BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari dua kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti menolak, konsepsi berarti pertemuan antara sel telur wanita (ovum) yang sudah matang dengan sel mani pria (sperma) sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan demikian kontrasepsi adalah mencegah bertemunya sel telur yang matang dengan sel mani pada waktu bersenggama, sehingga tidak akan terjadi pembuahan dan kehamilan (Farrer, 2001). Dari 61,4 persen pengguna metode kontrasepsi di Indonesia, sebanyak 31,6 persen menggunakan suntik. Sedangkan yang memakai pil hanya 13,2 persen, memakai IUD (Intra Uterine Device) atau spiral 4,8 persen, implant 2,8 persen, dan kondom 1,3 persen, sisanya vasektomi dan tubektomi. Demikian disampaikan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Sugiri Sjarief, MPA saat media edukasi Kontrasepsi Sebagai Suatu Kebutuhan, di Grand Hyat, Jakarta, Jumat (30/5). Sugiri menyampaikan, terjadi kenaikan pemakaian metode kontrasepsi suntik dari tahun 1991 sampai 2007 lalu. Menurut survei yang dilakukan leh BKKBN tentang pengguna metode kontrasepsi suntik pada
tahun 1991 hanya 11,7 persen, pada tahun 1994 menjadi 15,2 persen, 1997 menjadi 21,1 persen, 2003 menjadi 27,8 persen, dan pada tahun 2007 mencapai 31,6 persen. Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan cyclofem. (Sarwono, 1998). Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelemahan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe, menoragia dan muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, pertambahan berat badan 2 kg dari berat badan pada kunjungan pertama (Saifuddin, 2003). 2. Cara Kerja Kontrasepsi Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi menurut Sudarmo, dkk (2001) adalah meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara : a. Menekan keluarnya sel telur (ovulasi) b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita sampai mencapai ovum c. Menghalangi nidasi. 3. Macam– macam alat kontrasepsi a. Kontrasepsi suntik 1) Jenis kontrasepsi suntikan :
8
a) Golongan progestin seperti depo-provera, depo geston, depo progestin diberikan setiap tiga bulan sejak suntikan pertama dan Noristerat diberikan setiap dua bulan untuk suntikan pertama sampai dengan suntikan keempat, suntikan kelima dan selanjutnya diberikan setiap tiga bulan sekali. b) Golongan progestin dengan campuran estrogen propionot yaitu cyclofem diberikan setiap bulan sekali (BKKBN, 1997). 2) Cara kerja Pemberian
hormon
progestin
akan
menyebabkan
pengentalan mukus serviks, sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, hormon tersebut juga mencegah pemotongan dan pelepasan sel telur. selain itu, pada penggunaan depo provera, endometrium menjadi tipis dan atropi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar. Sedangkan pada jenis suntikan kedua hormon progestin dengan sedikit hormon estrogen pada suntikan cyclofem akan merangsang timbulnya haid setiap bulan (Depkes RI, 1998). 3) Efektifitas Efektifitasnya tinggi, cara pemberiannya sederhana, cukup aman, kesuburan dapat kembali setelah beberapa lama dan cocok untuk ibu – ibu sedang menyusui bayinya. Angka kegagalan 0 - 0,8 % (Mochtar, 1998). 4) Keuntungan a) Pemberiannya sederhana setiap 8 sampai 12 minggu
9
b) Tingkat efektifitasnya tinggi c) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas d) Pengawasan medis yang ringan e) Dapat dipakai – diberikan paska persalinan, pasca keguguran atau pasca menstruasi f) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi g) Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan mendapatkan menstruasi (Manuaba, 1998). 5) Kerugian a) Terjadinya perubahan pada pola haid yang tidak teratur, pendarahan, bercak, spoting. b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan. c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. d) Efektifitas berkurang apabila digunakan bersamaan dengan obat – obatan epilepsi. e) Terhambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian. 6) Kontra indikasi Suntikan KB tidak boleh dipakai oleh : Ibu yang menderita kanker payudara dan kanker alat kelamin, Ibu yang menderita perdarahan pervaginam, Ibu yang diduga hamil,
10
Ikterus, penyakit hati akut, tumor jinak, Diabetes militus, Epilepsi atau tuberkulosis, Hipertensi, Depresi (Depkes RI, 1998). 7) Efek samping Gangguan haid berupa amenore, spotting (bercak darah) dan menoragia. Seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya, maka dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala, pusing, menggigil, mastalgia dan berat badan bertambah. Efek samping yang berat jarang dijumpai. Kadangkala ibu mengeluh libido berkurang (Mochtar, 1998). 8) Cara penggunaan a) Suntikan KB yang pertama kali sebaiknya diberikan pada hari kelima haid untuk memastikan bahwa ibu tidak sedang hamil, dengan cara disuntik intramuskular (daerah pantat). b) Pemberian suntikan KB berikutnya tergantung pada macam obat yang digunakan, yaitu bisa setiap satu bulan, dua bulan sekali atau tiga bulan sekali. Macam suntikan yang digunakan depo provera atau depo geston atau depo progestin setiap vial mengandung 150 mg, depo medroksin progesteron asetat (DPMA)
dan
dapo
noristerat
mengandung
200
norentindron enantat (BKKBN, 1997). b. Kondom 1) Macam – macam kondom menurut Hartanto (2003) yaitu :
11
mg
a) Kulit cirinya : terbuat dari membran usus biri – biri, tidak meregang atau mengkerut, menjalankan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi sensitifitas selama senggama, lebih mahal dari jumlahnya < 1% dari semua jenis kondom. b) Lateks : paling banyak dipakai, murah dan elastis. c) Plastik : saling tipis, juga menghantarkan panas tubuh, lebih mahal dari kondom lateks. 2) Efektifitas Kegagalan kondom hanya bisa terjadi bila kondom bocor atau robek, pemakaian kurang teliti mematuhi petunjuk cara pemakaiannya. Angka kegagalan adalah berkisar antara 15 – 36 % (Mochtar, 1998). 3) Keuntungan Melindungi dari penyakit AIDS dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual lainnya. Keuntungan lain dari kondom dapat dibeli secara bebas di apotik - apotik dan mudah digunakan, kondom juga memperkecil penularan penyakit kelamin (Indriarti,2006). 4) Efek samping Kondom dapat tertinggal dalam vagina selama beberapa waktu, menyebabkan wanita mengeluh keputihan yang banyak dan amat berbau, terjadi infeksi ringan. Pada sejumlah kecil akseptor mengeluh alergi terhadap karet (Mochtar, 1998).
12
c. Pil kontrasepsi Jenis pil kontrasepsi yang beredar di pasaran Indonesia umumnya adalah pil kombinasi. 1) Efektifitas Secara teoritis hampir 100, dengan angka kegagalan 0,1 – 1,7 (Saifudin, 1996). 2) Keuntungan a) Efektifitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai pakinya b) Pemakai pil dapat hamil lagi, bila mana dikehendaki kesuburan dapat kembali dengan cepat c) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri d) Siklus hait menjadi teratur e) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea) f) Untuk pengobatan kemandulan, kadang – kadang dapat dipakai untuk memancing kesuburan g) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur h) Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda (Mochtar, 1998). 3) Kontra indikasi Tidak dianjurkan bagi perempuan hamil, menyusui eksklusif, perdarahan, hepatitis, jantung, stroke, kencing manis,
13
kanker payudara dan wanita yang tidak menggunakan pil secara teratur tiap hari (Saifuddin, 1996). 4) Efek samping a) Ringan Berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya. Keluhan ini berlangsung pada bulan – bulan pertama pemakaian pil. b) Berat Dapat terjadi trombo – embolisme, mungkin karena terjadi peningkatan aktifitas faktor – faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler secara langsung. Memungkinkan timbulnya karsinoma servik uteri, menurut penelitian – penelitian yang dipercaya di luar negeri, dikatakan bahwa tidak diperoleh hubungan yang bermakna antara pemakaian pil dengan kanker serviks maupun dengan displasia serviks (Depkes RI, 1998). d. Implan 1) Efektifitas Efektifitasnya 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan (Saifuddin A, 2003).
14
2) Keuntungan Dipasang selama lima tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi, biaya ringan. 3) Efek samping Gangguan menstruasi, terutama selama 3 - 6 bulan pertama dari pemakaian. Pemakiaan akan mengalami masa perdarahan yang lebih panjang, lebih sering, atau amenorea (Mochtar, 1998). e. IUD atau Spiral 1) Menurut bentuknya IUD di bagi menjadi : a) Bentuk terbuka (open device), misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7, marguies, Spring Cooil, Multiload, Nova-T, dan lainnya. b) Bentuk tertutup (closed device), misalnya Ota ring, Antigon, Grafenberg ring, Hall – stone ring, dan lain – lain. Pada bentuk tertutup, bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut maka harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus ke dalam lubang atau cincin, dan kemudian terjadilah ileus (Mochtar, 1998). 2) Efektifitas Efektifitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam jangka waktu yang lama. Angka kehamilan IUD berkisar antara 1,5 – 3 per 100 wanita pada tahun pertama dan angka ini menjadi lebih rendah untuk tahun – tahun berikutnya (Mochtar, 1998).
15
3) Keuntungan a) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan b) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran c) Kesuburan cepat kembali setelah IUD di cabut / di buka d) Cocok
untuk
mencegah
kehamilan
atau
menjarangkan
kehamilan dalam jangka panjang e) Tidak mengganggu hubungan pasutri f) Tidak terpengaruh ”faktor lupa ” dari pemakai g) Tidak ada efek samping hormonal h) Tidak mengganggu laktasi i) Tidak berinteraksi dengan obat – obatan. 4) Kontra indikasi a) Wanita yang mempunyai infeksi pelvis b) Wanita yang sedang menderita penyakit hubungan seksual (PHS, AIDS, Gonore, Klamidia) atau selama 3 bulan terakhir c) Wanita dengan banyak patner d) Wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi lainnya (ovarium, endometrium) e) Wanita dengan penyakit trofoblast (Mola, Kariokasinoma) atau TBC kandungan (Krisnadi, 2002).
16
5) Efek samping a) Dapat menyebabkan infeksi panggul apabila pemasangan tidak tepat b) Dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan (Indiarti, 2006). f. MOW (Medis Operatif Wanita) 1) Efektifitas a) Sangat efektif , angka kegagalan sedikit lebih rendah b) Segera efektif post – operatif (Hartanto, 2003). 2) Keuntungan Vasektomi
tuba
akan
menghadapi
dan
mencapai
klimakterium dalam suasana alami (Manuaba, 1998). 3) Kontra indikasi a) Peradangan dalam rongga panggul b) Peradangan liang senggama akut (vaginatis – servisitis akut) c) Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat, atau penyakit paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada dalamposisi genupektorial d) Obesitas berlebihan e) Bekas laparotomi (Mochtar, 1998). 4) Efek samping a) Risiko trauma internal sedikit lebih tinggi b) Kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi
17
c) Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi (Hartanto, 2003). g. MOP (Medis Operatif Pria) 1) Efektivitas a) Sangat efektif, tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan dan kehamilan sedikit lebih tinggi b) Efektif 6 – 10 minggu setelah operasi (Saifudin, 1996). 2) Keuntungan a) Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja dan dimana saja b) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan c) Hasil yang diperoleh (efektifitas) hampir 100% d) Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat e) Bila pasangan suami, istri, oleh karena sesuatu sebab, ingin mendapatkan keturunan lagi, kedua ujung vas deferens dapat disambung kembali (operasi rekanalisasi) (Mochtar, 1998). 3) Efek samping a) Hampir tidak ada resiko trauma internal b) Infeksi serius sangat rendah c) Tidak ada kematian yang berhubungan dengan anestesi (Hartanto, 2003).
18
4. Peranan Kontrasepsi yang Memadai Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, alat atau obat- obatan (Muchtar, 1998). Menurut Ida Bagus Gede macam alat kontrasepsi yang digunakan adalah : 1) Suntikan yaitu suatu suntikan pada wanita yang gunanya untuk mencegah kehamilan. 2) Kondom merupakan selubung / sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. 3) Pil KB adalah kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dengan cara meminum pil setiap hari secara teratur. 4) Implan atau susuk KB adalah alat kontrasepsi dibuat dari bahan silastik sejenis plastik dan tidak mengandung logam. 5) IUD / spiral adalah alat yang dimasukkan kedalam rongga rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi. 6) MOW (Medis Operatif Wanita) adalah suatu kontrasepsi permanen yang dilakukan dengan cara melakukan tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dan sel mani (sperma). 7) MOP (Medis Operatif Pria) merupakan metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,
19
memakan waktu yang sangat singkat dan tidak memerlukan anestesi umum.
B. Karakteristik akseptor KB Yaitu meliputi, umur ibu, pendidikan dan pendapatan. Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi keikutsertan keluarga berencana antara lain sebagai berikut : 1. Umur Keluarga berencana adalah masa penundaan. Kehamilan bagi pasangan usia subur dengan istri dibawah 20 tahun, dianjurkan untuk menunda kehamilannya, masa mengatur kehamilan bagi pasangan usia subur, dengan istri usia diatas 30 tahun. Mengingat bahwa faktor umur memang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu, maka sebaiknya merencanaan kehamilan pada usia antara 20 – 30 tahun (Sitorus, 1999). 2. Pendidikan Pendidikan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik pada diri individu. Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang nilai – nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah sendiri masalah – masalah kesehatan menjadi mampu (Purwanto, 1999), pendidikan ibu dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan ibu.
20
3. Pendapatan Dalam banyak masyarakat seorang pekerja, apapun jenis kelaminnya, menerima upah yang sama. Namun diberbagai masyarakat lain pekerjaan laki – laki memperoleh upah lebih tinggi dari pada upah pekerja perempuan walaupun pekerjaan yang dilakukan sama. Jika dibandingkan antara besarnya pendapatan tiap keluarga dengan besarnya pengeluaran, kita akan memperoleh kenyataan bahwa banyak yang belum dapat memenuhi kebutuhan sehingga memilih keluarga kecil. Keinginan untuk memilih keluarga kecil dapat dilakukan dengan keinginan untuk berKB (Desiyana, 2004).
C. Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun atau segala sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat (Patmonodewo, 2000). Menurut Budioro, (1998) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku terbentuk, yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan.
Wanita usia subur (WUS) membutuhkan pengetahuan yang akurat tentang berbagai metoda kontrasepsi, dengan upaya promosi kesehatan dan pencegahan merupakan kesempatan terbaik untuk memberikan wanita informasi tentang masalah kesehatan utama. Perawat memainkan peran vital dalam memberi perawatan, penyuluhan dan saran atau memberi arahan
21
sehingga ibu mampu mengambil keputusan yang berkenaan dengan aktivitas seksual dan kehamilan (Bobak, 2004). 1. Cara memperoleh pengetahuan a. Cara tradisional dan ilmiah 1) Cara coba dan salah Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahan dilakukan dengan coba – coba. 2) Cara kekerasan atau otoriter Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoriter atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris atau penalaran sendiri. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. 4) Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya melalui induksi maupun deduksi.
22
b. Cara modern atau non ilmiah Mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala – gejala alam atau kemasyarakatan, kemudian hasil pengamatan tersebutdikumpulkan dan diklasifikasi kemudian akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2000). 2. Tingkatan pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan : a. Tahu (Know) Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat kembali (rcall) suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa ia tahu dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan. Misalnya pada akseptor KB dapat menyebutkan jenis dan efek samping dari KB tersebut. b. Memahami (Comprehension) Memahami
artinya
kemampuan
untuk
menjelaskan
dan
menginterpretasikan dengan benar tentang obyek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberi contoh, dan menyimpulkan. Misalnya pada akseptor KB dapat menjelaskan manfaat dari KB tersebut. c. Aplikasi (Aplication) Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum– hukum,
23
rumus, metode dalam situasi nyata. Misalnya pada akseptor KB melaksanakan KB harus sesuai dengan
prinsip dari KB mengenai
jadwal, jenis efek samping dari KB tersebut. d. Analisis (Analysis) Analisis artinya kemampuan untuk menguraikan ke dalam bagian – bagian lebih kecil, tetap masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan,
membuat
bagan,
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya. Misalnya setelah mengerti tentang alat kontrasepsi akseptor KB dapat memilih untuk melaksanakan KB. e. Sintesis (Syntesis) Yaitu suatu kemampuan untuk menggabungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan menyesuikan suatu teori yang telah ada. Misalnya pada akseptor KB dapat merencanakan untuk melaksanakan KB yang diinginkan. f. Evaluasi (Evaluation) Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri. Misalnya hasil yang dicapai pada akseptor KB adalah mempertahankan, melaksanakan KB.
24
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut
Sukmadinata
(2003),
pengetahuan
yang
dimiliki
seseorang di pengaruhi oleh faktor– faktor sebagai berikut : A. Faktor Internal 1. Jasmani Faktor jasmani adalah keadaan diri seseorang. 2. Rohani Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, Intelektual, psikomotor, serta efektif dan kondisi konatif individu. B. Faktor eksternal 1) Pendidikan Tingkat pendidikan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. 2) Paparan media massa Melalui media baik secara maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapa media massa (TV, radio pamflet) akan memperoleh informasi yang lebih banyak digbandingkan dengan yang tidak pernah terpapar informasi media. 3) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan
25
mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder. 4) Hubungan sosial Faktor hubungan sosial juga mempengtaruhi kemampuan individu untuk menerima pesan menurut mode komunikasi media. 5) Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangannya, misal seseorang mengikuti kegiatan – kegiatan yang mendidik misalnya semina.
D. Keteraturan Penggunaan KB Keteraturan adalah sebuah konsep ilahiah menjadi tuntunan manusia hidup. Menurut Budioro (1998), keteraturan merupakan proses penerimaan seseorang terhadap respon tindakan atau perbuatan, dimana proses ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif yang mempunyai dampak pada perilaku yang bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Misalnya ibu peserta KB yang mengetahui maksud dan tujuan KB akan selalu teratur untuk ber- KB tiap bulannya. Nilai – nilai keteraturan menjadi parameter sebagai ukuran baik atau buruk, kadang sebagai ukuran benar atau salah. Kepribadian manusia yang lebih dekat dengan keteraturan menjadi cap pribadi yang baik, meski kadang terlepas dari ukuran benar atau salah.
26
Faktor yang mempengaruhi keteraturan dalam ber – KB, Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis keteraturan atau perilaku adalah konsep
dari Lawrence Green (1980). Yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2000) Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pendukung ( enebling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. 3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Seorang ibu yang tidak mau ikut KB, mungkin karena ia tidak ada minat dan niat terhadap KB (behaviour intention), atau barangkali juga karena tidak ada dukungan dari masyarakat sekitarnya ( social support).
27
Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat tentang KB (accessibility of information), atau mungkin ia tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan, misalnya harus tunduk kepada suaminya, mertuanya atau orang lain yang ia segan (personal autonomy). Factor lain yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak ikut KB adalah karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan (action situation). Sedangkan menurut Purwanto (1999) faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah keturunan yang berarti sebagai pembawaan atau heredity dan lingkungan yang berarti segala apa yang berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku, lingkungan turut berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan atau kehidupan seseorang. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang
atau
masyarakat
dalam
ber-KB
suntik
ditentukan
oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, keturunan, dan lingkungan dari atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku untuk teratur dalam ber – KB.
28
E.
Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan teori di atas maka dapatlah disusun kerangka teori penelitian sebagai berikut : Faktor-faktor presdiposisi (predisposing factor) : Pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi KB suntik Karakteristik ibu : umur, pendidikan, pendapatan.
Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) : Lingkungan fisik Ketersedian sarana dan prasarana KB suntik misalnya, jenis-jenis alat-alat kontrasepsi, dan adanya informasi yang lengkap.
Keteraturan Penggunakan KB suntik
Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) : Sikap dan perilaku petugas kesehatan KB suntik
Bagan 1: Kerangka Teori (Sumber : Notoatmodjo, 2003 yang dimodifikasi)
29
F. Kerangka Konsep Variabel bebas
Variabel terikat Umur
Faktor Karakteristik
Pendidikan Pendapatan Keteraturan Penggunakan KB suntik
Pengetahuan
Bagan 2 : Kerangka Konsep
G. Hipotesa a. Ada hubungan umur dengan Keteraturan Penggunakan KB suntik b. Ada hubungan pendidikan dengan Keteraturan Penggunakan KB suntik c. Ada hubungan pendapatan dengan Keteraturan Penggunakan KB suntik d. Ada hubungan pengetahuan dengan Keteraturan Penggunaan KB suntik.
30