BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Uses and Gratifications Model Teori ini dicetuskan oleh Elihu Katz, Michel Gurevitch dan Hadassa Hass
(1973). Teori Uses and Gratifications (penggunaan dan kepuasan) ini menyatakan (mengasumsikan)
bahwa
“orang
mempunyai
kebutuhan-kebutuhan
dan
keinginan-keinginan yang dapat dipenuhi dengan (salah satu caranya) menggunakan (berlangganan, membaca, menonton atau mendengarkan) media massa.”1 Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut orang lalu memilih, media apa yang hendak digunakan, kemudian juga memilih pesan apa (acara, rubrik, berita) yang hendak “dinikmati”. Tindakan memilih atau menggunakan tersebut dilakukan karena orang mengharapkan kepuasan atau terpenuhinya keinginan. Dengan ungkapan lain asumsi teori ini mengatakan bahwa orang sebenarnya aktif membuat pilihan sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya. Karena itu teori ini digunakan jika peneliti ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh orang terhadap media (hat the people do with mass media).
1
Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. UMM Press, Malang. 2007 hal 77
9
9
10
Uses and Gratifications Model (Model Kegunaan dan Kepuasan) merupakan pengembangan dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memutuskan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Oleh karena itu, sebagian besar prilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu.2 3
Katz, Blumler & Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori
uses ada gratificatios, yaitu : a. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. b. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dangan pemilihan media terletak pada khalayak. c. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. d. Tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak.
2
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa. Simbiosa Rekatama Media, Bandung. 2007 hal 73-74 3 Ibid.
11
Ada banyak efek yang ditimbulkan oleh saluran komunikasi massa, beberapa pendapat beranggapan.
Pendapat Swanson Bahwa “audience” aktif dalam memanfaatkan media massa. Individu tidak secara spontan dan otomatis merespons pesan-pesan media massa. Tetapi individu menggunakan isi mediatersebut untuk memenuhin tujuan mereka dalam usaha menikmati media massa.
Pendapat Keith R. Stamm & John E. Bowes Tujuan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan individu masing-masing. Jika kebutuhan sudah terpenuhi melalui saluran komunikasi massa, berarti individu mencapai tingkat “kepuasan”.
Pendapat John R. Bittner Fokus utama efek ini tidak hanya bagaimana media memengaruhi audience, tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesan-pesan media. Faktor interaksi yang terjadi antara individu akan ikut memengaruhi pesan yang diterima.
Pendapat Herzog Bahwa mahasiswa dikategorikan ke dalam penonton primer & penonton sekunder. Penonton primer adalah orang yang menonton dengan maksud tertentu dan merencanakan waktu dan program tertentu yang akan dilihat, sedangkan penonton sekunder adalah orang-orang yang mempunyai aktivitas lain ketika sedang menonton televisi.
12
Pendapat Blumer & Mc Quail Studi
tentang
Kegunaan
dan
Kepuasan
yang
mencoba
untuk
mengidentifikasi dan membuat daftar variasi kepuasan yang dilaporkan oleh pembaca surat kabar dan penonton televisi.4 Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya.5 Teori uses and gratifications beroprasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan6
Sumber Pemuasan kebutuhan yang berhubungan dengan Kebutuhan
non media:
Ligkungan
Khalayak:
1. keluarga, teman-teman
Sosial:
1. kognitif
2. komunikasi interpersonal
1. cirri-ciri
2. afektif
3. hobi
demografis
3. integratif
4. tidur
2. afiliasi
personal
kelompok
4. integratif
3. cirri-ciri
sosial
Penggunaan Media Massa:
5. pelepasan
1. jenis-jenis media SK, majalah, radio, TV dan film.
ketegangan
2. isi media
Pemuasan Media (fungsi): 1. pengamatan lingkungan 2. diversi/hiburan 3. identitas personal 4. hub. sosial
3. terpaan media 4. konteks sosial dan terpaan media
4
Franciscus Theojunior Lamintang, Pengantar Ilmu Broadcasting Dan Cinematography. In Media, Jakarta. 2013 hal 12-13 5 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2013 hal 192 6 Ibid hal 194
13
Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yangestetis, menyenangkan, dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal itu bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. Sementara itu, kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketergantungan, dan hasrat akan keanekaragaman. Asumsi-asumsi yang mendasari pendekatan ini dapat diringkas sebagai berikut. 1. Audiens aktif. Bukan penerima pasif dari apapun yang disiarkan media. Ia memilih juga memilah dan menggunakan isi program. 2. Audiens dibebaskan untuk memilih media dan program yang dianggap mampu memuaskan kebutuhan mereka. 3. Media bukan satu-satunya pemuas kebutuhan. 4. Seseorang dapat, atau dapat dibuat untuk menyadari ketertariakan dan motif mereka pada kasus tertentu.
14
5. Pertimbangan nilai tentang signifikasi sosial dari media massa harus diperluas.7 Uses and gratifications model meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologi dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain (atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan. Penelitian yang menggunakan uses and gratifications model memusatkan perhatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan. McQuail (1995) mengatakan ada dua hal utama yang mendorong munculnya pendekatan penggunaan ini. Pertama, ada oposisi terhadap pandangan deterministis tentang efek media. Sikap ini merupakan bagian dari “penemuan kembali manusia” yang terutama terjadi pada sosiologi di Amerika. Kedua, ada keinginan untuk lepas dari debat yang berkepanjangan tentang selera media massa. Dalam persoalan ini pendekatan uses and gratification model menyajikan alternative lain dalam memandang hubungan antara isi media dengan komunikan, dan dalam pengkategorian isi media menurut fungsi.8 2.2.
Televisi Sebagai Media Massa Televisi merupakan media massa elektronik. Televisi yang di maksud
disini adalah televisi siaran (television broadcast).
7 8
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2012 hal 250-251 Elvinaro Ardinato, op.cit., 74.
15
2.2.1. Pengertian Televisi Televisi siaran (television broadcast) adalah media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa yakni : berlangsung satu arah komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum,sasarannya menimbulkan keserempakan, dan komunikannya heterogen. 2.2.2. Fungsi Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya surat kabar dan radio siaran, yakni member informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.9 2.2.3. Karakteristik Televisi Ditinjau dari stimulus alat indra, dalam radio siaran, surat kabar, dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan. a. Audio-visual Bahwa televisi dapet didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, 9
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa. Simbiosa Rekatama Media, Bandung. 2007 hal 137
16
musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. b. Berpikir dalam gambar Dilakukannya dengan dua tahap yaitu visualisasi (visualization) dan
penggambaran
(picturization).
Visualisasi
adalah
menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Penggambaran adalah kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. c. Pengoprasian lebih kompleks Pengoprasian televisi siaran lebih kompleks dibandingkan radio siaran karena lebih banyak melibatkan orang dan peralatan yang digunakan pun lebih banyak serta untuk pengoprasiannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Sifat ini juga menjadikan media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.10
10
Ibid. 137-140
17
Program Televisi
2.3.
Menurut kamus WJS Purwodarminto, pengertian program adalah acara, sementara kamus Webmaster International volume 2 lebih merinci lagi, yakni: program adalah suatu jadwal (schedule) atau perencanaan untuk ditindaklanjuti dengan penyusunan “butir” siaran yang berlangsung sepanjang siaran itu berada diudara. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia dari pada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Dengan demikian, program memiliki pengertian yang sangat luas.11 Secara
teknis
penyiaran
televisi,
program
televisi
(television
programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya. Istilah-istilah dalam Program Siaran a. Siaran. Mata acara atau rangkaian mata acara berupa pesan-pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar yang dapat di dengar
11
Morissan, Manajemen Media Penyiaran. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2011 hal 209 – 210
18
dan/atau dilihat oleh khalayak dengan pesawat penerima siaran televisi dengan atau tanpa alat bantu. b. Penyiaran. Seluruh kegiatan yang memungkinkan terselenggaranya siaran radio dan/atau siaran televisi yang meliputi segi idiil, perangkat lunak dan perangkat keras melalui sarana pemancar atau sarana transmisi kabel, serat optik, atau media lainnya, dipancarluaskan untuk dapat diterima oleh khalayak dengan pesawat penerima siaran radio dan/atau pesawat penerima siaran televisi dengan alat bantu. c. Pola acara. Susunan mata acara yang memuat penggolongan jenis, hari, waktu, dan lamanya serta frekuensi siaran setiap mata acara dalam suatu periode tertentu sebagai panduan dalam penyelenggaraan siaran. d. Acara siaran. Program siaran, jadwal, rencana siaran dari hari kehari dan dari jam ke jam. e. Format acara. Presentasi suatu program siaran. f. Kelompok acara. Sejumlah acara menurut jenis pengelompokan acara. Jenis pengelompokan acara. Jenis pengelompokan acara di Indonesia berpedoman pada klasifikasi Unesco, yang pengelolaannya didasari
19
oleh maksud dan tujuan acara-acara siaran. Pembagian itu meliputi: pemberitaan dan penerangan, pendidikan, kebudayaan dan hiburan. g. Judul acara. Nama (title) dari satu mata acara. h. Judul cerita. Judul dari nama cerita setiap episode. i. Jenis acara siaran. Jenis-jenis acara yang terdapat dalam kelompok acara. 2.3.1. Format Program Televisi Perkembangan kreatvitas program televisi telah melahirkan berbagai bentuk program televisi yang sangat beragam. Keunikan program televisi berjalan seiring dengan trean gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Sehingga muncullah ide-ide yang menampilkan format baru pada program televisi agar memudahkan produser, sutadara, dan penulis naskah menghasilkan karya spektakuler. Menurut Naratama, kunci keberhasilan suatu program televisi ialah penentuan format acara televisi tersebut. format acara televisi menurut Naratama adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativtas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan target pemirsa acara tersebut.12
12
Naratama, Menjadi Sutradara Televisi. Grasindo, Jakarta. 2004 hal 63
20
Format acara televisi: 1.
Drama/fiksi (timeless & imajinatif) Tragedi, aksi, komedi, cinta/romantisme, legenda, horor.
2.
Nondrama (timeless & faktual) Musik, magazine show, talk show, variety show, repackaging, game show, kuis, talent show, competition show.
3.
Berita/news (aktual & faktual) Berita, current affairs program, sport, magazine news, features.13
Format Acara Televisi
Timeless &
Timeless & faktual
Imajinatif
Non
Drana/Fiksi
Dama/Nonfiksi
Faktual & Aktual Berita/News
2.3.2. Jenis-jenis Program Televisi Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik
13
Hidajanto Djamal, Andi Fachrudin, Dasar-Dasar Penyiaran. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2011 hal 168
21
dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku.14 Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: a. Program Informasi b. Program Hiburan (entertainment) Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan, dan berita lunak (soft news), yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu musik, drama, permainan (game show), dan pertunjukan. Terdapat juga klasifikasi jenis program tersebut dalam dua kelempok lainnya, yaitu program acara karya artistik dan karya jurnalistik. Kedua jenis program itu dapat disebutkan sifat proses produksi dan jenisnya sebagai berikut. a.
Program karya artistik Sumber
: Ide gagasan dari perorangan maupun tim-kreatif.
Proses produksi
: Mengutamakan keindahan dan kesempurnaan sesuai perencanaan.
Jenis 14
: 1. Drama/sinetron
Morrissan, Manajemen Media Penyiaran. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2011 hal 217
22
2. Musik 3. Lawak/acrobat 4. Quiz (ada pertanyaan, ada jawaban) 5. Informasi Iptek 6. Informasi pendidikan 7. Informasi pembangunan 8. Informasi kebudayaan 9. Informasi hasil produksi, termasuk iklan dan public service 10. Informasi flora dan fauna 11. Informasi sejarah/documenter 12. Informasi apa saja yang bersifat non politis. b.
Program karya jurnalistik Sumber
: Masalah hangat (peristiwa dan pendapat).
Proses produksi
: Mengutamakan kecepatan dan kebenaran.
Jenis
: 1. Berita actual (siaran berita) 2. Beita non aktual (feature, majalah udara) 3. Penjelasan tentang masalah hangat (dialog, monolog, panel diskusi, current affairs)
2.4.
Dokumenter Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran
dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. Misalnya program dokumenter
23
yang menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan atau sejarah seorang tokoh, atau kehidupan sejarah suatu masyarakat (misalnya suku terasing) atau kehidupan hewan dipadang rumput dan sebagainya.15 Gaya atau cara penyajian dokumenter sangat beragam dalam hal teknik pengamnbilan gambar, teknik editing, dan teknik penceritaannya; mulai dari yang sederhana hingga yang tersulit. Suatu program dokumenter adakalanya dibuat seperti membuat sebuah film sehingga sering disebut dengan film dokumenter. Dokumenter bukan menciptakan kejadian atau peristiwa, tetapi merekam peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi bukan direkayasa (otentik). Istilah dokumenter pertama kali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal inggris John Grierson melalui filmnya yang berjudul Maona (1926). Jhon Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas.16 2.4.1. Jenis Dokumenter Secara umum film dokumenter dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1.
Film dokumenter berdasarkan dari pemenuhan keinginan (wishfulfillment) atau film dokumenter fiksi atau dokudrama
2.
Film dokumenter berdasarkan dari representasi sosial atau film dokumenter nonfiksi17
15
Ibid. 212 Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara Tv. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. 2013 hal 4-5 17 Ibid. 6 16
24
Jenis film dokumenter berdasarkan keinginan (wish-fulfillment) atau yang sering kita sebut film dokumenter fiksi memberikan ekspresi nyata dari keinginan-keinginan kita, mimpi-mimpi kita, mimpi-mimpi buruk kita serta ketakutan-ketakutan kita dan lain-lain. Sedangkan film dokumenter dari representasi sosial adalah apa yang sering kita sebut film dokumenter nonfiksi. Film dokumenter semacam inilah yang memberikan representasi nyata tentang aspek-aspek dari dunia yang kita huni dan kita begi bersama. Jenis film dokumenter ini membuat hal-hal yang sifatnya realitas sosial yang dapat kita lihat dan kita dengar dengan cara yang berbeda, tergantung tindakan seleksi dan pengaturan yang disampaikan oleh si pembuat film. Intinya, film dokumenter berpijak pada hal-hal yang senyata mungkin. Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film dapat bereksperimen dan belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Beberapa film dokumenter dapat membawa keuntungan dalam jumlah yang cukup memuaskan. Salah satun contoh dokumenter tv adalah National Geographic dan Animal Planet, bahkan saluran televisi Discovery Chanel pun mantap menasbih diri sebagai saluran televisi yang hanya menayangkan program-program dokumenter tentang keragaman alam dan budaya. Dokumenter kini juga telah banyak ditayangkan diberbagai stasiun televisi jenis dokumenter ini disebut dokumenter tv contoh: Expedisi, Metro XFiles dan Oasis Metro tv, Jejak Petualang Trans 7, Jelajah Trans tv, 100 Hari Keliling Indonesia Kompas tv dan lain sebagainya.
25
Mengapa penonton film bisa menikmati konvensi yang sama berulangulang? Menurut cendikiawan film adalah genre yang merupakan drama ritual kehidupan manusia yang menyerupai perayaan hari besar atau upacara yang dapat memuaskan hasrat mereka karena unsur-unsurnya dapat menegaskan kembali nlai-nilai budaya dengan sedikit variasi.18 Dalam film dokumenter, ada beberapa pengelompokan jenis-jenis dokumenter. 1.
Dokumenter laporan perjalanan Pada awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dariyang paling penting hingga yang hal kecil sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary, dan adventures film.
2.
Dokumenter Sejarah Film dokumenter juga bisa menceritakan sejarah perjuangan suatu bangsa, beisi perjuangan tokoh-tokoh pahlawan untuk mengenang berdirinya suatu Negara yang mengalami proses perlawanan menjadi Negara yang merdeka. Film dokumenter genre sejarah sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat tergantung pada referensi peristiwanya). Adapun tiga hal penting dalam dokumenter sejarah adalah waktu peristiwa, lokasi sejarah, dan tokoh pelaku sejarah tersebut.
18
Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Produksi Televisi. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2012 hal 322
26
3.
Dokumenter Potret/Biografi Jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di dunia, atau masyarakat tertentu, atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan, ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah dokmenter potret, biografi dan profil yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya. Pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwaperistiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, kritik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh. Kedua, biografi yang cenderung mengupas secara kronologis dari yang secara garis penceritaan bisa dari awal tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat meninggal, atau saat kesuksesan sang tokoh). Ketiga, profil. Sub-genre ini walaupun memiliki persamaan namun memiliki perbedaan dengan dua diatas terutama karena adanya unsur pariwara (iklan/promosi) dari tokoh tersebut. Pembagian sequence-nya hampir tidak pernah membahas secara kronologis walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran dan tempat ia berkiprah, biasanya tidak pernah mendalam atau terkadang hanya untuk awalan saja. Akan tetapi sub-genre profil ini tidak berhenti pada orang/manusia, namun bisa juga sebuah badan (institusi) seperti perusahaan, lmbaga pendidikan,organisasi masyarakat, dan organsasi politik yang lebih dikenal dengan istilah company profile.
27
4.
Dokumenter Perbandingan /kontradiksi Dokumenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu yang bersifat budaya, prilaku dan peradaban suatu bangsa. Cerita mengemukakan perbedaan suatu situasi atau kondisi dari suatu objek/subjek dengan yang lainnya.
5.
Dokumenter Ilmu Pengetahuan Film ini berisi penyampaian informasi mengenai suatu teori, sistem, berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Kemasannya bisa film edukasi (jika ditunjukan untuk publik khusus), atau film instruksional (jika ditunjukan untuk publik umum dan luas). Jenis ini bisa terbagi menjadi sub-genre yang sangat banyak: a. Film dokumenter sains. Film ini biasanya ditunjukan untuk publik umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan tertentu, misalnya dunia binatang, dunia teknologi, dunia kebudayaan, dunia tata kota, dunia lingkungan, dan dunia kuliner. b. Film instruksional. Film ini dirancang khusus untuk mengajari (instruksi) pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam hal yang ingin mereka lakukan, mulai dari membuat kolam peliharaan ikan benih, membuat kerangkan jembatan, merancang roket, bermain rafting untuk mengarungi arung jeram dan sebagainya.
6.
Dokumenter Nostalgia Dokumenter yang mengisahkan kilas balik dan napak tilas. Film-film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak
28
mengetengahkan kilas balik atau napak tilas pada kejadian-kejadian dari seseorang atau satu kelompok. 7.
Dokumenter Rekonstruksi Dokumenter jenis ini bisa ditemui pada dokumenter investigasi dan sejarah, termasuk pula pada film etnografi (ilmu tentang kebudayaan) dan antropologi visual. Pecahan atau bagian peristiwa masa lampau maupun masa kini disusun atau direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah. Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehngga harus dibantu rekonstruksi peristiwanya. Peristiwa yang memungkinkan direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah peristiwa criminal (pembunuhan atau perampokan) dan bencana (jatuhnya pesawat dan kendaraan).
8.
Dokumenter Investigasi Dokumenter ini dikemas untuk mengungkap misteri sebuah peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap dengan jelas. Peristiwa besar yang pernah menjadi berita hangat media massa diseluruh dunia, disebut juga dokumenter jurnalistik. Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Tetapi yang membedakan dengan investigasi report (laporan investigasi harus aktual) biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh public ataupun tidak.
29
9.
Dokumenter Eksperimen/Seni Jenis film ini menggabungkan gambar, musik dan suara atmosfer (noise). Penggabungan tersebut secara artistik menjadi unsur utama, karena tidak menggunakan
narasi, komentar, maupun dialog/wawancara. Musik
memberi nuansa gerak kehidupan yang dapat membangkitkan emosi penontonnya. Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar-gambar yang tidak berhubungan, namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penoton melalui asosiasi yang terbentuk dibenak mereka. 10. Dokumenter Buku harian (Diary Film) Diary film merupakan dokumenter yang mengombinasikan laporan perjalanan dengan nostalgia kejayaan masa lalu, jalan cerita mencantumkan secara lengkap dan jelas tanggal kejadian, lokasi, dan karakternya sangat subjektif. 11. Dokumenter Drama (Dokudrama) Dokudrama adalah genre dokumenter di mana pada beberapa bagian film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail. Dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkna peristiwa yang sudah ataupun belum pernah terjadi. Genre dalam dokumenter kemudian terus berkembang, hingga
30
ke titik di mana menjadi sangat subjektif, melihat segala sesuatunya hanya dalam satu perspektif yang sangat individual. Selain menjadi subtype film, dokudrama juga merupakan salah satu dari jenis dokumenter. Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang, dan waktu) cenderung untuk direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan temapat aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan film tersebut.19 2.4.2. Unsur Dokumenter Dalam produksi dokumenter terdapat dua unsur pokok yang kemudian dipadukan, yaitu unsur gambar dan unsur suara. Unsur gambar atau visual terdiri dari berbagai materi, antara lain: 1.
Rangkaian kejadian
: Suatu peristiwa, atau kegiatan dari suatu Lembaga.
2.
Kepustakaan
: Potongan arsip, majalah atau mikrofilm.
3.
Pernyataan
: Individu yang berbicara secarasadar di Muka kamera.
4.
Wawancara
: Pewawancara boleh kelihatan, boleh tidak Kelihatan.
19
5.
Foto still
: Foto-foto bersejarah.
6.
Dokumen
: Gambar, grafik, kartun.
7.
Pembicaraan
: Suatu diskusi atau pembicaraan
Ibid. hal 322-333
31
segerombolan orang. 8.
Layar kosong
: Untuk member perhatian pada sound atau silhouette karena pribadi yang berbicara dibahayakan keselamatannya, andaikata wajahnya kelihatan.
Unsur kedua merupakan unsur suara atau sound, antara lain: 1.
Narasi/reporter
: Dengan narator atau suara reporter/suara VO.
2.
Synchronous sound
: Dengan suara sebagaimana adanya dalam gambar yang di-relay secara tersendiri, kemudian dipersatukan.
3.
Sound effect
: Suara-suara suasana dan latar belakang;
4.
Musik-lagu
: Harus diciptakan musik.
5.
Kosong-sepi
: Untuk memberi kesempatan penonton memperhatikan detail.20
2.5.
Khalayak Khalayak bisa disebut dengan istilah penerima,sasaran, audience, decoder
atau komunikan. Khalayak adalah salah satu actor dari proses komnikasi, karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil atau tidaknya suatu proses komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti itu gagal dalam mencapai tujuannya. 20
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi. Pinus, Yogyakarta. 2007 hal 149-150
32
2.5.1. Karakteristik Khalayak Pada dasarnya khalayak memiliki tingkat selektivitas yang tinggi. Mereka bisa mengganti saluran yang sesuai dengan keinginan stiap saat. Khalayak bukanlah penerima yang pasif, mereka terdiri dari individu-individu yang menuntut suatu komunikator dan menyeleksi pesan-pesan yang disukai dan berguna baginya. Khalayak bisa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audiens, decoder atau komunikan.21 2.5.2. Jenis-jenis Khalayak 1. General Public Audience merupakan khalayak luas, misalnya menonton televisi. 2. Specialized Audience dibentuk dari beberapa macam kepentingan bersama dari anggotanya sehingga homogeny, anggota Specialized Audience heterogen dalam umur, tingkat pendidikan, pendapatan, gaya hidup, dan sebagainya. Tetapi mereka homogeny dalam ketertarikan terhadap satu bidang. 2.5.3. Reaksi Khalayak pada Komunikasi Massa Dalam kerangaka behaviorisme, media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah prilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, plaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial). Khalayak sendiri dianggap sebagai 21
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta, Bandung. 1999 hal 8
33
kepala kosong yang siap untuk menampung seluruh pesan komunikasi yang dicurahkan kepadanya (Dervin, 1981: 74). Pesan komunikasi dianggap sebagai “benda” yang dilihat sama baik oleh komunikator maupun komunikate. Realitas tidaklah sesederhana dunia kaum behavioris. Efek lingkungan berlainan pada orang yang berbeda. Munculnya psikologi kognitif yang memandang manusia sebagai organisme yang aktif mengorganisasikan stimulus, perkembangan teori kepribadian, dan meluasnya penelitian sikap (konsep yang ditemukan oleh W.I. Thomasas dan Florian Znaniecki) mengubah potret khalayak. W. Philips Davision menulis. Khalayak bukanlah penerima yang pasif – tidak dapat dianggap sebagai sebongkah tanah liat yang dapat dibentuk oleh propaganda. Raymond A. Bauer juga mengkritik potret khalayak sebagai robot yang pasif. Ia bahkan menyebut khalayak yang kepala batu (obstinate audience), yang baru mengikuti pesan bila pesan itu menguntungkan mereka. Komunikasi tidak lagi bersifat linier (dengan peranan komunikator yang dominan), tetapi merupakam transaksi. „Each gives in order to get‟, kata Bauer (dalam Schramm dan Roberts, 1977: 345). Media massa memang berpengaruh, tetapi pengaruh ini disaring, diseleksi , bahkan mungkin ditolak sesuai dengan faktor-faktor personal yang memengaruhi reaksi mereka. Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi khalayak dari penjelasan Melvin DeFleur dan Sandra Ball Rokeach tentang teori-teori komunikasi dan pendekatan motivasional dari model uses and gratifications.22
22
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi.PT Remaja Rosdakarya, Bandung. 2007 hal 202-203
34
Brent D. Ruben (1984) menyimpulkan bahwa khalayak menerima suatu pesan bukan saja ditentukan oleh isi pesan, tetapi juga oleh semua komponen yang mendukung terjadinya proses komunikasi.23 Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan informasi 1. Penerima: a. Keterampilan berkomunikasi b. Kebutuhan c. Tujuan yang diinginkan d. Sikap, nilai, kepercayaan, dan kebiasaan-kebiasaan e. Kemampuan untuk menerima f. Kegunaan pesan 2. Pesan: a. Tipe dan model pesan b. Karakteristik dan fungsi pesan c. Struktur pengelolaan pesan d. Kebaharuan (aktualitas) pesan 3. Sumber: a. Kredibilitas dan kompetensi dalam bidang yang disampaikan b. Kedekatan dengan penerima c. Motivasi dan perhatian d. Kesamaan dengan penerima (homophily) e. Cara penyampaiannya 23
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. 2012 hal 192193
35
f. Daya tarik 4. Media: a. Tersedianya media b. Kehandalan (daya liput) media c. Kebiasaan menggunakan media d. Tempat dan situasi. 2.6.
Respon Individu Manusia adalah makhluk kompleks yang takkan memberikan respon
otomatis terhadap apapun, termasuk pesan media. Sejauh mana kita bereaksi terhadap suatu komunikasi tergantung pada sikap, nilai-nilai, motivasi dan keperibadian kita sendiri. Orang-orang selalu memilih-milih isi maupun jenis media. Biasanya mereka memilih naskah atau siaran yang sesuai dengan pendapat atau selera mereka sendiri. Artinya mereka cenderung membaca,mendengar dan melihat apa yang dinginkannya saja, dan menghindari apa yang tidak mereka sukai. Ada sebagian orang yang sama sekali tidak terpengaruh oleh apa yang ia baca, dengar atau lihat di media.24 2.7.
Pengaruh Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan,
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan (Stuart, 24
William L. Rivers, Jay W. Jensen, Theodore Peteson, Media Massa & Masyarakat Modern. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2008 hal 253
36
1988). Pengaruh adalah salah satu elemen dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang kita inginkan. Pengaruh dapat dikatakan mengena jika perubahan (P) yang terjadi pada penerima sama dengan tujuan (T) yang diinginkan oleh komunikator (P=T), atau seperti rumus yang dibuat oleh Jamias (1989), yakni pengaruh (P) sangat ditentukan oleh sumber, pesan, media, dan penerima (P=S/P/M/P). Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavior). Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Perubahan pendapat dapat terjadi bilamana terdapat perubahan penilaian terhadap sesuatu objek karena adanya informasi yang lebih baru. Perubahan sikap ialah, adanya perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisasi dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun di luar dirinya. Sementara itu, yang dimaksud dengan perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan.25 2.8.
Petualangan Definisi berpetualang adalah sesuatu pengalaman yang menarik, suatu
perbuatan yang berani dan beresiko, perjalanan yang menantang, sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang berbahaya, sesuatu yang hebat, sesuatu yang
25
Cangara, op.cit., 185-186.
37
mengejutkan dan diluar perkiraan, perubahan dalam kehidupan atau suatu hal baru yang tidak terjadi setiap hari. (sumber definisi : www.wikipedia.com)26 Sedangkan definisi dalam kamus besar bahasa Indonesia : 1. Bertualang (ber-tu-a-lang) 1. mengembara ke mana-mana (tidak tentu tempat tinggalnya); berkeliaran; bergelandangan; 2. selalu pergi ke mana-mana (tidak suka tinggal di rumah); 3. berbuat sesuatu secara menekat; 2. Bertualangan (ber-tu-a-lang-an) melakukan berbagai petualangan; 3. Petualang (pe-tu-a-lang) 1. orang yang bertualang; 2. orang yang berusaha memperoleh sesuatu dengan cara menekat; 3. orang yang suka mencari pengalaman yang sulitsulit, berbahaya, dsb; 4. Petualangan (pe-tu-a-lang-an) 1. perihal bertualang; 2. perbuatan menekad (menyeleweng)27 Berpetualang bukan hanya sekedar untuk mencapai suatu tujuan akhir misalnya sampai di atas puncak gunung, panjat tebing, susur go’a dan lain-lain atau yang menggunakan fasilitas kendaraan seperti offroad baik dengan motor maupun mobil, tapi lebih ke prosesnya, yang hanya bisa dirasakan ketika kita
26 27
http://grunnusantara.com/pengertian-petualangan/ kbbi.web.id/tualang
38
melakukan perjalanan/petualangan tersebut. Berpetualang pasti mengandung resiko, karena setiap kegiatan/aktivitas apa yang kita kerjakan pasti ada resikonya bukan hanya berpetualang, pemain bola saja ada resikonya bisa cidera, jadi intinya kita sebagai manusia hanya bisa bedo’a agar apa yang akan kita lakukan mudah-mudahan bisa bermanfaat baik untuk kita sendiri ataupun orang banyak. Untuk mengurangi bahaya
atau resiko berpetualang kita harus
mempersiapkan dengan baik fisik, mental atau perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan petualangan tersebut, kegiatan berpetualang juga tentunya memerlukan adanya kerjasama tim, karena bagaimanapun kita akan selalu saling membutuhkan. Dalam melakukan kegiatan berpetualang yang harus selalu kita ingat adalah jangan pernah melakukan suatu kelalaian atau kecerobohan dan kebodohan karena itu yang akan sangat berbahaya dan beresiko. Dengan melakukan kegiatan berpetualang kita dapat menggali potensi diri dan mengenal siapa diri kita serta dapat meningkatkan percaya diri dan kita bersikap lebih baik lagi dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani. 2.9.
Minat Minat adalah suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang
tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
39
Eysenck dkk (2002) mendefinisikan minat sebagai suatu kecenderungan untuk bertingkah laku yang berorientasi kepada objek, kegiatan, atau pengalaman tertentu, dan kecenderungan tersebut antara individu yang satu dengan yang lain tidak sama intensitasnya. Sedang Witherington (1999) berpendapat bahwa minat adalah kesadaran seseorang pada sesuatu, seseorang suatu hal atau situasi yang bersangkut paut dengan dirinya. Tanpa kesadaran seseorang pada suatu objek, maka individu tidak akan pernah mempunyai minat terhadap sesuatu. Menurut Hurlock (1996) dalam Purwanto (2002) mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Dalam kamus psikologi, Chaplin (1999) menyebutkan bahwa interest atau minat dapat diartikan sebagai : 1.
Suatu sikap yang berlangsung terus-menerus yang member pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek minatnya.
2.
Perasaaan yang mneyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu.
3.
Satu keadaan atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku menuju satu arah tertentu.
40
2.9.1. Faktor Timbulnya Minat Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1982) dalam purwanto (2004), terdiri dari tiga faktor : 1.
Faktor Dorongan Dari Dalam Adalah rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang.
2.
Faktof Motif Sosial Yakni minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperolah penghargaan dari keluarga atau teman
3.
Faktor Emosional Yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan meningklatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang.
2.9.2. Aspek Minat Sikap berkembang dalam proses pemuasan keinginan. Dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya dalam upayanya untuk memuaskan keinginannya, individu mengembangkan sikap. Dia mengembangkan sikap positif
41
terhadap orang dan obyek yang memuaskan keinginannya, individu akan mengembangkan sikap negatif
tehadap obyek dan orang yang menghambat
pencapaian tujuan-tujuannya. Sikap individu dapat member nilai instrumental tembahan baginya. Dia mengembangkan sikapnya dalam merespon terhadap situasi masalah, dalam upaya untuk memuaskan keinginan tertentu. Selama sikapnya itu merupakan sistem yang bertahan lama, sikapnya tersebut akan terus dipertahankannya dan mungkin akan dipergunakannya untuk memecahkan berbagai masalah untuk memuaskan berbagai keinginannya. 2.9.3. Kondisi Yang Memengaruhi Minat Menurut Hurlock (1999), ada beberapa kondisi yang memengaruhi minat, diantaranya : 1. Status Ekonomi Status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mereka laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga tata usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka. 2. Pendidikan Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang
42
dilakukan. Seperti yang telah dikutip Notoatmodjo (1997) dari L. W. Green mengatakan bahwa “jika ada seseorang yang mempunyai pengetahuan baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya”. 3. Situasional (orang dan lingkungan) Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kirang penghargaan dari orang lain. 4. Keadaan Psikis Keadaan psikis yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap minat adalah kecemasan. Kecemasan merupakan suatu respon stress, seperti putusnya suatu hubungan yang penting atau bencana yang mengancam jiwa. Kecemasan juga bisa merupakan suatu reaksi terhadap dorongan seksual atau dorongan agresif yang tertekan.
Menurut Kartono (2006), kecemasan disebabkan oleh beberapa dorongan seksual yang tidak mendapatkan kepuasan dan terlambat, sehingga mwngakibatkan banyak konflik batin. Menurut Hartoyo (2004), bahwa stressor pencetus kecemasan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup keseharian.
43
2. Ancaman terhadap sistem diri, dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi integritas sosial. Faktor internal dan eksternal dapat mengancam harga diri. Faktor internal meliputi: kesulitan interpersonal di rumah atau tempat kerja. Faktor eksternal meliputi: kehilangan nilai diri akibat kematian, cerai, atau perubahan jabatan. Kecemasan mempunyai beberapa akibat, diantaranya : 1. Prilaku Gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah. 2. Kognitif Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir, kreativitas menurun, bingung, kehilangan control, takut kehilangan atau kematian. 3. Afektif Mudah terganggu, tidak sadar, gelisah, tegang, gugup, ketautan, an gelisah (Hartoyo, 2004) 2.9.4. Cara Mengukur Minat Minat diukur dengan menggunakan kuesioner atau dengan menggunakan wawancara. Dalam TRA (Theory of Reasoned Action), minat merupakan bagian dari intense sehingga belum nampak kegiatannya dan tidak dapat dilakukan observasi secara langsung (Fishben, 1975). Hasil pengukuran minat menurut
44
Ajzen (1996), dapat dikategorikan menjadi minat tinggi (67-100%), minat sedang (34-66%), dan minat rendah (0-33%). 2.10.
Kerangka Pemikiran
Tiga program
- Teori uses and
Minat berpetualang
documenter-
gratification:
mahasiswa Fikom
adventure di tv
Kebutuhan dan
bidang studi
(Jejak Petualang,
penggunaan/manfaat
Broadcasting
Trans 7. Explore
- Keinginan dan
universitas Mercu
Indonesia, Kompas
harapan
Buana angkatan
Tv. Potret, SCTV).
2011 s/d 2014.
Keterangan bagan: Memiliki hubungan langsung (linier) secara konsep dasar pemikiran, tiga program acara tv menjadi indikator penelitian dalam melihat efek media yang akan ditimbulkan. Efek pesan media kognitif (pengetahuan/opini) serta afektif (minat, keinginan, harapan, motivasi). Dua efek pesan media tersebut yang menjadi lingkup pembahasan dari penelitian ini. Melalui pengembangan teori media massa uses and gratification, yang menyatakan bahwa khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. “orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang dapat dipenuhi dengan (salah satu caranya) menggunakan (membaca, menonton atau mendengarkan) media massa.” (Elihu Katz, Michel Gurevitch dan Hadassa Hass: 1973). Penetapan Mahasiswa Fikom bidang studi Broadcasting universitas Mercu
45
Buana yang akan di jadikan responden mengacu pada pengetahuan mahasiswa terhadap ilmu penyiaran dan media massa, akan dilihat sejauh mana ketiga program tersebut dapat memberikan pengaruh berpetualang pada mahasiswa. Populasi dan sempel yang telah ditentukan berlandaskan pada kesanggupan peneliti dalam melakukan penelitian, mencakup efektifitas, waktu dan biaya yang dibutuhkan.