BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Akuntansi
2.1.1
Pengertian Akuntansi Menurut Kieso (2007:4) yang diterjemahkan oleh Handikad Wasilah,
Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan. Sedangkan menurut Waren (2008:10): “Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentngan itu meliputi kreditor, pemasok, investor, karyawan, pemilik, dan lain-lain.” Sedangkan menurut Munawir (2004:5) : “Akuntansi adalah seni daripada pencatatan, penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepattepatnya dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya.” Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
Akuntansi sebagai sistem informasi adalah informasi ekonomi dari kegiatan (transaksi) organisasi ataupun perusahaan.
12
13
Akuntansi adalah proses pengindentifikasikan, pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi ekonomi yang berupa laporan keuangan.
Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan berguna untuk penilaian dan pengambilan keputusan bagi pihak yang memerlukan.
Maka dari itulah akuntansi disebut sebagai bahasa bisnis atau dunia usaha. Melalui akuntansi kita akan memperoleh informasi tentang keadaan suatu perusahaan yang memungkinkan kita menilai keberhasilan perusahaan tersebut. 2.1.2
Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum IAI (2001:411.1) menjelaskan frasa “prinsip akuntansi berlaku umum”
adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk merumuskan praktik akuntansi yang berlaku umum pada saat tertentu. Dengan pengertian yang hampir sama, Miller (1985:7) menyatakan prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP) merupakan rajutan dari berbagai aturan dan konsep. Aturan dan konsep ini awalnya dikembangkan dari praktik tetapi telah ditambah dan dikurang oleh badan yang punya otoritas. Prinsip akuntansi berlaku umum mengacu pada berbagai sumber. Sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia menurut IAI (2001:411.2) adalah sebagai berikut: a. Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia; b. Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang
14
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada dan berlaku umum, dengan syarat dalam prosesnya penerbitan tersebut terbuka untuk dikomentari oleh publik dan badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tidak menyatakan keberatan atas penerbitan pernyataan tersebut; c. Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menginterpretasikan atau menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada berlaku umum, atau pernyataan yang tersebut pada butir b yang penerbitannya tidak pernah dinyatakan keberatan dari badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tetapi belum pernah secara terbuka dikomentari oleh publik; d. Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berlaku umum karena mencerminkan praktik yang lazim dalam industri tertentu, atau penerapan dalam keadaan khusus dari pernyataan yang diakui sebagai berlaku umum, atau penerapan standar akuntansi internasional atau standar akuntansi yang berlaku umum di wilayah lain yang menghasilkan penyajian substansi transaksi secara lebih baik. Dari uraian di atas bahwa sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia adalah prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI, pernyataan pakar pelaporan, dan praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui berlaku umum.
15
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Laporan keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (2012)
pengertian Laporan Keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut: “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.” Menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Soemarsono (2004:34) : “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.” Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan manajer atas perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasilhasil operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada hakekatnya hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang dapat menggambarkan performa atau kinerja keuangan dari perusahaan yang bersaing.
16
Karakteristik kualitas laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Decision Maker and Their Characteristics Karakteristik pembuat keputusan : a. Menetapkan laporan keuangan mana yang berguna, penetapan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, metode keputusan yang dipakai. b. Metode pengambilan keputusan yang dipakai. c. Informasi yang telah dimiliki atau didapat dari sumber lain. d. Kapasitas pembuat keputusan dalam mengolah informasi. b. Constraint Dalam
menyediakan
laporan
keuangan
yang
berguna
harus
dipertimbangkan batasan (constraint) yaitu : Cost – Benefit (Pervasive Constraint) Cost dalam menyediakan laporan keuangan harus ditimbang dengan benefit yang di dapat dari menggunakan laporan tersebut. Batasan untuk membatasi biaya pelaporan, diantaranya : 1. Laporan harus tidak memuat informasi diluar kemampuan manajemen atau yang mana manajemen bukan sumber terbaik dari laporan tersebut, sebagai contoh laporan mengenai kompetitor. 2. Manajemen harus tidak diminta untuk melaporkan informasi yang secara signifikan akan merugikan posisi kompetisi perusahaan.
17
3. Manajemen harus tidak diminta untuk menyediakan forecasted financial statements, manajemen hanya menyediakan informasi yang membantu user meramalkan sendiri kondisi keuangan perusahaan di masa datang. c. Materiality (Threshold for Recognition) Batasan materiality berhubungan dengan pengaruh sebuah item dalam operasi keuangan sebuah perusahaan. Materiality adalah suatu faktor yang dapat mengubah keputusan. Laporan keuangan dapat disebut relevan bila : a.
Dapat memberikan gambaran masa lalu (Feedback Value)
b.
Dapat memberikan gambaran masa depan (Predictive Value)
c.
Tepat waktu (Timeliness) d. Reliability Reliabilitas laporan keuangan disebut reliable jika dapat diverifikasi,
representational faithfulness, dan netral. e. Neutrality Laporan keuangan bersifat netral, contohnya laporan keuangan untuk intern dan laporan keuangan untuk pajak seharusnya netral (sama). f. Verifiability Laporan keuangan harus bisa diverifikasi oleh metoda akuntansi lain dan hasilnya sama.
18
g. Representational Faithfulness Laporan keuangan harus dapat dipercaya, angka dan penjelasan yang dilaporkan adalah apa yang memang terjadi. h. Comparability Laporan keuangan akan lebih bernilai apabila bisa dibandingkan dengan industri yang sejenis. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.
2.2.2
Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut APB Statement nomor 4, sumber :
Harahap (2009:133), adalah : 1. Tujuan Umum Menyajikan laporan posisi keuangan, posisi usaha dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima.
2. Tujuan Khusus Memberikan informasi mengenai kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perusahaan kekayaan dan kewajiban serta informasi lainnya yang relevan.
19
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi : a) Aset b) Liabilitas c) Ekuitas d) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian e) Kontribusi dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik f) Arus kas Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. Tujuan dari laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2012) adalah : “Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.”
Laporan keuangan disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan
20
ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.2.3
Pemakai Laporan Keuangan Beberapa pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan
menurut Fahmi (2011:78) adalah sebagai berikut : a. Investor Investor memerlukan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan untuk membantu dalam menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga membutuhkan informasi untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. b. Karyawan Karyawan membutuhkan informasi untuk dapat menilai mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
21
perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya menggunakan laporan keuangan untuk memungkinkan mereka menilai apakah jumlah yang terhutang dapat dibayar pada saat jatuh tempo. e. Pelanggan Para
pelanggan
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan. f. Pemerintah Pemerintah berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
22
g. Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan
(trend)
dan
perkembangan
terakhir
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2.4
Komponen Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 1 (2012) laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
komponen-komponen berikut ini: 1.
Laporan Posisi Keuangan Menurut Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Laporan Keuangan (BAPEPAM-LK) Nomor: Kep-06/PM/2000 laporan posisi keuangan (neraca) didefinisikan sebagai berikut: “Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan, yang menunjukkan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Dalam neraca, aktiva lancar disajikan terpisah dari aktiva tidak lancar dan kewajiban lancar terpisah dari kewajiban tidak lancar, kecuali untuk industri tertentu yang diatur secara khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.” Laporan posisi keuangan disajikan berdasarkan likuiditas dan fleksibilitas finansial perusahaan, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat prediksi terhadap keadaan-keadaan keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. Sedangkan fleksibilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana.
23
2.
Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan laba rugi komprehensif merupakan ringkasan aktivitas usaha
perusahaan untuk periode tertentu yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya. Laporan laba rugi mencerminkan aktivitas operasional perusahaan dan aktivitas lainya. Laporan ini menyadiakan rincian pendapatan, beban, untung dan rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
3.
Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang secara
sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada suatu periode akuntansi tertentu. Laporan perubahan ekuitas bermanfaat untuk mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas aktiva perusahaan.
4.
Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang dapat memberikan informasi
tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas selama satu periode tertentu. Laporan arus kas menyajikan sacara sistematis informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut.
24
5.
Catatan atas Laporan Keuangan Menurut Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-06/PM/2000, catatan
atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang ada dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan juga mengungkapkan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
6.
Laporan Posisi Keuangan pada Awal Periode Komparatif Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (2012),
laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
2.2.5
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2004:6) laporan keuangan bersifat historis serta
menyeluruh dana sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari datadata yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :
25
1. Fakta yang timbul (Recorded fact) Sifat ini menunjukkan bahwa data dari laporan keuangan itu dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi atau peristiwa-peristiwa atau transaksi yang telah terjadi seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan dalam bank, jumlah piutang, persediaan barang dagang, hutang maupun aktiva tetap, yang dimiliki perusahaan. 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting conversation and postulate) Sifat ini berarti bahwa data yang dicatat itu berdasarkan pada prosedur maupun anggaran-anggaran tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (General Accept Accounting Principles), hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman. 3. Pendapat pribadi (personal judgment) Sifat ini dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan akuntansi telah diatur oleh konveksi-konveksi atau dalil-dalil dasar yang sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvesi-konvesi dan dalil tergantung dari akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan. Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan, keterbatasn itu antara lain : 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan kejadian yang telah lewat bukan masa kini. Karena laporan keuangan tidak dapat dianggap
26
satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan nilai (harga) perusahaan saat ini. 2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dari beberapa pertimbangan. 4. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan keuangan diasumsikan variasi dalam pengukuran sumbersumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. Metode penilaian boleh menggunakan metode FIFO (First in First Out) dan Average yang hasilnya pasti berbeda. Demikian juga dengan penyusutan : Garis Lurus, Saldo Menurun, Sum of The Years Digit dan sebagainya (Harahap, 2009 :16).
2.3
Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2012:66) Analisis Laporan Keuangan adalah suatu
proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dan hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau
27
menutupi kelemahan tersebut. Kemudian, kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula. Kesalahan dalam memasukkan angka atau rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai. Kemudian, hasil perhitungan tersebut dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya.
2.3.1
Tujuan dan Manfaat Analisis Menurut Kasmir (2012:68) ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai
pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah: 1.
Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode,
2.
Untuk mengetahui kelemahan-kelamahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan,
3.
Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki,
4.
Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini,
28
5.
Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal,
6.
Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
2.4
Rasio Keuangan Untuk mengetahui kemampuan finansial perusahaan, adalah dilihat dari
laporan keuangan. Salah satu cara menganalisis laporan keuangan adalah melalui analisis rasio keuangan. Analisis ini akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen dan prospeknya di masa yang akan datang serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh seorang business enterprise.
2.4.1
Pengertian Rasio Keuangan Pengertian rasio keuangan menurut Sofyan S. Harahap (2009:297) adalah
sebagai berikut : “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2012:104) adalah sebagai berikut : “Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun berbeda periode.”
29
Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa rasio keuangan perusahaan adalah perbandingan antara komponen-komponen dalam laporan keuangan yang mempunyai hubungan yang relevan sehingga dapat diketahui kinerja keuangan perusahaan.
2.4.2
Jenis-jenis Rasio Keuangan Pada umumnya rasio yang dipergunakan dalam mengukur kinerja
keuangan adalah rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas. Namun sebenarnya banyak lagi rasio yang dapat dihitung dari laporan keuangan yang dapat memberikan informasi bagi analis, misalnya rasio leverage, produktivitas, rasio pasar modal, rasio pertumbuhan, dan sebagainya. Adapun rasio keuangan yang sering digunakan menurut Harahap (2009:304-306) adalah : 1. Rasio Likuiditas Rasio
likuiditas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut : a. Rasio Lancar Rasio ini menunjukkan sejauh mana aset lancar menutupi kewajiban lancar, rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rasio Lancar =
Aset Lancar Liabilitas lancar
30
b. Rasio Cepat (Quick ratio) Rasio ini menunjukkan kemampuan aset lancar yang paling likuid mampu menutupi liabilitas lancar, rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rasio Cepat =
kas + surat berharga + piutang Liabilitas lancar
c. Cash Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di bank. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑎𝑠ℎ + Efek Liabilitas lancar
2. Rasio Solvabilitas Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio solvabilitas antara lain : a. Rasio Utang atas modal Rasio ini menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar, rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
31
Rasio Utang atas Modal =
Total liabilitas Modal (ekuitas)
b. Debt Service Ratio Rasio ini menggambarkan sejauh mana laba setelah dikurangi bunga dan penyusutan serta biaya nonkas dapat menutupi kewajiban bunga dan pinjaman, rasio ini dihitung dengan rumus : Rasio pelunasan utang =
Total liabilitas Total aset
3. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas atau disebut juga rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. a. Margin laba Jenis rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan, rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 laba =
Pendapatan bersih Penjualan
32
b. Return on Asset Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 =
Laba bersih Total aset
c. Return on Equity Rasio ini menggambarkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari equity. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =
Laba bersih 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
d. Earning per Share Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuar per lembar saham menghasilkan laba. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 =
Laba bersih Jumlah saham biasa yang beredar
33
e. Contribution Margin Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasional lainnya, rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
Laba kotor Penjualan
4. Rasio Leverage Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh liabilitas atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (ekuitas). Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus : 𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
Liabilitas Modal
5. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini antara lain : a. Inventory Turn Over Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal, rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 =
Harga Pokok Penjualan Rata − rata persediaan barang
34
b. Receivable Turn Over Rasio ini menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang dilakukan dengan cepat, rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus : 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 =
Penjualan kredit bersih Rata − rata piutang
c. Fixed Asset Turn Over Rasio ini menunjukkan seberapa kali nilai aset berputar bila diukur dari volume penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 𝐹𝑖𝑥 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 =
Penjualan Aset Tetap Bersih
d. Total Asset Turn Over Rasio ini menunjukkan perputaran total aset diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aset menciptakan penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 =
2.4.3
Penjualan Total Aset
Return on Asset (ROA) Perusahaan yang telah Go Public meningkatkan profitabilitas dengan cara
meningkatkan penjualannya. Perusahaan selalu berupaya agar ROA dapat selalu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi ROA menunjukkan
35
semakin efektif perusahaan memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Profitabilitas yang tinggi merupakan suatu keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba berdasarkan aktivanya maupun berdasarkan modal sendiri. Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena profitabilitas yang tinggi merupakan tujuan dari perusahaan. Jika dilihat dari perkembangan rasio profitabilitas menunjukkan suatu peningkatan hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang efisien (Riyanto, 2011). Menurut Kasmir (2012:201) ROA adalah : “ROA adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan”. Sedangkan menurut I Made (2011:22), ROA adalah kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rumus yang digunakan untuk mencari rasio Return On Asset adalah sebagai berikut: 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 (𝑅𝑂𝐴) =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan
36
tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
2.4.4
Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal.
Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono, 2008:66). Rumus Debt to Equity Ratio menurut Sofyan S. Harahap (2009:303) : 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Total Utang Modal (𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)
Sedangkan menurut (Devi dan Sudjarni, 2012:3) ketika suatu perusahaan memiliki nilai debt to equity ratio yang tinggi, maka harga saham perusahaan akan menurun. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas dapat di simpulkan bahwa Debt to Equity Ratio merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam membayarkan kewajiban dengan modal sendiri yang untuk membiayai utang perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi hutang perusahaan maka semakin tinggi risiko keuangan yang dapat mengakibatkan kerugian yang ditimbulkan oleh perusahaan.
37
2.5
Saham
2.5.1
Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar modal yang paling banyak
diminati oleh investor, karena mampu memberikan tingkat pengembalian yang menarik. Saham adalah kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang telah dijelaskan kepada setiap pemegangnya (Irham, 2012:81). Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:5) pengertian saham adalah sebagai berikut: “Saham (stock) merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.” Sedangkan menurut Fahmi dan Lavianti (2009:105) yang dimaksud dengan saham adalah: a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan di ikuti dengan hak dan kewajibannya yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.
2.5.2
Jenis Saham Saham yang beredar di masyarakat terdapat dalam berbagai jenis. Adapun
maksud
dari
pembagian
ini
adalah
hanya
untuk
membedakan
dari
38
karakteristik saham itu sendiri. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:367), saham dapat dibedakan menjadi : 1. Berdasarkan cara pengalihannya a. Saham atas unjuk (Bearer stock) Di atas sertifikat ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Pemilik saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta gantinya. b. Saham atas nama (Registered stock) Di atas sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya. 2. Berdasarkan manfaatnyaa. a. Saham biasa (Common stock) Saham biasa selalu ada dalam struktur modal saham. Jenis-jenis saham biasa antara lain: saham biasa unggulan, saham biasa yang tumbuh, saham biasa yang stabil, dan lain-lain. b. Saham preferen (Prefered stock) Saham preferen terdiri dari beberapa jenis, antara lain: saham preferen kumulatif, saham preferen bukan kumulatif, dan lain-lain.
39
2.5.3
Kepemilikan dan Karakteristik Saham Kepemilikan saham biasa pada suatu perusahaan menurut Sunariyah
(2007:134) dapat berbentuk : 1. Kepemilikan saham pribadi, yaitu semua saham biasa dari perusahaan yang dimiliki secara pribadi atau individual. 2. Kepemilikan saham tetap, yaitu semua saham biasa dari perusahaan yang dimiliki oleh sebuah kelompok investor kecil seperti keluarga. 3. Kepemilikan saham publik, yaitu saham biasa perusahaan yang telah dimiliki oleh publik dan dimiliki oleh sebuah kelompok besar yang tidak ada hubungannya antar individu dan suatu lembaga investasi.
2.5.4
Keuntungan Pembelian Saham Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:9) keuntungan yang diperoleh
investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu: 1. Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang diberikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen beruapa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki
40
seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2. Capital Gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
2.5.5
Risiko Kepemilikan Saham Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:10), ada beberapa risiko yang
dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu: 1. Tidak Mendapat Dividen Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, perusahaan tidak dapt membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi keuntungan investor untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. 2. Capital Loss Dalam aktivitas perdagangn saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang investor mengalami capital loss.
41
2.6
Harga Saham
2.6.1
Pengertian Harga Saham Harga saham adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor
yang lain. Sedangkan harga pasar terjadi setelah saham tersebut dicatatkan ke bursa efek pada pasar sekunder. Jadi harga saham yang diterbitkan setiap harinya adalah harga pasar. Penentuan harga ini tentunya akan berbeda dengan harga perdana (primary price) dari suatu harga saham. Harga saham perdana merupakan harga yang terdiri atas hasil negosiasi antara penjamin emisi dengan calon emiten. Menurut Sunariyah (2007:128) harga saham adalah : “Cermin tentang kondisi perusahaan. Dengan harga saham yang tinggi dapat digunakan sebagai ajang promosi tentang kondisi perusahaan.” Sebagai surat berharga yang ditransaksikan di pasar modal, harga saham selalu berfluktuasi, naik dan turun dari satu waktu kewaktu yang lain, seperti komoditi pada umumnya. Fluktuasi harga tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan harga akan cenderung naik. Sebaliknya, jika terjadi kelebihan penawaran harga saham cenderung turun. Husnan (2005:133) mengemukakan analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini. Nilai intrinsik menunjukkan nilai sekarang arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan adalah sebagai berikut :
42
1. Apabila nilai intrinsik lebih besar dari harga pasar pada saat ini, maka harga saham tersebut dinilai undervalued (harga terlalu rendah) dan seharusnya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki. 2. Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka harga saham tersebut dinilai overvalued (harga terlalu mahal) oleh karena itu sebaiknya saham tersebut dijual. 3. Apabila nilai intrinsik sama dengan harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan. Tinggi rendahnya harga saham perusahaan di pasar modal ditentukan oleh tinggi rendahnya permintaan akan saham perusahaan yang bersangkutan. Semakin besar permintaan dengan asumsi penawaran tetap, maka semakin tinggi harga saham tersebut. Sebaliknya, jika penawaran tinggi karena banyak investor yang menjual saham yang dimilikinya, maka akan menyebabkan turunnya harga saham (Salma Saleh, 2009).
2.6.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Harga saham bisa berubah-ubah dengan cepat, menurut Fahmi dan
Lavianti (2009:114) ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan perubahan harga saham yaitu sebagai berikut : a. Kondisi fundamental emiten atau perusahaan Semakin baik kinerja perusahaan maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham ataupun sebaliknya ketika kinerja perusahaan tidak baik (buruk) akan terjadi penuruan terhadap harga saham.
43
b. Permintaan dan penawaran Dimana pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung naik atau meningkat begitu pula sebaliknya, ketika permintaan terhadap saham tersebut menurun, maka harga saham yang ditawarkan tersebut akan ikut menurun pula. c. Harapan dan perilaku investor Harapan dan perilaku investor didasarkan pada sejumlah deviden sebelumnya, pendapatan yang ada dan perkiraan di masa yang akan datang, strategi-strategi investasi dan keputusan-keputusan pendanaan. d. Tingkat suku bunga Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian terhadap pemegang saham pun akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi tentu akan berdampak pada alokasi dana investor. Selain itu kenaikan bunga juga berdampak pada bertambahnya hutang perusahaan.
2.6.3
Analisis Terhadap Harga Saham Terdapat dua model dan teknik analisis dalam penilaian harga saham, yaitu
analisa fundamental dan analisa tekhnikal. 2.6.3.1 Analisis Fundamental Menurut Sunariyah (2007:203) analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham biasa dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga
44
saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. Di dalam membuat model peramalan tersebut, hal-hal terpenting adalah menganalisis faktorfaktor fundamental perusahaan seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden dan lain-lain yang diperkirakan mempengaruhi harga saham.
2.6.3.2 Analisis Tekhnikal Menurut Sunariyah (2007:204) analisis tekhnikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis tekhnikal adalah sebagai berikut : 1. Analisis tekhnikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan 2. Fokus analisis tekhnikal adanya ketepatan waktu 3. Tekhnikal analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis pergerakan di dalam pasar dan/atau suatu saham.
Perbedaan analisis fundamental dan analisis tekhnikal dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini :
45
Tabel 2.1 Perbedaan Analisis Fundamental dan Analisis Tekhnikal No
Variabel
Fundamental
Tekhnikal
1
Fokus perhatian harga
(overvalued undervalued)
atau Timing (upward atau downward)
2
Horison investasi
3
Informasi utama
Jangka menengah dan Jangka pendek panjang Perusahaan atau emiten Psikologis investor
4
Motif utama
Deviden dan pertumbuhan
Capital gain
5
Strategi utama
Beli dan simpan
Berpindah
6
Karakter investor
Menabung dan investasi
Pedagang institusional
2.7.
Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
2.7.1
Pengaruh Return On Asset Terhadap Harga Saham Return
On
Asset
(ROA)
merupakan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan (Agus Sartono, 2008:123). Dengan meningkatnya ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan semakin meningkat. Menurut Nurhikmah (2012:109) menyebutkan bahwa jika nilai ROA tinggi maka kemampuan manajemen perusahaan mengoptimalkan aset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan semakin tinggi dan ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap harga saham yang bersangkutan. Dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat ROA mengalami kenaikan, maka kinerja manajemen dalam mengoptimalkan aset perusahaan dalam
46
memperoleh keuntungan sangat baik. Hal ini akan berpengaruh juga terhadap kenaikan harga saham perusahaan di pasar modal dikarenakan tingkat ROA yang baik.
2.7.2
Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal.
Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang. Dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ketika perusahaan lebih banyak dibiayai oleh hutang maka perusahaan akan sulit untuk mendapatkan investor untuk membeli saham perusahaan yang dijual di pasar modal (Sartono, 2008:66). Berdasarkan penelitian Stella (2009:105), Debt to Equity Ratio terhadap harga saham mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,00. Hal ini berarti DER berpengaruh negatif terhadap harga saham. Kesimpulan ini mengimplikasikan bahwa dengan meningkatnya DER, daya tarik saham perusahaan akan menurun di mata investor karena hal tersebut dapat berarti bahwa proporsi hutang perusahaan bertambah besar sehingga perusahaan mempunyai beban semakin berat.
47
2.8
Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No
Peneliti/Tahun
Judul
Metode
Perbedaan / persamaan
1
Hartono dan Analisis Analisis Parulian (2009) Hubungan Korelasional Profitabilitas dengan pergerakan Harga Saham pada Sektor Usaha Perbankan di Bursa Efek Indonesia
Peneliti sebelumnya menggunakan rasio ROA, NPM dan EPS sedangkan penulis menggunakan rasio ROA, DER
2
Fillya Arum Analisis faktor Kuantitatif Pandansari fundamental (2012) terhadap harga saham
Peneliti sebelumnya menggunakan rasio ROA, DER dan BVS sedangkan penulis hanya menggunakan rasio ROA, DER
3
Salma Saleh, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. I No.1 Januari 2009
Pengaruh ROA, Kuantitatif ROE, dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan di Indonesia
Peneliti sebelumnya meneliti ROA, ROE dan EPS sedangkan penulis meniliti ROA tidak meneliti EPS dan ROE-nya
4
Yeye Susilowati Reaksi signal Kuantitatif dan Tri Turyanto rasio (2011) profitabilitas dan rasio solvabilitas terhadap return
Penulis tidak membahas return saham. Penulis dan peneliti sebelumnya mempunyai
48
saham perusahaan
kesamaan membahas rasio profitabilitas (ROA) dan rasio solvabilitas (DER)
5
Desy Arista dan Astohar. Jurnal ilmu manajemen dan akuntansi terapan Vol. II No. 1, Mei 2012
Analisis faktor- Kuantitatif faktor yang mempengaruhi return saham
Penulis tidak memasukan indikator EPS, PBV dan return saham dalam penelitian. Sama-sama menelitia ROA dan DER
6
Njo Anastasya et. al. Jurnal akuntansi & keuangan Vol. 5, No.2 Nopember 2003
Analisis faktor Kuantitatif Fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham properti di BEJ
Peneliti sebelumnya meneliti nilai intrinsik, nilai pasar, ROA, ROI, ROE, BV, DER, deviden earning, price earning ratio. Sedangkan penulis hanya meneliti ROA, DER terhadap harga saham
7
Gede Priana Pengaruh Price Kuantitatif Dwipratama Book Value, (2009) Debt Equity Ratio, Earning Per Share, Dividen Payout Ratio dan Return On Asset terhadap harga saham (studi empiris pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI)
Peneliti sebelumnya meneliti PBV, DER, EPS, DPR dan ROA terhadap harga saham. Sedangkan penulis hanya meneliti ROA dan DER terhadap harga saham
8
Novi Indriana Pengaruh DER, Kuantitatif (2009) BOPO, ROA dan EPS
Peneliti sebelumnya meneliti DER,
49
terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Bank Devisa.
2.9
BOPO, ROA dan EPS. Sedangkan penulis hanya meneliti ROA dan DER.
Kerangka Pemikiran Pasar modal adalah tempat dimana perusahaan menjual sahamnya kepada
para calon investor yang ingin menanamkan modalnya dalam bentuk lembaran saham. Investor akan menentukkan perusahaan yang baik untuk di investasikan dengan menganalisa kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis rasio. Menurut hasil penelitian Syahib Natarsyah (2000), Return on Asset mempunya hasil yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja semakin baik sehingga mampu memberikan laba bagi perusahaan dan akan mengundang investor untuk membeli saham yang mengakibatkan harga saham tinggi. Sebaliknya, apabila Return on Asset semakin kecil menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan perusahaan mendapatkan kerugian, maka investor kurang suka melirik saham perusahaan tersebut dan harga sahamnya akan rendah. Hasil penelitian Fillya Arum Pandanasari (2012:33), return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER), book value per share (BVS) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
50
Menurut Anoraga dan Prakarti (2003:58) harga pasar adalah harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka pemikiran penelitian adalah sebagai berikut:
H1
Return On Asset
Harga Saham H3 H2 Debt to Equity Ratio
Keterangan :
= Variabel diteliti secara simultan = Variabel diteliti secara parsial
2.10 Hipotesis Penelitian Sugiyono (2009:93) menyatakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang
51
dikemukakan baru berdasarkan pada teori yang peneliti peroleh, belum berdasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh melalui pengumpulan dan analisis data. Maka dari itu, berdasarkan teori dan kerangka pikiran yang telah peneliti kemukakan sebelumnya maka hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1
: Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
H2
: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
H3
: Return On Asset, Debt to Equity Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.