0
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Definisi Keputihan Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genitalia yang bukan darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan menisfestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan.(Winkjosastro, 2008) Keputihan (White discharge, Flour albus) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Mungkin Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik, adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya (Wiknjosastro, 2008,p.271) Keputihan yang istilah medisnya disebut leukore (leucorrhoea) atau flour albus (aliran putih) merupakan salah satubentuk dari vaginal discharge yaitu cairan yang keluar dari vagina(Dalimartha, 2002, p.1) 2. Tanda –tanda keputihan a. Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang – kadang berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada perempuan tertentu.
7
1
b. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal.Keputihan juga dapat dialami oleh perempuan yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah.Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau dari alat kelamin luar.Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga sepuluh hari, dari vaginanya dapat keluar cairan c. akibat pengaruh hormon yang dihasilkan oleh plasenta d. Gadis muda terkadang juga mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas, biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya. 3. Klasifikasi keputihan Menurut Wijayanti (2009:51), keputihan dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Keputihan Fisiologis Dalam
keadaan
normal
ada
sejumlah
sekret
yang
mempertahankan kelembaban vagina yang mengandung banyak epitel dan sedikit leukosit dengan warna jernih.Tanda – tanda keputihan normal adalah jika cairan yang keluar tidak terlalu kental, jernih, berwarna putih atau kekuningan jika terkontaminasi oleh udara, tidak disertai rasa nyeri, dan tidak timbul rasa gatal yang berlebih. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya keputihan fisiologis antara lain bayi baru lahir hingga berusia 10 hari yang disebabkan
2
pengaruh hormon estrogen dari ibunya, masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, seorang wanita yang mengalami gairah seksual, masa sekitar ovulasi karena adanya produksi kelenjarkelenjar pada mulut rahim, pada wanita hamil disebabkan karena meningkatnya suplai darah ke vagina dan mulut rahim sehingga terjadi penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina,akseptor kontrasepsi pil dan IUD, serta seorang wanita yang menderita penyakit kronik atau pada wanita yang mengalami stress. 2) Keputihan Patologis Menurut Manuaba (1998:386), pada keputihan patologis cairan yang keluar mengandung banyak leukosit.Tanda-tanda keputihan patologis antara lain cairan yang keluar sangat kental dan berubah warna,
bau
yang
menyengat,jumlahnya
yang
berlebih
dan
menyebabkan rasa gatal,nyeri serta rasa sakit dan panas saat berkemih.Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keputihan patologis antara lain benda asing dalam vagina, infeksi vaginal yang disebabkan oleh kuman, jamur,virus dan parasit serta tumor, kanker dan keganasan alat kelamin juga dapat menyebabkan terjadinya keputihan. 2. Gejala keputihan Gejala yang timbul pada keputihan bisa bermacam-macam tergantung penyebabnya.Cairan yang, keluar bisa sedikit atau sedemikian banyaknya sehingga memerlukan ganti celana dalam berulang kali atau
3
bahkan memerlukan pembalut.Warna cairan bisa kehijauan, kekuningan, keabu-abuan atau jernih tanpa warna. Kekentalannya pun bervariasi, bisa encer, kental, berbuih atau bergumpal kecil menyerupai susu (Dalimartha, 2002, p.2). Keputihan juga bisa tanpa bau, namun bisa juga berbau busuk atau anyir yang menyebabkan penderitanya menjadi stres dan rendah diri.Keputihan juga bisa disertai dengan keluhan gatal di kemaluan dan lipat paha, rasa panas di bibir kemaluan, rasa pedih sewaktu kencing, atau rasa sakit sewaktu sanggama.Gatal bisa terasa kadang-kadang, atau malam hari saja, namun bisa terasa terus menerus. Bila cairan yang keluar cukup banyak, maka keadaan basah di sekitar lipat paha akan menimbulkan kelembapan yang tinggi sehingga kulit mudah lecet (ekskoriasi). Akibat rasa gatal, maka garukan di alat kelamin dan sekitarnya akan menambah peradangan dan lecet-lecet yang menimbulkan rasa pedih bila kencing dan tersiram air (Dalimartha, 2002, p.2). 3. Penyebab keputihan Dengan memperhatikan cairan yang keluar, terkadang dapat diketahui penyebab keputihan. Penyebab keputihan tersebut antara lain (Wijayanti,2009,53): 1) Infeksi Gonore menghasilkan cairan kental, bernanah dan berwarna kuning kehijauan. 2) Parasit Trichomonas Vaginalis menghasilkan banyak cairan, berupa cairan encer berwarna kuning kelabu.
4
3) Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh kanker. 4) Kelelahan yang sangat. Menurut Maulana (2008:54-58), keputihan yang keluar dari mulut rahim dikenal dengan serviks sensitis atau radang mulut rahim. Hal ini sering menyerang wanita usia reproduksi dan biasanya akibat jamur (kandidiosis), bakteri (vaginosis), parasit (trikomoniasis), atau bakteri lain seperti berbagai kokus (coccen). Bakteri vaginosis merupakan infeksi vaginal yang sering disebabkan oleh bakteri seperti Grandnerella vaginalis.Ini disebabkan oleh banyaknya kontak bacterial dengan vagina, melalui hubungan seksual, ataupun karena kebersihan yang kurang.Sering kali bacterial vaginosis ini disebabkan oleh teknik cebok yang salah, bahkan menyemprotkan air ke arah vagina memungkinkan terjadinya bacterial vaginosis.Biasanya dicirikan dengan adanya noda putih hingga kekuningan dengan bau kurang sedap, dan terasa gatal pada daerah kemaluan. Keputihan karena parasit sepeti Trichomonas vaginalis bisa menyerang wanita maupun pria.Trichomonas biasanya berpindah melalui hubungan seksual, juga dapat berpindah jika seseorang bergantian mengunakan
handuk
atau
underwear.Biasanya
keputihan
akibat
Trichomonas ini terlihat seperti busa dan memiliki bau tak sedap dan mungkin ada sedikit rasa gatal dan kemerahan di sekitar vagina. Keputihan yang disebabkan oleh jamur kandida, biasanya buan karena ditularkan oleh hubungan seksual, meskipun hal itu bisa saja
5
terjadi.Hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan flora vagina. Dalam keadaan normal vagina terdiri atas sedikit jamur dan bakteri perusak, namun jika keduanya tidak seimbang, akan menyebabkan jamur terlalu banyak tumbuh dan menyebabkan peradangan vagina (vaginitis) .Ketidakseimbangan ini bisa jadi karena yang bersangkutan sedang hamil, memiliki penyakit diabetes, meminum pil KB, antibiotik, atau sering melakukan pembersihan vagina dengan cairan pembersih yang sekarang dijual bebas. Keputihan yang disebabkan jamur ini terlihat agak tebal dan kental atau bisa juga terlihat lebih tipis dan seperti susu putih yang basi. Keputihan ini bisa jadi kehijauan, dapat menimbulkan rasa gatal, kemaluan bisa berwarna merah dan bengkak.Penyebab terjadinya keputihan yang lainnya menurut adalah : a) Penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat Jamur tumbuh subur pada keadaan yang hangat dan lembab.Celana dalam yang terbuat dari nilon tidak menyerap keringat sehingga menyebabkan kelembaban.Campuran keringat dan sekresi alamiah vagina sendiri mulai bertimbun, sehingga membuat selangkangan terasa panas dan lembab. Keadaan ini menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan jamur kandida dan bakteri lain yang merugikan. b) Penggunaan celana panjang yang ketat Celana panjang yang ketat juga dapat menyebabkan keputihan karena merupakan penghalang terhadap udara yang berada disekitar daerah genetalia dan merupakan perangkap keringat pada daerah
6
selangkangan.Bila pemakaian jeans digabungkan dengan celana nilon di bawahnya, efeknya sangat membahayakan. c) Penggunaan Deodoran Vagina Deodoran vagina sebenarnya tidak perlu karena dapat mengiritasi membran mukosa dan mungkin menimbulkan keputihan.Deodoran tidak dapat bekerja semestinya karena deodoran tidak mempengaruhi kuman – kuman di dalam vagina.Deodoran membuat vagina menjadi kering dan gatal serta dapat menyebabkan reaksi alergi. Mandi dengan busa sabun dan antiseptik sebaiknya dihindari karena alasan yang sama. Keduanya dapat mematikan bakteri alamiah dalam vagina dengan cara yang mirip dengan antibiotika. d) Asupan gizi Diet memegang peranan penting untuk mengendalikan infeksi jamur.Dengan makan makanan yang cukup gizi kita bias membantu tubuh kita memerangi infeksi dan mencegah keputihan vagina yang berulang. Hindari makanan yang banyak mengandung karbohidrat dengan kadar gula tinggi seperti, tepung, sereal dan roti. Makanan dengan jumlah gula yang berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada bakteri yang bermanfaat yangtinggal di dalam vagina.Selaput lendir dinding vagina mengeluarkan glikogen, suatu senyawa gula.Bakteri yang hidupdi vagina disebut lactobacillus (bakteri baik) meragikan gula ini menjadi asam laktat. Proses ini menghambat pertumbuhan jamur dan menahan perkembangan infeksi vagina. Gula
7
yang dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan bakteri lactobacillus tidak dapat meragikan semua gula ke dalam asam laktat dan tidakdapat menahan pertumbuhan penyakit, maka jumlah gula menjadi meningkat dan jamur atau bakteri perusak akan bertambah banyak. Keputihan tetap terkendali bila makanan yang dikonsumsi adalah karbohidrat dengan kadar gula yang rendah misalnya kol,wortel, ketimun, kangkung, bayam, kacang panjang, tomat danseledri. Makanan ini rendah dalam kalori dan banyak mengandung vitamin dan mineral. Penyebab keputihan sangat bervariasi. Berikut ini adalah penyebab-penyebab keputihan (Dalimartha, 2002, p.3) 1) Infeksi Keputihan karena infeksi dapat disebabkan oleh beberapa jenis jasad renik yaitu : bakteri, jamur, parasit, dan virus 1) Bakteri (kuman) a)
Gonococcus Ada beberapa macam bakteri golongan coccus. Salah satunya Neisseria gonorrhea, suatu bakteri yang bila dilihat dengan mikroskop diplopok (berbentuk biji kopi) intraseluler dan ekstraseluler, bersifat tahan asam, dan bersifat “gram negatif” . (Dalimartha, 2002, p.4)
8
b)
Chlamydia trachomatis Bakteri
sudah
lebih
dahulu
dikenal
sebagai
penyebab penyakit mata yang disebut trakoma, namun ternyata bisa juga ditemukan dalam cairan vagina dan menyebabkan penyakit uretritis non – spesifik (non – gonore).Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit gonorea.(Dalimartha, 2002, p.4) c)
Gardnerella vaginali Bakteri ini sering ditemukan dalam vagina, maka kerap
dianggap
sebagai
bagian
dari
jasad
renik
normal.peradangan yang ditimbulkan oleh bakteri ini disebut vaginosis bacterial. Keputihan yang timbul warnanya putih keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada vagina. Sering kali infeksi ini tanpa gejala (Dalimartha, 2002,p.5) 1) Jamur candida Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan vagina.Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak, dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis.Kirakira 40% keputihan disebabkan oleh jamur Candida,
9
paling
sering
spesies
albicans.
Jamur
ini
bisa
menyerang semua umur, mulai dari bayi, dewasa, sampai usia lanjut. Namun, perempuan di usia subur lebih sering terkena infeksi jamur ini. Suasana asam di vagina yang berubah menjadi bisa memudahkan terjadinya infeksi dengan jamur candida (Dalimartha, 2002, p.5) 2) Parasit Banyak parasit yang bisa hidup di tubuh manusia. Satu diantaranya protozoa dari kelas Mastigophora yang bernama Trichomonas vaginalis.Parasit ini hidup dalam vagina dan uretra baik pada laki-laki maupun perempuan.Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan
Trikomoniasis.Kira-kira
15%
keluhan
keputihan disebabkan oleh parasit ini.Penularannya sebagian besar melalui senggama.Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh banyaknya keluar cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan bauya apek.Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun vagina tampak merah, nyeri bila kencing. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik perdarahan seperti buah strawberi.Bila keputihan sangat banyak, bisa
10
timbul iritasi dilipat paha dan sekitar bibir kemaluan. (Dalimartha, 2002, p.6) 3) Virus Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (VHS) tipe-2 dan Human Papilloma Virus (HPV).Infeksi HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva.Sedangkan Virus Herpes Simplex tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping. (Dalimartha, 2002, p.7) a. Penyakit organ kandungan Keputihan juga bisa timbul bila ada penyakit di organ kandungan.Misalnya peradangan, tumor atau kanker.Pada tumor, misalnya papiloma, sering menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada kanker rahim atau kanker leher rahim (serviks), cairan yang keluar bisa banyak disertai bau busuk dan kadang disertai darah (Dalimartha, 2002, p.9) b. Penyakit menahun atau kelelahan kronis Kelelahan, kurang darah
(anemia), sakit
yang telah berlangsung lama, perasaan cemas, kurang gizi, usia lanjut, terlalu lama berdiri di
11
lingkungan yang panas, peranakan turun (prolaps uteri), dan dorongan seks yang tidak terpuaskan dapat juga menimbulkan keputihan. Keputihan juga berhubungan dengan keadaan lain seperti penyakit kencing
manis(diabetes
mellitus),
kehamilan,
memakai kontrasepsi yang mengandung esterogenprogesteron seperti pil KB atau memakai obat steroid jangka panjang. (Dalimartha, 2002, p.9) c. Pola hidup tidak sehat Pola hidup tertentu seperti penggunaan busana kerja, seperti korset, stoking atau pakaian olahraga yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat juga bisa menimbulkan keputihan.Kebiasaan karbohidrat
dalam
mengkonsumsi jumlah
tinggi
gula juga
atau dapat
menimbulkan keputihan karena tidak semua gula yang masuk kedalam tubuh menjadi asam laktat oleh laktobasilus. Sisa gula yang beredar dalam tubuh menjadi
makanan
jamur
candida
penyebab
keputihan pada perempuan (Wikipedia, 2008)
\
12
d. Stres Gaya hidup tertentu seperti stress, merasa cemas dan kurang istirahat dapat menimbulkan keputihan. Keadaan tersebut dapat menimbulkan bendungan pada pembuluh darah di daerah panggul, sehingga pengeluaran cairan oleh kelenjar di panggul meningkat dan menimbulkan keputihan (Wikipedia, 2008). 4. Akibat yang sering terjadi karena keputihan Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan adalah sebagai berikut: 1) Gangguan Psikologis Respon
psikologis
seseorang
terhadap
keputihan
akan
menimbulkan kecemasan yang berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta tidak percaya diri dalam menjalankan aktifitasnya sehari – hari (Manuaba, 1998).Infeksi alat – alat genetalia, menurut Manuaba (1998:405-408): a) Vulvitis Sebagaian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi lokal, penyebab secara umum jamur.Bentuk vulvitis adalah infeksi kulit berambut dan infeksi kelenjar bartholini.Infeksi kulit berambut terjadi perubahan warna, membengkak, terasa nyeri, kadang – kadang tampak bernanah dan menimbulkan kesukaran bergerak.Infeksi kelenjar bartholini terletak di bagian bawah
13
vulva, warna kulit berubah, membengkak, terjadi penimbunan nanah di dalam kelenjar, penderita sukar untuk berjalan dan duduk karena sakit. b) Vaginitis Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai parasit atau jamur.Infeksi ini sebagian besar terjadi karena hubungan seksual.Tipe vaginitis yang sering dijumpai
adalah
vaginitis
candidiasis
dan
trikomonalis
vaginalis.Vaginitis candidiasis merupakan keputihan kental bergumpal, terasa sangat gatal dan mengganggu, pada dinding vagina sering dijumpai membran putih yang bila dihapus dapat menimbulkan perdarahan, sedangkan trikomonalis vaginalis merupakan keputihan yang encer sampai kental, kekuningan, gatal dan terasa membakar serta berbau. c) Serviksitis Serviksitis merupakan infeksi dari servik uteri.Infeksi serviks sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seksual.Keluhan yang dirasakan terdapat keputihan, mungkin terjadi kontak bleeding saat berhubungan seksual. d) Penyakit radang Panggul (Pelvic Inflammantory Disease) Penyakit
radang
Panggul
merupakan
infeksi
alat
genetaliabagian atas wanita, terjadi akibat hubungan seksual.
14
Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya akan menimbulkan berbagai penyulit yang berakhir dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan kemandulan. Tandatandanya yaitu nyeri yang menusuk-nusuk di bagian bawah perut, mengeluarkan keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan pernafasan bertambah sertatekanan darah dalam batas normal.Penentuan jenis infeksi genetalia ini lebih akurat bila dilakukan pemeriksaan pap smear untuk memungkinkan keganasan(Manuaba, 1998:386). 5. Cara menangani dan mencegah Cara menangani dan mencegah keputihan menurut Kasdu (2005) adalah sebagai berikut : a. Untuk lendir normal tidak perlu diobati, tetapi dengan menjaga kebersihan dan mencegah kelembaban yang berlebihan pada daerah organ kelamin terutama saat terjadi peningkatan jumlah lendir normal. b. Menggunakan antiseptik yang sesuai dengan petunjuk dokter untuk membersihkan vagina dari lendir keputihan yang berlebihan. c. Melakukan perawatan pemeriksaan kesehatan organ intim enam bulan sekali pada wanita yang pernah melakukan hubungan seksual. d. Melakukan deteksi dini kemungkinan adanya kanker serviks dengan tes pap smear (Kasdu, 2005).
15
Cara menangani dan mencegah keputihan menurut Indarti (2004) yaitu sebagai berikut : a. Menjaga organ intim agar tidak lembab setelah buang air kecil atau air besar, bilas sampai bersih, kemudian keringkan sebelum memakai celana dalam. b. Saat membersihkan vagina, membilas dilakukan dari arah depan ke belakang untuk menghindari kuman dari anus ke vagina. c. Menghindari pakaian dalam yang ketat. d. Saat menstruasi mengganti pembalut beberapa kali dalam sehari. e. Jika diperlukan menggunakan cairan pembersih vagina. Menurut Annia (2008) cara mencegah keputihan adalah sebagai berikut : a. Pola hidup sehat yaitu diet seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alcohol serta hindari stress berkepanjangan. b. Setia kepada pasangan,
gunakan kondom untuk mencegah
penyakitmenular sex c. Selalu menjaga kebersihan daerah genetalia dengan menjaganya agartetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana dalamketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak. d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
16
e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. f. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi. b. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya, sedapat mungkin tidakduduk diatas kloset di WC umum atau biasakan mengelap kloset sebelum menggunakannya.
6. Diagnosis Penyebab keputihan dapat didiagnosis dengan memperhatikan umur, keluhan yang timbul, sifat-sifat dari tubuh vagina, hubungan dengan menstruasi, ovulasi, kehamilan, kelainan setempat, dan ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium sederhana (Dalimartha , 2002, p.10). Pada pemeriksaan langsung di sekitar alat kelamin luar, bisa terlihat bibir kemaluan, muara kandung kencing, anus, dan lipat paha. Perhatikan apakah tampak bercak kemerahan yang terasa gatal, perhatikan juga adanya luka lecet, tonjolan-tonjolan kutil berbentuk jengger ayam, gelembung-gelembung kecil berisi cairan yang dasarnya kemerahan, dan cairan keputihan yang bisa ditentukan jumlahnya (sedikit atau banyak), konsistensi (encer, agak kental. kental), warna (putih, putih kekuningan, kuning kehijauan), sifat (bergumpal,berbuih), dan baunya (tidak berbau, bau amis, asam, apak, busuk (Dalimartha, 2002, p.11).
17
Untuk pemeriksaan laboratorium, diperlukan pengambilan cairan keputihan.Cairan keputihan yang ada lalu dihapuskan pada gelas objek.Bisa langsung diperiksa di bawah mikroskop, atau setelah diberi warna baru diperiksa di bawah mikroskop. Dari pemeriksaan tersebut, bila penyebabnya infeksi akan terlihat apakah penyebabnya bakteri, jamur, atau protozoa. Bila diperlukan, cairan keputihan bisa dibiakkan (Dalimartha, 2002, p.11). Dari pemeriksaan darah juga bisa diketahui apakah penderita terinfeksi oleh penyakit kelamin seperti melalui pemeriksaan Venereal Desease Research of Laboratory (VDRL) dan Trephonema Pallidum Hemaglutination Test (TPHA) (Dalimartha, 2002, p.11). Pemeriksaan dalam dilakukan pada perempuan yang telah menikah dengan menggunakan alat untuk melebarkan saluran vagina yang disebut spekulum.Dengan alat ini bisa dilihat saluran vagina dan leher rahim (serviks), apakah ada peradangan (kemerahan), erosi, atau bercak putih.Juga bisa terlihat bila ada benda asing yang tertinggal di saluran vagina, tumor, papiloma ataupun kecurigaan adanya kanker serviks (Dalimartha, 2002, p.11). Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan melakukan biopsy atau pengambilan sel-sel yang lepas dengan cara mengeroknya pada selaput lendir leher rahim. Pengerokan menggunakan spatel khusus untuk pemeriksaan Pap-Smear.(Dalimartha, 2002, p.11).
18
7. Pengobatan keputihan Pengobatan keputihan tergantung penyebabnya.Bila keputihan hanya timbul pada waktu sebelum haid, saat ovulasi, sewaktu hamil, atau ketika sedang minum pil KB, pengobatan cukup dengan konseling.Namun, bila penyebabnya infeksi, tentukan apakah akibat bakteri, jamur, parasit atau virus. Menurut (Dalimartha, 2002, p.12) pengobatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut: 1) Larutan Antiseptik Digunakan untuk membilas cairan keputihan yang keluar dari liang senggama. Larutan ini hanya untuk membersihkan, karena tidak dapat membunuh penyebab infeksi maupun menyembuhkan keputihan akibat penyakit lainnya. 2) Obat – obatan Sebagai contoh Asiklovir yang berupa tablet atau krim. Obat ini digunakan bila penyebab keputihannya adalah virus herpes. Kondiloma bisa diobati dengan larutan Podofilin 25% atau larutan asam trikloro – asetat 40% - 50%, atau salep asam salisilat 20% - 40% yang dioleskan topikal ditempat kutil tersebut berada. Obat cacing bila penyebabnya cacing keremi.Metronidazole bila penyebabnya Trichomonas vaginalis atau Gardnerella.Pada kandidiasis, pengobatan per vaginal dengan Nistatin,
Mikonazol dan
Klotrimazol,
atau per oral dengan
Fluconazol.Pengobatan dengan antibiotika dan anti jamur bisa per oral
19
(diminum) ditambah dengan pengobatan lokal berupa tablet atau krim per vaginal bagi yang sudah menikah. 3) Hormon Estrogen Tablet atau krim yang mengandung hormon estrogen diberikan pada perempuan menopause atau usia lanjut yang mempunyai banyak keluhan. 4) Operasi kecil Hal ini dilakukan bila penyebabnya tumor jinak seperti papiloma, atau bila ada kelainan condiloma. 4) Pembedahan, penyinaran (radioterapi) atau sitostatik (khemoterapi) Tindakan ini dilakukan bila penyebabnya kanker serviks atau kanker kandungan lainnya, tergantung stadiumnya. 8. Komplikasi Bila infeksi sebagai penyebab keputihan maka jasad renik tersebut juga dapat menimbulkan infeksi di saluran kencing, abses bartholini di bibir kemaluan, peradangan di rongga panggul, bahkan sampai menimbulkan gangguan haid dan kemandulan (infertilitas) (Dalimartha, 2002, p.13). Beban jiwa akibat rasa takut dan cemas akan bahaya keputihan, persepsi yang salah bahwa keputihan merupakan awal dari kanker atau merupakan penyakit kelamin, maka dapat menyebabkan penderita menjadi depresi (Dalimartha, 2002, p.13).
20
1. Remaja a. Pengertian Istilah remaja atau Adolescence berasal dari kata latin yaitu adolescere (kata bendanya), adolescentia yang berarti remaja atau dimana mempunyai arti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Al-Mighwar, 2006, p.55). Dalam islam, murahaqoh adalah adolescence yang berarti at-tadarruj (berangsur-angsur). Jadi, artinya adalah berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan, sosial serta emosional (Al-Mighwar , 2006, p.55). b. Batasan Usia Batasanusia remaja menurut (Narendra, 2002, p.139) adalah : 1) Remaja awal (10-14 tahun) 2) Remaja menengah (15-16 tahun) 3) Remaja akhir (17-20 tahun) Menurut(Soetjaningsih, 2004, p.2) batasan usia remaja adalah : 1) Masa remaja awal ( 11-13 tahun) 2) Masa remaja pertengahan (14-16 tahun) 3) Masa remaja lanjut (17-20 tahun. c. Ciri-ciri Remaja Menurut (Al-Mighwar, 2006, p.28-29) ciri-ciri remaja antara lain : 1) Ciri–ciri seks primer a) Ciri-ciri seks primer pada laki-laki
21
(1) Pada laki–laki usia 14 tahun testis yang ada pada scrotummencapai 10% ukuran kematangannya, serta penisbertambah panjang dan besar. (2) Pada anak laki–laki mengalami mimpi basah. b) Ciri-ciri seks primer pada perempuan (1) Pada anak perempuan usia 11 atau 12 tahun, barat uterusberkisar 5,3 gram dan pada usia 16 tahun mencapai rata–rata 43 gram. (2) Menstruasi atau haid pada perempuan (3) Pada anak perempuan usia 16–18 tahun badan menjadilebih gemuk. 2) Ciri–ciri seks skunder Menurut (Al-Mighwar, 2006, p.29-30) ciri-ciri seks skunder padaremaja antara lain : a) Ciri seks sekunder pada perempuan (1) Pinggul yang membesar dan membulat. (2) Buah dada dan putting susu semakin menonjol. (3) Tumbuhnya rambut dikemaluan, ketiak, lengan dan kaki. (4) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat danlubang pori-pori bertambah besar. (5) (Suara berubah menjadi lebih merdu. (6) Kelenjar keringat lebih aktif.
22
(7) Otot semakin kuat dan semakin membesar. b) Ciri seks skunder pada laki-laki (1) Otot-otot tubuh, dada, lengan, paha, dan kaki tumbuh kuat. (2) Tumbuh rambut didaerah kelamin. (3) Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas. (4) Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalamkulit semakin meningkat dan lebih aktif sehingga timbul jerawat. (5) Terjadi perubahan suara d. Tahap Remaja Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbulnya cirri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahanperubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004, p.1). Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (2003), tahapan remaja dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Remaja awal (early adolescence) Seorang remaja dalam tahap ini masih bingung akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik
23
dengan lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis, hal ini menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.Scheinfield dalam buku Al-Mighwar (2006) berpendapat tentang berbagai perubahan interaksi antara remaja laki-laki dan perempuan sepanjang periode pubertas dan masa remaja awal. Pada usia 9-11 tahun : anak laki-laki merasa bermusuhan atautidak peduli terhadap teman perempuan, sedangkan anak perempuan mulai menunjukkan perhatiannya kepadateman sejenisnya. Pada usia 11-14 tahun : menjalin kerja sama dalam berbagai kelompok, dan ada pula yang mulai menjalin cinta. Pada usia 15-17 tahun : tidak sedikit di antara remaja laki-lakidan perempuan yang mulai berpacaran. 2) Remaja Madya (middle adolescence) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman yang dapat memahami dan menolongnya serta teman yang dapat merasakan suka dan dukanya, ia juga menyukai temantemannya yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu mereka juga bersifat sentimental, mudah tergoncang dan bingung.
24
3) Remaja akhir (late adolescence) Tahap ini adalah tahap konsolidasi menujui periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal : a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangoranglain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. c) Terbentuknya identitas seksual yang tidak berubah lagi. d) Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya danmasyarakat. e. Karakteristik Remaja Karakteristik
pertumbuhan
dan
perkembangan
remaja
menurut Arya (2003) terbagi menjadi 3 masa, antara lain : 1) Transisi Biologis, yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik. 2) Transisi
Kognitif,
yaitu perkembangan kognitif remaja
padalingkungan sosial dan juga proses sosio emosional. 3) Transisi Sosial, yaitu hubungan dengan orang tua, teman sebayaserta masyarakat sakit. 2. Pengetahuan a. Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tau, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
25
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003, p.121) b. Tingkatan pengetahun Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk
terbentuknya
tindakan
seseorang
(ovent
behavior).Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan.Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoatmodjo, 2003, p.121-124). 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pemngetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakandan sebagainya.
26
2. Memahami (Comprehention) Memahami
artinya
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tertentu dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis) Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
27
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. c. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Faktor internal a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita – cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal – hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. b. Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
28
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan
banyak
tantangan.
Sedangkan
bekerja
umumnya
merupakan kegiatan yang yang menyita waktu, sehingga pengetahuan mereka tidak bertambah padahal ilmu semakin berkembang. Bekerja bagi ibu – ibu juga akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya. c. umur Menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan seseorang masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. 2. Faktor eksternal a. Faktor lingkungan Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari nursalam : 3 lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya
yang dapat
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b. Sosial budaya System sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
29
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain: a. Faktor predisposisi Faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku itu. Yang masuk dalam dalam kelompok predisposisi ini ialah : 1) Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu melakukan pengindraan terjadi melalui indra manusia, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) (Notoadmojo,2003).
Pengetahuan
diperoleh
dari
pengalaman diri sendiri atau orang lain, pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting
dalam
membentuk tindakkan seseorang (Zein, 2005) 2) Sikap Sikap adalah reaksi tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi stimulus tertentu.Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Sikap menggambarkan
30
suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri ataupun dari orang lain. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap terhadap nilainilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.
Sikap
masyarakat
dipengaruhi oleh tradisi
terhadap
posyandu
juga
dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi (Azwar, 2002). 3) Nilai Budaya Individu lahir diantara kelompok, yaitu keluarga dan masyarakat. Hal ini akan membuat kemungkinan adanya suatu
norma
atau
aturan
yag
diharapkan
mampu
memunculkan perilaku yang normatif atau sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat (Zein, 2005). Nilai ini diperoleh
melalui
sosialisasi
dan
emosi
dikenakan
kepercayaan mereka atas apa yang membuat orang berfikir apakah sesuatu itu penting sehingga dari nilai akan mempengaruhi keseluruhan berbagai perasaan tentang keluarga (Naidoo dan Wills, 2000).
31
4) Kepercayaan Kepercayaan merupakan keyakinan tentang kebenaran terhadap sesuatu yang dirasakan pada budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Sehingga bila dalam masyarakat mempunyai kepercayaan yang salah tentang sesuatu maka dapat menghambat perubahan perilaku. Semakin baik kepercayaan seseorang maka akan semakin baik pula sikap yang terbentuk, sehingga pada akhirnya membuat semakin baik pula perilaku yang dimunculkan oleh orang tersebut (Notoatmodjo, 2003). Kepercayaan didasarkan pada orang yang memiliki informasi tentang obyek atau tindakan. Teori kesehatan terkait perubahan perilaku didasarkan pada gagasan bahwa setiap aktivitas seseorang akan didasarkan pada kepercayaan mereka, sehingga dalam menghadapi suatu perilaku kesehatan akan berpengaruh terhadap status kesehatan individu tersebut (Naidoo dan Wills,2000). 5) Pendidikan Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dann memahami suatu pengetahuan dengan baik sesuai dengan yang mereka peroleh dari kepentingan pendidikan itu sendiri. Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat rendahnya pengetahuan (Suharjo, 2005).
32
Pendidikan yang rendah, tingkat penghasilan yang masih rendah merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan (Rawadi dan Suharjo, 2005) 6) Motivasi Motivasi
adalah
upaya
untuk
menimbulkan
rangsangan, dorongan, ataupun pembangkit tenaga pada seseorang ataupun pada kelompok masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerja sama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Untuk terlaksananya program harus ada dari individu atau masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya merangsang saja (Rawadi dan Suharjo, 2005). b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) Faktor-faktor ini mencakup: 1) Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (fisik dan umum) yang mendukung kelancaran kegiatan pelayanan kesehatan. Fasilitas fisik yaitu fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan yang meliputi puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, vaksin untuk imunisasi dan sebagainya. Sedangkan Fasilitas umum yaitu fasilitas atau sarana kesehatan meliputi media informasi misalnya TV, koran atau majalah, sehingga dapat diketahui bahwa untuk menunjang terlaksananya program pelayana kesehatan
33
supaya berjalan dengan baik maka tidak hanya tahu dan sadar manfaatnya melainkan fasilitas yang lengkap juga dapat menjadi faktor pemicu (Zein, 2005). 2) Jarak dan keterjangkauan tempat pelayanan. Jarak tempat pelayanan kesehatan yang jauh akan membuat seseorang tidak akan datang ketempat pelayanan kesehatan. Selain memerlukan waktu juga menambah biaya akomodasi. (Notoatmodjo, 2003). 3) Sosial Ekonomi Sosial ekonomi seseorang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan
keluarga.
Pendapatan
adalah
sejumlah
penghasilan dari seluruh anggota keluarga. Pendidikan seseorang merupakan faktor yang penting dalam usaha memperolaeh
kesempatan
kerja.
Seseorang
yang
berpendidikan tinggi akan mendapatkan kesempatan kerja. Seseorang yang berpendidikan
tinggi akan
mendapatkan kesempatan memperoleh kerja lebih baik bila dibandingkan dengan seseorang yang berpenghasilan rendah. Pekerjaan yang layak tersebut akan mendapatkan upah
yang
lebih
tinggi
bila
dibandingkan
yang
berpendidikan rendah. (Notoatmodjo, 2003). c. Faktor-faktor penguat atau pendorong (Reinforcing factors) 1) Faktor sikap dan perilaku para petugas kesehatan
34
Sikap dan perilaku disini adalah bagaimana para petugas kesehatan (perawat, bidan, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya) berlaku tidak ramah atau tidak simpatik pada kader ataupun pada pasien bahkan tidak responsif saat menerima pasien serta dalam memberikan tindakan medis. Karena inilah kader enggan untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dalam hal ini motivasi dan dukungan baik dukungan dari tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Dukungan sosial sebagai informasi verbal maupun nonverbal, saran, bantuan yang nyata dan tingkah laku yang diberikan masyarakat dengan subyek didalam lingkungan sosialnya. (Notoatmodjo, 2003). 2) Faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat a) Dukungan kepala desa Desa yang memiliki kepala desa yang selalu memberikan motivasi setiap pelaksanaan kesehatan akan lebih baik kinerja dan kelestarian kesehatan dibandingkan dengan desa yang kepala desanya tidak memberikan motivasi sama sekali. Dorongan motivasi pemberian
tersebut tugas
dapat yang
berupa selalu
pemberian-
dimonitir
dan
disupervisi, selalu memberitahukan mana yang
35
benar dan mana yang salah dalam supervisi, selalu akan
mempertimbangkan
kemampuan
tenaga
kesehatan sebelum memberi tugas, dalam memberi tugas selalu ada imbalan apapun bentuknya baik itu imbalan material ataupun hanya ucapan terima kasih (Sarwono, 2008) b) Dukungan tokoh agama Dukungan tokoh agama mempunyai pengaruh di masyarakat. Selanjutnya tokoh agama ini dapat menjebatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat. Pada masyarakat yang masih petrenalistik
seperti
di
Indonesia
ini
tokoh
masyarakat dan tokoh agama merupakan panutan prilaku masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu apabila toma dan toga sudah mempunyai perilaku sehat, maka akan mudah ditiru oleh anggota masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan mencari dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para toga dan toma, seminar, loka karya, penyuluhan dan sebagainya. Dukungan dari tokoh agama sangat berperan
penting
dalam
memotivasi
perilaku
seseorang untuk aktif dalam kegiatan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
36
Undang-undang maupun peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung
dalam
interaksi
manusia
dengan
lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi bentuknya perilaku terbagi menjadi 2 faktor yaitu: a. Faktor internal Faktor internal berfungsi untuk mengelola rangsangan dari luar, faktor ini meliputi: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, dan motivasi. b. Faktor eksternal Faktor eksternal ini meliputi lingkungan fisik maupun non fisik seperti: iklim, manusia, sosial ekonomi, dan budaya. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
perilaku
berawal
dari
adanya
pengalaman-pengalaman seseorang serta faktorfaktor diluar tersebut (lingkungan) baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan
dipersepsikan
dan
sehingga
menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak
37
yang pada akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku. 3. Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: 1. Baik
: Hasil Prosentase 76% - 100% ( 30-40) jawaban benar
2. Cukup
: Hasil Prosentase 56% - 75% ( 22-29) jawaban benar
3. Kurang : Hasil Prosentase < 56% ( < 22 ) jawaban benar 3. Perilaku a. Pengertian perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Sedangkan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003, p.114) Menurut Skiner seorang ahli psikologi, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan
38
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dalam teori Skiner tersebut membedakan adanya dua respon (Notoatmodjo,2003, p.114) antara lain : 1) Respondent
respons
atau
flexive,
yakni
respon
yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. 2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003, p.115) antara lain : 1) Perilaku tertutup (covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
39
2) Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. a. Domain perilaku Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik ataufaktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.Faktor-faktor
yang
membedakan
respon
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadidua (Notoatmodjo, 2003, p.120) antara lain : 1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
40
Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2003),membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain atau kawasan yakni:kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).Dalam perkembanganya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan, sikap dan praktik atautindakan. b. Faktor-faktor perilaku Faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku menurut teori Lawrence Green (Notoatmodjo, 2003, pp.164165) : 1) Faktor – faktor predisposisi (predisposing factors) Faktor – faktor sikap
masyarakat
ini mencakup : pengetahuan dan terhadap
kesehatan,
tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi dan sebagainya. 2) Faktor – faktor penentu (enablingfactors) Faktor – faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
41
puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta dan sebagainya.Untuk
berperilaku
sehat
masyarakat
memerlukan sarana dan prasarana pendukung. 3) Faktor – faktor penguat (reinforcing factors) Faktor – faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku
para
petugas
termasuk
petugas
kesehatan.Termasuk juga disini undang – undang, peraturan – peraturan baik baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang – kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku.
42
B. Kerangka teori
Faktor predisposisi : Type equation here. a. pengetahuan b. Pola hidup tidak sehat c. Kepercayaan d. Sistem Nilai e. Tingkat Pendidikan f. Tingkat Sosial g. Sosial Ekonomi
Faktor pemungkin : Sarana dan prasarana
Perilaku pencegahan keputihan
Faktor penguat : a. b. c. d.
Sikap petugas Perilaku petugas Undang -undang Peraturan-peraturan
Bagan 1 : Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Teori Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2003) dan Dalimartha 2001
43
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Pengetahuan tentang keputihan
Variabel Terikat Perilaku pencegahan keputihan
Bagan 2 : Kerangka Konsep
D. Hipotesis Ada hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan di Madrasah Aliyah Negri 1 Semarang tahun 2012