1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari kebutuhan berinteraksi dan berintegrasi dalam lingkungan masyarakat untuk kelangsungan hidupnya, pada dasarnya manusia hanya sebagai makhluk individu tetapi juga merupakan makhluk sosial, untuk berinteraksi dan berintegrasi di dalam lingkungan manusia menggunakan bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi anggota masyarakat yaitu individu-individu yang merasa berpikir dan berkeinginan. Anggota masyarakat akan saling mengerti apabila pikiran dan perasaan itu diwujudkan dalam bahasa meskipun ada kalanya masyarakat berkomunikasi menggunakan gerak anggota banda, isyarat, bendera, peluit, dan sebagainya. Chaer dan Leonie Agustina (2004 :17) mengatakan bahwa ”bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi atau untuk berinteraksi, dalam arti untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan”. Kata komunikasi mencakup makna mengerti dan berbicara, mendengar dan membalas tindakan. Semua tindakan dan peristiwa tutur ini berobjek dari peristiwa yang telah lampau, hari ini, dan esok lusa. Bahasa berfungsi sebagai perekat dalam menyatupadukan keluarga, masyarakat, dan bangsa dalam kegitan sosial. Pemakaian bahasa (language use) adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi di dalam situasi – situasi yang konkret. Ini berarti bahwa dengan pendekatan sosiolinguistik,
bahasa dipelajari
dalam konteks sosiokultural
serta situasi
pemakaiannya. 1 Kajian Tindak Tutur..., Lina Rostiana, FKIP, UMP, 2016
2
Pemakaian bahasa pada hakikatnya adalah proses interaksi verbal antara penutur dan pendengarnya sebab dalam proses seperti itu, baik penutur maupun pendengar selalu mempertimbangkan kepada siapa kita bicara, di mana, kapan, mengenai masalah apa dan dalam situasi bagaimana dan sebagainya. Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Manusia dapat juga menggunakan alat lain untuk berkomunikasi, tetapi bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik di antara alat-alat komunikasi yang lainya, dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung, maka dalam setiap proses komunikasi terjadilah apa yang disebut peristiwa tutur dan tindak tutur dalam satu situasi tutur. Berbicara mengenai komunikasi, di tempat-tempat pelayanan umum misalnya di kecamatan, kantor pos dan KUD sering terjadi komunikasi, suatu komunikasi terdapat seorang penutur dan mitra tutur, hal tersebut dapat diasumsikan bahwa penutur mengartikulasikan tuturan dengan maksud untuk menginformasikan sesuatu kepada mitra tuturnya, dalam memahami suatu maksud yang ingin dikomunikasikan oleh seseorang, kita dapat menggunakan suatu kajian tindak tutur. Dikatakan demikian karena tindak tutur dapat dijadikan acuan untuk memahami maksud yang terkandung dalam tuturan yang diucapakan oleh penutur kepada mitra tuturnya. Ketika peneliti sedang berada di kantor pos pada hari Senin 19 Oktober 2015 pukul 10.00 untuk mengirimkan surat, peneliti mendengar pembicaraan antara petugas dengan masyarakat, sebagai berikut: masyarakat : ” Punten pak aya materei teu?” (“Permisi Pak ada materei tidak?.”) Petugas : “Aya yeh Ibu mangga, kapalih die!” (“Ada ini Ibu silahkan ke sebelah sini!”) masyarakat : “Aalahmdulilah aya mah, tadi abi milarian kaditu kadie di warung teu aya, emut we ka die. Ehh aya”.
Kajian Tindak Tutur..., Lina Rostiana, FKIP, UMP, 2016
3
(“Alhamadulilah ada, tadi saya mencari ke sana kemari di warung tidak ada, baru ingat ke sini. ternyata ada.”) Dari tuturan antara masyarakat dengan petugas kantor pos peneliti melihat ada tuturan bentuk lokusi pertanyaan (introgatif) yaitu pada tuturan ”Ada Materai teu”. Tuturan yang diungkapkan oleh salah anggota masyrakata kepada petugas di kantor pos berisi pertanyaan apakah materai ada di kantor pos atau tidak. Selanjutnya pada tuturan “Aya yeuh ibu mangga”. Peneliti juga melihat tampak adanya lokusi pernyataan (deklaratif). Kalimat tersebut diungkapkan oleh petugas kantor pos kepada masyarakat selain merupakan kalimat pernyataan, pada tuturan yang diucapkan oleh petugas kantor pos peneliti juga menemukan adanya bentuk lokusi perintah, yakni pada tuturan, “….. kapalih dieu”. Petugas memerintah masyarakat yang membeli materai tersebut untuk menghampirinya. Selain merupakan lokusi perintah tuturan tersebut juga merupakan ilokusi direktif karena petugas mempunyai maksud agar lawan tuturnya agar berjalan ke arah dia berdiri. Pada kesempatan yang berbeda pula ketika peneliti mengunjungi kantor kecamatan pada hari Kamis 23 Oktober 2015 untuk mengantarkan persyaratan pembuatan Kartu Keluarga, peneliti mendengar percakapan seperti di bawah ini: Petugas 2 Warga 1 Petugas 1 Warga 1 Petugas 1 Petugas 2 Warga 1
: “Mangga ibu peryogi naon?” (“Silahkan ibu ada keperluan apa?.”) : “Asalamualaikum.” : “Waalikum salam, aya peryogi naon?” (“Waalikum salam, ada keperluan apa?.”) : “Ieu bade ngadamel KTP Pak.” (“Ini mau butat KTP Pak.” ) : “Ayeuna keur kabeneran sinyalna kuer teu hade pan” ( “Kebetulan sinyalnya lagi tidak bener.”) : “Isukan be nya ti mana?” ( “Besok saja ya, dari mana?.”) : “Ai KTP biasa kumaha pak ?” ( “Kalau KTP biasa bagai mana Pak?.”)
Kajian Tindak Tutur..., Lina Rostiana, FKIP, UMP, 2016
4
Petugas 1
: “KTP biasmah keretas ieu hungkul tos teu aya , tos dicabut tidituna. Eta KK na kitu hungkul, paling iraha-iraha datang dei kadie , tetep harus melaksanakan perekaman. karena kalau misalnya ini di kasih ,itu pun sebenarnya engga boleh nya cuma karena di situ mau pergi dan lain sebagainya dikasih seperti ini, di akir kemudian datang kesini harus wajib melaksanakan perekamman. Sok ath ai butuhna kitu hungkul mah. (“KTP biasa hanya kertas ini saja, sudah dicabut dari sananya, karena sebenarnya kalau di beri ini juga sebenarnta tidak boleh. Berhubung anda mau pergi dan lain sebagainya saya beri ini, di akhir kemudian harus datang lagu kesini untuk melakukan perekaman. Silahkan kalau butuhnya seperti itu saja.”)
Pada tuturan di atas, yakni antara petugas kecamatan dan warga 1 yang akan membuat Kartu Keluarga, peneliti melihat adanya suatu bentuk lokusi pertanyaan (introgatif) yakni pada tuturan” Mangga ibu peryogi naon?. Tuturan tersebut diungkapkan oleh seorang petugas kepada ibu-ibu yang akan membuat kartu keluarga. Selanjutnya, pada tuturan ”Isukan be nya , ti mana ?”. Tampak adanya ilokusi direktif yang diucapkan oleh petugas kepada anggota masyarakat yang membuat kartu keluarga, petugas menyuruh agar besok datang kembali. Pada kalimat “……. ti mana” tampak adanya lokusi pertanyaan (introgatif), petugas tersebut menanyakan asal atau tempat tinggal orang yang akan membuat kartu keluarga. Selanjutnya terdapat bentuk tindak tutur perlokusi bring lo learn that (membuat tahu bahwa) pada kalimat “KTP biasmah keretas ieu hungkul tos teu aya , tos dicabut tidituna. Eta KK na kitu hungkul, paling iraha-iraha datang dei kadie , tetep harus melaksanakan perekaman. karena kalau misalnya ini di kasih ,itu pun sebenarnya engga boleh nya cuma karena di situ mau pergi dan lain sebagainya dikasih seperti ini, di akir kemudian datang kesini harus wajib melaksanakan perekamman. Sok atuh ai butuhna kitu hungkul mah “. Pada
Kajian Tindak Tutur..., Lina Rostiana, FKIP, UMP, 2016
5
kalimat tersebut petugas menjelaskan bahwa KTP yang biasa sudah tidak ada dan yang ada saat ini adalah E-KTP. Pada kesempatan yang berbeda yaitu Sabtu 24 Oktober 2015 ketika peneliti mengunjungi KUD peneliti mendengar percakapan yang terjadi antara petugas dengan seseorang sebagai berikut: : ”Asalammualaikum, teh punten aya bibinihan teu?” (“Aslammualaikum, teh permisi ada bibit engga ?”) Petugas KUD : ”Waalikumsalam, aya bi segalam macam binih ge aya bade meser binih naon ?” (“Waalaikumsalam, ada bi segala macam bibit ada, mau beli bibit apa ?.” masyarakat : ”Binih kacang jeung binih terong aya teu? Sakumahan sakantongna teh?” (“Biji kacang dan biji terong ada engga? Berapa satu kantongnya teh?”). Petugas : ” Aya bi kacang sareng terong mah, sakntongna 6 rebuan”. (“Ada bi kacang sama terong, sekantognya 6 ribu”) masyarakat : ”Yeh atuh ulah sakitu atuh teh” (“Jangan gitu harganya teh”) Petugas : ”Atuh ieu mah anu saena bi, ieu aya tah nu sapelastikan ngan ukur 3 rebu bade,? bedanage pan jauh bi.” (“Yang ini yang bagus ni, ini ada satu kantonyan yang 3 ribu mau ? bedanya juga jauh bi”) masyarakat
Pada percakapan tersebut peneliti melihat adanya bentuk lokusi pernyataan dan ilokusi direktif, pada tuturan ”Yeuh ulah sakitu teh”. Anggota masyarakat yang akan membeli biji kacang dan biji terong menyatakan permohonan agar petugas KUD menurunkan harga satu kantong pelastik kacang, dan terong. Pada tuturan selanjutnya, peneliti menemukan adanya bentuk lokusi pernyataan dan ilokusi refresentatif pada tuturan yang dituturkan oleh petugas KUD tersebut. Pada tuturan tersebut petugas menjelaskan bahawa biji kacang dan terong memilik kualitas yang baik ”Atuh ieu mah nu sae bi”. Tuturan diucapkan oleh petugas kepada anggota masyarakat dengan maksud mempengaruhi lawan tuturnya sehingga setuju dan membeli biji kacang dan biji terongnya.
Kajian Tindak Tutur..., Lina Rostiana, FKIP, UMP, 2016
6
Dari fenomena tersebut peneliti berasumsi bahwa di tempat pelayanan publik kecamatan, kantor pos dan KUD terdapat bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, perlokusi. Peneliti merasa perlu melakukan kajian secara eksplisit (jelas). Oleh karena itu penelitian dengan judul” Kajian Tindak Tutur Masayrakat di Tempat Pelayanan Publik Kecamatan, Kantor Pos dan KUD di Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap periode November Tahun 2015” penting untuk dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang yang diteliti pada penelitian ini, yaitu: 1.
Jenis tindak tutur lokusi apa saja yang terdapat pada percakapan di tempat pelayanan publik (kecamatan, kantor pos, dan KUD) di Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap periode November 2015?
2.
Jenis tindak tutur Ilokusi apa saja yang terdapat pada percakapan di tempat pelayanan publik (kecamatan, kantor pos dan KUD) di Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap periode November 2015?
3.
Jenis tindak tutur Perlokusi apa saja yang tedapat pada percakapan di tempat pelayanan publik (kecamatan, kantor pos dan KUD) di Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap periode November 2015?
C. Tujuan Penelitian 1.
Mendeskripsikan jenis tindak tutur lokusi pada percakapan di tempat pelayanan publik (kecamatan, kantor pos dan KUD) di Kecamatan Daeyuhluhur, Kabupaten Cilacap periode November 2015.
Kajian Tindak Tutur..., Lina Rostiana, FKIP, UMP, 2016
7
2.
Mendeskripsikan jenis tindak tutur ilokusi pada percakapan di tempat pelayanan publik (kecamatan, kantor pos dan KUD) di Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap periode November 2015.
3.
Mendeskripsikan jenis tindak tutur perlokusi pada percakapan di tempat pelayanan publik (kecamatan,kantor pos dan KUD) di Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap periode November 2015.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoretis
a.
Penelitian ini memberikan acuan tambahan dalam meningkatkan analisis suatu bahasa dengan berbagai sudut pandang yang mengandung teori tindak tutur.
b.
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai ilmu bahasa khusnya dalam bidang ilmu bahasa dengan konteksnya.
c.
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bentuk-bentuk tindak tutur .
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi pembaca penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya khusunya yang mengkaji bidang bahasa dan tindak tutur.
b.
Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk lebih memperluas wawasan tentang kebahasaan, serta untuk memperoleh pengalaman dalam menganalisis bentuk tindak tutur.
Kajian Tindak Tutur..., Lina Rostiana, FKIP, UMP, 2016