BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pendahuluan Pensiun adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak memiliki pendapatan
karena dia berhenti bekerja. Sedangkan perencanaan pensiun (pension plan) adalah suatu upaya yang bertujuan untuk memberikan jaminan kesinambungan penghasilan bagi seseorang pada saat memasuki masa pensiun. Program
perencanaan pensiun
ini berfungsi
untuk menyediakan
pendapatan bagi pegawai di saat pensiun. Pegawai yang masih aktif bekerja akan menghadapi masa pensiun yang disebabkan oleh berbagai kemungkinan seperti pensiun karena meninggal, cacat (disable), keluar (vested), pensiun dini (withdrawl) ataupun pensiun normal (retirement). Ada beberapa peraturan dasar pendanaan pensiun, diantaranya adalah : 1. Peraturan dasar yang berkaitan dengan keanggotaan, berkaitan dengan mendapatkan manfaat (uang pensiun). 2. Peraturan dasar yang berkaitan dengan besarnya manfaat. Sedangkan, ada 2 metode evaluasi pendanaan pensiun, yaitu ; 1. Metode Iuran Pasti (Defined Contribution) atau PBCM (Projektiv Benefit Cost Method) yaitu cara atau metode pendanaan pensiun yang mana iuran peserta (Normal Cost) di hitung terlebih dahulu, lalu manfaatnya ditentukan kemudian.
8
9
2. Metode Manfaat pasti atau ABCM (Accrued Benefit Cost Method) yaitu cara atau metode pendanaan pensiun yang mana penyelenggara menetapkan terlebih dahulu manfaat pensiun yang diinginkan, sedangkan iurannya ditentukan kemudian. Metode pendanaan pensiun yang akan di bahas pada penelitian kali ini adalah metode ABCM yang merupakan program pensiun manfaat pasti. Ada beberapa teori pendukung yang menjadi dasar pemahaman untuk memecahkan masalah dalam penentuan iuran menggunakan metode ABCM. Berikut ini akan dibahas mengenai teori-teori pendukungnya.
2.2
Asumsi Aktuaria Dalam perhitungan aktuaria yang berkaitan dengan perhitungan biaya
pensiun (pensiun cost) terdapat beberapa asumsi maupun keadaan atau kondisi pada masa yang akan datang, berikut ini adalah uraiannya : a) Asumsi Penurunan Populasi Dalam pension plan, penurunan atau pengurangan jumlah anggota yang masih aktif dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, antara lain kematian, cacat karena kecelakaan, pengunduran diri maupun pengunduran diri karena usia. Sedangkan dari populasi yang memiliki anggota tidak aktif (pensiun) penurunan jumlah diakibatkan karena meninggal (single decrement). Oleh karena itu, sistem penurunan populasi pada permasalahan pendanaan pensiun dikatakan sebagai penurunan ganda (multiple decrement).
10
Distribusi Masa Hidup Bila X menyatakan suatu variabel acak yang merupakan usia seseorang pada saat meninggal, dan x menyatakan nilai dari variabel acak tersebut, maka : F ( x ) P ( X x ),
…(2.1)
x 0.
adalah peluang seseorang meninggal sebelum atau pada saat usia x dan s ( x ) 1 F ( x ) P ( X x ),
x 0.
…(2.2)
adalah peluang seseorang dapat bertahan hidup sampai dengan usia x atau akan meninggal setelah usia x.
disebut distribusi masa hidup (Survival
s( x)
Distribution). Melalui penggunaan hukum peluang, dapat diperhatikan bahwa peluang sesorang akan meninggal pada usia antara x dan z, dimana x z , adalah P( x X z ) F ( z ) F ( x) s ( x) s ( z ).
…(2.3)
Sedangkan peluang bersyarat seseorang akan meninggal pada usia antara x dan z, bila diketahui ia hidup sampai dengan usia x adalah
F ( z ) F ( x) 1 F ( x) s ( x) s ( z ) . s( x )
P( x X z | X x)
…(2.4)
Bila x merupakan notasi untuk orang yang sekaran berusia x dan T(x) sebagai sisa waktu dari x sebelum meninggal, dengan gambaran sebagai berikut :
11
Maka dengan pengertian gambar di atas peluang x akan meninggal dalam waktu t tahun mendatang t qx adalah sebagai berikut :
t
q x P T x t ,
t
px 1 t q x P T x t ,
t 0.
…(2.5)
dan t 0.
…(2.6)
diartikan sebagai peluang x akan hidup selama t tahun lagi dengan t qx adalah fungsi distribusi dari T x dan t px merupakan fungsi kehidupan untuk x. Dalam hal khusus, pada usia 0 ( x 0) , T (0) X dan s p0 s( x),
x 0.
…(2.7)
Secara umum bila diketahui x masih hidup t tahun lagi, maka peluang ia akan meninggal dalam watu t u untuk ( u 0) adalah
t |u
qx P t T ( x) t u
t u
q x t qx
…(2.8)
t px t u p x . Berdasarkan (2.3) dan (2.6) maka seseorang yang saat ini berusia x dapat dituliskan sebagai t qx , t px dan
t| u
qx dalam perumusan berikut ini :
12
t
qx P x X x t | X x 1
t
…(2.9)
s( x t ) . s ( x)
px 1 t qx s( x t ) s ( x) p x t 0 . x p0
…(2.10)
t |u
s ( x t ) s( x t u ) s ( x) s( x t ) s( x t ) s( x t u ) s ( x) s( x t ) t px t 0, u 0. u q x t ,
qx
…(2.11)
Misalkan z x x , menurut persamaan (2.3)
F ( x x) F ( x) 1 F ( x) f ( x)x . 1 F ( x)
P x X x x | X x
dimana f ( x ) F '( x ) merupakan fungsi densitas (f.d) dari X dan
…(2.12)
f ( x) 1 F ( x)
merupakan fungsi densitas bersyarat dari usia X pada usia x, bila ia masih hidup pada usia tersebut, dan f.d bersyarat ditulis sebagai . Dengan demikian,
x
f ( x) s '( x) . 1 F ( x) s ( x)
disebut dengan laju penurunan sesaat (force of decrement).
…(2.13)
13
Variabel K ( x ) merupakan bilangan bulat terbesar yang lebih kecil dari T ( x) .
Pr K ( x ) k Pr K T ( x) K 1 Pr K T ( x) K 1 k |l qx
…(2.14)
k | qx k px
qx k .
Multiple Decrement Decrement dapat diartikan bahwa berkurangnya suatu populasi akibat dari terjadinya berbagai penyebab. Dalam konteks asuransi jiwa, multiple decrement diartikan sebagai penyebab seseorang meninggal sehingga dia akan memperoleh benefit/santunan. Namun dalam konteks pension plan, multiple decrement diartikan sebagai penyebab seseorang berhenti bekerja (pensiun) sehingga dia akan menerima manfaat pensiun. Dalam hal sistem penurunan ganda (multiple decrement), misalkan terdapat m buah factor penyebab penurunan. Dari populasi, terdapat (1)
( 2)
ad x , ad x
( m)
,..., ad x
yang menyatakan besarnya penurunan populasi dalam
satu tahun oleh penyebab (1), (2,),…,(m). Maka : m
al x (al ) x 1 (ad )(xk ) .
…(2.15)
k 1
Demikian halnya dengan : w
(al ) (xk ) ( ad ) (xk)t . t 0
…(2.16)
14
w (1) ( al ) (1) x ( ad ) x t .
…(2.17)
t0
dengan :
(al ) (xk ) : banyaknya orang yang masih bekerja pada usia x yang nantinya akan keluar dari populasi kerja karena penyebab ke-k. Berkaitan dengan pension plan, maka akan dipergunakan sedikitnya 5 jenis tabel penurunan masing-masing adalah :
q(m)
: Mortality rate (peluang seseorang pensiun karena meninggal)
q (w)
: Withdrawl rate (peluang seseorang pensiun karena pensiun dini)
q(d )
: Disability rate (peluang seseorang pensiun karena terjadi kecelakaan)
q( r )
: Retirement rate (peluang seseorang pensiun karena pensiun normal)
q( v)
: Vested rate (peluang seseorang pensiun karena pensiun keluar)
b) Asumsi Pendapatan yang akan datang Benefit atau manfaat dari pension plan dan kontribusinya biasanya bergantung pada besaran gaji. Oleh karena itu, sering kali harus dilakukan penaksiran terhadap gaji yang akan datang dari seseorang yang saat ini akan bekerja. Sedikitnya ada 3 faktor yang menentukan besaran taksiran gaji, yaitu:
15
1. Kenaikan gaji karena jasa, masa kerja dan peningkatan keterampilan (morit). Kenaikan gaji seseorang karyawan yang dihubungkan pada jasa dan kemampuan, biasanya sangat bergantung pada kemampuan yang ditunjukkan atau rasa tanggung jawab yang telah diberikan. Untuk penyederhanaan biasanya aktuaris mengasumsikan bahwa besarnya kenaikan dikaitkan dengan usia. Besarnya kenaikan biasanya dinyatakan dengan skala gaji (salary scale), yaitu perbandingan gaji antara tahun ini dengan tahun yang lalu.
2. Kenaikan gaji yang disebabkan oleh produktivitas karyawan yang naik. Kenaikan
yang
dihubungkan
dengan
produktivitas
sangat
bervariasi, mengingat keuntungan dan sumbangan karyawan yang telah diberikan untuk mendapat keuntungan tersebut. Agar lebih sederhana, komponen produktivitas dianggap konstan yaitu sebesar 1% per tahun.
3. Kenaikan gaji karena adanya inflasi. Komponen yang sangat kuat pengaruhnya pada kenaikan gaji adalah inflasi. Sangat wajar apabila turunnya daya beli yang disebabkan oleh inflasi diimbangi dengan kenaikan. Jika mungkin, kenaikan ini disamakan dengan laju inflasi.
16
2.3
Fungsi Gaji Jika benefit dalam pension plan dengan gaji (salary) pegawai, maka
diperlukan rumusan notasi gaji dan prosedur untuk mengestimasi gaji di masa yang akan datang. Gaji saat ini untuk pegawai berusia x dinotasikan dengan s x . Gaji Kumulatif sampai dengan x 1 dinotasikan dengan Sx . Maka : x 1
S x st ,
untuk x y.
… (2.18)
ty
Estimasi gaji pegawai di usia x berdasarkan gaji saat usia y adalah sebagai berikut :
s x sy
(SS ) x x y 1 I P , (SS ) y
… (2.19)
dengan :
sy
: gaji saat usia y
(SS ) x
: skala gaji pada usia x
I
: rate inflasi
P
: rate produktivitas yang tergambar dalam kenaikan gaji pegawai
2.4
Fungsi Manfaat Pensiun Fungsi manfaat pensiun (benefit function) berfungsi untuk menentukan
besarnya manfaat (benefit) yang akan di terima pegawai pada saat pensiun.
17
Misalkan bx menyatakan benefit accrual yang dibayarkan pada setiap tahun untuk jangka waktu x sampai dengan x 1 , maka jumlah dari manfaat-manfaat pensiun (benefit pensiun) yang disebut dengan accrued benefit seseorang dari sejak usia masuk y sampai dengan usia x dalah : x 1
Bx bt . ty
… (2.20)
Untuk merumuskan manfaat pensiun, digunakan perumusan satuan manfaat yaitu rumusan untuk menentukan besarnya manfaat untuk setiap tahun masa kerja yang dilakukan. Pada dasarnya ada tiga rumus untuk hal tersebut, yaitu: 1. Flat Benefit (Manfaat Tetap) Flat Benefit (Manfaat Tetap) merupakan jumlah benefit accrual yang dibayarkan sama dalam setiap tahunnya, sehingga benefit accrual kumulatifnya (accrued) hanya merupakan perkalian dari masa kerja dengan benefit accrual-nya. Perumusannya adalah sebagai berikut :
Bx ( x y )bx .
… (2.21)
2. Career Average (Rata-rata Karier) Career Average (Rata-rata Karier) adalah jumlah benefit accrual yang dibayarkan setiap tahunnya berdasarkan persentase tetap dari rata-rata gaji pegawai dalam satu tahun. Berikut ini adalah perumusan untuk benefit accrual-nya :
bx k sx .
… (2.22)
18
Perumusan di atas adalah perumusan untuk benefit accrual pada metode career average, sedangkan perumusan untuk accrued benefitnya adalah sebagai berikut : x 1
Bx k st t y x 1
k st ty
k Sx ,
… (2.23)
dengan : k
:
koefisien proporsional yang merupakan proporsi gaji setiap tahun yang dibayarkan sebagai benefit accrual (0 k 1)
sx
:
gaji pada saat usia x
Sx
:
jumlah gaji dari usia y sampai dengan usia x-1
3. Final Average (Rata-Rata Penghasilan Terakhir) Cara tersebut bertujuan untuk lebih mengoptimalkan manfaat pensiun karena secara fakta gaji seseorang pada n tahun terakhir sebelum pensiun akan lebih besar dibandingkan rata-rata gajinya selama bekerja. Berikut ini adalah perumusan untuk benefit accrued :
Bx k ( x y )
1 x 1 st n t y
1 k ( x y ) ( S x S x n ), n
…(2.24)
19
dengan n merupakan jumlah tahun untuk perhitungan rata-rata gaji terakhir. Untuk menekan laju kenaikan biaya, dalam perhitungannya dilakukan suatu modifikasi. Ada 2 macam modifikasi benefit accrual, yaitu : 1. Modifikasi Costant Amount (CA) Merupakan pengembangan dari flat benefit, yang nilainya ditentukan menggunakan nilai yang sama pada setiap waktunya. Dalam modifikasi ini, bx ditransformasikan ke dalam prorateshare dari projected benefit, yang dirumuskan dengan ; CA
bx
Br , x. r y
Modifikasi di atas memberikan
…(2.25) CA
bx yang bernilai tetap dan tidak
bergantung pada x dan besarnya accrued benefit adalah : CA
dengan
CA
Bx
x y Br , x, ry
…(2.26)
Bx adalah total benefit yang akan di terima dengan
menggunakan modifikasi Constant Amount.
2. Modifikasi Constant Percentage of Salary (CS) Merupakan perkembangan dari fungsi benefit career average, di mana pensiun benefit ditentukan berdasarkan persentase dari gaji. Dalam modifikasi ini, bx ditransformasi menjadi nilai yang setara dengan
20
persentase gaji yang konstan setiap tahunnya, sehingga rumusan accruel benefit-nya sebagai berikut : CS
bx
Br sx . Sr
…(2.27)
Sehingga perumusan untuk accrued benefit-nya sebagai berikut : CS
2.5
Bx
Br Sx . Sr
…(2.28)
Pension Plan Pension plan merupakan suatu program jangka panjang yang berintikan
perpaduan
antara
risiko
dan
tabungan
yang
menyangkut
pengelolaan
kesejahteraan karyawan dan keluarganya. Pegawai yang masih aktif bekerja akan menghadapi pensiun yang disebabkan oleh berbagai kemungkinan seperti pensiun karena meninggal, cacat (disable), keluar (vested), pensiun dini (withdrawl), ataupun pensiun normal (retirement).
2.5.1
Metode Pendanaan Pensiun Pada dasarnya, prinsip pendanaan program pensiun yaitu adanya
keseimbangan antara apa yang dibayarkan oleh peserta program pensiun dengan apa yang akan dikeluarkan oleh suatu badan pengelolaan dana pensiun berkaitan dengan adanya klaim dari peserta program pensiun. Artinya, besarnya iuran yang dibayarkan peserta harus dapat menutupi seluruh manfaat pada saat pensiun
21
sampai peserta tersebut meninggal dunia. Gambaran umum program pendanaan pensiun pada pensiun normal dapat dilihat seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Prinsip Pendanaan Program Pensiun Normal
Berkenaan dengan pensiun, terdapat beberapa penyebab terjadinya pensiun diantaranya adalah pensiun karena usia, pensiun karena cacat, pensiun dini, pensiun keluar dan pensiun karena meninggal. Dalam pensiun karena usia, disebabkan sesorang tersebut pensiun karena batas umur yang telah ditentukan. Dalam Pegawai Negeri Sipil (PNS), batas usia seorang pegawai pensiun karena usia adalah 56 tahun. Dalam pensiun dini, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat mengajukan pensiun dini mulai umur 50 tahun hingga 55 tahun. Pensiun keluar adalah pensiun yang disebabkan oleh keluarnya seorang pegawai dari
22
pekerjaannya karena alasan tertentu. Pensiun karena cacat ini disebabkan karena terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan orang tersebut cacat, sehingga tidak memungkinkan lagi yang bersangkutan untuk bekerja secara normal. Sedangkan pensiun meninggal, disebabkan oleh sesorang tersebut meninggal sehingga manfaat pensiun akan di terima oleh keluarganya. Dalam penelitian ini, akan di bahas mengenai pensiun cacat (disability). Prinsip pendanaan pensiun cacat pun, hampir sama dengan prinsip pensiun normal. Namun pada pensiun cacat, dimisalkan peserta pendanaan pensiun mengalami kecelakaan pada usia x, sehingga tidak dapat lagi melakukan pekerjaan seperti sedia kala. Maka orang tersebut harus mengalami pensiun cacat. Berikut ini adalah gambaran umum program pendanaan pensiun pada pensiun cacat dapat dilihat seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Prinsip Pendanaan Program Pensiun Cacat
23
Terdapat dua jenis metode pendanaan program pensiun yaitu metode Projected Benefit Cost Method (Metode Iuran Pasti) dan Accrued Benefit Cost Method (Metode Manfaat Pasti). Berikut ini adalah uraian kedua metode tersebut : 1. Projected Benefit Cost Method (PBCM) PBCM
merupakan
metode
pendanaan
pensiun
dimana
pihak
penyelenggara dana pensiun terlebih dahulu menetapkan iuran (normal cost/kontribusi) yang diinginkan. Sedangkan benefit ditentukan kemudian. Umunya ada 2 metode/rumusan yang berkaitan dengan metode pembiayaan, masing-masing yaitu : a.
CA
PBCM yang dipergunakan bilamana iuran normal (normal cost) bernilai
konstan selama masa kerja peserta pendanaan pensiun. b.
CS
PBCM , bilamana iuran normal (normal cost) merupakan persentase yang
konstan terhadap gaji pekerja tersebut.
2. Accrued Benefit Cost Method (ABCM) Metode ABCM atau yang lebih di kenal dengan metode manfaat pasti yaitu suatu metode pendanaan pensiun yang memiliki prinsip bahwa pihak penyelenggara menetapkan terlebih dahulu total manfaat pensiun yang akan di terima peserta pada saat pensiun, selanjutnya besaran tersebut (accrued benefit) akan diakumulasi ke tiap-tiap masa kerja sampai masa pensiun, alokasi ini yang dinamakan sebagai iuran normal/normal cost. Dalam metode ini, suatu badan pengelola pendanaan pensiun menetapkan terlebih dahulu manfaat pensiun yang dikehendaki, sedangkan kontribusi/iuran
24
peserta ditentukan kemudian. Besarnya manfaat pensiun terdiri dari benefit dan tabungan hari tua (THT). Berdasarkan ketetapan pemerintah telah mengatur bahwa besarnya benefit setahun adalah :
Bxw 12 2,5% Gaji Dasar Pensiun MK .
…(2.29)
dengan : MK
: masa kerja pegawai terhitung mulai saat mengikuti program pendanaan pensiun sampai mencapai usia pensiun.
Gaji Dasar Pensiun
: Gaji dasar tahun terakhir bekerja.
Selain benefit, peserta akan mendapatkan tabungan hari tua (THT) yang dibayarkan sekaligus pada awal tahun pensiun, dengan rumusan sebagai berikut : THTrw h y
0.60
MI1 P1 0.60 MI 2 P2 – P1 . …(2.10)
dengan : MI1
: Masa iuran sejak mulai jadi peserta sampai berhenti
MI2
: Masa iuran sejak tanggal tahun 2001 sampai berhenti
P1
: Penghasilan terakhir sebulan sesuai tabel gaji pokok tahun 1997
P2
: Penghasilan terakhir sebulan sesuai tabel gaji pokok tahun 2001 Berdasarkan manfaat pensiun tersebut, maka besarnya kontribusi untuk
jenis pensiun cacat (disability) adalah ekspektasi dari manfaat dan present value, dengan rumusan sebagai berikut :
25
NCx
d
E bx v
k x 1
2
ak 1 . 2
…(2.30)
Berdasarkan gambar diatas, maka dapat dihitung besarnya iuran normal untuk pensiun cacat. Berikut ini adalah perumusannya :
NC x
1
d
NC x
1
g 1 v 2 bx ax 1 0 p x qx d g1 1 v 2bx ax 2 1 p x qx d ... 2
d
2
r 1
bx g k 1 v kx
k x 1
2
2
ak 1
2
k x 1
2
px( ) qk( d)1 . 2
…(2.31)
…(2.32)
dengan
NCx
d
:
Normal Cost / iuran normal pada saat usia x untuk pensiun karena cacat (disability).
:
bx
Accrual benefit yang dibayarkan pada setiap tahun untuk jangka waktu x sampai dengan x+1.
gk 1
:
persentase besarnya pensiun pada saat terjadi kecelakaan
2
(kebijakan dari perusahaan).
v
k x 1
2
ak 1
:
faktor diskonto dari usia x hingga k.
:
present value dari anuitas hidup pada usia k+1, atau pada saat pensiun karena cacat.
k x
px( )
qk( d )
:
peluang seseorang masih bekerja.
:
peluang orang pensiun karena terjadi kecelakaan yang menyebabkan cacat.
Sedangkan besarnya risiko dari iuran normal pensiun cacat adalah simpangan bakunya, yang dihitung melalui variansnya. Berikut ini adalah risiko iuran normalnya sebagai berikut :
26
k x 12 .a . Risiko ( NC ) x Var bx .g k 1 .v k 1 2 2
…(2.33)
Pada penelitian ini akan digunakan metode ABCM. Metode ABCM digunakan untuk memecahkan masalah karena besar iuran normal meningkat seiring dengan adanya pertambahan usia, diikuti dengan peningkatan besarnya gaji setiap tahun, dimana laju kenaikan gaji lebih besar dibandingkan dengan laju kenaikan iuran normal. Jadi besar iuran normal semakin meningkat, persentase iuran normal dari gaji tiap tahun akan semakin menurun, sehingga beban peserta setiap tahun akan menurun.
2.6
Kurs Valuta Asing Pertukaran suatu mata uang dengan mata uang lainnya disebut transaksi
valas, atau foreign exchange transaction. Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang/exchange rate. Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai harga mata uang suatau Negara dalam suatu Negara dalam unit komoditas (seperti mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai mata uang). Kurs menunjukkan harga suatu mata uang, jika dipertukaran dengan mata uang lain.
2.7
Sistem Nilai Kurs Sistem nilai kurs adalah sebuah kebijakan yang diambil oleh suatu Negara
dalam mengontrol nilai mata uangnya terhadap pergerakan nilai mata uang asing. Penggunaan sistem nilai tukar yang tepat akan sangat membawa dampak
27
terhadap maju mundurnya perekonomian dalam suatu Negara. Pada prinsipnya, setiap Negara dapat menggunakan satu dari tiga sistem nilai kurs yang ada. Hal ini tergantung dari kebijakan dan kekuatan ekonomi dari masing-masing Negara. Adapaun ketiga sistem nilai kurs yang saat ini dipakai adalah sebagai berikut :
1. Sistem Nilai Kurs Terpatok (Pagged Currency Regimes) Merupakan sistem nilai kurs yang dapat dipakai oleh otoritas keuangan suatu Negara, yang dapat membuat nilai mata uang suatu Negara memiliki nilai tukar yang tetap terhadap nilai mata uang Negara lainnya yang menjadi partner bisnis
utamanya,
atau
yang
menjadi
parameter utama dalam sistem perekonomian yang dianutnya.
2. Sistem Nilai Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Currency Regtimes) Merupakan sistem nilai kurs yang memberikan sedikit peluang kepada mata uang suatu Negara untuk berfluktuasi dalam batas kisaran tertentu yang sudah ditetapkan oleh otoritas keuangannya terhadap nilai mata uang Negara lain.
28
3. Sistem Nilai Kurs Mengambang Bebas (Independently Floating Currency System) Merupakan sistem nilai kurs yang memberikan kesempatan yang sebebas-bebasnya bagi mata uang suatu Negara yang berfluktuasi sesuai dengan mekanisme pasar.
Sebelum menentukan sistem kurs mana yang dapat dipakai, sebuah Negara harus terlebih dahulu mengukur potensi ekonomi negaranya berdasarkan sumber daya alam yang dimiliki, kondisi perdagangan, dan parameter-parameter ekonomi lainnya, sehingga sistem nilai kurs yang dianutnya dapat lebih efektif dalam memacu perkembangan ekonomi dari Negara yang bersangkutan. Namun mengenai penentuan dari sistem nilai kurs mana yang cocok dibahas, tidak akan dibahas dalam skripsi ini. Sejak tahun 1970, Negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai kurs, diantaranya : a) Tahun 1970 hingga 1978 berlaku sistem nilai kurs terpatok b) Sejak tahun 1978 berlaku sistem nilai kurs mengambang terkendali c) Sejak tanggal 14 Agustus 1997 berlaku sistem nilai kurs mengambang bebas. Dengan diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas pada bulan Agustus 1997 di Indonesia, maka nilai tukar rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar mencerminkan kekuatan permintaan dan penawaran.