BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Media Massa Jika khalayak tersebar tanpa diketahui dimana mereka berada, maka
biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan
dari
sumber
kepada
khalayak
(penerima)
dengan
menggunakan alat-alat komunikai mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi8. Secara etimologis, kata Media berasal dari bahasa Latin Medium yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’, atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar dari komunikator (pengirim pesan). Sedangkan Massa merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris mass yang artinya massa atau jumlah besar dan sering diartikan dengan massa, rakyat, atau masyarakat. dengan kata lain massa merupakan masyarakat public, dalam hal ini penerima pesan9. Media massa menurut Burhan Bungin, 2006:72, Media massa di definisikan adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara missal pula10.
8
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc., Pengantar Ilmu Komunikasi, hal 128
9
Rini Darmastuti, S.Sos., M.Si, Media Relations Konsep, Strategi&Aplikasi, 2012, hal 57
10
Ibid, hal 57
11
12
2.1.1
Ciri dan Sifat Media Massa Media penyiaran sebagai salah satu bentuk media massa memiliki ciri dan
sifat yang berbeda dengan media massa lainnya, bahkan diantara sesama media penyiaran, misalkan antara radio dan televisi terdapat berbagai perbedaan sifat. Media massa televisi meskipun sama dengan radio dan film sebagai media massa elektronik, tetapi mempunyai ciri dan sifat yang berbeda, terlebih lagi dengan mediao massa cetak seperti surat kabar dan majalah. Berikut penjelasan ciri dan sifat fisik dari masing-masing jenis media massa11: Tabel 2.1 Jenis dan Sifat Media Massa
JENIS MEDIA
Cetak
SIFAT
1. Dapat dibaca di mana dan kapan saja. 2. Dapat dibaca beruang-ulang. 3. Daya rangsang rendah 4. Pengolahan bisa mekanik, bisa elektris 5. Biaya relatif rendah 6. Daya jangkau terbatas
Radio
1. Dapat didengar bila siaran 2. Dapat didengar kembali bila diputar kembali 3. Daya rangsang rendah
11
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, hal 10-11
13
4. Elektris 5. Realatif murah 6. Daya jangkau besar Televisi
1. Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran. 2. Dapat dilihat dan didengar kembali, bila diputar kembali 3. Daya rangsang sangat tinggi 4. Elektris 5. Sangat Mahal 6. Daya jangkau besar
2.1.2 Karakteristik Media Massa Media massa sudah menjadi bagian kebutuhan bagi masyarakat umu sebagai pelengkap hidupnya dalam mendapatkan informasi dan tambahan pengetahuan tentang berbagai hal. Oleh sebabya keberadaan media massa sudah dapat di akses dan dinikmati secara luas oleh siapapun yang membutuhkannya. Karena itu media massa memiliki karakteristik seperti: 1.
Publisitas. Disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
2.
Universalitas.Pesannya bersifat umum. Tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
3.
Periodisitas. Tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
4.
Kontinuitas. Berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
14
5.
Aktualitas. Berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik12.
2.2
Sejarah Televisi Keberadaan televisi semakin hari begitu menjadi sangat penting bagi
semua masyarakat di kehidupannya, untuk mendapatkan informasi secara up date dan hiburan yang menjadi bagian kebutuhan hidupnya. Sebagaimana radio siaran, penemuan televisi melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun 1890. Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode pengiriman gambar melalui kabel (Heibert, Ungrait, Bohn, 1975:283). Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Fanklin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 September 194013. 2.2.1 Siaran Televisi di Indonesia Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan Pesta Olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi 12
13
Nawiroh Vera, Pengatar Komunikasi Massa, 2010, hal 60-61 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, 2007, hal 135
15
Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) hingga sekarang (Effendy, 1993:54). Selama tahun 1962-1963 TVRI berada diudara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. Lalu mulai tahun 1989 TVRI, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi
(SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas
Televisi (ANTV), Indosiar, TV7, Lativi, Metro TV, Trans TV, Global TV, dan televisi-televisi daerah seperti Bandung TV, Jak TV, Bali TV, dll14. 2.2.2
Definisi Televisi Dari semua media komunikasi yang ada, televisi yang paling berpengaruhi
pada kehidupan manusia. Dari televisi masyarakat disajikan atau dimanjakan dengan berbagai jenis hiburan, informasi, wawasan pengetahuan formal dan informal, dan berbagai betuk produk iklan setiap harinya. Sehingga sebagian besar manusia dalam hidupnya lebih banyak menghabiskan waktunya menonton televisi sampai berjam-jam. Televisi itu sendiri merupakan sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan
dari
kata tele yang
berarti
(jauh)
dari bahasa
Yunani dan
visio (penglihatan) dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual atau penglihatan15.
14
Ibid hal 136
15
Wikipedia, Televisi, ( 2014, 8 Agustus). Diakses pada tanggal 1 Juni 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi
16
Definisi lain dari televisi adalah media pandang sekaligus media dengar (audio-visual). Ia berbeda dengan media cetak yang lebih merupakan media pandang. Orang memandang gambar yang ditayangkan di televisi, sekaligus mendengarkan atau mencerna narasi atau narasi dari gambar tersebut16. 2.2.3 Fungsi Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran). Yakni memberikan informasi,
mendidik, menghibur dan
membujuk17. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memberikan informasi. 2.2.4 Karakteristik Televisi Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan. Maka karakteristik televisi terdiri dari: 1. Media Pandang (Audiovisual) Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik, dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang 16
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, 2010, hal 39
17
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, 2007, hal 137
17
bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari pada katakata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. 2. Berpikir dalam Gambar Dalam televisi pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Contohnya dalam acara pendidikan pelajar biologi di TPI misalkan, komunikator ingin memperlihatkan berbagi jenis kupu-kupu maka visualisasinya berupa pengambilan gambar secara besar (close up) pada kupu-kupu tersebut. Tahap kedua dari proses berpikir dalam gambar adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar sedemikian rupa sehingga koontinuitasnya mengdung makna tertentu. Contohnya pada siaran pendidikan biologi, berupa gambar proses metamorfosis kupu-kupu berawal dari telur berubah menjadi ulat, kemudian ulat berubah menjadi kepompong dan
selanjutnya
kepompong
menjadi
kupu-kupu.
Dalam
proses
penggambaran ada gerakan besar (big close up), gambar diambil dari jarak dekat (close up), dll.
18
3. Pengoperasian Lebih Kompleks18 Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran. 4. Bersifat sekilas Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakan dimensi waktu atau durasi. Seperti halnya berita televisi bersifat sekilas, tidak mendalam, dan durasi tayang terbatas. 5. Bersifat satu arah Televisi bersifat satu arah, dalam arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberikanrespons balik terhadap berita telvisi yang ditayangkan, kecuali pada beberapa program interaktif. 6. Daya Jangkau Luas Televisi memiliki daya jangkau luas. Ini berarti televisi menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang social ekonomi19. 2.2.5 Program Televisi Program televisi adalah program yang diproduksikan untuk dikonsumsi oleh pemirsa televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan noncerita. Jenis cerita terbagi menjadi dua kelompok yakni
18
Ibd. Hal 137-140
19
Usman KS, Television News Reporting and Writing, 2009, hal 23-24
19
kelompok fiksi dan nonfiksi. Kelompok fiksi memproduksikan film serial (tv series), film televisi atau FTV (popular lewat saluran televisi SCTV), dan film cerita pendek20. Sedangkan jenis program televisi secara garis besar terbagi atas: 1.
Program Informasi, adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi), seperti berita yang terbagi menjadi dua jenis yaitu keras/ hard news (straight news, features, dan infotainment) dan berita lunak/soft news (current affair, magazines, talk show, documentary)
2.
Program Hiburan; seperti, drama (sinetron, serial, kartun dan film), musik, permainan (kuis, ketangkasan dan reality show), dan pertunjukan (sulap, lawak, tarian, dll)21.
2.2.6 Definisi Serial Definisi secara umum tentang serial adalah film yg ceritanya berseri (beruntun). Penyajiannya tidak seperti film-film yang kebanyakkan diputar sekali dalam penayangannya, tetapi bisa dengan alur cerita yang berkesinabungan atau beruntun22. 2.2.7
Pengertian Film Film pertama kali lahir di pertengahan kedua abad 19, dibuat dengan
bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan abu rokok 20
Heru Effendy, Mari Membuat Film, 2009, hal 6
21
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, 2008, hal 217229
22
Kamus Bahasa Indonesia (online). Diakses pada tanggal 8 Juni 2014 dari http://kamusbahasaindonesia.org/film/mirip
20
sekalipun.
Sejalan
dengan
waktu,
para
ahli
berlomba-lomba
untuk
menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksikan dan enak ditonton. Sehingga definisi Film (Gambar bergerak) adalah betuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini23. 2.2.8
Perbedaan Serial Dan Film Tabel 2.2 Perbedaan Serial dan Film NO.
2.3
Serial
Film
1.
Media Layar Ukuran Televisi
2.
Penyajian (Beruntun)
Cerita
Media Layar Lebar Seperti Layar Bioskop
Berseri Penyajian Ceritanya Sekali Habis
Pemimpin Semua manusia adalah pemimpin, meskipun setiap manusia memiliki
kesempatan menjadi pemimpin tetapi tidak semua manusia memiliki jiwa Kepemimpinan dalam dirinya untuk memimpin orang lain.
Karena seorang
pemimpin haruslah orang yang dapat mengendalikan, menjalankan dan memiliki kemampuan untuk mengarahkan orang lain kepada apa yang mebernjadi tujuannya sesuai prosedur dan aturan yang sesuai dan benar. Definisi pemimpin itu sendiri adalah orang yang bertugas memimpin, menggerakkan, mempengaruhi, mengarahkan, dan member contoh kepada yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan tertentu24. 23
Elviaro Ardianto, dkk, Komunikasi Mass, 2007, hal 143
24
Farendy Arlius, 5 Fondasi Rahasia Pemimpin Unggul, 2014, hal xxxiv
21
2.3.1
Definisi Kepemimpinan Secara Umum Menurut Jacobs&Jaques (1990, h. 281), definisi Kepemimpinan adalah
proses memberikan tujuan (arahan yang berarmenti) keusaha kolektif, yang menyebabkan adanya usaha yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan25. Sedangkan menurut House et. Al(1999. H. 184), Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi26. Sehingga definisi Kepemimpinan menurut pandangan slam adalah kodrat dasar bawaan penciptaan manusia oleh Sang Khalik Maha Pencipta. Dengan fakta dalam kesejarahan awal penciptaan manusia adalah Adam dan Hawa. Walaupun baru berdua, telah memiliki tugas untuk mengemban amanah sebagai Khalifah di muka bumi(QS. 2:30)27. 2.3.2
Jenis Pemimpin Menurut Status Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok dalam sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan, itu dapat terpengaruh oleh sumber yang dapat mempengaruhinya baik secara formal atau tidak formal. Pengaruh formal ada bila seorang pemimpin memiliki posisi manajerial di dalam sebuah organisasi. Sedangkan sumber pengaruh yang tidak formal muncul dari luar struktur organisasi formal. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat muncul dari
25
Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, 2009, hal 4
26
Ibid
27
Farendy Arlius, 5 Fondasi Rahasia Pemimpin Unggul, 2014, hal vii
22
dalam organisasi atau karena ditunjuk secara formal. Dengan demikian, pengaruh pemimpin sangat ditentukan oleh statusnya, yaitu sebagai pimpinan formal atau pimpinan informal yang dapat dibedakan sebagai berikut: 1.
Pimpinan Formal Seperti, pimpinan di lembaga eksekutif, legislative, dan yudikatif, artinya seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan pengangkatan secara resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang melekat berkaitan dengan posisinya, seperti: a.
Memiliki dasar legalitasnya diperoleh dari penunjukan pihak yang berwenang,rtiya memiliki legitimasi;
b.
Harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu;
c.
Mendapat dukungan dari organisasi formal ataupun atasannya;
d.
Memperoleh balas jasa atau kompensasi baik material atau immaterial tertentu;
e.
Kemungkinan mendapat peluang untuk promosi, kenaikan pangkat atau jabatan, dapat dimutasinkan, diberhentikan, dll.
2.
f.
Mendapat reward dan punishment;
g.
Memiliki kekusaan atau wewenang.
Pimpinan Informal Seperti, tokoh masyarakat, pemuka agama, adat, LSM, guru, bisnis dll, yang artinya seorang yang ditunjuk memimpin secara tidak formal, karena memiliki kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai seorang yang
23
mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau komunitas tertentu, seperti: a.
Sebagian tidak atau belum memiliki acuan formal atau legitimasi sebagai pemimpin;
b.
Masa Kepemimpinannya, sangat tergantung pada pengakuan dari kelompok atau komunitasnya;
c.
Tidak di back up dari organisasi secara formal;
d.
Tidak mendapat imbalan atau kompensasi;
e.
Tidak mendapatkan promosi, kenaikan pangkat, mutasi, dan tidak memiliki atasan;
f. 2.3.3
Tidak ada reward dan punishment28.
Karakteristik Pemimpin Secara Umum Dalam
konsep
Kepemimpinan,
selalu
memiliki
kriteria
dalam
menentukkan seorang pemimpin berkarakteristik yang akan memimpin di sebuah organisasi agar tujuan yang hendak dicapai terwujud. Sebagian besar teori Kepemimpinan lebih menekankan pada karateristik pemimpin sebagai berikut: 1. Memiliki ciri; dapat memotivasi, memiliki kepribadian dan nilai. 2. Memiliki keyakinan dan optimisme 3. Memiliki keterampilan dan keahlian 4. Memiliki perilaku yang baik 5. Memiliki Integritas dan etika 6. Memiliki taktik pengaruh29 28
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 2003, hal 3-4
24
2.3.4
Definisi Kepemimpinan Dalam Islam Di lingkungan masyarakat, dalam organisasi formal maupun nonformal
selalu ada seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur orang lainnya. Biasanya orang seperti itu disebut pemimpin atau manajer. Dari kata pemimpin itulah kemudian muncul istilah Kepemimpinan. Menurut pandangan Islam sebagaimana tujuan Alllah swt menciptakan manusia di dunia sebagai pemimpin atau disebut Khailifah. Perkataan Khalifah tidak hanya ditunjukkan kepada para Khalifah sesudah jaman Nabi, tetapi adalah penciptaan Nabi Adam as yang disebut sebagai manusia dengan tugas untuk memakmurkan bumi yang meliputi tugasnya menyeru orang lain berbuat amar ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar30. Selain kata halifah disebut juga dengan kata Ulil Amri yang satu akar dengan kata amir sebagaimana kata Ulil Amri yang berarti pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam. Dalam Islam Ulil Amri atau pemimpin bukanlah penguasa atau pemerintah kafir yang menjajah masyarakat Islam, juga bukan pemimpin musyrik atau munafik. Sehingga definisi Kepemimpinan dalam Islam itu adalah kegiatan menuntun, membimbing, memandu, dan menunjukkan jalan yang diridhai Allah SWT31. Salah satu surat Al-Qur’an menerangkan tentang
29
Gary Yukl, Kepemimpinan Dalam Organisasi, 2009, hal 13
30
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 2003, hal 4
31
Ibid hal 6
25
Kepemimpinan dalam Islam atau disebut dengan Ulil Amri, yaitu dalam surat AnNisa ayat 59 yang berbunyi: َﻓَﺮُدﱡوهُ ﺷَﻲْءٍ ﻓِﻲ ﺗَﻨَﺎزَﻋْﺘُﻢْ ﻓَﺈِن ﻣِﻨﻜُﻢْ اﻷَﻣْﺮِ وَأُوْﻟِﻲ اﻟﺮﱠﺳُﻮلَ وَأَﻃِﯿﻌُﻮاْ اﻟﻠّﮫَ أَﻃِﯿﻌُﻮاْ آﻣَﻨُﻮاْ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ أَﯾﱡﮭَﺎ اي ﺗَﺄْوِﯾﻼً وَأَﺣْﺴَﻦُ ﺧَﯿْﺮٌ ذَﻟِﻚَ اﻵﺧِﺮِ وَاﻟْﯿَﻮْمِ ﺑِﺎﻟﻠّﮫِ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮنَ ﻛُﻨﺘُﻢْ إِن وَاﻟﺮﱠﺳُﻮلِ اﻟﻠّﮫِ إِﻟَﻰ Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. 2.3.5
Konseptual Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam Dasar konseptual kepemiminan dalam Islam secara normative bersumber
pada Al-Quran dan Hadis, dimana seorang pemimpin dalam menjalankan Kepemimpinannya diharapkan memiliki sifat sidiq, fathonah, amanah dan lain-lain sebagai syarat keberhasilannya dalam memimpin. Maka kararakteristik seorang pemimpin dalam Islam harus dikaitkan dengan tiga pokok dasar konseptual berdasarkan perspektif Islam yaitu: a. Pendekatan Normatif 1. Harus Memiliki Prinsip Tanggung Jawab Dalam Organisasi. Dalam Islam telah digariskan bahwa setiap diri adalah pemimpin (minimal untuk dirinya sendiri) dan untuk Kepemimpinan itu ia dituntut untuk bertanggung jawab sebagaimana hadist tersebut di atas. Untuk memahami
26
makna tanggung jawab adalah substansi utama yang harus dipahami terlebih dahulu oleh seorang calon pemimpin agar amanah yang diserahkan kepadanya tidak disia-siakan. 2. Kepemimpinan Islam Harus Memiliki Prinsip Etika Tauhid. Persyaratan utama seorang pemimpin yang telah digariskan oleh Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 118 yang memiliki arti “Hai orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu.” Kepemimpinan Islam harus menerapkan prinsip keadilan untuk menjaga keseimbang kepentingan, maka asas keadilan harus benar-benar dijaga agar tidak muncul stigma-stigma ketidakadilan seperti kelompok marginal dll. 3. Kepemimpinan Islam Harus Menerapkan Prinsip Kesederhanaan Rasulullah saw menegaskan bahwa seorang pemimpin itu harus melayani dan tidak meminta untuk dilayani sebagaimana sabdanya “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka” (HR Abu Na’im) 4. Kepemimpinan Islam Harus Memiliki Prinsip Keadilan Dalam Islam untuk menjaga keseimbangan kepentingan seorang pemimpin kepada rakyatnya, maka asas keadilan harus benar-benar dijaga agar tidak muncul stigma-stigma ketidakadilan seperti kelompok marginal dan lain-lain. b.
Pendekatan Historis Al-Quran begitu kaya dengan kisah-kisah umat masa lalu sebagai pelajaran dan bahan perenungan bagi umat yang akan datang. Dengan pendekatan historis ini diharapkan akan lahir pemimpin-pemimin Islam yang memiliki
27
sifat sidiq, fathonah, amanah, dan lain-lain sebagai syarat keberhasilan dalam memimpin. c.
Pendekatan Teoretik IdeologI Islam adalah ideologi yang terbuka. Hal ini mengandung arti walaupun dasar-dasar konseptual yang ada di dalam bangunan ideologi Islam sendiri sudah sempurna, namun Islam tidak menutup kesempatan mengomunikasikan ide-ide dan pemikiran-pemikiran dari luar Islam selama pemikiran tersebut tidak bertentanga dengan Al-Quran dan sunah Rasulullah saw32.
2.3.6
Model Kepemimpin Menurut Pandangan Islam Dari Masa Ke Masa Segala sesuatu yang ada di dunia ini sudah menjadi bagian skenario yang
telah Allah SWT gariskan. Tidak hanya berupa terjadinya penciptaan manusia di muka bumi ini dan segala isinya tetapi segala kejadian yang akan telah terjadi dan akan terjadi berupa proses kehidupan manusia dalam hal memimpin dan dipimpin sebagai manusia di bumi ini, secara tidak sadar setiap manusia akan mengalaminya dengan izin Sang Pencipta. Dalam Islam sesuai dengan sabda Nabi saw, mengisyaratkan bahwa hingga hari kiamat tiba, umat manusia khususnya umat Islam akan melalui lima model Kepemimpinan secara berkesinambungan dan bergantian, seperti: 1.
Kepemimpinan Nabi Periode ini dimulai sejak diangkatnya Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasulullah saw oleh Allah SWT. Berlangsung kurang lebih 23 tahun.
32
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 2003, hal 10-12
28
2.
Kepemimpinan Khalifah yang berjalan sesuai dengan manhaj kenabian Periode ini dikenal dengan periode al-khulafa ar-rosyidun. Berlangsung kurang lebih 40 tahun, yaitu sejak Abu Bakar Ash-Shiddiq diangkat sebagai Khalifah pertama sampai wafatnya Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah terakhir.
3.
Kepemimpinan raja yang menggigit (represif) Arti raja yang menggigit di sini adalah raja yang secara formalitas keagamaan masih berpegang kepada simbol-simbol Islam (Al-Quran dan As Sunnah), namun dalam pelaksanaan pemerintahannya sudah meleceng jauh dari nilai-nilai Islam. Raja yang menggigit bisa juga berarti buas dan kejam terhadap rakyatnya. Periode raja yang menggigit berlangsung kurang lebih 14 abad, sejak wafatnya Khalifah Ali bin Abi Thalib hingga keKhalifahan Turki Utmani (Ottoman) runtuh pada tahun 1924. Wallaahu a’lam.
4.
Kepemimpinan Raja Diktator Masa Kepemimpinan ini, adalah periode sekarang ini. Dimulai sejak runtuhnya (Ottoman) pada tahun 1924 hingga waktu yang dirahasiakan oleh Allah. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan periode Kepemimpinan ini akan berakhir.
5.
Kepemimpinan Khalifah yang berjalan sesuai dengan manhaj kenabian. Pada masa ini periode Kepemimpinan akan kembali lagi ke periode alkhulafa ar-rosyidun. Di akan periode ini insya Allah akan mengulang kembali system Kepemimpinan seperti zamannya Abu Bakar Ash-Shiddiq,
29
Umar bin Al-Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Pada masa ini, Islam akan berada pada puncak kejayaanya33. 2.3.7
Kepemimpinan Umar Bin Khattab
Khalifah (Arab: ةفيلخKhalīfah) adalah gelar yang diberikan untuk pemimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW (570–632). Khalifah juga sering disebut sebagai Amīr al-Mu'minīn ( )نينمؤملا ريمأatau "pemimpin orang yang beriman", atau "pemimpin orang-orang mukmin", yang kadang-kadang disingkat menjadi "amir". Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu di antara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk atau yang sering disebut sebagai Khulafaur Rasyidin34.
Sosok Amirul Mukminin dari seorang Umar Bin Khattab, tidaklah sama dengan jenis kebersamaan dengan para pemimpin lainnya. Sungguh sesuatu yang sangat berbeda. Tidak ada tempat bagi makan-makan lezat, minuman-minuman nikmat dan kemewahan-kemewahan hidup. Tidak ada tahta-tahta yang megah, gelas-gelas yang tersaji, bantal-bantal sandaran yang tersusun dan tidak ada pula permadani-permadani empuk yang terhampar. Tidak ada tempat peristirahatan, 33
34
Farendy Arlius, 5 Fondasi Rahasia Pemimpin Unggul, 2014, hal 4-5 Wikipedia, Umar ( 2014, 19 September). Diakses pada tanggal 9 September http://id.wikipedia.org/wiki/Umar
2014 dari
30
tidak ada tempat untuk berfoya-foya. Inilah dia seorang ahli ibadah yang peribadatannya mampu memancarkan sebuah dinamika, kecerdasan, amal dan pembanguan. Seorang guru yang meluruskan pemahaman tentang hidup, memenuhinya dengan cahaya, membingkainya dengan keagungan pekertinya. Dia adalah pemimpin orang-orang bertaqwa.
Seorang laki-laki agung dalam kesederhanaannya, sederhana dalam keagungannya yang kuat dalam keadilan dan kasih sayangnya. Lelaki yang tidak pernah berhenti dan tidak akan membiarkan orang-orang bersamanya berhenti, akan tetapi ia mengganti waktu istirahatnya yang hilang dengan sesuatu yang lebih besar dalam kehidupan dalam bentuk kekuasaan, kebahagiaan dan kemajuan.
Selain itu Umar juga adalah sosok yang jujur dan cerdas, hal ini terbukti ketika harus mendapatkan pelajaran atau pengajaran dari Rasulullah tentang Islam, beliau yang karena kesibukannya, beliau menerapkan sistem bergiliran ke majelis Rasulullah Saw. Kecerdasannya adalah penopang kebenaran bukan kebatilan. Kecerdasan yang bersumber dari tanggung jawabnya dan kemudia ia bekerja sesuai petunjukNya. Bagi yang datang ke majelis Rasulullah mengajarkan kepada yang tidak datang. Sehingga beliau tetap dapat mempelajari Islam meskipun tidak datang ke majelis Rasulullah. Di masa kepemimpinan beliau banyak sekali hikmah yang dapat diambil serta dijadikan tolok ukur bagi kita yang ingin menjadi pemimpin yang ideal. Umar merupakan pribadi yang teguh pada
31
prinsip terutama terhadap aturan-aturan Islam. Prinsip yang selalu dipegangnya yaitu :
1.
Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2.
Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3.
Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
4.
Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5.
Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
6.
Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya35.
Inilah dia Amirul Mukminin (pemimpin orang-orang beriman), yang dilahirkan kemanusia dan tumbuh berkembang dalam asuhan Islam. Seorang pemimpin yang bertanggungjawab da inilah manhaj Umar dalam memikul semua
35
Belajar Prinsip kerja dan kepemimpinan Umar Bin Khattab dan Umar Abdul Azii ( 2014, 19 September). Diakses pada tanggal 9 September 2014 dari http://bkd.pelalawankab.go.id/artikel-149-belajar-prinsip-kerja-serta-kepemimpinan-umar-binkhattab-dan-umar-bin-abdul-aziz.html
32
tanggung jawabnya. Inilah laki-laki bala tentaranya mampu membalikkan semua kezaliman bangsa Romawi dan Persia dan menghancurkannya berkeping-keping. Penguasa jahiliyah, pahlawan Islam. Dia Amirul Mukminin, yang panjinay berkbar di seluruh pelosok dunia, dimana manusia selalu menyambut pasukannya seolah membawa kabar gembira. Seorang penguasa yang memandang hina kekuasaan karena rasa takutnya kepada Allah dan memberikan rakyatnya semua ketenangan dan keamanan sesuai kadar yang diinginkan Zat (Allah swt) yang ditakutinya, yaitu Allah swt. Semua kekayaan Negara diperguakan untuk melayani rakyat, didirikannya tembok-tembok dan benteng untuk melindunginya, dibangunlah kota-kota untuk menyejahterakannya36.
Sosok Umar telah dididik langsung melalui tangan Rasulullah saw dengan sebaik-baiknya pendidikan. Ia senantiasa mengikuti jejak Rasulullah saw tanpa penyelewengan atau kecondongan keluar darinya sejengkal pun. Ia adalah sosok memiliki ketekunan beribadah yang luar biasa, kedekatan dengan Allah, kezuhudan dan takwaannya. Rasulullah saw pun kemudian menggelarinya dengan sebutan “al-faruq”, setelah Allah memisahkan antara Haq dengan Batil, antara sembunyi dengan terang-terangan dengan keislamnya. Keistimewaan dan keutamaannya Umar adalah Penduduk Surga Yang Berjalan di Muka Bumi. Diriwayatkan dari Said bin al-Musayyib bahwa Abu Hurairah berkata, ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
36
Muhammad Khalid Syaikh Khalid. 5 Khalifah Kebanggaan Islam, Sejarah Para Pemimpin Besar Islam. Jakarta: Akbar Media. Hal 65-127. 2011.
33
“Sewaktu tidur aku bermimpi seolah-olah aku sedang berada di surga. Kemudian aku melihat seorang wanita sedang berwudhu di sebuah istana (surga), maka aku pun bertanya, ‘Milik siapakah istana ini?’ Wanita-wanita yang ada di sana menjawab, ‘Milik Umar.’ Lalu aku teringat dengan kecemburuan Umar, aku pun menjauh (tidak memasuki) istana itu.” Umar radhiallahu ‘anhu menangis dan berkata, “Mana mungkin aku akan cemburu kepadamu wahai Rasulullah.” Mulianya Islam dengan Perantara Umar Dalam sebuah hadisnya Rasulullah pernah mengabarkan betapa luasnya pengaruh Islam di masa Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu. Beliau bersabda,
“Aku bermimpi sedang mengulurkan timba ke dalam sebuah sumur yang ditarik dengan penggerek. Datanglah Abu Bakar mengambil air dari sumur tersebut satu atau dua timba dan dia terlihat begitu lemah menarik timba tersebut, -semoga Allah Ta’ala mengampuninya-. Setelah itu datanglah Umar bin alKhattab mengambil air sebanyak-banyaknya. Aku tidak pernah melihat seorang pemimpin abqari (pemimpin yang begitu kuat) yang begitu gesit, sehingga setiap orang bisa minum sepuasnya dan juga memberikan minuman tersebut untuk ontaonta mereka.” Umar adalah Seorang yang Mendapat Ilham Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya di antara orang-orang sebelum kalian terdapat sejumlah manusia yang mendapat ilham. Apabila salah seorang umatku mendapakannya, maka Umarlah orangnya.” Wibawa Umar Dari Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya setan lari ketakutan jika bertemu Umar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar dan yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar. ” (HR. Tirmidzi dalam al-Manaqib, hadits no. 3791)37.
37
Keutamaan Umar bin al-Khattab ( 2014, 19 September). Diakses pada tanggal 9 September 2014 dari Sumber: al-Bidayah wa an-Nihayah (http://kisahmuslim.com/keutamaan-umar-bin-alkhattab/)
34
2.3.8
Kebijakan Dalam Kepemimpinan Umar Bin Khattab Berbagai peristiwa telah membuktikan penghormatan yang luar biasa
dari sang Khalifah terhadap protes yang dilayangkan kepadanya dan penghargaan kepemimpinanya. Maka seorang Umar pun memiliki strategi Kepemimpinannya. 1. Agama. Penaklukan-penaklukan
yang
terjadi
pada
masa
Umar
menyebabkan orang ramai-ramai memeluk agama Islam namun tentu tidak ada paksaan terhadap mereka yang tidak mau memeluknya. Masyarakat saat itu adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai agama, dan hal ini tentu saja berpengaruh tehadap masyarakat Islam, mereka mengenal ajaran-ajaran selain Islam seperti Nasrani, Yahudi, Majusi Shabiah dan lainnya. Masyarakat muslim otomatis akan belajar toleransi terhadap pemeluk agama lainnya. 2. Dinamika Sosial. Keadaan sosial juga mulai berubah, perubahanperubahan ini sangat terlihat pada masyarakat yang hidup diwilayah taklukan-taklukan Islam, mereka mengenal adanya kelas sosial meskipun Islam tidak membenarkan hal itu. Kebijakan pajak yang berlaku pada masa Umar bin Khattab telah membagi masyarakat kepada dua kelas, yaitu: a.
Kelas
wajib
pajak:
buruh,
petani
dan
pedagang.
b.
Kelas pemungut pajak: pegawai pemerintah, tentara dan elit.
35
masyarakat. 3.
Dinamika Ekonomi a. Perdagangan, Industri dan pertanian. Sumber
pendapatan
rakyat
beragam
mulai
dari
perdagangan, pertanian, pengerajin, industri maupun pegawai pemerintah. Industri saat itu ada yang dimiliki oleh perorangan ataupun negara atau daerah untuk kepentingan negara, industri-industri ini adalah seperti industri rumah tangga yang mengolah logam, industri pertanian, pertambangan dan pekerjaan-pekerjaan umum pemerintah seperti pembangunan jalan, irigasi, pegawai pemerintah dan lain-lain. Pembangunan irigasi juga sangat berpengaruh dalam pertanian,
perkebunan-perkebunan
yang
luas
yang
dimiliki oleh perorangan maupun negara atau daerah banyak menghasilkan, lahan-lahan seperti ini adalah hasil rampasan
perang
yang
sebagian
menjadi
milik
perorangan. b. Pajak. Pajak saat itu ditetapkan berdasarkan profesi, penghasilan dan lain-lain. Sistem pajak yang diberlakukan di suatu daerah pada dasarnya adalah sistem yang dipakai di
36
daerah itu sebelum ditaklukkan. Pajak yang ditanggung oleh masyarakat adalah: Pajak jiwa, pajak ini berdasar jumlah masyarakat dan dipikul bersama. Yang bertugas melakukan penghitungan adalah tokoh masyarakat juga. Pajak bumi dan bangunan, tanah wajib pajak adalah seluas 2400 m2 jumlahnya tergantung pada kualitas tanah, sumber air, jenis pertanian, hasil pertanian dan jarak ke pasar.
4.
Dinamika Intelektual Selain dari menetapkan tahun hijriah yang dihitung dari sejak berhirahnya nabi Muhammad saw. ke Madinah, pada masa Umar bin Khattab r.a juga tercatat ijtihad-ijtihad baru. Beberapa sebab-sebab munculnya ijtihad baru di masa awal Islam berkataitan dengan Alquran maupun sunnah3638.
2.4
Semiotika
2.4.1
Definisi Semiotika Semiotika atau semiotic, muncul pada akhir abad ke-19 oleh filsuf aliran
pragmatic Amerika, Charles Sanders Peirce, merujuk kepada doktrin formal tentang tanda-tanda. Secara etimologis, istilah semiotika dari kata yunani Semeion
38
Kebijakan Kepemimpinan Umar Bin Khattab ( 2014, 19 September). Diakses pada tanggal
9 September 2014 dari https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=112129232290868&id=112120018958456
37
yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lainnya39. Menurut Saussure (Budiman, 1999a:107), definisi semiologi merupakan “sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat”40 Sedangkan menurut Hippocrat penemu ilmu medis Barat, istilahsemiotics atau semiotika merupakan gejala atau semeion dari bahasa Yunani yang berarti “penunjuk” (mark) atau tanda (sign) fisik41. 2.4.2
Analisis Semiotika menurut Charles Sanders Peirce Tokoh semiotika yang juga salah satu seorang filsuf Amerika yang paling
orisinal dan multimensional dialah “Peirce”. Peirce adalah seorang pemikir yang argumentative, “begitu komentar Paul Cobley dan Litza Jansz (1999:20)42. Peirce terkenal karena teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika, Peirce sebagaimana dipaparkan Lechte (2001:227), seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Perumusan yang terlalu sederhana ini menyalahi kenyataan tentang adanya suatu fungsi tanda: tanda A menunjukkan suatu fakta (atau objek B), kepada penafsiranya, yaitu C. berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas Ikon (icon), Indeks (index), dan Simbol (simbol). 39
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, 2011, 2013, hal 7
40
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi 2009, hal 12
41
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, 2004, hal 6
42
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi 2009, hal 39
38
Ikon adalah tanda yang hubungannya antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tnda yang langsung mengacu pada kenyataan. Sedangkan Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian)masyarakat. Sesuatu yang digunakan agar tanda bias berfungsi, pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen)selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant43. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda44.
43
Ibid hal 40
44
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi 2009, hal 39
39
Gambar 2.1 Semiotic Triangle Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretan (Triangle of Meaning)
Sign (tanda)
Interpretant
Object
Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Contoh: Saat seorang gadis mengenakan rok mini, maka gadis itu sedang mengomunikasi mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol keseksian. Begitu pula ketika Nadia Saphira muncul di film Coklat Strowberi dengan akting dan penampilan fisiknya yang memikat, para penonton bisa saja memaknainya sebagai icon wanita muda cantik dan menggairahkan45. 2.4.3
Semiotika Dalam Serial Televisi Semiotika dan serial televisi tidak dapat terpisahkan dengan tanda-tanda
yang tergabung menjadi suatu sistem pertandaan yang bekerjasama demi mendapatkan efek yang diinginkn. Semiotika yang terkandung dalam sebuah adegan peradegan dalam serial televisi memberikan suatu makna yang dapat berupa tanda yang mewakili arti dari makna yang ingin disampaikan. 45
Alit Kumala Dewi, (3 Juli 2009) Semiotika Bagian I, [online]. Diakses pada tanggal 21Juni 2014 dari https://www.google.com/search/pengertian+tanda%2C+objek+dan+interpretant
40
Semiotika itu sendiri merupakan sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat, menurut Saussure (Budiman,1999a:107)46 Definisi film adalah gambar bergerak, bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menontonfilm di bioskop, film televisi, dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya.(age, et. Al,. 2001:364)47. Sedangkan serial televisi itu sendiri adalah serial televisi yang beruntun atau berseri jalan ceritanya tidak seperti film di bioskop pada umumnya yang menyajikan cerita di dalam serial sekali habis dalam penayangannya48. Dari situlah bahwa keberadaan semiotika dalam serial televisi sangatlah berperan dan saling berkaitan. Dimana pesan yang hendak divisualisasikan melalui tontonan dapat termaknai dengan adanya semiotika berupa tanda yang mewakili makna dari setiap adegan berupa intonasi dan gaya bicara, gerakkan atau prilaku, mimik wajah atau atribut dari per adegannya yang tertera dalam serial Umar Bin Khattab.
46
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi 2009, hal 12
47
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, 2007, hal 143
48
http://kamusbahasaindonesia.org/film/mirip