BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga untuk negara manapun. Setiap negara dapat berkembang cepat ketika penduduknya sehat dan menjalani kehidupan yang produktif. Kesehatan mulut sekarang diakui sama pentingnya dengan kesehatan sistemik. Osler menyatakan bahwa pentingnya rongga mulut sebagai cermin dari kesehatan sistemik.1 Rongga mulut merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan makanan untuk kebutuhan pertumbuhan individu yang sempurna, serta kesehatan yang optimal.2 Kesehatan rongga mulut yang buruk akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang pada berbagai aspek kehidupan, baik secara fisik maupun psikologis, seperti fungsi rongga mulut, penampilan, dan hubungan interpersonal.3 Kesehatan mulut yang optimal penting karena memberikan kontribusi dalam menjaga kesehatan individu baik dari faktor fisik, emosional, maupun sosial. Namun, banyak individu yang menganggap bahwa kesehatan rongga mulut kurang penting dibandingkan masalah kesehatan tubuh lainnya yang sangat diperhatikan.4 Penyakit jaringan lunak mulut dapat menimbulkan keluhan atau tanpa keluhan, tampilannya dapat merupakan kelainan warna, kelainan yang bersifat jinak atau keganasan. Bila penyakit jaringan lunak mulut tidak memberikan gejala rasa sakit, umumnya penderita tidak akan datang berobat, padahal kemungkinan besar
Universitas Sumatera Utara
penyakit yang tidak memberikan keluhan itu merupakan awal dari suatu keganasan, atau tanda awal dari penyakit sistemik yang berbahaya.2 Salah satu contoh masalah kesehatan mulut yang dapat terjadi tanpa kebersihan dan perawatan mulut yang tepat adalah halitosis. Meskipun masalah kesehatan mulut jarang fatal, kurangnya kesadaran, pendidikan, dan pelayanan tentang kesehatan mulut dapat menyebabkan keadaan yang lebih buruk dikemudian hari.5 Hasil penelitian Shulman (2005) diperoleh bahwa penyakit mulut yang paling sering terjadi adalah traumatic ulcer (1,89%), diikuti oleh recurrent aphthous stomatitis (1,64%).6 Perhatian individu terhadap kesehatan mulut tergantung pada sikap individu tersebut. Setiap individu menunjukkan sikap yang berbeda terhadap kesehatan rongga mulut, perawatan, serta terhadap dokter gigi. Sikap tidak dipelajari dari buku teks, tetapi diperoleh dari interaksi sosial, dan dipengaruhi oleh pengalaman, persepsi, serta keyakinan keluarga. Sikap sangat mempengaruhi perilaku individu terhadap kesehatan mulut.7 Perilaku kesehatan seperti yang didefinisikan oleh Steptoe dkk (1994) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempromosikan atau menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku individu terhadap kesehatan adalah pengetahuan, keyakinan, sikap, keuangan, dan pengaruh anggota keluarga, teman, rekan kerja, serta petugas kesehatan. Individu yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan mulut akan lebih cenderung mengadopsi perilaku pemeliharaan kesehatan. Pengetahuan (Oxford Dictionary) adalah keahlian
Universitas Sumatera Utara
dan keterampilan yang diperoleh oleh seseorang melalui pengalaman atau pendidikan.7 Hamilton dkk (1991) menunjukkan bahwa ada hubungan antara peningkatan pengetahuan dengan kesehatan mulut yang lebih baik.8 Selain itu, dilaporkan bahwa jenis kelamin juga mempengaruhi pengetahuan individu tentang kesehatan mulut di kalangan siswa sekolah menengah di Tanzania. Selain itu, pengetahuan juga mempengaruhi perilaku individu untuk datang ke dokter gigi ketika mereka mengalami rasa sakit.9 Broadbent dkk (2006) mengungkapkan bahwa jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi (SES), pendidikan, latar belakang budaya, stres, dan kecemasan berperan dalam mempengaruhi perilaku individu terhadap masalah kesehatan mulut. Individu yang tidak merawat gigi mereka, sehingga memiliki kebersihan mulut yang buruk, lebih mungkin dijumpai dibandingkan individu dengan kebersihan mulut yang baik, sehingga terjadinya masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit mulut menular, infeksi seksual, penyakit gusi, dan kanker.5 Perilaku pencarian pengobatan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang saat mengalami gejala sakit, yang selanjutnya mengambil keputusan apakah akan mencari pengobatan profesional yaitu pengobatan yang berdasarkan ilmu kedokteran atau tidak. Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran atau sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya, perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.10 Sharda dkk (2010) melaporkan kurang dari 50% mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan mulut, lebih dari 50% mahasiswa
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan sikap yang baik terhadap perawatan mulut, dan kurang dari 50% mahasiswa menunjukkan perilaku kesehatan yang baik terhadap rongga mulut. Secara umum, mahasiswa perempuan menunjukkan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap kesehatan mulut yang lebih baik dibandingkan mahasiswa laki-laki. Dilaporkan 74,7% mahasiswa mengatakan bahwa pentingnya konsultasi ke dokter gigi secara rutin. Namun, hanya 57,3% mahasiswa yang pernah konsultasi ke dokter gigi sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka telah memiliki pengetahuan dan sikap tentang hal tersebut, tetapi semua pengetahuan itu tidak berubah ke dalam perilaku. Terdapat 69,7% mahasiswa mengunjungi dokter gigi untuk pemeriksaan rongga mulut secara rutin dan 30,3% karena mengunjungi dokter gigi karena nyeri atau bengkak. Persentase mahasiswa mengunjungi dokter gigi lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki, karena perempuan biasanya lebih peduli pada tubuh dan penampilan mereka.1 Berdasarkan hasil penelitian Sharda dkk (2010), dijelaskan bahwa masih kurangnya pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan terhadap kesehatan mulut, dimana menurut penelitian Broadbent dkk (2006) tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap penyakit mulut.9 Oleh karena itu, peneliti ingin melihat pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengetahuan mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut ? 2. Bagaimana sikap mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut ? 3. Bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut ?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut. 2. Untuk mengetahui sikap mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut. 3. Untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Non Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap penyakit mulut.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi Fakultas Kedokteran Gigi terutama Departemen Ilmu Penyakit Mulut mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa terhadap penyakit mulut, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam mengatasi masalah penyakit mulut di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan informasi bagi dokter gigi untuk melakukan edukasi pada pasien
yang
datang
mencari
pengobatan
ke
praktik,
sehingga
meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan mulut. 3. Hasil dari penelitian dapat digunakan Instansi Dinas Kesehatan Medan dalam melaksanakan program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut untuk menambah pengetahuan tentang risiko penyakit mulut.
Universitas Sumatera Utara