BAB I PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. 1. Latar Belakang Perancangan Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer. Diantaranya yaitu tempat tinggal. Tempat tinggal atau rumah merupakan kulit ke tiga dari manusia, maka dari itu biasanya manusia berusaha sebaik-baiknya untuk membuat tempat tinggal yang paling baik untuk mereka tinggali. Bentuk hunianpun bermacammacam. Ada yang susunannya melebar horizontal seperti komplek perumahan yang ada sekarang, dan ada pula yang bersusun vertikal ke atas seperti apartemen atau rumah susun. Tetapi seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah dan kebutuhan lahan yang meningkat, susunan hunian melebar dirasakan memiliki kekurangan. Misalnya masalah dengan harga lahan yang sekarang ini cukup mahal, luas lahan yang semakin sempit sedangkan permintaan akan hunian semakin meningkat, jauhnya tempat hunian yang biasanya terletak di pinggiran kota, sehingga biaya hidup yang dikeluarkan menjadi titik berat masyarakat memilih jenis hunian ini. Apalagi bila kegiatan ekonomi berada di pusat kota seperti di Jakarta, dimana mobilitas penduduknya sangat tinggi. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut dibuatlah hunian dengan susunan vertikal. Susunan hunian seperti ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah akan meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal dan masalah akan ketersediaan
1
serta harga lahan yang semakin lama semakin tinggi khususnya di daerah perkotaan. Diharapkan dengan adanya hunian jenis apartemen ini dapat menyerap permintaan akan kebutuhan tempat tinggal di kota Jakarta khususnya pada kawasan Jl. Rawa Belong, Jakarta Barat dan sekitarnya. Dan diharapkan juga dengan adanya bangunan ini pada kawasan tersebut dapat memperbaiki lingkungan yang sudah ada menjadi lingkungan yang lebih baik lagi. I. 1. 2. Latar Belakang Topik Indonesia yang dilewati garis khatulistiwa termasuk daerah yang memiliki iklim tropis lembab. Iklim tropis dapat didefinisikan sebagai daerah yang terletak di antara garis isotherm 20° C di sebelah bumi utara dan selatan atau daerah yang terdapat di antara 23½° lintang utara dan 23½° lintang selatan. Pada dasarnya iklim tropis dibedakan menjadi daerah iklim tropis kering yang meliputi padang pasir, stepa, dan savana, sedangkan iklim tropis lembab meliputi hutan tropis, daerah dengan angin musim dan savana lembab. (Prasetya, 2002 : hal. 1) Bangunan di Indonesia juga disesuaikan dengan iklim tropis. Bisa kita lihat rumah-rumah tradisional seperti rumah adat jawa yang memakai atap joglo, atau rumah gadang yang memakai atap bernentuk runcing. Pada dasarnya bentuk-bentuk seperti ini menyatakan bahwa bangunan menyesuaikan dengan iklim untuk meminimalisasi dapak negatif iklim terhadap manusia. Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang bervariasi pula. Untuk melangsungkan aktivitas kantor,
2
misalnya, diperlukan ruang dengan kondisi visual yang baik dengan intensitas cahaya yang cukup; kondisi termis yang mendukung dengan suhu udara pada rentang-nyaman tertentu; dan kondisi audial dengan intensitas gangguan bunyi rendah
yang
tidak
mengganggu
pengguna
bangunan.
Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasidiubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai.Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus, manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan. (Tri Harso Karyono, 2000 : www.desain!arsitektur.com) Untuk menyiasati pengeluaran energi yang besar maka kita dapat menciptakan bangunan yang secara optimal dapat menggunakan potensi alam sebagai solusi masalah energi. Caranya adalah dengan membuat bangunan yang berbasis pada konsep arsitektur tropis yang bersahabat dengan iklim lokal yang panas dan lembab. (Imelda Akmal, 2004 : www.kompas.com)
3
I. 2. MAKSUD DAN TUJUAN I. 2. 1. Maksud 1.
Perencanaan bangunan masa apartemen dengan fungsi rumah tinggal dan
dilengkapi dengan fasilitas penunjang untuk mendukung
aktivitas bangunan tersebut. 2.
Perencanaan suatu hunian dengan konsep menyesuaikan diri dengan lingkungan tropis lembab.
I. 2. 1. Tujuan Mewujudkan suatu massa bangunan dengan pendekatan arsitektur tropis, serta penerapan prinsip-prinsip desain dari bangunan iklim tropis, seperti : •
Penggunaan material yang sesuai pada bangunan di daerah iklim tropis.
•
Pengoptimalisasian bukaan pada bangunan dengan system ventilasi silang.
•
Meminimalisasikan dampak buruk sinar matahari dan curah hujan terhadap bangunan.
•
meminimalisasikan dampak dari kelembapan udara yang tinggi.
•
Pemanfaatan potensi alam iklim tropis pada desain bangunan.
4
I. 3. LINGKUP PEMBAHASAN Banyaknya permasalahan pada proses perencanaan Apartemen dengan konsep arsitektur tropis ini. Untuk mempermudah pembahasan maka akan lebih di fokuskan pada : 1.
Tinjauan terhadap bangunan apartemen
2.
Tinjauan terhadap arsitektur tropis
3.
Pendekatan penerapan konsep arsitektur tropis pada perancangan bangunan apartemen.
I. 4. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I. Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang dari objek perancangan dan perencanaan, serta latar belakang dari topik yang dipilih. Disini juga menjelaskan tentang maksud dan tujuan, sasaran pembahasan, dan metode pembahasan. BAB II. Tinjauan dan Landasan Teori Terbagi menjadi dua kategori yaitu tinjauan umum dan tinjauan khusus. Tinjauan umum menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan judul proyek yang dipilih. Sedangkan tinjauan khusus meliputi teori-teori dari topik yang dipilih, tinjauan terhadap tapak, data-data studi banding dan literatur. BAB III. Permasalahan Merupakan identifikasi dari permasalahan yang dihadapi dalam perancangan. Permasalahan ini dibagi menjadi tiga aspek yaitu manusia, bangunan, dan lingkungan. BAB IV. Analisa
5
Merupakan analisa dari segala permasalahan di dalam perancangan. Analisis juga dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek manusia, bangunan, dan lingkungan. Analisa manusia adalah analisa terhadap pengguna bangunan tersebut, analisa bangunan adalah analisa terhadap fisik bangunan yang akan direncanakan, sedangkan analisa lingkungan adalah analisa terhadap lingkungan sekitar tapak. BAB V. Konsep Menjelaskan tentang konsep dasar yang akan dibuat.
6
I. 5.
F E E D B A C K
KERANGKA BERPIKIR
LATAR BELAKANG PERANCANGAN • Kebutuhan tempat tinggal meningkat • Lahan semakin sempit
LATAR BELAKANG TOPIK • Ikim di Indonesia (tropis lembab) • Bangunan sesuai dengan iklim
JUDUL PROYEK : APARTEMEN DI KEMANGGISAN JAKARTA BARAT
F E E D B A C K
TINJAUAN UMUM TINJAUAN KHUSUS
PERMASALAHAN
ANALISIS MANUSIA BANGUNAN TAPAK DAN LINGKUNGAN
KONSEP
SKEMATIK DESAIN
7