BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi makanan ringan atau sering disebut camilan sudah menjadi suatu kebiasaan. Makanan ringan biasanya dikonsumsi untuk menunda rasa lapar. Saat ini, bahkan makanan ringan sudah semakin berkembang bukan hanya sebagai penunda rasa lapar, akan tetapi juga sudah memperluas kebutuhan sebagai makanan pelengkap yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga harus sehat dan variatif. Seiring dengan banyaknya makanan ringan yang bermunculan, pertumbuhan penjualan makanan ringan akan menguntungkan sejumlah produsen unuk memunculkan produk makanan ringan terbaru. Terdapat beberapa jenis makanan ringan, salah satunya adalah wafer stick. Wafer stick adalah salah satu produk makanan ringan yang dibuat dari adonan cair yang dituang dalam cetakan panas dan dipanggang dalam jangka waktu tertentu, berbentuk silinder dengan pasta didalamnya, memiliki kadar air yang rendah, serta bersifat renyah. Wafer stick merupakan produk pangan yang merupakan perkembangan dari produk wafer. Wafer stick termasuk salah satu produk yang memiliki bentuk dan karakteristik yang khas, serta umur simpan yang relatif panjang yaitu 1 tahun. Karakteristik fisik wafer stick yang disukai konsumen adalah bersifat renyah namun tidak mudah hancur (Indra, 2011) dengan kadar air 1,7% (standar perusahaan).
1
2
Sebuah perusahaan makanan atau minuman dituntut untuk menghasilkan produk yang berkualitas sehingga perlu adanya pengendalian mutu produk pangan. Pengontrolan terhadap mutu produk menjadi faktor yang sangat penting karena dengan mutu yang baik akan menumbuhkan kepercayaan konsumen. Kepercayaan konsumen merupakan aset berharga bagi produsen untuk kemajuan usahanya. Konsumen tentunya berharap bahwa produk yang dibeli dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya sehingga produk tersebut harus memiliki kondisi yang baik serta terjamin. Mutu produk yang baik dihasilkan dari pengendalian mutu yang baik pula. Untuk itulah pengendalian mutu dibutuhkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang berlaku. PT Dua Kelinci merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia makanan terkemuka di Indonesia, khususnya makanan ringan. Fokus utama perusahaan adalah selalu memberikan produk makanan ringan yang terbaik, sehat, dan aman dikonsumsi. Hal tersebut berkaitan dengan standar dan kualitas mutu dari produk itu sendiri. Dalam melaksanakan
kegiatan
produksi
wafer
stick/roll,
perusahaan
telah
menerapkan pengendalian mutu mulai dari penyediaan bahan baku, pencampuran bahan baku, pengadukan adonan wafer, pemanggangan, dan pengemasan. Pada proses produksi, tidak jarang terjadi penyimpangan atau kecacatan yang dialami produk sehingga hasilnya tidak memenuhi spesifikasi standar yang telah ditentukan.
3
Walaupun proses produksi telah dilakukan dengan baik, namun pada kenyataannya masih ditemukan terjadinya kesalahan-kesalahan dimana kualitas produk yang dihasilkan tidak seusai dengan standar atau dengan kata lain produk yang dihasilkan mengalami kerusakan atau cacat pada produk. Oleh karena itu, digunakan alat bantu pengendalian mutu untuk menganalisis tingkat kecacatan yang terjadi pada proses produksi wafer. Alat bantu yang digunakan meliputi Diagram Pareto untuk mengetahui jenis cacat wafer roll yang tertinggi, peta kendali digunakan untuk mengetahui apakah tingkat kecacatan produk masih berada dalam batas kendali yang ditetapkan oleh perusahaan, serta menemukan faktor penyebab kecacatan wafer roll yang tertinggi menggunakan Diagram Ishikawa.
1.2 Perumusan Masalah 1. Apa saja jenis kecacatan atau penyimpangan yang terjadi pada produk wafer roll? 2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kecacatan atau penyimpangan pada produk wafer roll? 3. Bagaimana cara untuk mengatasi kecacatan atau penyimpangan pada produk wafer roll?
1.3 Batasan Masalah Batasan masalah bertujuan agar pembahasan lebih terarah. Adapun batasan masalah yaitu sebagai berikut :
4
1. Penyimpangan atau jenis cacat yang diamati adalah produk wafer roll pada proses baking roll, sebelum proses pengemasan. 2. Kriteria atau jenis cacat disesuaikan dengan klasifikasi jenis cacat menurut perusahaan. 3. Analisis tingkat kecacatan wafer didasarkan pada spesifikasi dari PT Dua Kelinci. 4. Pengumpulan data dilaksanakan selama 15 hari produksi pada rentang periode 1 Agustus sampai dengan 19 Agustus 2015.
1.4 Tujuan 1. Mengetahui jenis cacat yang paling tinggi pada produk wafer roll. 2. Mengetahui apakah tingkat kecacatan produk masih berada dalam batas kendali yang ditetapkan perusahaan. 3. Menganalisis faktor penyebab terjadinya kecacatan atau penyimpangan pada produk wafer roll. 4. Membuat alternatif perbaikan untuk mengurangi terjadinya kecacatan pada produk wafer roll.
1.5 Manfaat 1.
Bagi Mahasiswa a. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dari perguruan tinggi dan memperluas ilmu berdasarkan pada dunia kerja.
5
b. Sebagai pengalaman kerja secara langsung yang kemudian dapat dibandingkan antara teori dan praktek atau aplikasinya di lingkungan kerja. c. Sebagai
sarana
untuk
meningkatkan
kemampuan
dalam
berkomunikasi, melakukan pengamatan, dan mengolah data. d. Sebagai sarana untuk dapat memahami dan mempelajari secara langsung pelaksanaan proses produksi wafer yang diterapkan oleh perusahaan. 2.
Bagi Perusahaan a. Membantu perusahaan dalam mengidentifikasi kriteria atau jenis kecacatan yang tertinggi pada produk wafer serta menganalisis penyebab terjadinya penyimpangan sehingga menemukan solusi agar penyimpangan tersebut dapat dikurangi. b. Membantu menjaga dan meningkatkan kualitas produk agar tidak kehilangan konsumen akibat terjadinya produk yang mengalami penyimpangan. c. Mahasiswa dapat mengenalkan lebih dalam kepada perusahaan tentang Program Studi Agroindustri, Fakultas Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada.