BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koordinasi Antara Mata dan Tangan 2.1.1 Pengertian Koordinasi Koordinasi adalah kemampuan untuk mempersatukan atau memisahkan dalam suatu tugas kerja yang kompleks, dengan ketentuan bahwa gerakan koordinasi meliputi kesempurnaan waktu antara otot dan sistem saraf (Knudson, 2007). Koordinasi antara mata dan tangan (juga dikenal sebagai hand–eye coordination) adalah kontrol terkoordinasi gerakan mata dengan gerakan tangan, dan pengolahan informasi visual untuk mencapai suatu kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan mata dan tangan, kedalam rangkaian gerakan yang utuh, menyeluruh, dan terus menerus secara
tepat dalam irama gerak yang
terkontrol yang memunculkan reaksi umpan balik (Crawford, 2004). Dalam istilah sederhana, koordinasi antara mata dan tangan melibatkan visi terkoordinasi dan gerakan tangan untuk menjalankan tugas, ini telah dipelajari dalam kegiatan yang beragam seperti membuat teh, pergerakan benda padat seperti balok kayu, kinerja olahraga, membaca musik, online game komputer, dan mengetik (Mayesky, 2012). Dalam sistem koordinasi diperlukan tiga komponen agar fungsi koordinasi dapat berlangsung, yaitu : (1) reseptor, reseptor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Bagian yang berfungsi sebagai penerima
8
9
rangsangan tersebut adalah indra, (2) konduktor, konduktor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penghantar rangsangan. Bagian tersebut adalah sel-sel saraf (neuron) yang membentuk sistem saraf. Sel-sel saraf ini ada yang berfungsi membawa rangsangan ke pusat saraf ada juga yang membawa pesan dari pusat saraf, (3) efektor, efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot dan kelenjar (baik kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin). Sistem saraf dan indra sangat erat kaitannya dalam sistem koordinasi (Sullivan et al., 2014). 2.1.2 Anatomi Sistem Reseptor Mata Sistem kerja reseptor visual cahaya masuk kedalam melalui pupil (merupakan lubang pada iris), besar-kecilnya ukuran pupil saat menangkap perubahan suatu cahaya ditentukan oleh dua level yaitu dari sensitivitas (kemampuan untuk mendeteksi keberadaan suatu objek dalam keadaan cahaya yang minim/remang-remang) dan ketajaman (kemampuan untuk melihat suatu objek secara detail). Ketika pupil mengerut atau mengecil, maka bayangan benda yang jatuh pada retina akan lebih tajam namun ketika pada saat pencahayan berkurang maka pupil akan membuka lebih lebar untuk membiarkan cahaya lebih banyak masuk tetapi akan mengurangi ketajaman dan kedalam fokus benda tersebut. Proses kerja pupil yang berhubungan dengan konsentrasi seseorang, pupil biasanya melebar dan detak jantung akan menurun pada saat seseorang sedang berkonsentrasi atau memiliki atensi yang tinggi pada suatu pekerjaan atau objek (Applegate, 2011). Dibelakang pupil ada lensa mata yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang akan ditangkap oleh retina, dan bagian yang mengontrol lensa mata
10
ini disebut dengan otot-otot siliari (ciliary muscles). Otot-otot siliari ini berfungsi untuk mengontrol lensa mata. Ketika kita melihat sebuah objek yang dekat maka otot-otot siliari akan berkontraksi dan lensa mata akan berbentuk silindris. Namun ketika kita melihat suatu objek yang jauh maka otot-otot siliari akan rileks dan lensa mata akan berbentuk agak mendatar. Untuk proses konfigurasi dari lensa mata untuk membawa sebuah objek menjadi fokus di retina mata disebut dengan akomodasi (accomodation) (John dan Pinel, 2009). Reseptor pada mata terletak di retina mempunyai lapisan-lapisan sebagai berikut yaitu dua reseptor rod dan cone, horizontal cells, bipolar cells, amacrine cells dan retinal ganglion cells. Reseptor rod dan cone merupakan sel-sel yang yang dispesialisasikan untuk menerima sinyal-sinyal mekanik, kimiawi atau radian (pemancar panas) yang ada disekeliling kita. Sel-sel amacrine dan sel-sel horizontal dispesialisasikan untuk komunikasi lateral (yang dimaksudkan komunikasi lateral adalah komunikasi yang melewati channel-channel utama sensori input). Bipolar cells adalah sel-sel yang berada di bagian tengah retina, retinal ganglion cells merupakan lapisan neuron di dalam retina yang memiliki serabut-serabut saraf yang bertolak pada bola mata. Sistem kerja struktur ini pada saat cahaya datang maka cahaya diterima reseptor cone dan reseptor rod setelah melewati 4 lapisan terdahulu yaitu retinal ganglion cells, amacrine cells, bipolar cells dan horizontal cells (Kolb, 2011). Kemudian saat reseptor telah teraktivasi, pesan neural ditranslasikan balik melewati lapisan-lapisan retinal kepada sel-sel ganglion retinal, yang aksonaksonnya berproyeksi diseluruh bagian dalam retina sebelum berkumpul dalam
11
bentuk bundel dan keluar meninggalkan bola mata (Gambar 2.1 di bawah untuk penjelasan struktur retina). Susunan terbalik ini menciptakan dua masalah visual yaitu, yang pertama cahaya datang terdistorsi oleh jaringan retinal yang harus dilaluinya sebelum mencapai reseptor. Masalah yang kedua adalah agar bundel akson-akson sel ganglion retinal meninggalkan mata harus ada sebuah celah di lapisan reseptor, celah itu dinamakan blind spot (John dan Pinel, 2009).
Gambar 2.1 Struktur Retina (Sumber : Kolb, 2011)
Rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra) berupa visual akan diterima oleh neuron sensoris yang melalu jalur sistem ekstrapiramidal yang dimulai menuju nukleus vestibularis yang ada di batang otak, kemudian menuju area serebelum berfungsi untuk mengawali dan mengatur gerakan, khususnya gerakan yang terampil. Untuk menghasilkan gerakan yang terampil dan terkoordinasi yang dihasilkan oleh
korteks motorik maka setelah dari area
12
serebelum, neuron sensoris sebelum ke korteks motorik menuju pada area perencanaan motorik yaitu basal ganglia (Kolb, 2011). 2.1.3 Anatomi Sistem Konduktor Saraf 2.1.3.1 Anatomi Sistem Sel Saraf Sistem saraf sebagai sistem koordinasi, sistem saraf mempunyai fungsi yaitu pengendalian kerja alat-alat tubuh agar bekerja serasi, alat komunikasi antara tubuh dengan lingkungan di luar tubuh, yang dilakukan oleh ujung saraf pada indra, dan lingkungan dalam tubuh, pusat kesadaran, kemauan, dan pikiran Untuk melaksanakan fungsi tersebut maka sistem saraf tersusun oleh berbagai organ, jaringan dan juga komponen terkecil yaitu sel saraf atau neuron (Paul, 2015) . Neuron atau sel saraf memiliki bagian-bagian sel yang berbeda dengan tipe sel lainnya (Gambar 2.2 di bawah untuk penjelasan struktur neuron). Berikut bagian-bagian sel saraf beserta fungsinya dalam menghantarkan impuls (rangsangan) sebagai unit fungsional sistem saraf. Inti sel, merupakan struktur inti sel pada umunya yang di dalamnya terdapat asam nukleat (materi inti). Inti sel berperan sebagai pengatur segala aktivitas sel saraf. Badan sel (perykaryon), merupakan struktur utama dari sel saraf yang kaya akan sitoplasma dan di bagian tengahnya terdapat inti sel saraf. Badan sel berfungsi sebagai tempat metabolisme sel saraf. Dendrit merupakan serabut pendek dan bercabang-cabang yang merupakan penjuluran badan sel pada badan sel. Dendrit berfungsi menerima dan menghantarkan rangsangan dari luar ke badan sel saraf.
13
Neurit, merupakan serabut panjang hasil penjuluran badan sel yang mengandung struktur benang-benang halus yang disebut mikrofibril dan neurofibril. Mikrofibril dan neurofibril berfungsi untuk menjaga bentuk dan kepadatan sel saraf. Neurit atau yang sering dikenal akson memiliki peranan menghantarkan rangsangan dari badan sel saraf yang satu ke sel saraf lain. Rangsangan akan dihantarkan melalui akson dari satu sel saraf menuju dendrit dari sel saraf yang lain. Struktur neurit merupakan struktur yang lebih kompleks daripada dendrit. Neurit memiliki pembungkus yang disebut selaput myelin yang didalamnya terdapat sel Sachwan. Bagian neurit yang tidak terbungkus oleh selaput myelin disebut nodus Ranvier (Dupree dan Duppre, 2007).
Gambar 2.2 Struktur Neuron (Sumber : Boundless, 2014)
Sel-sel saraf akan berkumpul membentuk jaringan saraf dan selanjutnya jaringan-jaringan saraf akan berkumpul dan berkoordinasi membentuk sistem
14
saraf. Hubungan antara sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain disebut sinapsis, sedangkan hubungan antara sel saraf dengan serabut otot disebut neuromuscular junction (Dupree dan Dupree, 2007). Neuron berdasarkan fungsinya dibedakan atas sel saraf sensorik (afferent), sel saraf motorik (efferent), dan sel saraf konektor (association). Sel saraf sensorik berfungsi menghantarkan rangsangan (impuls) dari indra ke saraf pusat (otak) dan sumsum tulang belakang. Sel saraf motorik berfungsi menghantarkan rangsangan dari saraf pusat (otak) atau sumsum tulang belakang ke otot atau kelenjar. Rangsangan dari sel saraf sensorik diteruskan menuju sel saraf motorik melalui sel saraf konektor (Rhoades dan Bell, 2009). Membran neuron layaknya membran sel lainnya bersifat semipermeabel (hanya molekul-molekul tertentu yang dapat keluar masuk misalnya ion-ion tetapi tidak untuk molekul berukuran besar). Membran sel saraf juga secara elektrikal bersifat polar (adanya ion-ion bermuatan negatif yang disebut kation di sekitar permukaan luar membran dan ion-ion bermuatan negatif yang disebut anion di bagian sebelah dalam membran). Impuls saraf berhasil ditransmisikan (disalurkan) dari sel saraf yang satu ke sel saraf yang lain disebabkan oleh potensial aksi yang berpindah di dekat sel saraf. Stimulus merubah kemampuan spesifik permeable lapisan membran dan menyebabkan depolarisasi kation dan anion. Perubahan ini menyebar sepanjang serabut saraf yang selanjutnya disebut sabagai impuls saraf itu sendiri. Polarisasi kembali terjadi setelah depolarisasi yang diikuti oleh periode refractory selama impuls selanjutnya datang lagi (Siegel, 2006).
15
Polarisasi dibuat dengan mempertahankan kelebihan ion-ion sodium (Na+) pada bagian luar membran dan kelebihan ion-ion potassium (K+) pada bagian dalam membran. Jumlah tertentu dari Na dan K selalu bocor (berkurang) melewati membran, tetapi pompa Na/K pada membran secara aktif mengatasi hal tersebut tersebut.Intensitas atau frekuensi antara impuls saraf yang satu dengan yang lain ditentukan oleh diameter dari serabut saraf, hal ini berkaitan juga dengan serabut saraf berselaput mielin dan serabut saraf tanpa selaput mielin. Sitoplasma dari akson atau serabut saraf merupakan konduktor elektrik dan selaput mielin menurunkan kapasitasnya sebagai penghantar. Kondisi tersebut mencegah kebocoran muatan melalui membran. Depolarisasi pada nodus ranvier cukup untuk memicu regerasi voltase elektrik pada nodus berikutnya. Oleh karena itu, potensial aksi pada serabut saraf bermielin tidak berpindah layaknya perpindahan gelombang tetapi terjadi secara berulang pada nodus-nodus. Potensial aksi pada nodus ranvier akan berpindah seperti loncatan-loncatan muatan listrik (Clark, 2005). 2.1.3.2 Anatomi Sistem Organ Saraf Pengatur Koordinasi Gerak Organ yang berperan dalam sistem pengatur pemprosesan koordinasi pada gerak ini adalah otak. Di dalam serebrum (otak) terbagi menjadi 2 bagian, yaitu hemisfer serebral (cerebral hemisphere). Hemisfer ini dihubungkan oleh kumpulan serabut yang cukup banyak yang di sebut dengan korpus kalosum (corpus callosum). Secara umum hemisfer kanan mengontrol sisi kiri tubuh dan hemisfere kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Begitu juga dengan tugas hemisfer memiliki tugas dan bakat masing-masing (Carole dan Tavris, 2007).
16
Otak menurut belahannya terdiri dari dua bagian yaitu belahan kiri (left hemisphere) dan belahan kanan (right hemisphere). Belahan otak kiri berkenaan dengan kemampuan berpikir ilmiah, kritis, logis dan linear, sedangkan belahan otak kanan berkenaan dengan fungsi-fungsi yang non linear, non verbal, holistik, humanistik, dan bahkan mistik. Lahirnya kreativitas dalam bentuk gagasan maupun karya nyata merupakan perpaduan antara kedua belahan otak tersebut (Sherwood, 2012). Serebelum berfungsi untuk mengawali dan mengatur gerakan, khususnya gerakan yang terampil. Serebellum berfungsi sebagai pembanding antara perencanaan motorik dan basil dari motorik, selain itu serebellum juga berfungsi untuk mendeteksi kesalahan sistem. Serebelum mengirim sinyal untuk koreksi ke brain steam dan kortek motorik. Pada serebellum terdapat Tiga divisi fungsional yakni
vestibuloserebellum,
spinoserebellum,
dan
serebroserebellum.
Vestibuloserebellum berfungsi untuk mengontrol dan mengkoordinasi otot-otot aksial dan gerakan kepala dan mata, spinoserebellum berfungsi untuk memberikan informasi motorik dan eksitabilitas motor neuron, serebroserebellum berfungsi untuk mengawali gerakan dan koordinasi otot (Lahunta dan Glass, 2009). Sistem limbik berfungsi sebagai pusat pengatur adaptasi. Sistem limbik meliputi thalamus, bagian yang terdapat di otak depan. Di bagian ini terjadi persimpangan saraf-saraf sensorik yang masuk ke otak. Hipothalamus memiliki efek yang sangat kuat pada hampir seluruh sistem visceral tubuh kita dikarenakan hampir semua bagian dari otak mempunyai hubungan dengannya. Oleh karena hubungan inilah, maka hypothalamus dapat merespon rangsang psikologis dan
17
emosional, hypothalamus, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem limfatik, dan merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju ke korteks otak besar. Akson dari berbagai sistem indera berakhir pada hipotalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan ke korteks otak besar (Hendelman, 2006). Hipotalamus berfungsi sebagai monitoring dan mengontrol berbagai aktivitas
dari
tubuh
yang
sangat
banyak,
amygdala,
hippocampus,
neurotransmiter , yakni zat kimia di dalam otak yang berfungsi membawa pesan antar sel saraf. Zat kimia ini diproduksi di dalam sel-sel saraf yang ada di otak, ketika pesan dari otak harus ditransmisikan ke bagian-bagian lain. Hampir seluruh kegiatan otak
memanfaatkan neurotransmiter untuk menyampaikan pesan
(Hendelman, 2006). Basal ganglia menghasilkan gerakan yang terampil dan terkoordinasi dihasilkan dari kerja kortek motorik. Sebuah perencanaan motorik dibuat oleh area premotor yang nantinya akan dieksekusi oleh area motorik primer. Gerakan yang dihasilkan oleh kortek motorik primer masih kasar, sehingga perlu dikontrol oleh area premotor yang berhubungan dengan basal ganglia. Dengan peran dari basal ganglia maka gerakan yang dihasilkan akan lebih terkontrol (Steiner dan Tseng, 2010). Basal ganglia merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut beberapa area di subcortical gray matter yang meliputi nukleus kaudatus, putamen, globus pallidus, nukleus subthalamikus dan substansia nigra. Nukleus kaudatus dan putamen menyusun striatum. Striatum merupakan reseptor utama dari basal
18
ganglia yang menerima input dari kortekserebri. sistem limbik, thalamus dan substansia nigra. Input yang berasal dari kortek serebri merupakan eksitasi dan merupakan proyeksi dari sensorik dan kortek motorik menuju ke putamen, dari prefrontal kortek menuju ke nukleus kaudatus dan dari kortek limbik dan amigdala menuju ke ventral striatum. Basal ganglia memiliki sejumlah lintasan yakni : (1) dari striatum ke globus pallidus ke thalamus ke kortek dan ke striatum, (2) dari striatum ke substansia nigra dan ke striatum, (3) dari globus pallidus ke subthalamus dan berakhir ke globus pallidus (Groenewegen et al., 2009). Input
kortikal
dari
basal
ganglia
kebanyakan
menggunakan
neurostransmitter glutamate. Striatum merupakan area di otak yang paling kaya mengandung dua neurotransmitter yang penting di dalam sistem saraf pusat yakni achetylchline dan dopamine. Acetylcholine merupakan neurotransmitter pada sinaps di kebanyakan saraf, sedangkan dopamine diproduksi di substansia nigra dan disalurkan ke striatum melalui akson nigrostriatal, untuk bekerja pada striatum. Apabila terjadi kerusakan pada substansia nigra, maka akan menyebabkan penurunan level dopamine pada striatum. Aktivitas basal ganglia dimodulasi oleh neuron dopaminergic di substansia nigra. Dopamine memiliki efek eksitasi pada neuron striatal pada jalur langsung dan efek inhibisi pada jalur tidak langsung. Jalur langsung terdiri dari putamen nukleus kaudatus, dan striatum menghasilkan inhibisi pada globus pallidus dan sebagai konsekuensinya di inhibisi dari thalamus, superior kullikulus dan target lainnya. Jalur tidak langsung yang terdiri dari nukleus subtalamik menghasilkan eksitasi dari output saraf dari
19
globus pallidus yang akan meningkatkan inhibisi pada organ target (Bolam et al., 2005). Basal ganglia berperan dalam motor kontrol dan tindakan otomatis dari ketrampilan
motorik
yang
bertindak
dengan
memfasilitasi
penggunaan
perencanaan motorik. Basal ganglia tidak berfungsi untuk memulai gerakan, namun berfungsi memodulasi pola gerakan yang telah dimulai pada level kortikal (Groenewegen et al., 2009). Kapsula interna (internal capsule) adalah bagian otak yang terletak di antara nukleus lentikularis dan nukleus kaudatus. Struktur ini adalah sekelompok saluran serat termyelinasi, termasuk akson dari jaras piramidalis (piramidal neurons) dan jaras motorik ekstrapiramidalis atas (extrapyramidal upper motor neurons) yang menghubungkan korteks ke badan sel dari jaras motorik yang lebih rendah. Karena begitu banyaknya akson yang berkumpul dalam kapsula interna, bagian ini kadang-kadang juga disebut sebagai leher botol serat (bottleneck of fibers). Ujung kapsula interna berakhir dalam otak, tepat di atas otak tengah, namun akson-akson yang melewatinya terus ke bawah melalui batang otak dan sumsum tulang belakang. Mereka turun melalui batang otak dalam dua bundel besar yang disebut pedunkulus serebri atau krus serebri (Wibowo, 2005) . Medulla oblongata adalah bagian dari otak belakang yang merupakan jalur yang dilewati saat motorik dan sensorik neuron dari otak tengah dan otak depan melakukan perjalanan melalui medulla. Sebagai bagian dari batang otak , medulla oblongata membantu dalam mentransfer pesan antara berbagai bagian dari otak
20
dan sumsum tulang belakang. Medulla oblongata terlibat dalam beberapa fungsi tubuh diantaranya koordinasi gerakan tubuh (Wibowo, 2005). Pada potongan melintang medulla spinalis dapat dijumpai berwarna gelap berbentuk kupu-kupu yang dinamakan substansia grisea. Substansia grisea berisi badan sel saraf, yang merupakan sel saraf motorik dan serabut saraf sensoris (Wibowo, 2005). 2.1.4 Anatomi Sistem Efektor Tangan Efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot dan kelenjar, baik kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin terutama dalam pembahasan disini yang dimaksud adalah reaksi dari efektor tangan (Noback et al., 2005). Kerja otot dapat bergerak karena dipengaruhi oleh otot sadar
berupa
tendon otot . Tendon otot merupakan jaringan ikat yang menghubungkan otot ke tulang. Otot menggerakkan tubuh dengan kontraksi terhadap kerangka. Ketika otot mengkerut, mereka bisa lebih pendek, dengan kontraksi, otot menarik pada tulang dan memungkinkan tubuh untuk bergerak. Otot hanya bisa berkontraksi. Mereka tidak bisa secara aktif memperpanjang, meskipun mereka dapat bergerak atau bersantai kembali ke posisi netral non-kontraksi. Oleh karena itu, untuk memindahkan tulang dalam arah yang berlawanan, pasangan otot harus bekerja dalam arah berlawanan. Setiap otot pada pasangan bekerja terhadap yang lain untuk memindahkan tulang pada sendi tubuh. Otot yang mengerut menyebabkan sendi menekuk disebut dengan fleksor. Otot yang berkontraksi menyebabkan sendi untuk meluruskan disebut dengan ekstensor. Ketika salah satu otot
21
berkontraksi atau disebut juga agonis, otot lain dari pasangan ini selalu memanjang atau disebut juga antagonis (Fitria, 2014). 2.1.5 Mekanisme Neurofisiologi Koordinasi Antara Mata dan Tangan Sistem organ yang terlibat dalam suatu gerakan koordinasi yaitu : (1) serebrum (otak besar) untuk penyusunan konsep gerakan (2) sistem visual untuk memberi informasi tentang usaha yang harus dibuat dan pengarahan urutan gerakan (3) sistem motorik sebagai pelaksana (4) sistem sensorik sebagai monitor (5) serebellum (otak kecil) sebagai pengatur dan pengarah informasi atau fungsi koordinasi (Sherwood, 2012). Gerakan tubuh yang terkoordinasi antara mata dan tangan diatur oleh rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra) berupa visual kemudian rangsangan
diterima
oleh
neuron
sensoris
yang
melalu
jalur
sistem
ekstrapiramidal yang dimulai menuju nukleus vestibularis yang ada di batang otak, kemudian menuju area serebelum berfungsi untuk mengawali dan mengatur gerakan, khususnya gerakan yang terampil. Untuk menghasilkan gerakan yang terampil dan terkoordinasi yang dihasilkan oleh korteks motorik maka setelah dari area serebelum, neuron sensoris sebelum ke korteks motorik menuju pada area perencanaan motorik yaitu basal ganglia (Clikeman dan Ellison, 2009). Dengan peran dari basal ganglia maka gerakan yang dihasilkan akan lebih terkontrol. Setelah diproses maka akan kembali lagi menuju batang otak yang menghasilkan neuron motorik melalui proses sistem pyramidal diawali pada korteks motorik, impuls gerakan yang diinginkan berupa koordinasi antara mata dan tangan diteruskan menuju bagian posterior kapsula interna, kapsula interna
22
meneruskan impuls kepada medula oblongata, setelah mencapai medulla oblongata impuls diteruskan menuju medula spinalis substansia grissea, yaitu bagian integral dari neuron motorik, respon kembali diteruskan menuju ujungujung akson yaitu efektor hingga akhirnya menjadi suatu gerakan yang diinginkan (Sherwood, 2012). 2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Koordinasi Antara Mata dan Tangan Koordinasi antara mata dan tangan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu (1) intelegensi, (2) aktivitas visual (3) persepsi visual (4) koordinasi motorik (5) aktivitas gerak lengan, tangan, dan aktivitas penggunaan jari. Faktor ekstrinsik yaitu pengalaman koordinasi antara mata dan tangan seperti merangkai manik - manik, menyusun balok, bermain puzzle, mewarnai pada gambar yang telah tersedia. (Smith & Jane, 2015). Intelegensi merupakan salah satu faktor intrinsik
karena intelegensi
sendiri adalah koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi baru. Dalam arti sempit, intelegensi sering kali diartikan sebagai intelegensi operasional, termasuk pula tahapan-tahapan yang sejak dari periode sensori motoris sampai dengan opersional formal misalnya saja pada fase senso motor anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakkan, dan secara perlahan-lahan belajar mengkoordinasikan tindakannya (Ali, 2012). Aktivitas dari kerja visual hal tersebut berpengaruh terhadap konsentrasi terhadap objek ataupun penggunaan alat indra mata itu sendiri yang tidak
23
mengalami gangguan untuk digunakan dalam melihat suatu objek (Gouveia, 2012) . Visual persepsi adalah proses kemampuan dalam mengintregasikan dari input yang didapat secara visual, maksudnya setalah suatu bentuk diterima oleh mata, maka kemampuan visual persepsi di otak akan menjelaskan arti dari objek yang dimaksud. Sehingga berpengaruh juga terhadap koordinasi karena koordinasi juga akan mempersepsikan suatu gambar yang berbentuk serta berbeda- beda polanya (Alsim, 2011). Pengertian koordinasi gerak dapat dilihat berdasar dari sudut pandang anatomi dan fisiologi serta biomekanik. Koordinasi gerak adalah hubungan timbal balik antara pusat susunan gerakan dengan alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan implus tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan. Koordinasi gerak dari sudut pandang anatomi dan fisiologi dari sudut pandang fisiologi, koordinasi gerak dilihat sebagai pengaturan terhadap proses motorik terutama terhadap kerja otot-otot diatur melalui sistim persyarafan. Dari definisi ini dapat ditarik suatu pengertian bahwa koordinasi gerak meliputi pengkoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam pelaksanaan suatu gerakan. Pengertian koordinasi gerak dari sudut pandang biomekanik diarahkan pada penyesuaian antara pemberian implus kekuatan pada otot dengan kebutuhan pada setiap gerakan. dari sudut pandang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa koordinasi gerak adalah hubungan timbal balik antara pusat susunan syaraf dengan alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan inplus tenaga dan kerja
24
otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan (Natasha, 2013) Koordinasi akan terarah pada target motor yang sama apabila dalam gerakan terarah yang menghubungkan antara
mata dan tangan gerakan tersebut
melibatkan gerakan dari lengan, tangan dan jari- jari sehingga fungsi otak bagian koordinasi temporal mempunyai tugas antar anggota tubuh yang kompleks (Weigelt, 2005). Pengalaman koordinasi antara mata dan tangan pada anak usia 7 - 8 tahun berupa anak mampu fokus untuk keterampilan gerak koordinasi motorik berupa mendorong, menangkap, memukul, melempar, dan memantul - memantulkan bola (Mahendra, 2006). Pada anak usia 7 - 8 tahun sangat aktif secara fisik telah menikmati berbagai tantangan, yang menguji kekuatan serta ketangkasannya. Peningkatan kekuatan fisik serta koordinasi tangan mata membuat anak mampu, memukul bola dan tulisan tangannya lebih terbaca terutama bagi anak perempuan (Sujiono, 2009). 2.2. Tahap Perkembangan Kognitif Koordinasi Antara Mata dan Tangan Anak Usia 7-8 tahun Karakteristik perkembangan anak usia 7 – 8 tahun secara umum adalah perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat, dari segi secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Menurut Piaget, tahap perkembangan kognitif anak secara kronologis terjadi 4 tahap. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap bervariasi pada setiap anak. Tahap sensorimotor usia 0 – 2 tahun, tahap pra
25
operasional usia 2 -7 tahun, (3) tahap operasi kongkret usia 7 – 11/12 tahun, tahap operasi formal usia 11/12 ke atas (Shaffer, 2009). Berdasarkan urutan tahap perkembangan di atas, pada anak usia 7 sampai 8 tahun perkembangan kognitifnya masuk dalam tahap operasi kongkret usia 7 – 11/12 tahun. Tahap operasi konkret (concrete operations) ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-operasi logis. Operasi itu bersifat reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan kepada awalnya lagi. Tahap operasi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata atau koonkret yaitu anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif ( Santrock, 2008). Perkembangan gerak bagi anak – anak usia antara 7 - 8 tahun meliputi beberapa aktivitas, seperti aktivitas gerak khusus,
aktivitas penemuan dan
pengalaman dalam objek lingkungan , aktivitas penyesuaian diri dengan tempat bermain dan lingkungan, aktivitas imajinasi dan meniru-niru aktivitas memanjat dan menggantung, aktivitas dalam kelompok kecil, aktivitas berirama untuk memperhalus koordinasi, aktivitas macam-macam cabang olahraga atau keterampilan, aktivitas untuk memperhalus kemampuan gerak dasar dalam daerah lokomotor, manipulasi, dan kestabilan (Gallahue dikutip oleh Handika, 2014). Pada tahapan ini anak mampu fokus untuk keterampilan motorik halus tangan, menulis, menggambar. Kecerdasan kinestetik manipulatif berupa mendorong, melempar, menangkap seperti menulis, dan memukul (Syamsu,
26
2007). Perkembangan gerak anak usia 7 - 8 tahun seharusnya sudah bisa menampilkan gerakan-gerakan keterampilan dasar dengan lebih sempurna dan dapat lebih memiliki pola gerakan yang jelas untuk dapat diukur (Gallahue dikutip oleh Handika, 2014). Pada usia 7-8 tahun ini perkembangan motorik anak sudah mulai terkoordinasi baik, sehingga setiap gerakan sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya, namun anak – anak cenderung kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah sehingga perlu di bimbing agar koordinasi anak semakin terarah nantinya ketika beranjak dewasa. Koordinasi diukur melalui pola gerak keterampilan
mencakup
kemampuan
mengontrol
tubuh,
keseimbangan,
kelincahan, dan fleksibilitas. Kemampuan koordinasi gerak secara umum antara anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda sampai umur 11 tahun. Perbedaannya, anak laki-laki lebih baik dalam aktivitas kekuatan dan gerak kasar dengan melibatkan otot besar, perempuan lebih baik pada aktivitas kecermatan (Budiman, 2010). 2.3 Senam Otak 2.3.1 Pengertian Senam Otak Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana untuk merangsang area pada otak berdasarkan fungsional otak masing-masing. Senam otak terdiri dari gerakan-gerakan
yang
menuntut
keseimbangan,
yang
secara
mekanis
mengaktifkan kedua hemisfer otak melalui korteks motorik dan korteks sensoris, serta merangsang sistem vestibular untuk menjaga keseimbangan. Kekuatan
27
gerakan-gerakan senam otak mengaktifkan fungsi seluruh otak melalui hubungan yang intim dengan gerakan-gerakan tubuh (Dennison, 2006). Pada awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi, namun seiiring berkembangnya zaman senam otak bermanfaat untuk kematangan pemrosesan otak anak-anak dispraksia serta dapat berikan pada anak normal sekalipun (Hyatt, 2007) . Senam otak merupakan sejumlah gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan setiap bagian – bagian otak. Diharapkan melalui rangkaian gerakan tubuh, dapat menarik keluar tingkat konsentrasi anak. Senam otak juga dikenal sebagai jalan keluar bagi bagian-bagian otak yang “terhambat” agar dapat berfungsi maksimal. Selain itu senam otak juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya ingat. Orang menjadi lebih bersemangat, lebih konsentrasi, lebih kreatif dan efisien. Siapapun akan merasa lebih sehat karena stress berkurang (Tammasse, 2009). Senam otak dapat dilakukan dalam waktu singkat (kurang dari lima menit), tidak memerlukan bahan atau tempat khusus, kemungkinan belajar tanpa stress, meningkatkan kepercayaan diri, memandirikan seseorang dalam hal belajar, mengaktifkan potensi dan ketrampilan, menyenangkan dan menyehatkan, serta hasilnya bisa segera dirasakan (Demuth, 2005). 2.3.2 Mekanisme Gerak Senam Otak terhadap Koordinasi Senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitas, pemfokusan dan pemusatan. Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui
28
olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. (Tammasse, 2009). Latihan akan memberikan rangsangan baru yang akan memperkuat hubungan saraf dalam otak dan membuatnya lebih responsif. Setiap kali rangsangan diterima oleh sistem sensoris, maka akan terjadi hubungan-hubungan saraf baru pada jembatan antarsel pada otak atau sinapsis yang akan tercipta. Semua pengalaman yang memberikan pembelajaran terhadap sensoris secara potensial
mempunyai
kapasitas
untuk
mengubah
sistem
otak
dalam
mengorganisasi diri kembali (re-organization), atau sering disebut sebagai neuroplasticity (Heru, 2011) Pada dimensi lateralis mengaktivasi belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan mengaktivasi bagian batang otak (brainstem) dan depan otak (frontal lobes), dimensi pemusatan mengaktifkan midbrain dan otak besar. Dimensi lateralitas yang menunjukkan sisi tubuh manusia dibagi dalam sisi kiri dan sisi kanan. Sifat ini memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan kanan atau kiri dan juga untuk integrasi kedua sisi tubuh yaitu untuk menyebrangi garis tengah tubuh. Dimensi fokus adalah kemampuan menyebrangi garis tengah yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh. Dimensi pemusatan adalah kemampuan untuk menyebrangi garis antara bagian atas dan bawah tubuh, mengaktifkan fungsi bagian atas dan bawah otak, mengaktifkan bagian tengah sistem limbik serta otak besar (Dennison, 2006). Menurut Dennison (2006), ahli senam otak dari lembaga educational kinesiology Amerika Serikat, bahasa tulis maupun lisan menjadi lebih jelas dan
29
lebih hidup ketika sisi kanan dan kiri dari tubuh dan otak bekerja bersama – sama. Ketika integrasi kedua sisi kita menjadi lebih baik, komunikasi diantara kedua hemisfer serebral menjadi lebih spontan. Dengan senam otak, otak kanan dan otak kiri dapat bekerja lebih sinergis. Tiga dimensi otak Sesuai Edu – K Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan yang disampaikan melewati serabut syaraf secara sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya, otak bagian kiri bertanggung jawab untuk pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Dengan senam otak, maka tiga dimensi otak akan diaktifkan secara keseluruhan maka,bagian fungsi otak koordinasi teraktivasi (Dennison, 2006) 2.3.3 Manfaat Gerakan Senam Otak. Pengawalan gerakan senam otak harus menjalani PACE. PACE adalah empat keadaan yang diperlukan, untuk dapat belajar dan berpikir dengan menggunakan seluruh otak. PACE merupakan singkatan dari positif, aktif, clear (jelas), dan energetis. Untuk menjalankan PACE ini, harus memulainya dengan energetis (minum air), clear (melakukan pijat saklar otak), aktif (melakukan gerakan silang), positif (melakukan kiat rileks), dan dilanjutkan dengan gerakangerakan senam yang lain. PACE adalah sebagai berikut : a. Positif: Kait Rileks (hook-ups) Gerakan kait rileks akan memilihkan keseimbangan setelah mengalami ketegangan dan stres emosional atau stres berasal dari lingkungan. Gerakan ini akan membantu untuk meningkatkan konsentrasi dan berpikir. Gerakan ini akan menghubungkan semua energi dalam badan dan merangsang pengaliran energi
30
yang terhambat. Gerakan ini merupakan gerakan yang mengaktifkan dimensi pemusatan. Fungsinya untuk keseimbangan dan koordinasi meningkat, perasaan nyaman terhadap lingkungan sekitar (mengurangi kepekaan yang berlebihan), pernafasan lebih dalam. b. Aktif: Gerakan Silang (cross crawl) Gerakan silang mengaktifkan bagian otak kiri dan kanan bersamaan. Gerakan ini sangat menunjang kegiatan belajar siswa, di mana aktivitas belajar akan menjadi mudah untuk menerima hal-hal baru. Aktivitas belajar akan menjadi mudah karena gerakan silang akan mengaktifkan dua belahan otak dapat bekerja sama, sehingga siswa akan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak. Belajar dengan menggunakan keseluruhan otak akan memungkinkan hasil yang optimal. Gerakan ini mengaktifkan dimensi lateralisasi – komunikasi. c. Clear : Saklar Otak (brain buttons) Gerakan saklar otak meningkatkan peredaran darah yang kaya oksigen ke otak. Gerakan ini dilakukan untuk mempersiapkan siswa agar bisa berpikir jernih dan tenang, karena gerakan saklar otak akan membantu meningkatkan aliran peredaran darah ke otak, meningkatkan koordinasi dua belahan otak dan meningkatkan keseimbangan badan. Gerakan mata yang sebelumnya terhambat diaktifkan. Gerakan ini mengaktifkan dimensi pemusatan. d. Energetis : Air (water) Minum air merupakan gerakan untuk mengawali kegiatan belajar. Gerakan ini dilakukan karena air sebagai media penghantar yang meningkatkan potensi listrik melalui membran sel dan yang paling dibutuhkan untuk menjamin fungsi
31
jaringan syaraf, dengan minum air, para siswa cukup berenergi untuk belajar, mengingat semua aktivitas tubuh memerlukan air. Gerakan ini mengaktifkan dimensi pemusatan Jika kebutuhan air dalam tubuh cukup, maka akan membantu pengaliran energi ke otak sehingga otak akan menjalankan fungsinya secara optimal dan tidak akan terjadi dehidrasi. Semakin murni air yang diminum semakin mudah pembakaran terjadi, semakin mudah racun dikeluarkan dari badan. Gerakan Brain Gym mengaktifkan otak dibagi ke dalam 3 ( tiga ) dimensi yaitu : 1)
Lateralitas (Kanan-Kiri)
Gerakan untuk menyebrang garis tengah, menyangkut sikap positif: mendengar, melihat, bergerak. Otak bagian kiri aktif jika sisi kanan tubuh digerakkan dan bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Gerakan menyebrang garis tengah, mengaktifkan kerjasama tersebut. Kemampuan belajar paling tinggi apabila kedua belah otak bekerjasama dengan baik. a.Delapan tidur (Lazy 8) Fungsinya melepaskan ketegangan mata, tengkuk, dan bahu pada waktu memusatkan perhatian dan meningkatkan kedalaman persepsi, meningkatkan pemusatan, keseimbangan, dan koordinasi. b. Coretan Ganda (Double doodle) Fungsinya kesadaran akan kiri dan kanan, memperbaiki penglihatan perifer, kesadaran akan tubuh, koordinasi, serta keterampilan khusus tangan dan mata, memperbaiki kemampuan olahraga, dan keterampilan gerakan.
32
c. Gajah ( The Elephant) Gerakan gajah mengaktifkan otak untuk berintegrasi pada penglihatan dan gerakan seluruh tubuh, meningkatkan persepsi dan kemampuan kerja sama mata. Gerakan gajah akan meningkatkan koordinasi tubuh bagian atas dan bawah. Pada gerakan gajah, batang tubuh, kepala, lengan dan tangan bekerja sebagai satu kesatuan, yang bergerak di sekeliling bayangan 8. 2)
Pemfokusan (Muka –Belakang)
Gerakan meregangkan otot, menyangkut: konsentrasi, pengertian, dan pemahaman . Gerakan ini menunjang kesiapan untuk menerima hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Kalau sulit memahami inti keseluruhan pelajaran, atau orang tidak dapat berkonsentrasi, sebaiknya gerakan ini dilakukan agar otot lega dan semangat belajar meningkat. a. Burung Hantu (The Owl) Fungsinya melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul karena stress, menyeimbangkan otot leher dan tengkuk (mengurangi sikap tubuh yang terlalu condong ke depan), dan menegakkan kepala (membantu mengurangi kebiasaan memiringkan kepala atau bersandar pada siku). b. Mengaktifkan Tangan (The Active Arm) Fungsinya peningkatan fokus dan konsentrasi tanpa fokus berlebihan, pernafasan lebih lancar dan sikap lebih santai, dan peningkatan energi pada tangan dan jari.
33
c.
Lambaian Kaki (The Footflex) Fungsinya sikap tubuh yang lebih tegak dan relaks, lutut tidak kaku lagi,
dan kemampuan berkomunikasi dan memberi respon meningkat. d.
Luncuran Gravitasi (The Gravitational glider)
Fungsinya merelaksasikan daerah pinggang, pinggul dan sekitarnya, tubuh atas dan bawah bergerak sebagai satu kesatuan. 3)
Pemusatan (Atas-Bawah)
Gerakan untuk meningkatkan energi, menyangkut: mengorganisasi, mengatur, berjalan, tes atau ujian. Otak terdiri dari milyaran sel saraf kecil bernama neuron yang jalurnya dihubungkan seperti kabel pada telepon. Bila gerakan ini dibuat berarti hubungan elektrik jaringan dapat diaktifkan agar dapat berfungsi baik dalam memberikan informasi dari badan ke otak dan sebaliknya. a.
Tombol Bumi (Earth Buttons)
Fungsinya, kesiagaan mental (Mengurangi kelelahan mental), kepala tegak (tidak membungkuk), dan pasang kuda-kuda dan koordinasi seluruh tubuh. b.
Tombol imbang (Balance Buttons)
Fungsinya, perasaan enak dan nyaman, mata, telinga, dan kepala lebih tegak lurus pada bahu, dan mengurangi fokus berlebihan pada sikap tubuh. c.
Tombol Angkasa (Space Buttons)
Fungsinya untuk kemampuan untuk relaks, kemampuan untuk duduk dengan nyaman, lamanya perhatian meningkat.
34
d.
Titik Positif (Positive Point)
Fungsinya untuk mengaktifkan bagian depan otak guna menyeimbangkan stres yang berhubungan dengan ingatan tertentu, situasi, orang, tempat, dan ketrampilan, menghilangkan refleks (Dennison, 2006). 2.4 SKJ 2008 2.4.1 Pengertian SKJ 2008 Senam berasal dari bahasa Inggris disebut “Gymnastic” yang berasal dari kata “gymnos” melakukan latihan senam di ruangan khusus yang disebut “Gymnasium” atau “Gymnasion”. Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual (Muhajir, 2007). Senam merupakan latihan tubuh, artinya latihan untuk seluruh organ tubuh. Gerakangerakannya selalu dibuat dan diciptakan dengan sengaja dan terencana. Gerakangerakannya selalu tersusun dan dinamis. Gerakannya berguna untuk mencapai tujuan untuk kebugaran jasmani dan meningkatkan kesehatan (Kamajaya, 2013). Sedangkan pengertian dari kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal dan efisien. Kesegaran jasmani juga berarti kapasitas seseorang untuk dapat menyesuaikan diri terhadap latihan yang melelahkan dan dapat segera pulih kembali dari kelelahan tersebut. Orang bugar adalah mereka yang dapat menikmati hidup dan kehidupanya, baik secara fisik, mental, emosional dan sosial (Endang dan Fajar, 2008). Kesegaran jasmani bagi anak usia
35
sekolah dasar usia 7-8 tahun kesegaran jasmani adalah mempunyai fungsi kemampuan untuk menyediakan tugas-tugas belajar di sekolah dengan baik. Di samping itu, kesegaran jasmani bagi anak-anak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik yang baik (Marzuki, 2012). Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa senam kesegaran jasmani adalah latihan tubuh yang dilakukan secara sadar, terencana,sistematis guna mengkatkan kesegaran jasmani untuk meningkatkan kapasitas fisik tubuh sehingga dapat menyesuaikan terhadap latihan yang melelahkan. SKJ 2008 ini termasuk aerobik dan gerakan-gerakannya adalah gerakan aerobik, baik step-stepnya, gerakan lengan, dan bentuk tangannya. Berbeda dengan SKJ yang pertama yaitu SKJ 1984 dan SKJ 1988 masih merupakan senam pagi peregangan, pelemasan, pelepasan, dan kekuatan. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenegpora) yang menjadi wadah dalam bidang masyarakat termasuk cabang senam di Indonesia senantiasa menciptakan senamsenam untuk masyarakat. Hal ini ditujukan untuk mengurangi tingkat kejenuhan pada peserta senam dalam hal ini masyarakat untuk rutin melaksanakan kegiatan senam. Salah satunya Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga menciptakan Senam Kesegaran Jasmani 2008, SKJ 2008 adalah senam kebugaran jasmani yang diciptakan oleh Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenegpora), yang mencerminkan keinginan untuk melestarikan kesehatan dan olahraga masyarakat (Kamajaya, 2013).
36
2.4.2 Mekanisme Gerak SKJ 2008 terhadap Koordinasi Antara Mata dan Tangan Senam kebugaran jasmani pada penerapannya merupakan struktur gerak yang paling kaya atau bias dikatakan gerakannya variasi, yang berdasarkan unsur geraknya mengandung gerak lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif. Dilihat berdasarkan dari lingkungan gerak senam tersebut merupakan senam dengan ketrampilan open skills yaitu ketrampilan yang terbuka dengan lingkungan yang terduga dan yang tertutup closed skills dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang tidak terduga. Dilihat berdasarkan struktur lokomotor dapat meningkatkan kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan dan keseimbangan. Berdasarkan pola gerak non lokomotor meningkatkan kelentukan dan keseimbangan statis. Terlebih senam dengan musik memperlihatkan banyaknya anak terlibat dalam gerakangerakan tersetruktur dan terencana, anak juga dibangun kemampuan koordinasi serta potensi pengolahan rangsangan pada pusat kesadarannnya. Berdasarkan karakteristik gerak tersebut sangat bermanfaat dalam peningkatan pengertian dan pemahaman gerak anak terhadap prinsip-prinsip mekanika gerak pada tubuh, ditambah penanaman konsep-konsep gerak yang berkaitan dengan tubuh, ruang, dan usaha. Sehingga gerak tersebut menjadi gerak faham dan
gerak sadar yang berpengaruh terhadap ketrampilan geraknya
terutama pada koordinasi antara mata dan tangan (Widi, 2014). 2.4.3 Prinsip dan Manfaat Gerakan SKJ 2008 Senam kesegaran jasmani merupakan salah satu jenis senam kesegaran yang aktivitasnya tidak hanya menggunakan fisik semata tetapi menuntut
37
koordinasi gerak tubuh. Unsur - unsur gerakan kesegaran jasmani adalah kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi, ketepatan, dan keseimbangan. Dari unsur gerakan tersebut salah satunya berupa koordinasi gerak yang merupakan kemampuan mencakup dua atau lebih kemampuan perseptual pola-pola gerak. Dengan senam kesegaran jasmani diharapakan nantinya anak dapat meningkatkan koordinasi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena dengan memiliki koordinasi yang baik motorik anak akan terkontrol dengan baik dan gerakan – gerakan yang dihasilkan akan selaras (Marzuki, 2012). Pelaksanaan gerakan SKJ 2008 terdiri dari tiga tahap yaitu gerakan pemanasan, gerakan inti, dan gerakan pendinginan. Adapun tata cara pelaksanaannya, diantaranya : 1. Pemanasan : diisi dengan gerakan yang melatih peregangan dan pelemasan seluruh persendian dalam rangka mempersiapkan tubuh untuk mengikuti gerakan selanjutnya. 2. Inti : terdiri dari gerakan senam yang sebenarnya dan memiliki dinamika gerakan yang lebih tinggi dari gerakan pemanasan. 3. Pendinginan : gerakan yang bertujuan untuk auto- massage (memijat terhadap diri sendiri) dengan mengaktifkan mekanisme pompa vena agar kondisi homeostatis dalam tubuh secepatnya kembali (Kamajaya, 2013).
38
Manfaat dari unsur gerakan kesegaran jasmani yang berupa kekuatan, daya tahan,
kecepatan,
kelincahan,
kelentukan,
koordinasi,
ketepatan,
dan
keseimbangan adalah : 1. Kekuatan Kemampuan tubuh dalam menggunakan daya otot. Serabut otot yang ada didalam otot akan memberikan respon atau tanggapan apabila dikenakan beban atau tahanan dalam latihan. Tanggapan atau respon ini membuat otot lebih efisien dan mampu memberikan respon lebih baik kepada sistem saraf pusat. 2. Daya tahan Kemampuan atau kapasitas kelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang- ulang terhadap suatu beban dalam jangka waktu tertentu, maka kelelahan otot bisa terhindar. 3. Kecepatan Kecepatan adalah kemampuan untuk berjalan atau bergerak dengan sangat cepat, seperti semua kemampuan biomotor kecepatan dapat dirinci menjadi dua tipe kecepatan maksimal dan kecepatan terkontrol. 4. Kelincahan Kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat pada arah tubuh atau bagian tubuh tanpa ada gangguan keseimbangan. 5. Kelentukan Kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui jangkuan gerak sendi yang luas.
39
6. Koordinasi Kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan. 7. Ketepatan Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. 8. Keseimbangan Kemampuan mempertahankan sikap tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan (Samsi, 2011). 2.5 Pemeriksaan Koordinasi Antara Mata dan Tangan Tes koordinasi antara mata dan tangan adalah suatu bentuk tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan mata dan tangan dan kaki dalam serangkaian gerakan yang utuh, menyeluruh, dan terus menerus secara cepat dan tepat dalam irama gerak yang terkontrol (Sridadi, 2009). Pemeriksaan koordinasi antara mata dan tangan banyak berbagai jenisnya, salah satunya adalah
lempar tangkap bola tenis yang diperkenalkan oleh
krikendal tahun 1987. Test koordinasi antara mata dan tangan memiliki validitas tes sebesar 0,84 dan reliabilitas tes sebesar 0,62 (Sridadi, 2009). Tes koordinasi antara mata dan tangan yang menggunakan lempar tangkap bola yang telah dimodifikasi pernah dilakukan dalam penelitian pada pada anak usia 7-12 tahun guna mengidentifikasi bakat kemampuan anak pada tenis meja dengan mengukur koordinasi antara mata dan tangan dengan nilai p < 0,05 (Faber et al., 2014).