelompok usia dini daripada wanita berusia lebih dari 25 tahun karena remaja cenderung memulai perawatan prenatal lebih lambat daripada wanita dewasa. Remaja juga memiliki resiko lebih besar mengalami kondisi yang berhubungan dengan masalah kehamilan misalnya hipertensi kehamilan (Bobak, 2004). c. Keracunan kehamilan. Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk Eklamsi dan Pre eklamsi. Pre eklamsi dan Eklamsi memerlukan perhatian khusus karena dapat menyebabkan kematian (Bobak, 2004). d. Kemungkinan terkena resiko medik lainnya yaitu Fistula Vesikovaginal (Merembesnya air seni ke vagina) dan Fistula Retrovaginal (keluarnya gas dan feses dari vagina (Mardiya, 2011). e. Mudah terkena penyakit infeksi. Keadaan gizi yang buruk mengakibatkan tubuh mudah terkena infeksi. f. Persalinan lama dan sulit. Persalinan lama dan sulit adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebabnya yaitu kelainan latak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his, mengejan yang salah. g. Anemia kehamilan. Anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan kadar hemoglobin darah kurang dari 11 gr/dL. Di Indonesia, kira-kira 70%
Universitas Sumatera Utara
wanita hamil menderita anemia. Anemia saat hamil muda disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan pentingnya gizi saat hamil (Endjun, 2002). h. Cacat bawaan. Cacat bawaan merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan. Manuaba (2009) mengatakan kehamilan usia terlalu muda dapat menimbulkan pertumbuhan janin dalam kandungan kurang sempurna, persalinan sering diakhiri dengan tindakan operasi, pulihnya alat reproduksi setelah persalinan berjalan lambat, pengeluaran ASI tidak cukup. 2.5 Kerangka Pemikiran Dalam pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan, mendefinisikan pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia seperti ini secara fisik maupun mental sudah mampu atau sudah ada kesiapan memikul tanggung jawab sebagai suami isteri dalam rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, Peneliti membuat bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut :
Faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini : -ekonomi -pendidikan -orang/keluarga -kemauan sendiri -media massa -MBA
Dampak pernikahan dini
Pernikahan dini pada remaja putri
Gambar 3.1. alur kerangka pikir Remaja putri di Desa Mangkai Baru yang melangsungkan pernikahan dini dipengaruhi
beberapa
faktor-faktor
yang
mendorong
mereka
untuk
melangsungkan pernikahan usia muda sehingga menimbulkan dampak kesehatan bagi yang menikah muda tersebut.
2.6. Defenisi Operasional 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah sesuatu hal yang mempengaruhi seorang remaja perempuan untuk membuat keputusan untuk menikah di usia yang masih muda/ remaja. Adapun yang menjadi defenisi oprasional yang Penulis rumuskan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda, dapat diukur melalui indikator. a. Faktor Ekonomi :
1. Jenis pekerjaan orang tua 2. Jumlah pendapatan dari orang tua informan. 3. Jumlah tanggungan orang tua
b. Faktor Pendidikan: 1. Pernah atau tidak mengenyam bangku sekolah
Universitas Sumatera Utara
2. Jenjang pendidikan formal yang diperoleh c. Faktor keluarga/orang tua : 1. Ada tidaknya keluarga/ orang tua yang menikah muda 2. Dijodohkan atau tidak d. Faktor kemauan sendiri : 1. Awal mulai berpacaran 2. Lama masa pacaran dengan suami 2. Pernikahan usia muda merupakan pernikahan remaja dilihat dari segi umur masih belum cukup atau belum matang dimana didalam UU Nomor 1 tahun 1974 pasal 71 yang menetapkan batas maksimun pernikahan di usia muda adalah perempuan umur 16 tahun dan laki-laki berusia 19 tahun itu baru sudah boleh menikah. Tetapi dalam hal ini penulis mempunyai batas dalam pernikahan usia muda yakni yang menikah pada usia dibawah 20 tahun 3. Dampak pernikah usia dini terhadap kesehatan reproduksi adalah hal- hal yang bersifat penyakit sebagai akibat dari pernikahan usia dini.
2.7 Penelitian yang Relevan Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan, ada beberapa hasil penelitian yang relevan antara lain : Pertama, hasil penelitian Rafidah, dkk (2009) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah (Studi kasus 3 Pasangan Suami Istri Muda). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahawa secara umum masyarakat di Kabupaten Porworejo memiliki tanggapan yang negatif terhadap pernikahan usia muda, hal itu dibuktikan dari jawaban-jawaban yang
Universitas Sumatera Utara
diberikan subjek pada angket. Dan diketahui pula bahwa subjek memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai aspek-aspek yang diperlukan dalam sebuah pernikahan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Kedua, hasil penelitian Ira Damayanti (2012) Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi Siswi Kelas XI di SMK 2 Surakata. Hasil penelitian ini ditemukan masih rendahya pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat, baik dari instansi sekolah maupun dari keluarga serta petugas kesehatan. Dari kedua penelitian yang relevan di atas, secara teoritis memiliki hubungan atau relevansi dengan penelitian ini, secara konseptual dapat dijadikan sebagai acuan teori umum bagi peneliti dalam melakukan penelitian, karena kajiannya sama-sama ingin mengetahui tentang pernikahan dini pada remaja. Penelitian yang relevan memfokuskan kepada
faktor serta dampak
pernikahan dini remaja, sedangkan studi penelitian ini lebih memfokuskan kepada pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah. Jadi kajian teori penelitian yang relevan ini dapat dijadikan pedoman peneliti dalam memahami fenomena-fenomena yang ditemukan di lapangan. Kajian pustaka ini, melalui beberapa teori-teori yang telah peneliti kemukakan dapat dijadikan landasan teori yang akan terus dikembangkan
Universitas Sumatera Utara
sejalan dengan pengumpulan data penelitian, juga dapat membantu pembaca dalam memahami temuan penelitian.
Universitas Sumatera Utara