BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit Kanker 2.1.1 Definisi Kanker Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor dibagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas (Brunicardi, et al, 2010).
2.1.2 Patofisiologi Kanker Mekanisme pembentukan neoplasma atau tumor ganas disebut dengan karsinogenesis. Karsinogenesis merupakan suatu proses multi-tahap. Proses transformasi sel normal menjadi sel ganas melalui displasi terjadi melalui mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum mekanisme karsinogenesis ini terjadi melalui empat tahap (Campbell, Reece, Mitchell, 2007) yaitu: 1. Tahap Inisiasi Tahap inisiasi merupakan tahap pertama karsinogenesis yang bersifat irreversible, dimana gen pada sel normal bertransformasi menjadi malignan. DNA dirusak oleh zat-zat inisiator seperti radiasi dan radikal bebas dapat mengganggu proses reparasi normal, sehingga terjadi mutasi DNA dengan kelainan pada
kromosomnya. Kerusakan DNA ini diturunkan pada anak-anak sel dan seterusnya. Tahap inisiasi berlangsung dalam satu sampai beberapa hari. 2. Tahap Promosi Pada proses proliferasi sel terjadi pengulangan siklus sel tanpa hambatan dan secara continue terus mengulang. Diteruskan dengan proses metastasis dimana penyebab utama dari kenaikan morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan keganasan. Dalam berlangsungnya proses ini melibatkan interaksi kompleks, tidak hanya ditentukan oleh jenis sel kanker itu sendiri, namun matriks ekstraseluler, membran basal, reseptor endotel serta respon kekebalan host yang berpartisipasi. Mekanisme metastasis merupakan indikasi bahwa mekanisme pertahanan pasien kanker gagal untuk mengatasi dan memblokir penyebaran sel kanker. Setelah itu terjadi lagi proses neoangiogenesis. 3. Tahap angiogenesis Tahap angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara normal dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Angiogenesis juga terlibat dalam proses penyembuhan, seperti pembentukan jaringan baru setelah cidera. Angiogenesis juga merupakan tahap yang sangat penting dalam karsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker sehingga terjadi perkembangan sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas. Angiogenesis dapat berkembang menjadi sesuatu yang bersifat patologis dan berhubungan dengan kanker, inflamasi, penyakit kulit dan penyakit mata. Kondisi patologi angiogenesis ini diawali oleh pembentukkan pembuluh darah baru dan penghancuran sel normal yang ada di sekitarnya. Berbeda dangan angiogenesis
fisiologis, angiogenesis patologi ini dapat berlangsung lama sampai beberapa tahun dan biasanya berhubungan dengan beberapa gejala klinis. 4. Tahap Progresif Pada tahap progresif gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan DNA mengakibatkan mitosis dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas. Terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada tahap progresi ini timbul perubahan benigna menjadi pra-malignan dan malignan. Metastasis kanker terjadi akibat penyebaran sel kanker utama dan terjadi pembentukan tumor di tempat baru yang jauh dari sel kanker utama. Pada awalnya kanker primer harus memiliki akses ke sirkulasi, baik melalui pembuluh darah maupun sistim limfatik, setelah sel kanker mampu menembus saluran tersebut, sel kanker harus mampu bertahan hidup dan pada akhirnya sel kanker tersebut akan menyebar ke organ dan membentuk jaringan baru. Selanjutnya sel kanker harus bisa memulai pertumbuhan jaringan baru dengan membentuk vaskularisasi baru untuk suplay oksigen dan nutrisi (Brunicardi, et al, 2010). Dalam Brunicardi, et al (2010) terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker, yaitu bahan kimia yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan berbagai jenis kanker pada perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama. Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker. Penyinaran yang berlebihan dari sinar ultra violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif, sinar X yang
berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia. Beberapa jenis virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik. Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dari selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui
bahwa
pemberian
hormon
tertentu
secara
berlebihan
dapat
menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat. Selain itu, zat atau bahan kimia yang terdapat pada makanan tertentu juga dapat menyebabkan timbulnya kanker misalnya makanan yang lama tersimpan dan berjamur dapat tercemar oleh aflatoxin. Aflatoxin adalah zat yang dihasilkan jamur Aspergillus Flavus yang dapat meningkatkan resiko terkena kanker hati.
2.1.3 Jenis-jenis dan Manifestasi Kanker Jenis-jenis kanker menurut Brunicardi, et al (2010), yaitu karsinoma, limfoma, leukemia, sarcoma, dan glioma. Karsinoma adalah setiap kanker ganas yang muncul dari sel-sel epitel. Limfoma adalah kanker yang dimulai di dalam limfosit dari sistem kekebalan tubuh dan muncul sebagai tumor padat dari sel-sel limfoid. Leukemia atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tidak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid yang umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih). Sarkoma jarang terjadi tetapi tumor agresif muncul dari subtipe jaringan primitif yang dikenal sebagai mesoderm, dan dengan
demikian dapat mempengaruhi berbagai jaringan dan organ dalam tubuh di berbagai kelompok usia, dari anak kecil hingga orang tua. Glioma adalah jenis tumor yang dimulai di otak atau tulang belakang, hal ini disebut glioma karena muncul dari sel glial. Gejala kanker secara umum yaitu nyeri yang dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan atau kecemasan. Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah, batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus menerus, cairan puting susu yang mengandung darah, cairan liang senggama yang berdarah (diantara menstruasi/menopause), darah dalam tinja, darah dalam air kemih. Selain gejala umum, gejala khusus juga biasanya dapat dilihat sesuai dengan organ yang terkena kanker, seperti pada kanker otak gejala yang muncul adalah sakit kepala pada pagi hari dan berkurang pada tengah hari, epilepsi, lemah, mati rasa pada lengan dan kaki, kesulitan berjalan, mengantuk, perubahan tidak normal pada penglihatan, perubahan pada kepribadian, perubahan pada ingatan, sulit bicara. Hal ini diakibatkan sel kanker menyerang saraf di otak (Brunicardi, et al, 2010). Gejala yang muncul pada kanker mulut yaitu terdapat sariawan pada mulut, lidah dan gusi yang tidak kunjung sembuh. Pada kanker saluran pernapasan gejala yang terjadi biasanya batuk terus menerus, suara serak atau parau, dahak bercampur darah, rasa sakit di dada. Pada kanker payudara gejala yang muncul biasnya terdapat benjolan, penebalan kulit (tickening), perubahan bentuk, gatal-
gatal, kemerahan, rasa sakit yang tidak berhubungan dengan menyusui atau menstruasi. Pada kanker saluran pencernaan biasanya terdapat darah pada feses yang ditandai dengan warna merah terang atau hitam, nyeri perut, benjolan pada perut, rasa sakit setelah makan, penurunan berat badan, serta adanya perubahan pola buang air besar (diare atau sulit buang air besar). Pada kanker saluran reproduksi wanita biasanya akan terjadi perdarahan yang banyak saat periode menstruasi, pengeluaran darah saat mens tidak seperti biasanya dan rasa sakit yang luar biasa. Kanker pada saluran reproduksi juga dapat menyebabkan infertile (kemandulan). Pada kanker saluran perkemihan kandung kemih atau ginjal gejala yang muncul biasanya terdapat darah pada urin, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih, nyeri pada pinggang. Pada kanker testis biasanya terdapat benjolan pada testis, ukuran penampungan pada testis yang membesar dan menebal secara mendadak, nyeri pada perut bagian bawah. Pada leukemia gejala yang terjadi adalah pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, sering terkena infeksi, mudah terluka, rasa sakit pada tulang dan persendian, mimisan. Gejala pada kanker kulit biasanya terdapat benjolan pada kulit yang menyerupai kutil (mengeras seperti tanduk), infeksi yang tidak sembuh-sembuh, bintik-bintik berubah warna dan ukuran, rasa sakit pada daerah tertentu, perubahan warna kulit berupa bercak-bercak (Brunicardi, et al, 2010).
2.1.4 Pemeriksaan dan Penatalaksanaan Kanker 1. Penatalaksanaan kanker Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis kanker, yaitu dengan penanda tumor, patologi anatomi, USG, mammografi, pemeriksaan imaging (Smith, Cokkinides, & Brawley, 2009). Penanda tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari penanda tumor adalah untuk skrining kanker. Penanda tumor yang biasanya diperiksa adalah Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan menjadi sel hati pada janin. Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa. Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated glycoprotein TAG 72 di dalam serum. Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Cancer antigen 12-5 (Ca 125) digunakan untuk indikator kanker ovarium epitel non-mucinous. Human chorionic gonadotropin (HCG) meningkat
pada
keganasan
seperti
mola
hidatidosa,
korioepitelioma,
koriokarsinoma testis. Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) digunakan untuk mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Prostat Spesific Antigen (PSA) digunakan untuk diagnosis kanker prostat. Neuron Specific Enolase (NSE) digunakan untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit keganasan small cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel
skuamosa dari serviks uteri. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti faring, laring, palatum, lidah dan leher. Cyfra 21-1 digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak seperti pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema. Patologi anatomi adalah pemeriksaan morfologi tumor baik secara makro maupun mikro. Bahan yang digunakan dapat diperoleh dari biopsi. Ada beberapa cara biopsi, diantaranya biopsi insisi, eksisi, truncut, aspirasi, ataupun endoskop. Setelah bahan didapatkan, diproses melalui beberapa cara agar dapat terpotong halus, diantaranya: sediaan beku, paraffine block, plastic coupe, dan dilakukan pengecatan
sesuai
tujuan
pemeriksaan.
USG
adalah
singkatan
dari
Ultrasonography yang artinya adalah alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi. Penggunaan USG salah satunya dalam mendiagnosis kanker adalah dalam melakukan pemeriksaan penunjang pada tumor testis. Pemeriksaan ultrasonografi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan suatu transduser frekuensi tinggi yang linier. Mammografi adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang dapat memperlihatkan
kelainan
pada
payudara
dalam
bentuk
terkecil
yaitu
mikrokalsifikasi. Dengan mammografi, kanker payudara dapat dideteksi dengan akurasi sampai 90%. Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis tumor ganas (radiodiagnosis) terdapat banyak jenis mulai dari yang konvensional hingga yang canggih. Selain untuk membantu menegakkan diagnosis, pemeriksaan imaging juga berperan dalam menentukan staging dari tumor ganas.
2. Penatalaksanaan pasien kanker Penanganan kanker tidak cukup dengan mengandalkan satu modalitas terapi. Terapi kanker memerlukan multimodalitas terapi yang dapat dilakukan secara bersama-sama atau tidak bersama-sama. Masing-masing modalitas terapi memiliki kelebihan dan kekurangan. Bila digunakan bersama maka apa yang kurang dari terapi yang satu akan didapatkan dari terapi lainnya. Demikian juga dalam hal efektivitas dan toxisitas terapi akan dapat dikendalikan dengan melakukan terapi tersebut. Alasan penting lainnya adalah karena sel-sel kanker adalah sel-sel dengan populasi yang heterogen. Masing masing sel kanker memiliki kepekaan terhadap terapi masing-masing (Brunicardi, et al, 2010). Berikut ini adalah beberapa terapi yang digunakan pada pasien kanker, yaitu pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, dan biological theraphy. Pembedahan dapat dikatakan sebagai terapi utama dalam penanganan kanker solid. Pada semua level kanker (T,N,M) dapat dilakukan tindakan pembedahan. Pembedahan memiliki tujuan kuratif atau paliatif. Namun, tidak semua keadaan kanker dapat dilakukan tindakan pembedahan. Pembedahan sendiri juga memiliki kelemahan yaitu rekurensi tumor karena tidak semua tepi dapat dieksisi dengan benar. Oleh sebab itu, pembedahan sendiri harus diikuti dengan modalitas terapi lainnya, khususnya pada kanker yang diperkirakan telah mengalami metastase. Pemberian radioterapi dapat ditujukan sebagai bagian dari terapi primer atau menjadi bagian dari terapi tambahan terhadap pembedahan atau kemoterapi. Tidak semua kanker sensitif terhadap radioterapi. Radioterapi digunakan dalam dosis yang terbatas dan tempat yang terbatas. Radioterapi pada seluruh bagian
tubuh tidak dapat dilakukan. Kemoterapi menggunakan obat-obat antikanker yang bersifat cytotoxic. Kemoterapi diberikan pada tumor-tumor yang sensitif terhadap kemoterapi. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau sesudah terapi pembedahan. Pemberian obat ini harus melalui infus dan masuk RS. Kemoterapi memiliki respon yang cepat dan dalam waktu yang singkat dapat dilihat responnya. Efek samping dari kemoterapi biasanya akan menyebabkan pasien mual hebat, pusing, kerontokan pada rambut, dan lain-lain. Pemberian terapi hormonal ditujukan pada kanker-kanker yang tumbuh oleh karena rangsangan hormonal. Pemberian obat ini dapat efektif bila tumor tersebut memiliki reseptor hormonal yang baik. Penggunaan terapi ini cukup baik pada kanker payudara dengan cara memblok atau menurunkan produksi hormon estrogen dan progesteron. Terapi hormonal bekerja pada sel kanker dengan respon terapi yang cukup lama, berbeda dengan pemberian kemoterapi. Terakhir adalah Biological Therapy, yaitu terapi kanker melalui manipulasi faktor mekanisme pertahanan tubuh secara natural yang berefek sebagai antitumor. Biological therapy merangsang, menggunakan atau memodifikasi sistem imun tubuh untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker secara efektif. Terapi ini penting untuk pengobatan kanker, bersama-sama dengan pembedahan, radioterapi, maupun kemoterapi. Terapi jenis ini masih dalam proses pengembangan dengan harga yang cukup mahal (Schwartz, Seymour, 2000).
2.2 Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial, dan
spiritual yang komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit (Asmadi, 2008). Asuhan keperawatan merupakan sebuah proses yang terdiri dari lima tahap, yaitu pengkajian,
menentukan
masalah
keperawatan,
membuat
perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Proses tersebut berlangsung secara berkesinambungan dan tidak dapat berdiri sendiri (Asmadi, 2008).
2.2.1 Pengkajian Pengkajian merupakan dasar atau langkah awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data atau informasi tentang pasien untuk menganalisa masalah keperawatan. Manfaat pengkajian adalah untuk membantu mengidentifikasi status kesehatan, pola pertahanan pasien, kekuatan, dan kebutuhan pasien (Wilkinson, 2007). Dalam Asmadi 2008, ada tiga metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data, yaitu: 1. Wawancara Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data secara langsung antara perawat dengan pasien. Data wawancara merupakan semua ungkapan pasien, tenaga kesehatan, keluarga, teman, dan orang terdekat pasien yang mungkin terlibat. Kemampuan utama yang harus dimiliki perawat selama melakukan wawancara adalah komunikasi yang baik dan hubungan saling percaya dengan pasien. 2. Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan menggunakan panca indera. Hal penting dalam melakukan observasi adalah
mempertahankan objektivitas penilaian. Seluruh data hasil observasi harus dicatat dengan lengkap. 3. Pemeriksaan Pemeriksaan menurut Carol V.A (1991) dalam Asmadi (2008), adalah proses inspeksi tubuh dan system tubuh guna menentukan ada atau tidaknya penyakit yang didasari oleh hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan empat metode, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tahap terakhir dari pengkajian adalah proses analisa data yang merupakan suatu proses interpretasi data dan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. Pola Gordon adalah pengkajian dengan 11 pola fungsional yang bertujuan untuk mengkaji respon manusia dalam aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual baik berupa respon fungsional maupun disfungsional. Respon manusia yang dikaji bukan hanya masalah aktual dan risiko tetapi juga masalah wellness (promosi kesehatan), dan sindrom yang dialami individu, keluarga maupun masyarakat. Pengkajian ini bisa dilakukan untuk melihat respon terhadap berbagai penyakit baik akut maupun kronik. Setiap satu pola dalam pengkajian Gordon akan memunculkan satu atau lebih diagnosis keperawatan. Pengkajian 11 pola fungsional Gordon merupakan pengkajian yang digunakan dalam asuhan keperawatan menggunakan NANDA, NOC, NIC. Berikut adalah tabel diagnosis keperawatan sesuai hasil pengkajian dengan pola Gordon (NANDA 2012-2014):
Tabel 2.1 Pengkajian Pola Gordon dan Diagnosis Keperawatan NANDA
nPola Gordon o
Komponen pengkajian
Diagnosis keperawatan
1
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Definisi sehat menurut pasien, kebiasaan diet, olahraga, riwayat penyakit keluarga, data genogram, persepsi tentang sehat dan sakit, screening penyakit, pelayanan kesehatan/pertolongan yang digunakan jika sakit, konsumsi obat-obatan modern maupun konvensional, riwayat kesehatan dahulu Data pendukung: pemeriksaan fisik umum
2
Pola nutrisi dan metabolisme
Kebiasaan makan dan minum sebelum MRS, diit RS, intake makanan, adanya mual, muntah, kesulitan menelan, keadaan yang mengganggu nutrisi, status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh: postur tubuh, BB, TB, IMT, pengetahuan tentang nutrisi terkait penyakitnya, intake cairan, tanda-tanda kelebihan cairan, perubahan intake makanan terkait penyakit, budaya, stress, adanya kelainan psikologis terkait makan Data pendudkung lain: hasil pemeriksaan system Gastrointestinal, kulit, rambut, kuku
3
Pola eliminasi
Kebiasaan BAB/BAK sebelum masuk RS. Keluhan terkait BAB/BAK, urin output, karakteristik BAB dan BAK, pengggunaan obat-obatan untuk melancarkan BAB. Data pendukung: Hasil pemeriksaan system genitourinary
4
Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan, olahraga yang disenangi, aktivitas rekreasi, kemampuan perawatan diri, hygiene, makan, mandi, toileting, dressing, penggunaan alat bantu mobilitas, ROM, oksigenasi, alat bantu nafas, gangguan aktivitas yang dialami.
- Pemeliharaan kesehatan tidak efektif - Manajemen kesehatan diri tidak efektif - Gangguan pemeliharaan rumah - Kesiapan untuk meningkatkan status imunisasi - Manajemen terapeutik keluarga tidak efektif - Dan lain-lain - Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh - Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh - Gangguan menelan - Resiko kadar glukosa darah tidak stabil - Resiko kerusakan fungsi hati - Resiko ketidakseimbangan elektrolit - Deficit volume cairan - Kelebihan volume cairan - Resiko ketidakeimbangan volume cairan - Dan lain-lain - Inkontinensia urin - Gangguan eliminasi urin - Retensi urin - Inkontinensia bowel - Konstipasi - Diare - Gangguan pertukaran gas - Dan lain-lain - Gangguan mobilitas fisik - Gangguan berjalan - Keletihan - Intoleransi aktivitas - Pola nafas tidak efektif - Penurunan kardiak output
Data pendukung: hasil pemeriksaan kardiovaskuler, respirasi, muskuloskeletal, neurologi 5
Pola tidur istirahat
dan
Kebiasaan tidur sebelum MRS, penggunaan obat tidur, faktor budaya, kebiasaan minum kopi, apakah ada masalah dengan tidur saat ini, gangguan tidur, lama tidur, keluhan penyakit yang mengganggu tidur, masalah fisik dan psikologi yang mempengaruhi tidur Data pendukung: pemeriksaan fisik umum Tingkat kesadaran, orientasi, daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya pendengaran, daya penglihatan, nyeri (PQRST), faktor budaya yang mempengaruhi nyeri, cara-cara yang dilakukan pasien untuk mengurangi nyeri, pemakaian alat bantu lihat atau dengar, proses berfikir, isi pikiran, daya ingat, dan waham, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan komunkasi, tingkat pendidikan, luka. Data pendukung: Hasil pemeriksaan neurologi
6
Pola persepsi dan kognitif
7
Pola persepsi diri dan konsep diri
Pekerjaan, situasi keluarga, kelompok dukungan sosial, persepsi diri, kelemahan dan kekuatan diri pasien, bagian tubuh yang disukai atau tidak disukai, ancaman terhadap konsep diri Data pendukung: pemeriksaan fisik umum
8
Pola peran dan hubungan
Peran pasien dalam keluarga, pekerjaan dan sosial, kepuasan peran, pengaruh status kesehatan terhadap peran, pentingnya keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga, orang-orang terdekat pasien, pola hubungan orang tua anak Data pendukung: pemeriksaan kesehatan umum
- Defisit perawatan diri - Gangguan ventilasi spontan - Dan lain-lain - Insomnia - Gangguan pola tidur - Deprivasi tidur - Kesiapan untuk mencapai tidur - Resiko syok - Resiko perfusi jaringan kardiak tidak efektif - Dan lain-lain - Sindrom gangguan intrepretasi lingkungan - Kebingungan akut - Kebingungan kronik - Kurang pengetahuan - Gangguan memori - Gangguan komunikasi verbal - Wandering - Penurunan kapasitas adaptasi intracranial - Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif - Resiko infeksi - Kerusakan integritas kulit - Kerusakan integritas jaringan - Resiko kerusakan integritas kulit - Nyeri akut - Nyeri kronik - Dan lain-lain - Kehilangan harapan - Gangguan identitas personal - Harga diri rendah kronik - Harga diri rendah situasional - Gangguan gambaran diri - Keputusasaan - Risk for loneliness - Dan lain-lain - Menyusui tidak efektif - Fungsi peran tidak efektif - Gangguan interaksi sosial - Gangguan parenting - Resiko gangguan kelekatan (attachment) - Gangguan fungsi
9
Pola seksualitas dan reproduksi
10
Pola toleransi coping- stress
11
Pola tata nilai dan kepercayaan
2.2.2
Masalah seksual, dekripsi prilaku seksual, pengetahuan terkait seksualitas dan reproduksi, efek status kesehatan terhadap seksualitas, penggunaan alat kontrasepsi. Masalah menstruasi, riwayat gangguan fisik dan psikologis terkait seksualitas, Data pendukung: Hasil pemeriksaan system reproduksi, payudara, rektal Apakah memiliki stressor selama ini, sifat stressor, apa yang dilakukan untuk mengatasi, strategi koping yang dipakai dan efektivitasnya, kehilangan dan perubahan hidup yang pernah atau sedang dialami, kaitan stress dengan dinamika keluarga, pengetahuan tentang strategi koping Data pendukung: pemeriksaan umum
Latar belakang etnik dan budaya pasien, status ekonomi, prilaku kesehatan terkait nilai atau kepercayaan, tujuan hidup pasien, pentingnya agama bagi pasien, akibat penyakit terhadap aktivitas keagamaan Data pendukung: pemeriksaan umum
keluarga - Proses keluarga disfungsional - Dan lain-lain - Disfungsi seksual - Pola seksualitas tidak efektif - Kesiapan untuk melakukan proses persalinan - Dan lain-lain - Sindrom pasca trauma - Cemas - Ketidakmampuan koping keluarga - Koping tidak efektif - Takut - Sedih - Stress berlebihan - Berduka kronik - Koping komunitas tidak efektif - Ineffective denial - Dan lain-lain - Gangguan aktivitas keagamaan - Distress spiritual - Distress moral - Konflik pengambilan keputusan - Resiko distress spiritual
Diagnosis Keperawatan
1. Definisi diagnosis keperawatan Diagnosis
keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosis keperawatan harus didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai definisi
karakteristik. Definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala. Tanda adalah sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh pasien. Diagnosis keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil. Hal ini juga terdapat dalam Wilkinson (2007), bahwa
diagnosis
keperawatan
sangat
memengaruhi
rencana
tindakan,
implementasi, dan tahap evaluasi. Ketika perawat mampu menganalisa data secara spesifik dan akurat, maka tujuan dan rencana tindakan dapat dibuat dengan tepat. Tahap diagnosis terkadang berjalan seiring atau dipengaruhi oleh tahap implementasi. Contohnya pada kasus-kasus kegawatdaruratan, saat pengkajian tidak dapat dilakukan secara menyeluruh dan harus diberikan tindakan yang cepat. Diagnosis keperawatan juga dipengaruhi oleh tahap evaluasi, jika pada tahap evaluasi ditemukan bahwa status kesehatan pasien berubah, maka perawat akan melakukan diagnosis ulang untuk menyesuaikannya dengan kondisi kesehatan pasien saat dilakukan evaluasi (Asmadi 2008). Diagnosis keperawatan dibuat oleh perawat profesionsal yang memberikan gambaran tentang keadaan pasien yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnosis harus singkat, jelas, dan lugas terkait masalah kesehatan pasien, penyebab masalah, serta tindakan keperawatan untuk mengatasinya (Wilkinson, 2007).
2. Tujuan diagnosis keperawatan Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk mengidentifikasi adanya masalah aktual, faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah, dan kemampuan pasien mencegah atau menghilangkan masalah. Proses penetapan
diagnosis keperawatan dalam Wilkinson (2007), yaitu melakukan pengumpulan, pengelompokkan, memvalidasi data dengan melakukan pemeriksaan pasien maupun wawancara dengan keluarga pasien, dan membandingkan data dengan nilai normal, sehingga dapat diketahui apakah data normal atau bermasalah. Kedua, menentukan masalah keperawatan dan faktor-faktor yang menyebabkan masalah, dan yang terakhir adalah memprioritaskan diagnosis keperawatan.
3. Perbedaan diagnosis medis dengan diagnosis keperawatan Tabel 2.2 Perbedaan Diagnosis Medis dengan Keperawatan (Nursalam, 2008) Diagnosis Medis
Diagnosis keperawatan
Fokus: faktor-faktor pengobatan penyakit
Fokus: respon pasien, tindakan medis, dan faktor lain. Orientasi: kebutuhan dasar manusia (KDM) Berubah sesuai perubahan respon pasien
Orientasi: keadaan patologis Cenderung tetap, mulai masuk sampai pasien pulang Mengarah tindakan medis (pengobatan) yang sebagian dilimpahkan kepada perawat Diagnosis medis melengkapi diagnois keperawatan
Mengarah pada fungsi mandiri perawat Diagnosis keperawatan melengkapi diagnosis medis
4. Taksonomi Taksonomi adalah suatu sistem klasifikasi objek yang membedakannya dari objek lainnya yang masih memiliki karakteristik yang sama. The Clinical Care dan The Ohama menyebutkan bahwa sistem klasifikasi tersebut terdiri dari tiga komponen, yaitu: diagnosis , tujuan dan kriteria hasi, serta intervensi (Wilkinson, 2007). Terdapat 13 domain pada taksonomi NANDA yang digunakan untuk mengorganisir lebih dari 170 label diagnosis NANDA. NANDA telah bekerja sama dengan American Nursing Association (ANA), World Health Organization International Classification of Diseases (ICD) untuk menyertakan label NANDA
dalam sistem klasifikasi yang dimiliki oleh organisasi lainnya (Wilkinson, 2007). Di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana fokus diagnosis menggunakan NANDA, maka hanya NANDA yang akan dibahas.
5. Komponen diagnosis NANDA Setiap diagnosis NANDA mempunyai empat komponen, yaitu: label, definisi, batasan karakteristik, faktor yang berhubungan atau faktor risiko (Wilkinson, 2007; Florin, Ehlenberg, & Ehnfors, 2005). Label adalah sebuah kata singkat yang menjelaskan tentang kesehatan pasien. Label bisa digunakan sebagai masalah atau etiologi dalam sebuah diagnosis , contohnya: Actual, Risk, Innefective, Impaired, Increased. Definisi menunjukkan dengan jelas makna dari label diagnosis, yang akan membedakan satu label dengan label lainnya. Contohnya, dengan definisi dapat membedakan makna dari diagnosis
Intoleran Aktivitas dan Keletihan.
Batasan karakteristik merupakan hasil pengkajian yang berupa data subyektif maupun obyektif. Untuk diagnosis aktual, batasan karakteristik adalah tanda dan gejala yang terjadi pada pasien. Untuk diagnosis
risiko, batasan karateristik
adalah faktor risikonya. Faktor risiko atau faktor yang berhubungan adalah suatu kondisi atau situasi yang menyebabkan, berkontribusi, mencetuskan masalah yang dialami pasien. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor biologi, psikologi, social, tumbuh kembang, pengobatan, dan lain-lain.
6. Format penulisan diagnosis Sebuah diagnosis menjelaskan masalah pasien dan faktor yang berkaitan. Dasar penulisan diagnosis adalah Problem+Etiology, namun juga tergantung dari
jenis diagnosis seperti diagnosis potensial, risiko, atau aktual (Wilkinson, 2007). Apabila tanda dan gejala yang dialami oleh pasien sesuai dengan batasan karakteristik, maka diagnosis aktual dapat ditegakkan. Penulisan diagnosis aktual bisa memakai format Problem+Etiology atau dengan menggunakan format Problem+Etiology+Symptoms. Problem menjelaskan status kesehatan pasien. Etiology menjelaskan faktor penyebab atau yang berkontribusi terhaap status kesehatan pasien. Symptoms adalah tanda gejala atau batasan karakteristik yang dialami pasien. Ketika perawat tidak memiliki cukup data untuk memastikan suatu masalah atau diagnosis aktual, atau ketika perawat menemukan masalah namun tidak bisa memastikan etiologi, maka perawat dapat menegakkan diagnosis keperawatan risiko. Format penulisan diagnosis risiko adalah Problem+Etiology. Diagnosis promosi kesehatan/Wellness Diagnose digunakan apabila pasien telah siap untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatannya. Diagnosis
ini
biasanya digunakan pada pasien yang sehat, misalnya pada anak usia sekolah atau orang tua baru. Dalam diagnosis kesejahteraan tindakan yang biasanya dilakukan adalah promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan lain-lain.
7. Prioritas diagnosis keperawatan Memprioritaskan masalah dapat membantu untuk memastikan bahwa tindakan keperawatan
diberikan
pertama
untuk
masalah
yang
lebih
penting.
Memprioritaskan masalah dapat menggunakan kriteria kegawatdaruratan. Sebuah masalah sebagai prioritas utama apabila masalah tersebut mengancam nyawa pasien, misalnya kehilangan cairan atau darah dalam jumlah yang banyak, atau sumbatan jalan napas. Masalah sebagai prioritas sedang adalah masalah yang
tidak secara langsung dapat mengancam nyawa pasien, namun dapat menyebabkan cacat fisik atau mental. Prioritas terakhir adalah masalah yang tidak mengancam nyawa dan hanya membutuhkan sedikit intervensi keperawatan (Wilkinson, 2007). Memprioritaskan masalah keperawatan juga dapat dilakukan dengan menggunakan kebutuhan dasar manusia Maslow. Prioritas utama masalah dimulai dari kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan biologi dan fisiologi, kemudian kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan harga diri, dan terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri. Permintaan pasien juga dapat digunakan untuk memprioritaskan masalah keperawatan. Prioritas masalah adalah masalah yang dirasakan paling penting oleh pasien, namun perawat juga harus tetap mengamati keadaan pasien secara umum (Wilkinson, 2007).
8. Masalah Keperawatan Pada Pasien Kanker Diagnosis keperawatan pasien kanker berdasarkan pengkajian yang dilakukan secara umum pada pasien, yaitu ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, kerusakan integritas jaringan, nyeri kronis, keletihan, gangguan citra tubuh, duka cita. Masalah kolaboratif atau potensial komplikasi (PK) yang mungkin terjadi sesuai dengan pengkajian meliputi PK infeksi, PK perdarahan (NANDA, 2012; Smeltzer & Bare, 2010). Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang memiliki definisi asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Faktor yang berhubungan: faktor biologis, faktor ekonomi, faktor psikologis, ketidakmampuan
untuk
mengabsorpsi
makanan,
ketidakmampuan
untuk
mencerna makanan, ketidakmampuan menelan makanan. Batasan karakteristik: menghindari makanan, diare, berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal, kurang informasi, kelemahan otot mengunyah, kelemahan otot menelan, mengeluh gangguan sensasi rasa. Kerusakan integritas kulit memiliki definisi perubahan atau gangguan epidermis dan/atau dermis. Faktor yang berhubungan: zat kimia, usia yang ekstrim, kelembapan, hipotermia, hipertermia, faktor mekanik, medikasi, imobilisasi fisik, radiasi, perubahan status cairan, kondisi ketidakseimbangan nutrisi, penurunan imunologis, penurunan sirkulasi, dan lain-lain. Batasan karakteristik: kerusakan lapisan kulit, gangguan permukaan kulit. Nyeri kronis yang memiliki definisi pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, awitan yang tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi secara konstan, dan berlangsung > 6 bulan. Faktor yang berhubungan: ketunadayaan fisik kronis, ketunadayaan psikososial kronis. Batasan karakteristik: keluhan nyeri, skala keluhan, depresi, perubahan pola tidur, anoreksia, gelisah, letih, dan lain-lain. Keletihan yang memiliki definisi: rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus-menerus. Faktor yang berhubungan: psikologis (ansietas, depresi, stress), fisiologis (status penyakit, malnutrisi, anemia, dan lain-lain), lingkungan, dan situasional. Batasan karakteristik: lesu, kurang energi, mengantuk, penurunan performa, peningkatan keluhan fisik, dan lain-lain.
Gangguan citra tubuh yang memiliki definisi: konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu. Faktor yang berhubungan: terapi, penyakit, trauma, pembedahan, dan lain-lain. Batasan karakteristik: respon nonverbal terhadap perubahan aktual pada tubuh, perubahan dalam keterlibatan sosial, perasaan negatif tentang tubuh, dan lain-lain. Dukacita yang memiliki definisi proses kompleks normal yang meliputi respon dan perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas memasukkan kehilangan yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Faktor yang berhubungan: kematian orang terdekat, kehilangan objek penting, dan lain-lain. Batasan karakteristik: menyalahkan, putus asa, distress psikologis, marah, gangguan pola tidur, dan lain-lain.
2.2.3
Perencanaan Rencana keperawatan merupakan suatu petunjuk tertulis yang dibuat oleh
perawat bersama pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Perencanaan keperawatan bersifat independent dan kolaboratif. Perencanaan independen adalah perencanaan yang dilakukan secara mandiri oleh perawat tanpa peran dari tenaga kesehatan lain, dan kompetensi tersebut memang masih dalam area keperawatan mandiri. Perencanaan kolaboratif adalah rencana keperawatan yang dberikan oleh perawat kepada pasien dalam bentuk kerjasama dengan profesi lain. Sebelum masuk tahap perencanaan perawat dan pasien akan bersama-
sama membuat urutan atau prioritas diagnosis
keperawatan yang dianggap
penting (Asmadi, 2008). Ada dua tahap yang dilakukan pada proses perencanaan (Wilkinson, 2007), yaitu merumuskan tujuan dan kriteria hasil, serta menyusun intervensi keperawatan. 1. Merumuskan tujuan dan kriteria hasil Setelah menyusun prioritas diagnosis keperawatan, tujuan ditetapkan dalam bentuk tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah untuk mengatasi masalah secara umum, sedangkan tujuan jangka pendek dimaksudkan untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang. Rumusan tujuan keperawatan harus berbasis SMART, yaitu specific (rumusan masalah harus jelas), measurable (dapat diukur), achievable (ditetapkan bersama pasien), realistic (tujuan dapat tercapai dan nyata), timing (ada target waktu). Setelah merumuskan tujuan, tahap selanjutnya adalah membuat kriteria hasil. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kriteria hasil terkait dengan tujuan, bersifat khusus, dan konkret. Kriteria hasil harus dapat dilihat, didengar, dan diukur oleh orang lain. Tujuan yang ingin dicapai pada pasien kanker secara umum yaitu terpeliharanya integritas jaringan, pemeliharaan nutrisi, peredaan nyeri dan keletihan, perbaikan citra tubuh, mampu melewati proses berduka. Hal ini sesuai dengan masalah yang biasanya muncul pada pasien kanker (Smeltzer & Bare, 2010).
2. Merumuskan intervensi keperawatan Pada saat merumuskan intervensi keperawatan terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan oleh perawat terkait proses perencanaan, yaitu memakai kata kerja yang tepat, dan bersifat spesifik. Perencanaan bersifat spesifik yaitu didalamnya harus jelas tentang apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, dimana hal tersebut dilakukan, bagaimana cara melakukan, dan seberapa sering hal tersebut dilakukan. Untuk intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien kanker tentunya mengacu pada tujuan yang ingin dicapai, misalnya melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik untuk memelihara integritas jaringan, membantu melakukan personal hygiene bagi pasien yang tidak mampu melakukan secara mandiri. Untuk masalah kerontokan rambut, perawat dapat mendorong pasien untuk menggunakan wig atau topi selama proses pertumbuhan rambut. Untuk masalah nutrisi, perawat dapat memodifikasi makanan yang diberikan kepada pasien, misalnya rute pemberian, bentuk makanan. Kebersihan mulut juga sangat penting untuk diperhatikan, karena akan mempengaruhi nafsu makan pasien (Smeltzer & Bare, 2010). Penatalaksaan nyeri merupakan salah satu intervensi yang biasanya diberikan pada pasien kanker. Penatalaksanaan yang tepat dapat diberikan apabila perawat mampu mengkaji nyeri secara menyeluruh. Penatalakasaan nyeri yang diberikan adalah dengan pendekatan farmakologis maupun non farmakologis. Kontrol nyeri sangatlah penting, karena apabila pasien tidak mampu mengontrol nyeri akan dapat mengakibatkan ansietas, imobilitas, dan depresi. Intervensi selanjutnya adalah untuk mengatasi masalah psikologis dan melewati proses berkabung.
Berduka merupakan respon normal terhadap ketakutan akan kehilangan dan proses penyakit yang dialami oleh pasien kanker. Pasien dan keluarga yang telah diinformasikan tentang diagnosis kanker biasanya akan berespon negatif. Peran perawat pada situasi seperti ini adalah member dukungan dan membantu mengidentifikasi sumber-sumber pendukung, menjadi pendengar untuk keluarga dan pasien saat mereka ingin mengungkapkan rasa khawatir (Smeltzer & Bare, 2010).
2.2.4
Implementasi Tahap implementasi merupakan proses pengaplikasian dari rencana
keperawatan oleh perawat dan pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan pada tahap implementasi adalah validasi intervensi, penguasaan ketrampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal. Selain itu, keamanan dan kenyamanan pasien juga harus diperhatikan pada tahap implementasi (Asmadi, 2008). Implementasi terdiri dari tiga fase, fase pertama yaitu fase persiapan yang mencakup kemampuan perawat tentang validasi perencanaan, pengaplikasian, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua merupakan orientasi implementasi terhadap tujuan yang diharapkan, pada fase ini perawat menghubungkan dan menyimpulkan antara tindakan yang diberikan dengan respon dari pasien. Fase ketiga yaitu fase terminasi perawat dengan pasien setelah melakukan implementasi keperawatan yang akan dilanjutkan dengan menyimpulkan hasil pelaksanaan dari rencana keperawatan (Asmadi, 2008)
2.2.5
Evaluasi Secara umum evaluasi diartikan sebagai proses yang sistematik dimana
penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang diidentifikasi atau standar sebelumnya. Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana pasien, keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya menilai kemampuan pasien dalam mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai, mengkaji penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (Wilkinson, 2007). Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan, namun bukan berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk memulai siklus yang baru.
Setelah
mengimplementasikan
asuhan
keperawatan,
perawat
membandingkan respon pasien terhadap kriteria hasil yang telah direncanakan dan menggunakan informasi ini untuk melakukan kajian ulang asuhan keperawatan jika tujuan belum tercapai (Asmadi, 2008). Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pelayanan keperawatan yang profesional, dengan dokumentasi semua aspek baik pengobatan dan perawatan yang dilakukan oleh tim kesehatan tertulis dengan teratur sehingga dapat membuatkan gambaran kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan (Setyowati, 2008).
Menurut Christensen dan Kenney (2009) evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu: 1. Evaluasi formatif (proses) Fokus pada evaluasi proses (formatif)
adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. 2. Evaluasi Sumatif (hasil) Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan pasien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.
2.3 Pembelajaran 2.3.1 Definisi Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya sehingga menjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik (Kunandar, 2007). Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar/ instruktur dan atau sumber belajar pada suatu ingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Hamzah, 2007). Jadi pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh guru dan siswa yang dipengaruhi oleh berbagai komponen belajar dengan penuh kesadaran dan terencana. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan suatu proses yang aktif untuk
memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. 2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor internal seperti kemampuan yang meliputi minat dan bakat, kondisi fisik seperti status kesehatan dan status perkembangan mental, kondisi psikologis seperti citacita mahasiswa, motivasi dari diri sendiri, dukungan orang-orang terdekat, dan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pembelajaran, yaitu upaya pengajar dalam pembelajaran, dan lingkungan belajar baik sosial maupun nonsosial (Yusuf, 2009). Profesionalisme pengajar tidak cukup hanya dengan kemampuan mengajar peserta didik, namun juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik. Konsep lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan peserta didik belajar. Pengajar profesional dituntut mampu memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya sesuai dengan perkembangan teknologi (Hamzah, 2007).
2.3.3 Media pembelajaran Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran merupakan hal yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Manfaat media dalam proses
pembelajaran adalah untuk memudahkan interaksi antar pengajar dan peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien (Hamzah, 2007). Jenis media pembelajaran meliputi: 1. Media visual, yaitu media yang dapat dilihat seperti gambar, poster, grafik, dan lain-lain. 2. Media audio, yaitu media yang dapat di dengar seperti radio, tape recorder, Mp3, dan lain-lain. 3. Media realita, yaitu media yang menunjukkan secara nyata seperti contoh tumbuhan, hewan, memperagakan. 4. Penggunaan multimedia, seperti internet dan komputer. Penggunaan media internet dan komputer merupakan media pembelajaran baru yang dapat melengkapi
media
pembelajaran
konvensional.
Penggunaan
media
multimedia biasanya lebih menarik dan fleksibel. Istilah e-learning dalam dunia teknologi informasi memiliki arti yang sangat luas, namun secara umum e-learning (electronic learning) dapat didefinisikan sebagai suatu metode pembelajaran yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dengan media internet, handphone, maupun Personal Computer/Laptop (Wahono, 2003). Materi atau bahan ajar yang dapat digunakan dalam e-learning dapat berupa Multimediabased Content (materi berbentuk multimedia interaktif), atau Text-based Content (materi berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Pelaksanaan e-learning pada dasarnya sama dengan proses belajar konvensional, dimana terdapat pengajar yang membimbing, peserta didik yang
menerima bahan ajar, dan administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar (Desislava & Yanislav, 2007). Penyampaian materi atau bahan ajar melalui media online lebih mudah dan menarik bagi pengajar maupun peserta didik, sehingga diharapkan dengan mengembangkan media pembelajaran dengan menggunakan media sosial, tujuan dan hasil kegiatan belajar lebih maksimal. Pembelajaran melalui sosial media merupakan salah satu pengaplikasian elearning. Salah satu situs jejaring sosial atau media sosial terpopuler di dunia adalah Facebook (Eldon, 2010). Facebook sebagai media untuk pembelajaran merupakan konsep yang relatif baru dan telah menjadi pusat perhatian pendidik atau pengajar.
2.4 Jejaring Sosial 2.4.1
Pengertian Jejaring Sosial Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk oleh individu
maupun organisasi yang terikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain (Kindarto, 2006). Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis jasa yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut (Boyd dan Ellison, 2007). Masing-masing website jejaring sosial menyediakan layanan yang berbeda. Pada umumnya layanan yang ada pada jejaring sosial adalah chatting, email, berbagi pesan (messaging), berbagi video atau foto, forum diskusi, blog, dan lainlain (Kindarto, 2006).
2.4.2
Jenis-jenis Jejaring Sosial
1. Twitter Twitter adalah salah satu media social yang popular setelah facebook. Twitter sangat popular di AS, Indonesia, Brazil, Jepang, Venezuela, dan Belanda. Pengguna Twiiter dapat membagi tulisan sebanyak 140 karakter, yang disebut “tweets”. Followers adalah orang yang menerima update status atau teks yang anda bagikan. Following adalah orang-orang atau teman yang dapat menerima hal-hal yang dibagikan oleh orang yang kita follow. Trending topics adalah topic yang sedang ramai dibicarakan oleh pengguna twitter. 2. Youtube Youtube adalah media social yang sangat popular, youtube berjenis video sharing. Pengguna dapat mengunggah video dan bisa dilihat oleh orang-orang di seluruh dunia yang membuka situs Youtube. Youtube tersedia dalam 54 bahasa. Banyak orang biasa yang bisa terkenal karena menggunggah video mereka di Youtube. 3. MySpace MySpace didirikan tahun 2003 di California, AS. MySpace tersedia menjadi situs paling sering dikunjungi bahkan lebih sering dibandingkan Google di tahun 2006, namun setelah kemunculan Facebook, pengunjung MySpace mulai berkurang. Homepage MySpace menyediakan berita-berita hiburan, trending topics, dapat dikoneksikan dengan Facebook serta fitur MySpaceIM.
4. Flickr Flickr adalah sebuah hosting image (foto, gambar, video), serta memiliki komunitas online. Flickr diciptakan pada tahun 2004 yang kemudian diakuisisi oleh Yahoo. Flickr menjadi situs popular, dimana penggunanya dapat menggunggah foto mereka dan di share ke seluruh dunia. Saat ini Flickr memiliki lebih dari 51 juta anggota terdaftar dan 80 juta pengunjung, serta lebih dari 6 milyar foto. 5. Koprol Koprol merupakan situs pertemanan yang dibuat oleh orang Indonesia. Koprol didirikan dan dikembangkan oleh Satya Witoelar, Fajar Budiprasetyo, Daniel Armanto yang juga sebagai Chief Executive Officer. Koprol telah diakuisii oleh Yahoo, sehingga namanya menjadi Yahoo! Koprol. Terdapat 17 kota besar di Indonesia yang dapat menikmati aplikasi Koprol, termasuk Papua, serta 3 kota mancanegara yaitu Singapura, Houston, dan Indianapolis. Pengguna Koprol mencapai lebih dari 80 ribu pengguna. 6. Friendster Friendster sangat popular 10 tahun yang lalu dengan pengguna sebanyak 90 juta orang. Friendster didirikan pada tahun 2002 di Malaysia, sehingga Friendster sangat popular di Asia Tenggara, namun tidak di Negara Barat. Friendster awalnya adalah sebuah situs jejaring sosial, namun di tahun 2011 berubah menjadi game sosial.
7. Google+ Google+ adalah sebuah situs jejaring social yang dioperasikan oleh Google Inc dan diluncurkan pada 28 Juni 2011. Google+ bisa digunakan oleh semua orang usia di atas 18 tahun. Tersedia lebih dari 40 bahasa, memilki tiga fitur utama yaitu: circles, hangouts, dan mobile. 8. Facebook Boyd dan Ellison (2007) mengungkapkan bahwa situs jejaring sosial bukan hanya tentang daftar pertemanan saja, namun juga mengenai pembagian informasi pribadi yang detail antar anggota-angotanya. Salah satu situs jejaring sosial terpopuler di dunia adalah Facebook. Penggunanya telah mencapai angka 400 juta orang. Menurut Taraszow, et al (2008), Facebook menawarkan hal-hal atraktif tidak hanya mengenai pertemanan dan interaksi, namun juga menawarkan fitur mengenai keamanan dan privasi. Facebook telah berkembang dengan cepat sebagai situs jejaring sosial di dunia dan menjadi yang terpopuler dibanding yang lainnya. Pengguna media sosial Facebook di Indonesia sendiri pertumbuhannya merupakan yang tertinggi di dunia (Eldon, 2010). Sebelum menggunkan Facebook para pengguna Facebook harus memulai dengan tahap registrasi dan pengelolaan akun Facebook. Untuk bergabung di Facebook sangat mudah dan tidak dipungut biaya. Registrasi dilakukan dengan pengisisan identitas dan email. Untuk bisa melakukan registrasi, usia pengguna adalah minimal 17 tahun. Pengelolaan Facebook terdiri dari Home/Beranda, Profil, Wall/Dinding, Inbox/Pesan Masuk.
Home/Beranda merupakan halaman pribadi dimana pengguna dapat melihat dan mengendalikan kegiatan dalam Facebook. Pada menu Home terdapat News Feed yang berisi informasi perubahan terbaru dari profil teman-teman pengguna, status update berisi tulisan yang dibuat oleh teman-teman Facebook, selain itu terdapat aplikasi untuk mengunggah foto. Semuanya dapat diatur siapa saja yang dapat melihat postingan anda. Permintaan pertemanan akan dikonfirmasikan di menu beranda, pengguna akan diberikan hak untuk menerima atau menolak permintaan pertemanan tersebut. Profil menggambarkan semua hal tentang pengguna. Pengguna dapat menampilkan informasi tentang dirinya di profil. Profil adaah halaman yang dapat dilihat oleh teman pengguna Facebook. Wall/Dinding terdapat pada menu profil. Wall merupakan media pertukaran informasi antara pengguna Facebook, baik berupa teks, foto, video, maupun komentar. Inbox merupakan fitur untuk melakukan chatting antara pengguna Facebook. Inbox digunakan jika pengirim pesan tidak ingin pesannya terlihat oleh pengguna lain. Facebook juga memiliki beberapa fasilitas yang biasanya digunakan oleh para penggunanya, seperti chatting dan group. Salah satu keunggulan Facebook adalah chatting. Pengguna dapat berkomunikasi secara langsung dengan teman pengguna Facebook yang sedang online. Pada menu chatting, pengguna dapat mengirim pesan teks, dokumen, video, dan foto. Fitur chatting juga dilengkapi dengan berbagai sticker yang mampu mengekspresikan emosi dari pengguna. Facebook juga menyediakan fitur Group, dimana penggunanya dapat membuat suatu Group dengan menambahkan pengguna lain sebagai anggota Group. Group merupakan
suatu komunitas atau kumpulan orang yang memiliki aktivitas, maupun visi yang sama, seperti Group kelas, Group organisasi, Group onlineshop, dan sebagainya. Saat ini, group Facebook sering dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Penyebaran informasi melalui Facebook akan lebih menarik dan fleksibel, karena bisa diakses kapan dan dimana saja. Banyak orang memanfaatkan Facebook sebagai tempat untuk promosi, berjualan baik barang maupun jasa. Melalui Facebook, transaksi jual beli dapat dilakukan secara online (Julianita, 2012). Facebook juga memiliki kelebihan lain, yaitu sebagai media edukasi. Facebook memiliki keunggulan dibandingkan penyuluhan, leaflet, booklet, dan lain-lain, karena Facebook dapat diakses kapan dan dimana saja. Pemberian informasi tidak akan menyita waktu pembelajaran, karena dapat dilakukan saat waktu senggang. Pemberian informasi melalui Facebook juga tidak membosankan seperti harus mendengarkan penyuluhan atau ceramah yang biasanya lebih dari 30 menit (Julianita, 2012).
2.5 Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Facebook Terhadap Kemampuan Mengenal Masalah Keperawatan Pasien Kanker Pembelajaran
adalah
proses
interaksi
antara
peserta
didik
dengan
lingkungannya sehingga menjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik (Kunandar, 2007). Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor internal seperti: kemampuan, kondisi, cita-cita mahasiswa, dan unsurunsur dinamis dalam pembelajaran, maupun faktor eksternal, yaitu upaya pengajar dalam pembelajaran, dan lingkungan belajar baik sosial maupun nonsosial (Yusuf,
2009). Media pembelajaran merupakan hal yang cukup penting sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran. Salah satu media pembelajaran adalah dengan memanfaatkan fasilitas internet. Jejaring sosial merupakan salah satu media yang saat ini sering dimanfaatkan untuk berbagai hal. Salah satu situs jejaring sosial terpopuler di dunia adalah Facebook. Salah satu fitur dalam Facebook
adalah Group. Saat ini, group
Facebook sering dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Penyebaran informasi melalui Facebook akan lebih menarik dan fleksibel, karena bisa diakses kapan dan dimana saja. Pemberian informasi tidak akan menyita waktu pembelajaran di kelas, karena dapat dilakukan saat waktu senggang (Julianita, 2012). Mahasiswa keperawatan merupakan calon perawat yang diharapkan mampu untuk memberikan asuhan keperawatan yang holistik kepada pasien, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup pasien. Mahasiswa keperawatan diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengenal masalah keperawatan melalui media pembelajaran baru yang lebih menarik yaitu Facebook. Penelitian lain yang mendukung tentang penggunaan media internet sebagai media pembelajaran adalah sebuah penelitian dari Rose Marita pada tahun 2010 yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Internet Sebagai Media Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa”. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat pengaruh positif penggunaan internet sebagai media belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2010. Selain itu, terdapat pula penelitian
lain tentang penggunaan media sosial Facebook sebagai media pembelajaran, yaitu sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Jejaring Sosial Facebook Terhadap Persepsi Remaja Mengenai Penyalahgunaan NAPZA Di SMA Saraswati 1 Denpasar” oleh Dedy Surya Adi Tanaya. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat pengaruh pemberian informasi kesehatan melalui Facebook terhadap persepsi remaja mengenai NAPZA di SMA Saraswati 1 Denpasar.