BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kebutuhan hidup manusia tidak hanya material, tetapi juga bersifat nonmaterial, seperti kebanggaan dan kepuasan kerja. Tiap individu cenderung akan dihadapkan pada hal-hal yang mungkin tidak diduga sebelumnya didalam proses mencapai kebutuhan yang diinginkan sehingga melalui bekerja dan pertumbuhan pengalaman, seseorang akan memperoleh kemajuan dalam hidupnya. Seseorang dapat dilihat bagaimana kinerjanya adalah dalam proses bekerja tersebut. Kinerja karyawan dianggap penting bagi organisasi atau perusahaan karena keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja oleh kinerja itu sendiri. Setiap organisasi maupun perusahaan akan berupaya meningkatkan kinerja karyawannya sehingga dapat tercapai tujuan yang ditetapkan. Di tengah kondisi perekonomian yang kurang kondusif sedangkan permintaan dan kebutuhan pelanggan terus mengalami peningkatan, tentunya harus disikapi dengan baik oleh industri kelistrikan. Indonesia Power sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan tenaga listrik dan jasa O&M pembangkit listrik turut mendukung permintaan dan kebutuhan tersebut melalui eksekusi ekselen terhadap program-program strategis Perusahaan untuk meningkatkan availability pembangkit, memanfaatkan energi primer non Bahan
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Bakar Minyak (BBM), mengembangkan pembangkit baru yang berbahan bakar terbarukan dan non BBM, mengurangi ketergantungan spareparts dari pemasok Original Equipment Manufacturer (OEM), serta meningkatkan peran anak perusahaan untuk mendukung bisnis korporat di bidang jasa O&M dan energi. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat, sehingga memberikan peluang bagi pertumbuhan Indonesia Power di masa mendatang. Dari sisi hulu, upaya pemenuhan kebutuhan pasokan gas untuk pembangkit base load, serta upaya menjaga pasokan batu bara dengan harga yang kompetitif dalam jangka panjang masih menjadi tantangan bagi Perusahaan. Melihat peluang dan tantangan yang ada dan selaras dengan pencanangan program eksekusi ekselen di tahun 2013 yaitu bekerja secara benar, cepat dan fokus pada hasil, maka pada tahun 2014 Indonesia Power menerapkan transformasi menuju proses bisnis yang ekselen dalam mendukung pencapaian sasaran perusahaan sesuai dengan salah satu aspek dalam Indonesia Power Way yaitu Process Business Excellence. Transformasi yang dilakukan Indonesia Power dalam perbaikan proses bisnis meliputi optimalisasi implementasi Indonesia Power Integrated Management System (InPower IMS), pemanfaatan teknologi informasi untuk peningkatan akurasi proses, optimalisasi proses perencanaan pemeliharaan melalui 52 weeks procurement planning, reformasi dalam sistem pengadaan, sistem imprest terpadu, pengendalian melalui implementasi Internal Control over Financial Reporting (ICoFR), penyusunan master plan Life Cycle Management (LCM), perkuatan peran Kantor Pusat sebagai asset owner dan asset manager untuk memfokuskan unit sebagai asset operator dengan melakukan perubahan struktur organisasi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
perkuatan SDM melalui Alfa Mentor dan Beta Mentor dan tak kalah pentingnya perkuatan proses dalam membangun GCG melalui implementasi Indonesia Power Bersih. Dalam rangka menyesuaikan perkembangan saat ini dan ke depannya agar dapat terus tumbuh berkelanjutan, Indonesia Power menetapkan visi dan misi baru. Dalam menjalankan visi dan misi tersebut, Indonesia Power menetapkan kompetensi inti yaitu Operasi dan Pemeliharaan Pembangkit serta Pengembangan Pembangkit untuk meningkatkan daya saing dalam bisnis pembangkitan tenaga listrik termasuk Jasa Operation and Maintenance (O&M) pembangkit, serta mendukung pertumbuhan Perusahaan yang berkelanjutan melalui pengembangan pembangkit dan bisnis terkait lainnya Indonesia Power juga melaksanakan program optimalisasi dan efisiensi, yaitu Cost Management Program (CMP) yang memberikan dampak signifikan bukan hanya terhadap kinerja finansial yang meliputi pendapatan Perusahaan dan efisiensi biaya namun juga meningkatkan produktivitas Perusahaan. Dalam rangka pengembangan manajemen Perusahaan, Indonesia Power secara konsisten menerapkan system Manajemen Risiko melalui implementasi integrasi Enterprise Risk Management (ERM), yang mencakup aspek struktural, operasional, dan pemeliharaan. Dengan seluruh perbaikan yang dilakukan oleh Indonesia Power pada tahun 2014 terutama dalam perkuatan proses bisnis maka akan memastikan ketepatan langkah Indonesia Power dalam mewujudkan visi Indonesia Power sebagai perusahaan energi tepercaya yang tumbuh berkelanjutan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Indonesia power memiliki pegawai yang masih dalam usia produktif : Pegawai dengan 19-45 tahun memiliki proporsi 66,84%, sedangkan pegawai yang sudah memiliki kematangan pengalaman atau pada kelompok usia 46-54 tahun sebesar 29,44%. Kondisi ini tentunya akan memberikan jaminan terhadap keberlangsungan usaha Perusahaan. Jumlah pegawai pada akhir 2014 mencapai 3.553 pegawai, jika dilihat berdasarkan level pendidikan,terdapat 90 pegawai dengan level pendidikan S2, sebanyak 1.012 pegawai dengan level pendidikan S1,486 pegawai dengan level pendidikan Diploma, sebanyak 1.884 pegawai dengan level pendidikan SMU/K, dan sebanyak 81 pegawai dengan level pendidikan SLTP/SD. Indonesia Power tidak hanya memberikan standardisasi, seperti melalui sertifikasi dan pelatihan terhadap pegawai, tetapi juga memberikan penilaian atau kinerja dan pencapaian yang telah diberikan. Sebagai dasar pengukuran pencapaian kinerja pegawai dalam mencapai tujuan Perusahaan secara efektif dan efisien, Perusahaan telah menetapkan Sistem Manajemen Kinerja dengan menggunakan aplikasi Sistem manajemen Kinerja Pegawai (SIMKP). Selain itu, juga untuk memotivasi pegawai dalam meningkatkan kompetensi dan kontribusi kepada Perusahaan. Aturan mengenai Sistem Manajemen Kinerja Pegawai ditetapkan dalam Keputusan Direksi No.80.K/010/IP/2012 tanggal 4 Juni 2012 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai. Dalam pelaksanaannya, pengkuran kinerja pegawai dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
1.
Tahap Perencanaan Kinerja Pegawai yang tercermin dalam target Key Performance Indicator (KPI) korporat dan KPI jabatan.
2.
Tahap Pemantauan Kinerja Pegawai merupakan periode antara Tahap Perencanaan Kinerja Pegawai dan Tahap Pengukuran Kinerja Pegawai yang digunakan atasan langsung pegawai. Tahap pemantauan kinerja pegawai memuat aktivitas: Diskusi monitoring pencapaian KPI, Coaching Mentoring Counceling (CMC) dan revisi kontrak Sasaran Kinerja Pegawai.
3.
Tahap pengukuran Kinerja Pegawai dilakukan oleh atasan langsung berupa pengukuran pencapaian kontrak sasaran kinerja pegawai, pengukuran kompetensi individu, penetapan kriteria talenta,tindak lanjut kriteria talenta pegawai dan umpan balik kinerja pegawai dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk menghilangkan penurunan prestasi kerja Perkembangan
Ikhtisar Kinerja Perusahaan Tahun 2008-2014
Data diatas diambil dari Annual Report tahun 2014, yang menunjukkan bahwa pada tahun 2008 hingga tahun 2013 terjadi tren naik pada skor EAF dan hanya pada tahun 2014 mengalami penurunan. Juga terjadi pada skor EFOR yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
mengalami penurunan sejak 2008 hingga 2013, namun terjadi penurunan pada 2014. Sementara skor sdOF turun setelah sebelumnya pada 2013 sempat naik. Selain itu juga pada 2014 terjadi peningkatan pada Efisiensi Thermal Netto, serta Jumlah Pegawai dan Jumlah Daya Mampu Netto. Penilaian kinerja dilakukan secara berkala dalam rentang waktu 1 (satu) periode penilaian yaitu setiap 6 (enam) bulan sekali. Penilaian ini dilakukan oleh atasan langsung. Hasil penilaian menjadi dasar pertimbangan untuk pemberian reward dan pengembangan karir pegawai seperti promosi, rotasi, peningkatan remunerasi dan sebagainya, juga menjadi dasar pemberian punishment seperti surat peringatan, penundaan kenaikan pangkat, demosi, mutasi sampai pemutusan hubungan kerja. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan individu lainnya. Manifestasi dari sifat manusia sebagai makhluk sosial menjadikan manusia senantiasa membutuhkan orang lain, saling bersosialisasi, bertukar berbagai macam hal, hingga meneruskan keturunan. Hal ini merupakan wujud dari dorongan kebutuhan dasar manusia untuk dicintai dan dimiliki. Maslow (Feist & Feist, 2008) menjelaskan bahwa kebutuhan manusia untuk dicintai dan dimiliki terwujud dalam beberapa hal, seperti dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, dan kebutuhan untuk melekat pada sebuah keluarga, lingkungan bertetangga atau berbangsa. Maslow (Feist & Feist, 2008) lebih lanjut menjelaskan bahwa kebutuhan ini juga mencakup sejumlah aspek hubungan seksual dan hubungan interpersonal, seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Kebutuhan-kebutuhan manusia untuk memberi dan menerima cinta, memiliki pasangan dan keturunan, serta kelekatan pada sebuah keluarga dapat ditempuh melalui proses pernikahan. Pernikahan merupakan suatu kebutuhan individu dewasa untuk mencapai berbagai macam tujuan. Tujuan pernikahan diantaranya adalah mendapatkan keturunan, menyatukan dua keluarga, serta memenuhi kebutuhan biologis pelaku pernikahan yang bersangkutan. Herning (Aqmalia & Fakhrurrozi, 2009) menjelaskan bahwa pernikahan merupakan suatu ikatan antara pria dan wanita yang kurang lebih permanen, ditentukan oleh kebudayaan dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan. Setiap orang yang memasuki hubungan pernikahan memiliki harapan masing-masing dalam pernikahannya. Individu berharap dapat memenuhi harapan-harapan tersebut melalui pernikahan yang dijalani. Keterpenuhan harapan dan kebutuhan dalam pernikahan menjadi sebuah standar untuk menilai tingkat kualitas
hubungan pernikahan tersebut. Individu yang merasa kualitas
pernikahannya sesuai dengan harapannya, akan merasakan kepuasan dalam pernikahan. Sebaliknya individu yang merasa kualitas pernikahannya belum sesuai dengan harapannya, cenderung tidak merasakan kepuasan dalam pernikahan. Kehidupan pernikahan penuh tantangan dan tanggung jawab. Di satu sisi jadwal yang padat, pekerjaan diluar maupun dalam rumah, tanggung jawab dan janji, dan sebagainya. Kesemuanya menuntut agar dapat dijalankan dengan mulus. Setiap pasangan suami-istri pasti mendambakan kehidupan yang damai, membesarkan anak yang baik dan bermartabat, meraih mimpi-mimpi, meraih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
kepuasan pribadi, dan tetap menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Akhirnya mereka memerlukan keseimbangan dalam menjalankan kehidupan ditengah peran-peran tadi (Doe, 2002). Kepuasan pernikahan menjadi salah satu faktor terpenting untuk mencapai keluarga yang bahagia. Menurut Gullota, Adams dan Alexander (Aqmalia, 2009) mengatakan bahwa kepuasan pernikahan merupakan perasaan seseorang terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya. Hal ini berkaitan dengan perasaan bahagia yang pasangan rasakan dari hubungan yang dijalani. Sedangkan Lange (Aqmalia, 2009) mengatakan bahwa kesediaan berkorban berhubungan dengan fungsi pasangan yang oleh sebagian orang disebut sebagai penyesuaian diadik, karena semakin baik fungsi pasangan otomatis semakin baik pula penyesuaian diadiknya.
Fenomena selingkuh kini sudah bersifat universal. Tak hanya kaum eksekutif yang memiliki banyak uang yang bisa melakukan selingkuh. Profesi apa pun, bahkan tukang becak sekalipun, bisa melakukan selingkuh. Namun, karena kaum eksekutif kadang merupakan public figure, perselingkuhan yang dilakukannya
pun
menjadi
perbincangan
yang
hangat
di
masyarakat.
Seperti survei dilakukan oleh majalah Eksekutif terhadap 500 pria eksekutif di Jakarta untuk mengamati masalah perselingkuhan. Hasil survei yang dipublikasikan melalui Facebook rupanya mendapat respons dari ribuan orang. Banyaknya
pro
dan
kontra
ini
menunjukkan
antusiasme
masyarakat
memperbincangkan masalah perselingkuhan. Banyak pula yang mempertanyakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
keakuratan data karena contoh yang diambil belum tentu mewakili kaum eksekutif. Namun, survei ini terbukti menarik perhatian masyarakat untuk berkomentar. Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso–yang hadir sebagai salah satu narasumber–mengatakan, pria eksekutif punya peluang lebih banyak untuk selingkuh karena memiliki dua keunggulan, yakni intelektualitas dan finansial. "Pria eksekutif karena intelektualitasnya akan bisa menduduki posisi atau jabatan yang baik dalam profesinya. Hal ini yang menyebabkan mereka memiliki pergaulan yang luas. Setelah memiliki pergaulan yang luas dan godaan-godaan yang kuat, sisi finansial kemudian mendorong pria eksekutif untuk melakukan perselingkuhan,"
ungkapnya.
Dari perbincangan santai bertema "3 dari 2 Eksekutif Selingkuh" yang dihadiri beberapa pria eksekutif di Brewhouse Resto, Senayan City, Rabu (27/7/2011), Kompas Female menemukan fakta-fakta baru tentang hal ini. Perselingkuhan ternyata sudah dianggap sebagai hal yang biasa, yang menurut para tokoh ini tak perlu terlalu diperdebatkan.
Berikut ini beberapa data selingkuh di kalangan eksekutif pria Jakarta (101 orang) Asya (2000): Tabel 1. Bentuk Hubungan NO Hubungan perselingkuhan 1 Kerja 2 Mantan Pacar 3 Dikenalkan oleh teman (mak comblang) 4 Orang baru (ketemu di Mall, toko) 5 Tuna Susila (di Hotel, Bar, Diskotik) 6 Lain-lain
http://digilib.mercubuana.ac.id/
% 23 37 17 13 7 3
10
Tabel 2.Sebab-sebab Mengapa Selingkuh Terjadi No Sebab-sebab 1 Hasrat afeksi: Sering ketemu 2 Hiburan seksual, pengalaman seksual unik 3 Pasangan: hampa seks, bosan 4 Mitos: Resep awet muda 5 Balas dendam pada pasangan 6 Ketularan teman, diajak teman, disodorkan teman 7 Mabok, tidak sadar 8 Merasa punya biaya
% 33 21 14 11 9 6 4 2
Tabel 3. Model Selingkuh No Model 1 Hanya telpon/sms 2 Ketemu untuk ngobrol saja 3 Pacaran 4 Hubungan badan di hotel 5 Hidup Serumah (samen leven) 6 Kawin fiktif (tidak syah secara agama, aspal)
% 16 14 8 32 21 9
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk lebih jauh mencari tahu hubungan antara kepuasan pernikahan dengan kinerja pada eksekutif di lingkungan PT. Indonesia Power. Apakah kepuasan pernikahan benar-benar berpengaruh terhadap kualitas pekerjaan seseorang.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan yang positif antara kepuasan pernikahan dengan kinerja pada eksekutif di lingkungan PT. Indonesia Power?”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepuasan pernikahan dengan kinerja pada eksekutif di lingkungan PT. Indonesia Power.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan serta melengkapi berbagai hasil temuan di bidang Psikologi Perkembangan dan Psikologi Industri dan Organisasi, terutama mengenai hubungan antara kepuasan pernikahan dengan kinerja. Selain itu, secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi organisasi atau perusahaan terutama PT. Indonesia Power dalam membuat suatu program intervensi yang dapat membantu meningkatkan kinerja dan kepuasan pernikahan eksekutif atau karyawan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/