BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Kulit Kulit adalah organ terbesar dari tubuh dan meliputi wilayah yang sangat
luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling tipis pada wajah; ini penting untuk penggunaan kosmetik yang harus mampu menembus kulit (Young, 1972). Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindungi dari berbagai jenis rangsangan eksternal dan kerusakan serta dari hilangnya kelembapan. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2 (Mitsui, 1997). 2.1.1 Struktur kulit Kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu: lapisan epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis merupakan lapisan luar tipis kulit. Epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu: 1. Stratum germinativum atau stratum basale Lapisan ini terdiri dari satu lapis sel, yang terletak paling dekat dengan dermis di bawahnya. Stratum basale berisi beberapa jenis sel, yaitu: a. Sel-sel punca: yang membelah dan memperbaharui populasi sel punca serta menghasilkan sel anak (keratinosit). b. Keratinosit: sel paling banyak pada lapisan ini. Sel ini membelah 3 – 6 kali sebelum bergerak ke atas menuju stratum spinosum. c. Melanosit: sel-sel penghasil pigmen (melanin). Terdapat 1 melanosit untuk setiap 4 – 10 keratinosit basal. Jumlah melanosit sama pada setiap orang, namun aktivitasnya jauh lebih tinggi pada orang berkulit
5 Universitas sumatera utara
gelap. d. Sel-sel Merkel: sel-sel neuroendokrin yang jarang ada, yang berperan sebagai mekanoreseptor ‘taktil’ yang beradaptasi lambat. Sel-sel ini paling banyak di bibir dan lidah, namun sulit diidentifikasi karena memiliki tampilan serupa dengan melanosit. 2. Stratum spinosum Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis keratinosit, dan beberapa sel Langerhans. a. Keratinosit:
mengubah
ekspresi
keratin
saat
berdiferensiasi.
Filamen-filamen keratin di dalam sel untuk memperkuat hubungan sel-sel dan membuat hubungan erat antar sel. b. Sel-sel Langerhans: merupakan sel penyaji antigen khusus (sel dendritik) yang menyusun sekitar 3 – 6% sel pada lapisan stratum spinosum. Saat sel ini terpapar oleh benda asing/ antigen, sel-sel ini bermigrasi keluar epitel dan menuju kelenjar getah bening regional untuk menginisiasi respons imun. 3. Stratum granulosum Lapisan ini terletak pada bagian atas stratum spinosum. Lapisan ini berisi keratinosit yang telah bergerak ke atas dan selanjutnya berdiferensiasi menjadi sel bergranul. Sel-sel ini menekan lipid khusus pada granula intraselular menuju celah antar sel-sel mati (skuama) pada lapisan di atasnya. Saat bergerak ke atas, sel-sel ini mulai kehilangan nukleus dan organel sitoplasmanya, kemudian mati. Sel-sel mati menjadi ‘skuama’ berkeratin dari lapisan teratas.
6 Universitas sumatera utara
4. Stratum lusidum Lapisan ini merupakan lapisan kelima yang kadang-kadang ditemukan pada kulit tebal di antara lapisan stratum granulosum dan stratum korneum. Lapisan ini tipis dan transparan serta sulit teridentifikasi pada potongan histologis rutin. 5. Stratum korneum Lapisan ini merupakan lapisan teratas dan terluar, dan terdiri dari sel-sel mati, yang menjadi datar dan tampak seperti pengelupasan kulit (atau skuama). Sel-sel ini berisi lapisan keratin yang kuat yang berikatan silang, pada bagian dalam terikat pada lipid khusus, dan pada bagian luar membentuk sawar anti-air yang kuat. Skuama akhirnya mengelupas (Peckham, 2014). Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh (Anderson, 1996). Lapisan dermis berfungsi untuk proteksi, sensasi, dan termoregulasi. Lapisan ini berisi saraf, pembuluh darah, dan fibroblas yang menyekresi matriks ekstraselular, dan serat (kolagen dan elastin). Lapisan ini juga berisi kelenjar keringat (pada bagian tepi dengan hipodermis), yang membuka keluar menuju permukaan kulit. Kolagen dan elastin memberikan kekuatan dan daya regang pada kulit (Peckham, 2014). Lapisan hipodermis atau lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh dan tempat
7 Universitas sumatera utara
penyimpanan energi (Anderson, 1996). Lapisan hipodermis berisikan jaringan adiposa dan kelenjar keringat. Jaringan adiposa ini penting untuk fungsi metabolisme seperti produksi trigliserida dan vitamin D. Arteri yang menyuplai kulit ditemukan di lapisan dalam pada hipodermis. Pada kondisi dingin, aliran darah menuju kapiler superfisial pada kulit dikurangi untuk mempertahankan suhu inti tubuh. Pada kondisi panas, aliran darah ke kulit meningkat dan darah pada kapiler superfisial mengalami pendinginan oleh evaporasi keringat pada permukaan kulit (Peckham, 2014). 2.1.2 Fungsi kulit Kulit adalah organ dengan berbagai fungsi penting. Fungsi penting dari kulit, antara lain: 1. Perlindungan Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan bertindak untuk mencegah guncangan mekanik eksternal. Kulit memiliki kapasitas menetralkan alkali dan permukaan kulit dijaga pada pH asam lemah untuk melindungi terhadap racun kimia. Bagian tubuh yang menerima guncangan mekanik kronis seperti kaki, tempurung lutut dan tangan pekerja manual mempunyai lapisan tanduk yang menebal untuk melindungi terhadap rangsangan eksternal. Selain itu, lapisan tanduk terluar dari kulit dan lipid permukaan kulit bertindak sebagai penghalang melawan penetrasi air dan hilangnya cairan tubuh. Mereka juga membentuk penghalang melawan racun eksternal. Asam lemak tak jenuh pada lipid kulit mempunyai sifat bakterisida dan mencegah pertumbuhan bakteri pada kulit. Selain itu, kulit memiliki sel-sel berkaitan dengan
8 Universitas sumatera utara
imunitas yang memberikan tubuh dengan reaksi pertahanan imunitas melalui respon imun. Pigmentasi melanin pada kulit berperan menyerap dan melindungi tubuh terhadap radiasi UV yang berbahaya. Selain itu, ketidakrataan dari permukaan kulit berperan untuk melindungi tubuh dari cahaya yang berbahaya. 2. Pengaturan suhu Kulit menyesuaikan suhu tubuh dengan mengubah jumlah darah yang mengalir melalui kulit dengan dilatasi dan konstriksi dari kapiler darah kulit dan oleh penguapan keringat. Pusat penyesuaian suhu tubuh ditemukan di hipotalamus; ketika suhu tubuh menurun, hipotalamus meningkatkan aktivitas saraf vasokonstriktor kulit untuk menyempitkan kapiler darah dan mencegah suhu tubuh turun. Ketika suhu tubuh meningkat, aktivitas saraf berkurang, dan kapiler darah melebar sampai meningkatkan kehilangan panas. Pusat berkeringat juga di hipotalamus. Selain itu, lapisan tanduk, jaringan subkutan dan tubuh itu sendiri mencegah perubahan cepat suhu tubuh dengan menghalangi transmisi perubahan suhu eksternal ke bagian dalam tubuh. Otot pembangun rambut juga memainkan peran pengaturan suhu dengan menjebak sebuah lapisan pembatas udara pada permukaan kulit yang mengurangi hilangnya panas tubuh. Otot pembangun rambut (merinding) juga di bawah kendali sistem saraf otonom. 3. Tanggapan sensoris Kulit mengindra berubah di dalam lingkungan eksternal dan bertanggung jawab pada sensasi kulit. Kulit mengindra tekanan, sentuhan, suhu dan
9 Universitas sumatera utara
nyeri. Ada berbagai reseptor pada kulit untuk mendeteksi perubahan lingkungan seperti; sel-sel Meissner, cakram Merkel, sel-sel Golgi Mazzoni yang bertanggung jawab pada sensasi sentuhan. Sel-sel Pacinian yang dianggap berkaitan dengan rasa tekanan, Krause end bulbs merasakan dingin, sel-sel Ruffini merasakan suhu, dan ujung saraf bebas berhubungan dengan sensasi nyeri. Rangsangan eksternal merangsang ujung saraf sensoris ini yang menyampaikan informasi melalui sum-sum tulang belakang, batang otak dan hipotalamus ke korteks otak yang menafsirkan sensasi. 4. Absorpsi Berbagai zat diserap dari kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur penyerapan, satu melalui epidermis, dan satu melalui kelenjar sebasea dari folikel rambut. Steroid dan bahan larut lemak seperti vitamin A, D, E dan K diserap melalui kulit, tetapi bahan larut air tidak diserap dengan mudah sebagai hasil dari penghalang air dan bahan larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk. Kelarutan lemak dari bahan yang diserap, usia individu, suplai darah kulit, suhu kulit, kandungan air dari lapisan tanduk, tingkatan kerusakan lapisan tanduk, dan suhu lingkungan dan kelembapan semua memainkan peran utama di dalam penyerapan transdermal. Satu manfaat dari jenis penyerapan transdermal ini telah menjadi pengembangan sistem pengantaran obat kulit sebagai metode untuk memasok obat untuk tubuh. 5. Fungsi lain Kulit juga berperan dalam menunjukkan kondisi emosional, seperti memerah, dan ketakutan (pucat dan rambut tegak), dan dapat digambarkan
10 Universitas sumatera utara
sebagai organ penanda emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D melalui kerja sinar UV pada prekursor vitamin-D di kulit (Mitsui, 1997). 2.1.3 Jenis-jenis kulit Secara umum, berdasarkan pada kandungan air dan minyak, kulit terbagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Kulit kering Kulit kering adalah kulit yang memiliki kadar air kurang atau rendah. Ciriciri fisik yang tampak pada kulit kering adalah: a. Kulit tampak kusam dan bersisik. b. Mulai tampak kerut-kerutan. c. Pori-pori sangat kecil, sehingga tidak kelihatan. 2. Kulit normal Kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar minyak rendah sampai normal. Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit normal adalah: a. Penampilan kulit tampak segar dan cerah. b. Bertekstur halus dan tegang. c. Pori-pori kelihatan, namun tidak terlalu besar. d. Terkadang pada dahi, hidung, dan dagu terlihat berminyak. 3. Kulit berminyak Kulit berminyak adalah kulit yang memiliki kadar air dan minyak yang tinggi. Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit berminyak adalah: a. Kulit bertekstur kasar dan berminyak. b. Ukuran pori-pori besar dan kelihatan.
11 Universitas sumatera utara
c. Mudah kotor dan sangat rentan berjerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013). Jenis kulit campuran dalam dunia kosmetik dikenal juga dengan istilah jenis kulit kombinasi. Kulit kombinasi memiliki ciri-ciri, seperti daerah bagian tengah atau dikenal juga dengan istilah daerah T (dahi, hidung, dan dagu) terkadang berminyak atau normal. Sementara bagian kulit lain, cenderung lebih normal bahkan kering. Kulit jenis ini bisa dimiliki oleh semua umur. Akan tetapi, sering ditemukan pada usia 35 tahun ke atas (Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.2
Penuaan Dini
2.2.1 Pengertian penuaan dini Penuaan adalah suatu proses alami yang merupakan penuaan intrinsik dan photoaging mengarah secara progresif kepada kehilangan integritas struktural dan fungsi fisiologis dari kulit. Penuaan intrinsik (penuaan kronologik atau biologis) adalah secara definisi, tidak dapat dihindari karena oleh pengaruh waktu biologis pada kulit, yang tidak dipengaruhi oleh paparan matahari berulang. Paparan kronik berulang dari sinar matahari UV kepada kulit manusia menyebabkan yang ditandai dengan perubahan morfologis, histologis, biokimia, biofisika yang diuraikan sebagai photoaging (Barel, et al., 2009). Penuaan merupakan proses yang alamiah dan tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Seiring bertambahnya usia, maka tanda-tanda penuaan pada wajah mulai bermunculan. Proses penuaan yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya dikenal dengan penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).
12 Universitas sumatera utara
2.2.2 Tanda-tanda penuaan dini Tanda-tanda penuaan kulit, antara lain: 1. Kulit menjadi kering akibat dari berkurangnya aktivitas kelenjar minyak dan keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk menahan air di dalam sel kulit (sawar kulit). 2. Kulit menjadi tipis akibat berkurangnya kemampuan untuk membentuk sel baru di lapisan kulit. Gangguan pada rambut menyebabkan kerontokan rambut. 3. Sebaliknya kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat berkurangnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit lama untuk diganti sel kulit baru. 4. Kulit menjadi kendor dan tidak elastis akibat menurunnya kemampuan serat kulit terutama kolagen, sehingga menimbulkan kerut dan gelambir. 5. Warna kulit berbercak-bercak akibat berkurangnya daya pigmentasi sel melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit. Gangguan pigmentasi pada rambut menyebabkan terjadinya uban. 6. Terjadinya kelainan kulit, bila gangguan tersebut terjadi lebih banyak dan lebih jelas (Wasitaatmadja, 1997). 2.2.3 Faktor penyebab penuaan dini Faktor-faktor penyebab yang berperan pada proses penuaan kulit yang umumnya berhubungan satu sama lain, antara lain: 1. Umur Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua. Umur bertambah setiap hari, secara perlahan tetapi pasti proses menua terjadi.
13 Universitas sumatera utara
2. Genetik Faktor genetik (keturunan) menentukan kapan mulai surutnya proses metabolik dalam tubuh, dan dengan kecepatan berapa proses menua berjalan. 3. Rasial Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktur dan faal tubuh dalam perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mempertahankan diri terhadap pengaruh lingkungan yang merusak kehidupannya. Misalnya dalam jumlah dan fungsi pigmen melanin. 4. Hormonal Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan kehidupan sel secara baik. Pada wanita hormon estrogen yang dibuat di dalam folikel kandung telur memacu pertumbuhan sel epitel sehingga apabila terjadi penurunan kadar estrogen seorang wanita (menopause) pertumbuhan sel baru akan terhambat. 5. Penyakit sistemik Berbagai penyakit sistemik menyebabkan proses menua berlangsung lebih cepat, misalnya kencing manis, arteriosklerosis, defisiensi gizi, dan penyakit autoimun, yang menyebabkan terganggunya sistem biologik selular. 6. Lingkungan hidup Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit dapat berupa
14 Universitas sumatera utara
suhu, kelembapan, polusi kimia dan terutama sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet dapat merusak serabut kolagen kulit dan matrik dermis sehingga kulit menjadi tidak elastis, kering dan keriput. Sinar ultraviolet dapat pula memacu pertumbuhan sel ganas kulit. 7. Lain-lain Stres psikis, merokok, minuman keras, bahan tambahan dalam makanan, CO, N2O, radiasi sinar X, dan pajanan bahan kimia, dapat mempercepat penuaan kulit (Wasitaatmadja, 1997). Dari faktor-faktor penyebab tersebut di atas, terlihat bahwa kulit menua dapat disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam tubuh sendiri, misalnya umur, genetik, rasial, dan hormonal. Penuaan kulit yang terjadi disebut sebagai penuaan kulit intrinsik (sejati) yang sangat sukar dicegah. Penuaan intrinsik akan menghasilkan kulit menua sesuai dengan seharusnya. Sebaliknya, bila penuaan kulit disebabkan oleh faktor luar, misalnya lingkungan hidup, penyakit sistemik, stres, rokok, alkohol, bahan kimia, dan lainnya yang sebenarnya dapat dihindari, disebut sebagai penuaan ekstrinsik. Penuaan ekstrinsik akan menghasilkan kulit menua dini, yaitu lebih cepat dari seharusnya (Wasitaatmadja, 1997). 2.2.4 Proses terjadinya penuaan dini Paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya produksi kolagen dalam dermis kulit, karena paparan sinar matahari yang berlebih pada kulit menyebabkan munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim inilah yang selanjutnya akan merusak kulit, menghancurkan kolagen, dan jaringan penghubung yang ada di bawah kulit
15 Universitas sumatera utara
dermis. Akibatnya, paparan cahaya UV yang berlebih akan menyebabkan proses penuaan pada kulit berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013). Wajah dan tengkuk leher serta punggung tangan sering terpapar sinar matahari dan menjadi kasar dan sangat bergaris. Kulit yang terus-menerus terpapar kuat sinar matahari dalam waktu yang lama menunjukkan perubahan karakteristik ini. Tanda-tanda penuaan yang disebabkan oleh sinar UV disebut photoaging. Kulit pada orang tua yang tidak terpapar sinar matahari, seperti perut dan punggung bawah berbeda dalam struktur internal dari kulit yang terpapar matahari pada orang yang sama. Umumnya dalam penuaan intrinsik, penurunan banyak fungsi dan perubahan atropi terjadi pada kulit seperti penurunan aktivitas selular dan penipisan kulit. Sebaliknya kulit menua yang disebabkan oleh sinar UV adalah menebal, dan ada berbagai gejala disebut elastosis yang menampilkan kehadiran kulit yang menebal dengan jumlah besar, serat elastis terdegradasi menjadi kusut. Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 menunjukkan perubahan karakteristik dalam kedua kasus. Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah, tetapi tingkat perubahan penuaan yang berbeda jelas dari individu ke individu karena photoaging dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar sinar matahari dan jenis perawatan harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor internal lainnya (Mitsui, 1997). Fitur karakteristik dari penuaan kulit adalah kemampuan untuk regenerasi kulit yang menurun, menjadi sangat jelas dalam rentang waktu yang dibutuhkan untuk pembaharuan lapisan epidermis. Ini dikenal dengan pergantian epidermis yang membutuhkan 28 hari pada kulit dewasa muda dan bisa meningkat sampai 40 - 60 hari seiring bertambahnya usia (Barel, et al., 2009).
16 Universitas sumatera utara
Tabel 2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan epidermis Bagian kulit Akibat photoaging Lapisan epidermis - Tebal
Akibat penuaan intrinsik - Tipis
Sel-sel epidermis (keratinosit)
- Sel-sel seragam - Sel-sel terdistribusi secara merata - Pembesaran mendadak - Lapisan sel normal - Ukuran dan bentuk korneosit seragam - Pengurangan jumlah sel - Sel-sel seragam - Penurunan produksi melanosom - Pengurangan sel dalam jumlah yang kecil - Sel-sel seragam (Mitsui, 1997).
Stratum korneum
Melanosit
Sel-sel Langerhans
- Sel-sel tidak seragam - Sel-sel terdistribusi tidak merata - Pembesaran berkala - Peningkatan lapisan sel - Ukuran serta bentuk korneosit bervariasi - Peningkatan jumlah sel - Sel-sel bervariasi - Peningkatan produksi melanosom - Pengurangan sel dalam jumlah yang besar - Sel-sel bervariasi
Tabel 2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan dermis Bagian kulit Jaringan elastis
Kolagen
Pembuluh kapiler
Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik - Meningkat secara drastis - Meningkat tetapi masih - Berubah menjadi massa dalam keadaan normal yang tidak berbentuk - Serat kolagen dan jaringan - Serat kolagen tidak ikat menurun jumlahnya beraturan, jaringan ikat menebal - Abnormal - Normal (Mitsui, 1997).
Perubahan penuaan dari fungsi fisiologis kulit, yaitu: 1. Lapisan tanduk (stratum korneum) Parameter yang paling penting dari fungsi lapisan tanduk adalah kadar air yang umumnya dikatakan menurun seiring bertambahnya usia. Perubahan penuaan di dalam kehilangan air, yang dipengaruhi oleh fungsi penghalang dari lapisan tanduk, belum dikonfirmasi dengan jelas. Selain itu,
17 Universitas sumatera utara
penurunan lipid permukaan kulit dan keringat adalah faktor dalam penampilan kulit kering pada orang lanjut usia. 2. Epidermis Proliferasi sel epidermis berkurang dalam epidermis dari individu yang lebih tua. Akibatnya, pergantian epidermis, atau metabolisme berkurang. Data sehubungan dengan pergantian epidermis telah didapat tanpa merusak kulit dengan mengukur ukuran korneosit. Luas permukaan dari korneosit pipi dan lengan bawah meningkat seiring bertambahnya usia, menunjukkan bahwa aktivitas proliferasi sel epidermis (keratinosit) berkurang. 3. Dermis Sama seperti aktivitas proliferasi dari keratinosit pada epidermis menurun seiring dengan usia, bahwa fibroblas di dalam dermis juga menurun seiring
bertambahnya
usia.
Produksi
kolagen,
elastin
dan
glikosaminoglikan oleh fibroblas juga menurun seiring bertambahnya usia. Selain itu, karena laju pergantian kolagen dan protein struktural lainnya sangat lambat, berbagai perubahan degeneratif seperti ikatan silang terjadi pada komponen ini, yang membuat elastisitas kulit berkurang. Penurunan elastisitas diduga terkait dengan pembentukan keriput. 4. Jaringan adiposa subkutan Penuaan menyebabkan penurunan jaringan adiposa subkutan dan cenderung menjadi kuning sebagai hasil dari peningkatan kadar kolesterol. Penurunan jaringan adiposa subkutan mengurangi kemampuan untuk
18 Universitas sumatera utara
menahan guncangan fisik pada kulit dan juga diduga menjadi penyebab keriput dan kendur. 5. Sejumlah lipid kulit Sejumlah sebum menurun seiring bertambahnya usia. Hal ini diamati lebih jelas pada wanita dibandingkan laki-laki, dan tingkat perubahan dengan usia berbeda-beda berdasarkan pada bagian wajah yang terlibat. 6. Aliran darah kulit Aliran darah tergantung pada bagian tubuh yang terlibat, tetapi umumnya ada yang berkurang aliran dengan penuaan dan penurunan kemampuan untuk menahan rangsangan dingin dan penyinaran UV (Mitsui, 1997). 2.3
Anti-aging
2.3.1 Pengertian anti-aging Produk-produk yang populer digunakan untuk menghambat proses penuaan dini adalah produk anti-aging. Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.3.2 Fungsi dan manfaat anti-aging Fungsi dari produk anti-aging, yaitu: 1. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit. 2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit. 3. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit. 4. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan.
19 Universitas sumatera utara
5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013). Manfaat dari produk anti-aging, yaitu: 1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput. 2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda. 3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.3.3 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit. Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Sehingga, senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri. Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh. Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas, di mana pada jaringan senyawa radikal bebas ini mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul radikal bebas. Sel-sel pada jaringan kulit pun terhindar dari serangan radikal bebas. Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk
20 Universitas sumatera utara
anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013). Penggunaan vitamin E dalam perawatan kulit memiliki manfaat anti-aging berdasarkan pada sifat pelembapnya tapi sebagian besar pada kemampuan pelindungnya (Burgess, 2005). Vitamin E memiliki manfaat penting bagi kesehatan dan peremajaan kulit, antara lain: sebagai antioksidan yang berperan penting melindungi sel dari kerusakan dan menangkal radikal bebas, sebagai UVprotection (melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar matahari yang dapat menyebabkan penuaan dini), dan sebagai pelembap (Muliyawan dan Suriana, 2013). Peranan utama dari vitamin E adalah untuk melindungi jaringan tubuh dari reaksi merusak (peroksidasi) yang timbul dari banyak proses metabolik normal dan senyawa toksik eksogen. Vitamin E juga disebut dengan vitamin pelindung dan digunakan dalam industri kosmetika sebagai antioksidan untuk kulit ataupun formulasi. Itu juga menghaluskan kulit dan mengurangi kondisi kulit yang kering (Salvador dan Chisvert, 2007). 2.4
Krim Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua cairan
yang tidak dapat bercampur, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globul dalam cairan lainnya. Jika konsistensinya lebih kental biasanya disebut krim (Ditjen POM, 1985).
21 Universitas sumatera utara
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m) (Ditjen POM, 1985). Pada umumnya, sebagian besar sediaan kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan komponen formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket. Emulsi air dalam minyak digunakan untuk formulasi yang mengandung minyak kadar tinggi, yang diperlukan untuk massa berminyak, misalnya krim malam, krim pijat, krim mata, dan sediaan lain untuk kulit kering (Ditjen POM, 1985). 2.5
Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging, yaitu: 1. Propilen glikol Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, dengan rasa manis, agak sangit menyerupai gliserin. Bahan ini dapat berfungsi
sebagai
pengawet
antimikroba,
disinfektan,
humektan,
plasticizer, pelarut, stabilizer, dan pelarut pembantu yang dapat bercampur dengan air (Rowe, et al., 2009). 2. Natrium edetat Natrium edetat digunakan sebagai zat pengkelat. Natrium edetat membentuk kompleks stabil yang dapat larut dalam air (kelat) dengan ion logam berat, yaitu: kompleks logam-edetat (Rowe, et al., 2009).
22 Universitas sumatera utara
3. Trietanolamin Trietanolamin (TEA) adalah cairan kental jernih, tidak berwarna hingga berwarna kuning pucat yang mempunyai bau agak menyerupai amoniak. TEA digunakan secara luas dalam formulasi bidang farmasi, terutama dalam pembentukan emulsi. TEA jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air yang stabil (Rowe, et al., 2009). 4. Vaselin Vaselin atau petrolatum adalah massa berminyak lembut, berwarna kuning pucat hingga kuning, tembus cahaya, tidak berbau, dan tidak berasa. Vaselin digunakan terutama dalam formulasi bidang farmasi sebagai dasar salep dan emolien. Vaselin juga digunakan dalam formulasi krim (Rowe, et al., 2009). 5. Setil alkohol Setil alkohol digunakan secara luas dalam formulasi kosmetik dan bidang farmasi, seperti krim. Setil alkohol digunakan dalam pembuatan krim karena sifat emolien, daya absorpsi air, dan pengemulsi yang dimilikinya. Hal itu akan meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi (Rowe, et al., 2009). 6. Asam stearat Asam stearat digunakan dalam formulasi topikal digunakan sebagai zat pengemulsi. Konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan dalam
23 Universitas sumatera utara
formulasi krim berkisar antara 1 – 20%. Asam stearat dapat larut dalam propilen glikol (Rowe, et al., 2009). 7. Gliseril monostearat Gliseril monostearat dapat digunakan sebagai zat pengemulsi nonionik, stabilizer, emolien, dan plasticizer dalam aplikasi kosmetik (Rowe, et al., 2009). 8. Butil hidroksi toluen Butil hidroksi toluen (BHT) digunakan sebagai antioksidan dalam kosmetik. BHT digunakan terutama untuk menunda atau mencegah ketengikan oksidatif dari lemak dan minyak, selain itu untuk mencegah kehilangan aktivitas vitamin yang dapat larut dalam minyak. Konsentrasi BHT yang biasa digunakan dalam formulasi topikal berkisar antara 0,0075 – 0,1% (Rowe, et al., 2009). 9. Nipagin Nipagin digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam formulasi kosmetika, produk makanan, dan bidang farmasi. Khasiat pengawet dari nipagin juga ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol sebanyak 2 – 5%. Konsentrasi nipagin yang biasa digunakan dalam sediaan topikal berkisar antara 0,02 – 0,3% (Rowe, et al., 2009). 10. Minyak zaitun ekstra murni Minyak zaitun ekstra murni (Extra Virgin Olive Oil) atau biasa disebut minyak zaitun perasan pertama adalah minyak zaitun yang didapat dari ekstraksi buah zaitun segar, yang menggunakan proses mekanik tanpa pemanasan dan tanpa penambahan zat aditif, serta tanpa pelarut apa pun.
24 Universitas sumatera utara
Extra Virgin Olive Oil diproses dari pasta buah zaitun, lalu diperas tanpa adanya pemanasan ataupun penambahan bahan lain. Minyak ini kaya akan antioksidan serta memiliki kandungan minyak zaitun asli dengan aroma dan rasa yang khas. Tabel 2.3 menunjukkan kandungan nutrisi dari minyak zaitun per 100 gram. Kandungan vitamin E dalam minyak zaitun mencapai 14 mg/100 g. Vitamin E adalah antioksidan alami yang mampu menangkal oksidasi di dalam tubuh yang bisa merusak sel, sehingga kandungan ini efektif untuk mencegah penuaan dini (Agung, 2014). Tabel 2.3 Kandungan nutrisi minyak zaitun per 100 g Energi Karbohidrat Lemak Jenuh Tak jenuh tunggal Tak jenuh ganda Lemak omega-3 Lemak omega-6 Protein Vitamin E Vitamin K
3,701 kJ (885 kcal) 0g 100 g 14 g 73 g 11 g < 1,5 g 3,5 – 21 g 0g 14 mg 62 μg
Keterangan: Setiap 100 g minyak zaitun sama dengan 109 ml (Agung, 2014). 2.6
Skin Analyzer Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer
25 Universitas sumatera utara
menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012). Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini. Tabel 2.4 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer. Tabel 2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer Analisa Moisture (kadar air) (%) Evenness (Kehalusan) Pore (Pori) Spot (Noda) Wrinkle (Keriput)
Parameter Normal 30 – 50 Normal 32 – 51 Beberapa besar 20 – 39 Beberapa noda 20 – 39 Berkeriput 20 – 52
Dehidrasi 0 – 29 Halus 0 – 31 Kecil 0 – 19 Sedikit 0 – 19 Tidak berkeriput 0 – 19
Hidrasi 51 – 100 Kasar 52 – 100 Sangat besar 40 – 100 Banyak noda 40 – 100 Banyak keriput 53 – 100 (Aramo, 2012).
26 Universitas sumatera utara