BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Batasan Konsep 1. Interaksi Sosial Manusia sebagai individu hidup dalam sebuah lingkungan sosial, dimana diantara individu saling berkomunikasi dengan sesamanya baik itu secara personal (dengan individu lain) maupun secara kelompok. Komunikasi yang terjalin semata-mata tidak hanya satu arah, tetapi juga saling memberikan respon terhadap satu sama lain. Sehingga dari peristiwa semacam itu muncullah interaksi diantara kedua pihak. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu: a. Adanya kontak sosial Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila adanya hubungan fisik, sebagai gejala sosial. Hal ini bukan sematamata hubungan badaniah, karena hubungan sosial terjadi tidak saja secara menyentuh seseorang, namun orang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa harus menyentuhnya. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok.
8
b. Adanya komunikasi Komunikasi diartikan sebagai seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut (Soekanto, 2007:62). Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa: a. Kerja sama (cooperation) Beberapa
sosiolog
menganggap
bahwa
kerjasama
merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok, dan sosiolog lain menganggap bahwa kerja sama merupakan proses utama dalam kelompok. Kerjasama diartikan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Proses terjadinya kerjasama lahir apabila diantara individu atau kelompok ingin mencapai tujuan yang sama. Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lainnya (out-group). Kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau
9
institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seseorang atau segolongan orang. Kerjasama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas, karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. (Soekanto, 2007:65). Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu: 1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolongmenolong. 2) Bargaining, pertukaran
yaitu
pelaksanaan
barang-barang
dan
perjanjian jasa-jasa
mengenai antara
dua
organisasi atau lebih. 3) Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilisasi organisasi yang bersangkutan. 4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara
10
satu dengan lainnya. Akan tetapi karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif. 5) Joint-venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyekproyek tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan, dll. b. Persaingan (competition) Persaingan adalah proses
sosial
dimana kelompok-
kelompok berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan pada bidang-bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, namun tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan (Soekanto, 2007:83). Hasil suatu persaingan terkait erat dengan berbagai faktor, antara lain: 1) Kepribadian seseorang Selama persaingan dilakukan secara jujur, maka akan dapat
mengembangkan
seseorang.
Persaingan
rasa
sosial
menyangkut
dalam
diri
kontak
dan
pengertian atau komunikasi karena seseorang tentu ingin mengetahui sifat-sifat, cara-cara kerja, perilaku lawannya. Apabila sifat-sifatnya berkenaan dengan dirinya,
seseorang
11
akan
menghargai
lawannya,
walaupun tujuannya berbeda. Oleh karena itu, persaingan dapat memperluas pandangan pengertian serta pengetahuannya dan juga perasaan simpati seseorang. 2) Kemajuan Persaingan akan mendorong sesorang untuk bekerja keras supaya dapat memberikan sahamnya bagi pembangunan masyarakat. 3) Solidaritas kelompok Selama persaingan dilakukan secara jujur, solidaritas kelompok tidak akan goyah, dan akan menyebabkan para individu akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan
sosialnya
hingga
tercapai
keserasian (Soekanto, 2007:86). c. Pertentangan atau pertikaian (conflict) Pertentangan atau pertikaian merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Sebab dari pertentangan adalah
perbedaan
antara
individu-individu,
perbedaan
kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial (Soekanto, 2007:91).
12
Sisi negatif dari pertentangan atau pertikaian adalah: 1) Apabila
pertentangan
antara
golongan-golongan
terjadi dalam satu kelompok tertentu, maka akan berakibat
pada
goyah
dan
retaknya
persatuan
kelompok tersebut. 2) Perubahan kepribadian pada individu, pertentangan yang berlangsung di dalam kelompok atau antar kelompok, selalu ada orang yang menaruh simpati kepada kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi yang tahan menghadapi situasi demikian, tetapi banyak pula yang merasa tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya (Soekanto, 2007:95). d. Akomodasi (accomodation) Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-peorangan atau kelompok kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu
13
cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya (Soekanto, 2007:68). Bentuk-bentuk akomodasi yaitu: 1) Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (langsung), maupun psikologis (tidak langsung). 2) Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihakpihak
yang
terlibat
saling
mengurangi
tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat melaksanakan compromise adalah bahwa salah satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula sebaliknya. 3) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup
mencapainya
sendiri.
Pertentangan
diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak bertentangan.
14
4) Mediation
hampir
menyerupai
arbitration.
Pada
mediation diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Tugas pihak ketiga tersebut adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah sebagai penasihat belaka, dia tidak berwenang untuk memberi keputusankeputusan penyelesaian perselisihan tersebut. 5) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi
tercapainya
suatu
persetujuan
bersama.
Conciliation bersifat lebih lunak daripada coercion dan membuka
kesempatan
bagi
pihak-pihak
yang
bersangkutan untuk mengadakan asimilasi. Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis baik yang dilakukan oleh penggemar olahraga futsal secara perorangan maupun kelompok sehingga terjadi hubungan timbal balik antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain diantara pelaku olahraga futsal dengan bentuk interaksi asosiatif maupun disosiatif.
15
2. Komunitas Kriteria utama bagi adanya suatu komunitas adalah adanya social relationship antara anggota suatu kelompok, faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya,
dibandingkan
dengan
individu
diluar
kelompok.
Disimpulkan bahwa komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu (Soerjono, 2007:133). Unsur-unsur perasaan komunitas (community sentiment) antara lain: a. Seperasaan Unsur seperasaan timbul akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang didalam kelompok tersebut kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai “kelompok kami”. Pada unsur seperasaan kepentingan-kepentingan individu diselaraskan dengan kepentingan-kepentingan kelompok sehingga dia merasakan
kelompoknya
sebagai
struktur
sosial
masyarakatnya. b. Sepenanggungan Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan peranannya.
16
c. Saling memerlukan Individu yang tergabung dalam komunitas merasakan dirinya tergantung dengan komunitasnya yang meliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan-kebutuhan psikologis. Berdasarkan pemaparan di atas, ukuran suatu komunitas dalam penelitian ini adalah hubungan pertemanan satu sekolah, hubungan pertemanan satu universitas, dan hubungan pekerjaan yang membentuk suatu kelompok futsal.
3. Olahraga Futsal Pengertian futsal menurut pendapat beberapa ahli dan berbagai disiplin ilmu adalah sebagai berikut: a. Menurut Kamus Pintar Futsal (2005: 22), futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepakbola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan. b. Menurut Roeslan Hatta (2003: 9), olahraga futsal merupakan olahraga futsal mini yang dilakukan dalam ruangan dengan panjang lapangan 38-42 meter dan lebar
17
15-25 meter. Dimainkan oleh 5 pemain termasuk penjaga gawang. Futsal adalah permainan hampir sama dengan sepakbola, dimana dua tim memainkan dan memperebutkan bola
diantara
para
pemain
dengan
tujuan
dapat
memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang dari kemasukan bola. c. Menurut Justin Lhaksana (2004: 19), Sebelum berkembang menjadi cabang olahraga yang kedudukannya sejajar dengan sepakbola rumput, futsal ditekuni sebagai sarana pengarahan dan pembentukan para pemain muda yang ingin berkarir dalam bidang sepakbola. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan pengertian futsal adalah cabang olahraga permainan beregu, yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari lima orang pemain. Permainan ini dimainkan dalam dua babak, setiap babak lamanya 20 menit dengan waktu istirahat 15 menit yang dipimpin oleh wasit dan dibantu oleh wasit kedua, setiap pelanggaran ada sangsinya. Oleh karena itu, pemain diharapkan memelihara sportifitas. Regu yang paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan adalah pemenangnya.
18
B. Penelitian Terdahulu Adapun kepustakaan dan penelitian terdahulu yang membahas terkait tema dan fokus penelitian ini, diantaranya adalah: Puput Dwi Prasetyo (2011) tentang “Interaksi Sosial Dalam Komunitas Suporter Sepak Bola Pasoepati Solo”. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana proses interaksi dan bentuk-bentuk interaksi sosial dalam komunitas Pasoepati yang dapat dianalisis melalui kontak dan komunikasi yang dihadirkan oleh anggota, Suku, Korwil dan DPP Pasoepati. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa interaksi sosial dalam komunitas suporter sepak bola Pasoepati terjalin secara intensif diantara elemen-elemennya. Kerjasama yang terjadi adalah kerjasama dalam hal kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Pasoepati seperti nonton di dalam stadion, tur ke luar Kota, rapat-rapat, kumpul-kumpul. Persaingan yang terjadi dalam komunitas Pasoepati hampir tidak ada. Konflik yang terjadi adalah konflik terbuka yang berupa pertentangan fisik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah memiliki persamaan membahas tentang bagaimana proses interaksi dan bentuk-bentuk interaksi sosial dalam komunitas. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek kajiannya. Pada penelitian ini membahas tentang interaksi sosial dalam komunitas suporter sepak bola Pasoepati,
19
sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti akan meneliti mengenai interaksi sosial dalam komunitas olahraga futsal. Soegiantoro (2009) tentang “Pola Interaksi Antar Penggemar di Radio Retjo Buntung dalam Program Campursari Langensari”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola interaksi para penggemar radio Retjo Buntung dalam program campursari langensari, mengetahui dampak positif yang diperoleh penggemar dalam mengikuti acara langensari di radio Retjo Buntung, mengetahui dampak negatif diperoleh penggemar dalam mengikuti acara langensari di radio Retjo Buntung. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pola interaksi antara penggemar radio Retjo Buntung terbagi menjadi dua yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun tahapan prosesnya terjadi dari pola interaksi tidak langsung seperti saling sapa melalui sms atau phone live merambah menjadi interaksi langsung seperti jumpa darat baik sesama penggemar ataupun dengan penyiar. Dampak positif dari adanya interaksi adalah menambah teman, wawasan seperti Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah, wawasan seputar musik campursari, dan sebagai sarana hiburan. Dampak negatif yang terjadi yaitu kekecewaan karena lagu yang direquest tidak diputar, sementara mereka sudah mengeluarkan dana itu, disamping itu kedekatan antara anggota kadang disalahgunakan untuk memperoleh materi.
20
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah memiliki persamaan membahas tentang interaksi sosial dan dampak yang ditimbulkan. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek kajiannya. Pada penelitian ini membahas pola interaksi antar penggemar di radio Retjo Buntung, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti akan meneliti mengenai interaksi dengan adanya perkembangan olahraga futsal. Penelitian terdahulu yang kedua, yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh saudara Farah Roqayah (2010) tentang “Merajut Kabarayan dalam Olahraga (Studi Tentang Identifikasi Komunitas Futsal di Kota Bandung)”. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan identifikasi terbentuknya komunitas masyarakat kota, dengan fokus pada komunitas olahraga, yaitu komunitas futsal. Maraknya keberadaan tempat futsal sejalan dengan munculnya klub-klub futsal yang kemudian berkembang menjadi komunitas futsal di Kota Bandung. Konsep komunitas pada penelitian ini menekankan pada perasaan sebagai bagian dari komunitas, dan terlepas dari kesatuan atau kedekatan geografis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, FGD, studi literatur, dan metode triangulasi. Temuan penelitian adalah bahwa komunitas futsal terbentuk dari keinginan individu, kelompok serta perusahaan. Komunitas futsal di Kota Bandung dapat diidentifikasi berdasarkan tempat futsal dan kategori sosial (usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) serta
21
karakteristiknya yang bersifat fun dan prestasi. Kedua karakteristik komunitas ini memiliki kesamaan pada bentuk ikatan bersamanya. Namun ada sedikit perbedaan dalam kriteria keanggotaan dan interaksi. Dalam mengidentifikasi komunitas olahraga futsal menggunakan pemahaman building community yang mencakup komunikasi (interaksi), hubungan sosial, sosialisasi nilai dan norma serta kohesi sosial. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah memiliki persamaan membahas tentang olahraga futsal, sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini membahas tentang terbentuknya komunitas olahraga futsal yang ada di kota Bandung, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti membahas mengenai interaksi sosial yang ditimbulkan dengan adanya olahraga futsal. Penelitian ini juga diperkuat oleh jurnal internasional yang membahas tentang interaksi sosial, yaitu jurnal dari Muhamad Noor Sarina dalam Asian Social Science Volume 5 No.7 (2009) yang berjudul “The Social Interaction Learning Styles of Science and Social Science Students”. Meneliti tentang Siswa yang memiliki berbagai gaya dalam proses belajar. Salah satu model gaya belajar adalah aspek sosial tentang bagaimana siswa berinteraksi dengan instruktur dan rekan-rekan mereka. Penelitian ini menggunakan interaksi sosial teori gaya belajar dengan Grasha dan Riechmann. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gaya belajar interaksi sosial dalam hubungannya dengan siswa usia, jenis kelamin, asal dan prestasi akademik. Studi ini juga
22
terlihat pada perbedaan gaya belajar antara program yang berbeda (ilmu pengetahuan dan ilmu sosial) yang diambil oleh siswa. Beberapa temuan yang mendukung penelitian sebelumnya, sementara yang lain tidak konsisten. Pada dasarnya, gaya belajar interaksi sosial diadopsi oleh siswa yang berbeda dalam program yang berbeda berbeda dalam gaya belajar mandiri mereka. Dengan hasil ini, instruktur dapat merancang pedagogi pembelajaran yang lebih baik berdasarkan gaya belajar siswa. Ada juga jurnal internasional yang ditulis oleh Paolo Parigi dalam PLOS One Volume 8 Issue 7 (2013) yang berjudul “A Community of Strangers: The Dis-Embedding of Social Ties”. Yang dalam tulisannya mengeksplorasi dua perspektif kontras pada partisipasi individu dalam komunitas. Di satu sisi, beberapa telah dianggap partisipasi sampingan dari hubungan persahabatan yang sudah ada, dan di sisi lain beberapa telah dianggap partisipasi harus didorong oleh kemampuan komunitas untuk membentuk identitas baru. Menggunakan data sementara rinci dari sebuah asosiasi online untuk mengadili antara dua mekanisme ini dan mengeksplorasi interaksi mereka. Dalam temuannya menunjukkan dampak yang signifikan dari hubungan pertemanan baru pada partisipasi, dibandingkan dengan dampak diabaikan teman yang sudah ada, didefinisikan di sini sebagai ikatan dengan anggota lain dibentuk di luar konteks komunitas.
23
C. Landasan teori Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan bersama dalam masyarakat. Dalam masyarakat terdapat individu, keluarga, kelompok, organisasi, aturan-aturan dan lembaga-lembaga, yang kesemuanya itu merupakan suatu kebulatan yang utuh. Dalam hal ini sosiologi ingin mengetahui kehidupan bersama dalam masyarakat, baik yang menyangkut latar belakang masalah, permasalahan dan sebab-sebabnya. Untuk mengetahui kehidupan bersama tersebut diperlukan suatu teori. Permasalahan dalam penelitian ini akan dikaji dengan pendekatan sosiologi. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. Sedangkan, menurut WF. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi. Menurut Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari: a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral dan lain sebagainya). b. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya). Salah satu cara untuk mengelompokan teori-teori sosiologi adalah yang dianjurkan George Ritzer dalam bukunya “Sosiologi: Ilmu Berparadigma
24
Ganda”. Pengelompokan yang dilakukan oleh George Ritzer itu didasarkan pada paradigma-paradigma yang ada dalam sosiologi. Paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Menurut Ritzer, didalam sosiologi ada tiga paradigma utama, yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial. Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalanpersoalan apa yang mesti dijawab, bagaimana seharusnya menjawab serta aturan-aturan apa saja yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut (Ritzer, 2002:6-7). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pola interaksi sosial dalam komunitas futsal. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori struktural fungsional dari Talcott Parson, yang pada dasarnya mempelajari masyarakat dengan memperhatikan struktur dan fungsinya (Ritzer 2008:118). Dalam teori struktural fungsional Parsons ini, terdapat empat fungsi untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan hal yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Secara sederhana, fungsionalisme struktural adalah sebuah teori yang pemahaman tentang masyarakatnya didasarkan pada model sistem organik. Fungsionalisme berarti melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lainnya, satu bagian yang tidak terpisah dari keseluruhan.
25
Dengan demikian, dalam perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Imperatif-imperatif tersebut adalah adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi atau yang biasa disingkat dengan AGIL (Adaptation, Goalattainment, Integration, Latency). Menurut Parson, agar tetap bertahan hidup maka sistem harus menjalankan keempat fungsi tersebut. Dengan penjelasan sebagai berikut: a. Adaptation (adaptasi) Sebuah sistem yang harus menanggulangi situasi eksternal yang
gawat.
Sistem
harus
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungan dan kebutuhan. Dimana sumber alam diubah menjadi fasilitas yang dapat digunakan dan bermanfaat untuk berbagai tujuan individu. b. Goal (pencapaian tujuan) Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya. c. Integration (intergrasi) Merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia,
maupun
antara
orang
perorangan dengan kelompok manusia, dimana mereka bekerjasama untuk menghindari konflik dan merupakan
26
persyaratan fungsional yang mengatur hubungan-hubungan antarkomponen dalam masyarakat. Dalam integrasi ini dapat tumbuh ikatan yang bersifat emosional dan solidaritas. d. Latent pattern-maintenance (pemeliharaan pola) Fungsi yang dimiliki suatu sistem untuk memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, pada tingkat individu maupun pola-pola kultural. Jadi, dari penjelasan keempat fungsi sistem yang dikemukakan oleh Parson tersebut, akan mengarahkan interaksi dalam komunitas futsal sebagai sebuah alat untuk menganalisa tindakan-tindakan yang melatar belakangi bagaimana interaksi sosial antar anggota komunitas yang mengarah pada kerjasama dimana dalam interaksi antar elemen dalam komunitas futsal tersebut akan menjalin kontak dan komunikasi. Dalam The Structure of Social Action, Parsons menunjukkan sentral konsep perilaku yang mengandung pengertian kemampuan individu menentukan cara dan alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan. Dalam hal ini yang memiliki tujuan disebut sebagai aktor. Tidak ada individu yang bertindak tanpa memiliki tujuan tertentu. Tujuan merupakan keseluruhan keadaan konkret dimasa depan yang diharapkan. Sejauh relevan dengan kerangka acuan tindakan bisa dikatakan bahwa aktor terlibat dalam pengejaran, realisasi, atau pencapaian tujuan itu. Karenanya, ia merupakan proses dalam waktu. Oleh karena itu demi memfasilitasi ini Parson memerlukan seperangkat alat, alat bisa dipilih secara acak, juga bisa
27
bergantung pada kondisi tindakan. Alat tersebut bisa muncul satu persatu, bisa juga muncul secara berbarengan (Rachmad Susilo, 2008:118). Secara analitis, yang dimaksud sarana mengacu kepada semua unsur dan aspek-aspek benda itu yang bisa sejauh mungkin dikendalikan oleh aktor dalam mengejar tindakannya. Hanya saja yang perlu diingat bahwa aktor bukanlah pelaku aktif murni. Sebab, ada norma, nilai, dan ide-ide serta kondisi-kondisi
situasional
yang
mampu
mempengaruhi
baik
aktor,
seperangkat alat, maupun tujuan. Teori Tindakan yang dikemukakan oleh Parson tidak sepenuhnya mengikuti Weber. Bahkan, tujuan teori tindakan ini adalah merevisi kelemahan dalam tindakan sosial Weber yang kurang memerhatikan pengaruh-pengaruh dari lingkungan eksternal sekitar terhadap aktor. Kerangka referensi menurut Parsons tindakan mengandung pengertian bahwa suatu tindakan secara logis menyangkut hal-hal sebagai berikut: a. Tindakan mengisyaratkan pelaku atau yang biasa kita sebut dengan aktor. Aktor merupakan pemburu tujuan, ia punya alat, cara dan teknik. b. Guna keperluan, definisi tindakan harus ada tujuannya (Suatu keadaan masa depan yang akan dikejar tindakan itu). c. Tindakan harus dimulai dalam situasi yang kecenderungankecenderungannya berbeda dalam satu atau lebih keadaan yang akan dikejar aktor. Sedangkan situasi itu ada yang bisa dikendalikan dan ada pula yang tidak bisa dikendalikan atau dijaga supaya tidak berubah.
28
d. Situasi
yang bisa
dikendalikan
disebut
kondisi-kondisi
tindakan, sedangkan situasi yang tidak bisa dikendalikan disebut sarana. e. Dalam pilihan atas beragam alternatif, terdapat orientasi normatif. (Rachmad Susilo, 2008:120) Jadi
kesimpulannya,
bahwa
tindakan
manusia
muncul
dari
kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian dengan interaksi antar individu didalam lingkungan yang sama akan menghasilkan kesamaan makna yang akan digunakan untuk acuan-acuan dalam berkomunikasi dan menjadikan komunikasi lebih mudah untuk dijalankan.
D. Kerangka Berpikir Kerangka berfikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian karena telah mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji interaksi sosial yang terjalin antar penggemar olahraga futsal di kota Surakarta. Para penggemar olahraga futsal melakukan hubunganhubungan sosial yang dinamis baik yang dilakukan oleh penggemar olahraga futsal secara perorangan maupun kelompok sehingga terjadi hubungan timbal balik antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain. Dalam hubungan-hubungan sosial yang dilakukan oleh penggemar olahraga futsal tersebut akan menimbulkan interaksi sosial. Syarat terjadinya
29
interaksi sosial antar penggemar olahraga futsal adalah adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Kontak sosial yang dimaksud adalah para penggemar olahraga futsal saling bertemu di lapangan futsal. Sedangkan komunikasi sosial terjadi setelah mereka bertemu, para penggemar olahraga futsal saling memberikan informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik atau sikap, perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dialami. Interaksi sosial yang terjalin akan menimbulkan dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Empat persyaratan fungsional fundamental yang digambarkan dalam skema AGIL menurut Parson merupakan kerangka yang digunakan untuk menganalisa setiap sistem tindakan apa saja. Dimulai dengan munculnya ketegangan atau konflik antar individu atau komunitas dengan komunitas, ketegangan ini merangsang penyesuaian (adaptation) dari suatu tujuan tertentu (goal). Pencapaian tujuan tersebut memberikan kepuasan yang dengan demikian mengatasi ketegangan atau menguranginya. Kemudian dalam suatu sistem sosial minimal harus ada suatu tingkat solidaritas diantara anggota komunitas futsal sehingga sistem tersebut dapat bergerak sebagai satu satuan menuju tercapainya sebuah tujuan. Jadi tahap pencapaian tujuan secara khas diikuti oleh suatu tekanan pada integrasi (integration) dimana solidaritas keseluruhan diperkuat, terlepas dari usaha apa saja yang dilakukan dalam tercapainya suatu tujuan dari komunitas futsal. Dan tahap ini akan diikuti oleh tahap mempertahankan pola tanpa interaksi atau bersifat laten (latency).
30
Pencapaian tujuan dihubungkan dengan sistem kepribadian dalam arti bahwa tujuan komunitas-komunitas futsal mencerminkan titik temu dari tujuan-tujuan individu dan memberikan mereka arah sesuai dengan orientasi nilai bersama. Hubungan antara pencapaian tujuan dengan sistem kepribadian ini mencerminkan perspektif Parson bahwa tindakan selalu diarahkan pada tujuannya. Untuk mempermudah pemahaman maka dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Komunitas Olahraga Futsal
Kontak Sosial
Komunikasi
Interaksi Sosial Pola interaksi Asosiatif dan disosiatif
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Dampak Positif
Dampak Negatif
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
31
E. Definisi Konseptual 1. Interaksi Sosial Interaksi sosial berawal dari tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang dipengaruhi atau untuk mempengaruhi orang lain. Jadi sebuah interaksi akan terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga menimbulkan reaksi bagi individu-individu lain. Interaksi sosial tidak hanya berupa tindakan yang berupa kerja sama, tetapi juga bisa berupa persaingan dan pertikaian. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, bersifat timbal balik antar individu, antar kelompok, dan antara individu dengan kelompok. 2. Komunitas Komunitas merupakan suatu kelompok yang menunjukkan adanya kesamaan kriteria sosial sebagai ciri khas keanggotaan seperti kesamaan tempat atau daerah, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan lain sebagainya. Komunitas mempunyai pengertian suatu kumpulan orang-orang dalam jumlah yang banyak dan membentuk kelompok-kelompok sosial yang bekerja sama untuk mencapai kepentingan atau tujuan bersama, menempati suatu wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama dan karenanya menghasilkan suatu kebudayaan (adat istiadat, norma dan nilai) yang dijadikan dasar bersama, sehingga membentuk suatu sistem sosial yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
32
3. Olahraga Futsal Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masingmasing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan saling mengoper bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepakbola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, dan pemain diharapkan memelihara sportifitas. Regu yang paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan adalah pemenangnya.
33