BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Jumlah kendaraan maksimum yang melewati pintu masuk pada gerbang tol akan menunjukan kapasitas dari gerbang tol. Jumlah maksimum kendaraan pada gerbang tol didapat berdasarkan pada perencanaan awal gerbang tol dan upaya tingkat pelayanan dan waktu pelayanan yang cepat. Kecepatan pelayanan di gerbang tol dapat mempengaruhi besar kecilnya tingkat antrian disamping kemampuan kapasitas gerbang tol itu sendiri. II.1. Type Gerbang Tol (Toll Gate). Berdasarkan letaknya pada jalan tol dapat dibedakan 2 gerbang tol, yaitu : a. Gerbang Tol Barrier, Adalah gerbang tol yang terletak pada jalur utama. b. Gerbang Tol Simpang Susun atau Ramp, Adalah gerbang tol yang terletak pada ramp simpang susun atau jalan aksesnya. II.2. Kriteria Umum. Gerbang tol harus direncanakan sesuai dengan criteria sebagai berikut : a. Bentuk konstruksi atap dan tinggi minimum gerbang tol dibuat sedemikian sehingga mempunyai ruang bebas pada lajur lalu lintas dengan tinggi minimum adalah 5,10 m. b. Lebar atap gerbang tol minimum 13 m dan bentuk listplanknya dibuat sedemikian sehingga memungkinkan pemasangan lampu lalu lintas ataupun lane indicator. Penampatan kolom gerbang harus sedemikian II - 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sehingga tidak mengganggu pandangan bebas pengumpul tol ke arah datangya kendaraan dan kebutuhan akan ruang gerak yang memadai bagi karyawan gerbang dalm melaksanakan tugasnya di gerbang tol. c. Untuk gerbang tol dengan jumlah lajur lebih dari 10 lajur (9 pulau tol) disarankan dilengkapi dengan terowongan penghubung antar gardu dan ke kantor gerbang untuk keselamatan dan keamanan pengumpul tol yang sekaligus menampung utilitas. d. Penempatan lampu pada atap gerbang agar dibuat sedemikian hingga tidak menyilaukan pengumpul tol untuk melihat kendaraan yang datang serta tidak mengganggu fungsi lane indicator. II.3. Kriteria Perancanaan Konstruksi Gerbang Tol. Bentuk konstruksi dan material konstruksi yang digunakan dipilih dengan mempertimbangkan faktor-faktor kemudahan pelaksanaan dan operasionalnya serta kemudahan penggantian (rekonstruksi) ataupun perluasan dikemudian hari. Umumnya untuk bangunan gerbang tol tersebut digunakan konstruksi beton atau konstruksi baja. Bentuk arsitektur dari bangunan gerbang tol dibuat selaras dengan arsitektur lingkungan setempat dan serasi dengan bentuk bangunan pelengkap jalan lainnya. Perencanaan konstruksi bangunan gerbang tol harus mengikuti peraturan perancangan untuk bangunan yang berlaku. II.4. Pulau Tol (Tol Island). Lebar pulau tol minimum 2,10 m dengan panjang minimum 25 m untuk lajur searah dan 33 m untuk lajur bolak-balik (reversible lane). Ujung pulau tol yang menghadap arah datangnya lalu lintas dilengkapi dengan bull nose serta 2 bumper II - 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
block. Satu bumper block diletakkan dimuka gardu tol. Panjang bull nose 7 m dan tinggi bumper block 1,35 m diatas permukaan jalan. Batas keliling pulau tol dilengkapi dengan concrete curb (kanstin/bingkai jalan ) dengan tinggi 0,25 m diatas permukaan jalan. II.5. Gardu Tol. Gardu tol perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga menciptakan kondisi kerja yang cukup nyaman dan aman bagi pengumpul tol. Untuk itu gardu tol harus dilengkapi dengan pengatur suhu (air-conditioned) dan alat komunikasi antar gardu dan dengan kantor gerbang atau pos tol. Ukuran gardu tol minimal lebar 1,25 m panjang 2,00 m dan tinggi 2,50 m. Pintu gardu tol berupa pintu geser dan diletakkan pada bagian belakang gardu, dengan lebar minimum 0,60 m. Jendela pada sisi pengumpul tol bekerja melayani transaksi, berupa jendela geser dan dilengkapi dengan papan loket (rest arms). Kaca pintu dan jendela gardu tol harus berupa safety glass atau tempered glass. II.6. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Gardu Tol. Untuk menetapkan jumlah lajur atau jumlah gardu tol yang direncanakan, akan ditentukan oleh 3 faktor yaitu : a. Volume lalu lintas b. Waktu pelayanan di gardu tol c. Standar pelayanan (jumlah antrian kendaraan yang diperkenankan) Semakin besar volume lalu lintasnya, akan semakin banyak gardu tol yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan yang baik. Dilain pihak semakin
II - 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
panjang (lama) waktu pelayanan akan semakin banyak pula gardu tol yang diperlukan. Jumlah gardu tol yang berlebihan tentunya tidak efisien dari sisi operasional jalan tol. Sebaliknya jumlah gardu tol yang tidak mencukupi kebutuhan lalulintas akan menyebabkan pemakai jalan terpaksa harus menunggu (antri) dalam melakukan transaksi. Ini tentunya akan tidak efisien bagi pemakai jalan. Kualitas pelayanan tergantung pada jumlah antrian atau waktu menunggu rata-rata di gerbang tol. Untuk menyelesaikan masalah antrian ini dapat digunakan teori antrian . II.7. Teori Antrian. Antrian dapat terjadi bila kebutuhan terhadap suatu pelayanan melebihi kapasitas yang tersedia untuk mengadakan pelayanan. Ada beberapa contoh mengenai situasi antrian baik yang bersifat individu maupun multiple dan kombinasi yang memberikan suatu dasar analisa beberapa masalah lalu lintas seperti : -
Antrian pada gerbang tol dari jalan tol atau bebas hambatan.
-
Antrian pada persimpangan jalan dengan adanya lampu traffic light.
-
Antrian pada pemeriksaan mobil pintu masuk tempat perbelanjaan sebelum masuk pintu parkir.
Sehingga dengan adanya antrian seperti diatas ada beberarapa hal yang penting di ketahui antara lain adalah : 1. Sumber kedatangan kendaraan terbatas atau tak terbatas 2. Kapasitas tempat pelayanan atau lajur antrian bagi kendaraan. 3. Disiplin antrian.
II - 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu kendaraan antrian ditandai dengan adanya aliran unit kendaraan yang mendatangi tempat pelayanan dengan jumlah lebih dari 1 (satu). Jika pada saat itu gerbang tol dalam keadaan tidak melayani maka kendaraan yang datang dapat terlayani tanpa menunggu, tetapi jika gerbang tol dalam keadaan melayani maka kendaraan yang datang harus menunggu dibelakang kendaraan sebelumnya sampai dengan terlayani. II.7.1. Karateristik Antrian Suatu garis yang terdiri atas unit-unit satuan, dimana yang satu tertunda dibelekang yang lain pada saat menerima pelayanan disebut antrian. Antrian terjadi karena adanya kendaraan yang menunggu untuk membayar tol sehingga membentuk jalur. Ada beberapa batasan antrian yang masih dapat diterima. Selama kapasitas masih besar dari waktu pelayanan, seluruh satuan kendaraan akan dapat dilayani. Tetapi apabila kapasitas lebih kecil dari wktu pelayanan maka suatu antrian akan terjadi. Terjadinya antrian apabila waktu pelayanan lebih lama dari selisih waktu datang permenit, teori ini dipergunakan untuk menghitung besarnya antrian dan keterlambatan yang dialami oleh suatu unit yang disebabkan adanya perbedaan waktu datang dan waktu pelayanan.Selama kapasitas masih lebih besar dari waktu pelayanan maka seluruh satuan kendaraan akan dapat dilayani, tetapi apabila kapasitas lebih kecil dari pada waktu pelayanan maka antrian dapat terjadi. Disiplin antrian merupakan urutan dimana satuan kendaraan yang datang akan dilayani dan selajutnya untuk urutan berikutnya, dalam teori antrian disebut beberapa istilah sebagai berikut : a. First In First Out / FIFO atau pertama masuk pertama keluar II - 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Last In First Out / LIFO atau terakhir masuk pertama keluar. II.7.2. Proses antrian dalam sistem antrian. Proses antrian dalam sistem antrian adalah suatu proses yang
berhubungan
dengan keadaan kendaraan, kemudian menunggu dalam suatu baris (antrian) pada kondisi sibuk, dan berakhir pada saat kendaraan tersebut mendapatkan giliran untuk selanjutnya meninggalkan fasisitas pelayanan. Sedangkan sistem antrian adalah suatu himpunan pelanggan, pelayan, dan suatu aturan yang mengatur kedatangan pada pelanggan. Sumber referensi : Operation Research, seri Buku Schaum’s,Richard Bronson, Hans J.Wospakrik,1991 diperoleh dari data tentang Skema Proses Antrian sebagaimana gambar berikut :
Antrian 1
Antrian 2
Sumber Pelanggan
Pelanggan Pergi
Fasilitas Pelayanan 1
Fasilitas Pelayanan 2
Gambar 2.1. Skema proses antrian (Sumber : Operation Research, Seri Buku Scaum’s, Richard Bronson, Hans J. Wospakrik, 1991) II.7.2.1. Ciri Antrian Ciri sistem antrian dapat dilihat dari 3 (tiga) buah komponen utama meliputi : (1) pola kedatangan para pelanggan, (2) pola pelayanan, (3) kapasitas sistem untuk menampung pelanggan. II - 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.7.2.2. Pola kedatangan Pola kedatangan para pelanggan dilihat dari suatu faktor utama yaitu waktu antar kedatangan. Yang dimaksud waktu antar kedatangan ialah waktu antar kedatangan dua pelanggan yang berurutan pada suatu fasilitas pelayanan. Pola ini dapat diketahui secara pasti atau disebut juga deterministic. Atau dapat berupa suatu variable acak yang distribusi probabilitasnya dianggap telah diketahui. Apakah para pelanggan datang satu persatu atau secara rombongan. Bahkan apakah penolakan (balking) dan pembatalan (reneging) diperbolehkan. Pengertian penolakan adalah apabila seorang pelanggan menolak untuk memasuki fasilitas pelayanan karena antrian terlalu panjang. Sedangkan pembatalan, terjadi apabila seorang pelanggan yang telah berada dalam suatu antrian meninggalkan antrian dan fasilitas pelayanan yang dituju karena ia menunggu terlalu lama. II.7.2.3. Pola Pelayanan Ada satu hal yang biasa dicirikan oleh waktu pelayanan (service time), yaitu waktu yang dibutuhkan seorang pelayan untuk melayani seorang pelanggan. Konsep ini sering disebut sebagai pola pelayanan. Pola ini dapat bersifat deterministic, atau berupa suatu variable acak yang distribusi probabilitasnya dianggap telah diketahui. Besaran ini dapat bergantung pada jumlah pelanggan yang telah berada di dalam fasilitas pelayanan, atau tidak bergantung pada keadaannya. Satu hal prinsip yang perlu diketahui dalam pola ini adalah, bahwa seorang pelanggan hanya dilayani oleh satu pelayan atau pelanggan ini membutuhkan suatu barisan pelayan. Bila tidak disebutkan secara khusus, maka anggapan
II - 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dasarnya adalah bahwa satu pelayan saja dapat melayani secara tuntas urusan seorang pelanggan. II.7.2.4. Kapasitas sistem Jumlah maksimum pelanggan dalam pengertian ini biasa disebut dengan kapasitas sistem. Kapasitas sistem ini pada dasarnya mencakup para pelanggan yang sedang dilayani dan yang berada didalam antrian, yang dapat ditampung oleh fasilitas pelayanan pada saat yang sama. Sebuah sistem yang tidak membatasi jumlah pelanggan didalam fasilitas pelayanannya memiliki “kapasitas berhingga”, sedangkan suatu sistem yang membatasi jumlah pelanggan memiliki “kapasitas tak berhingga”.Dalam konteks ini, jalan Tol termasuk sebuah sistem yang tidak membatasi jumlah pelanggan (kapasitas tak terhingga) di dalam fasilitas pelayanannya.
II - 8