BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Kehamilan Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. Kehamilan
melibatkan
perubahan
fisik
maupun
emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Dalam rencana menyambut anggota baru yaitu memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya mereka menghadapi suatu tugas yang tidak biasa, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta memantau setiap kondisi yang tidak normal.
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi
masalah.
Sistem
penilaian
risiko
tidak
dapat
memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu pelayanan atau asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. 2.1.1
Tanda dan Gejala Kehamilan Menurut (Sofian, 2011)
1. Tanda-tanda presumtif: a. Amenorea (tidak mendapat haid). Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan tafsiran tanggal persalinan (TTP), yang dihitung dengan menggunakan rumus dari Naegele:
TTP = (hari HT + 7) dan (bulan HT -3) dan (tahun HT+1). b. Mual dan muntah (nausea and vomitting). Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.Karena sering terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness (sakit pagi).Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan, disebut hiperemesis gravidarum. c. Mengidam (ingin makanan khusus). Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama.Mereka juga tidak tahan suatu bau-bauan. d. Pingsan. Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat, seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan. e. Tidak ada selera makan (anoreksia). Anoreksia berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali. f.
Lelah ( fatigue). Pada wanita hamil sering kali merasakan lelah yang berlebihan jika sedang melakukan aktivitas yang ringan maupun berat.
g. Payudara
membesar,
tegang,
dan
sedikit
nyeri,
disebabkan pengaruh esterogen dan progesteron yang
merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar. h. Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin. i.
Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.
j.
Pigmentasi kulit pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai
di
muka
(chloasma
gravidarum),
areola
payudara, leher dan dinding perut (linea nigra = grisea). k. Epulis : hipertrofi papila gingivalis. l.
Pemekaran vena-vena ( varises) dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva, biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
2. Tanda-tanda kemungkinan hamil: a. Perut membesar b. Uterus membesar: terjadi perubahan dalm bentuk, besar dan konsistensi rahim c. Tanda hegar: ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu.
d. Tanda Chadwick: perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di porsio, vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar esterogen. e. Tanda Piskacek: pembesaran dan pelunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan uterina. Biasanya, tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu. f.
Kontraksi-kontraksi kecil
uterus
jikan dirangsang
=
Braxton-Hick g. Teraba ballotement. h. Reaksi kehamila positif 2.1.2 Tujuan Asuhan Antenatal 1. Memantau
kemajuan
kehamilan
untuk
memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2. Meningkatkan
dan
mempertahankan
kesehatan
fisik,
mental, dan sosial ibu dan bayi. 3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit
pembedahan.
secara
umum,
kebidanan,
dan
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. Kebijakan Program Menurut (Sofian, 2011) Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan 1. Satu kali pada triwulan pertama. 2. Satu kali pada triwulan kedua. 3. Dua kali pada triwulan ketiga. Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7T” 1. (Timbang) berat badan. 2. Ukur (Tekanan) darah. 3. Ukur (Tinggi) fundus uteri. 4. Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap. 5. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan.
6. Tes terhadap Peyakit Menular Seksual. 7. Temu wicara dalm rangka persiapan rujukan. Pelayanan/ asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. Pemberian vitamin Zat Besi Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg ( zat besi 60 mg) dan Asam Folat 500 µg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi , karena akan mengganggu penyerapan.
Imunisasi TT(Tetanus-Toksiod)
Antigen
Interval (selang waktu minimal)
TT1
Pada
kunjungan
antenal
Lama
%
perlindungan
perlindungan
-
-
pertama TT2
4 minggu setelah TT1
3 tahun*
80
TT3
6 bulan setelah TT2
5 tahun
95
TT4
1 tahun setelah TT3
10 tahun
99
TT5
1 tahun setelah TT4
25 tahun/seumur
99
hidup
Keterangan: * artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka beyi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum). Sumber: Rustam Mochtar sinopsis obstetri : penulis, Amru Sofian; Ed.3.Jakarta: EGC,2011.
Penilaian Klinik Penilaian klinik merupakan proses berkelanjutan yang dimulai pada kontak pertama antara petugas kesehatan dengan ibu hamil dan secara optimal berakhir pada pemeriksaan 6 minggu setelah persalinan. Pada setiap kunjungan
antenatal,
petugas
mengumpulkan
dan
menganalisis data mengenai kondisi ibu anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterin, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi. Jadwal kunjungan ulang a. Kunjungan I 16 minggudilakukan untuk: 1. Penapisan dan pengobatan anemia 2. Perencanaan persalinan 3. Pengenalan akibat kehamilan dan pengobatnnya b. Kunjungan II
(24---28 minggu) dan kunjungan III (32
minggu), dilakukan untuk: 1. Pengenalan
komplikasi
akibat
kehamilan
dan
pengobatannya 2. Penapisan
preeklamsia,
gemeli,
infeksi
reproduksi, dan saluran perkemihan, MAP. 3. Mengulang perencanaan persalinan. c. Kunjungan IV
36 minggu sampai lahir
alat
1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III. 2. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi. 3. Memantapkan rencana persalinan. 4. Mengenali tanda-tanda persalinan. Kebiasaan yang lazim dilakukan namun tidak menguntungkan
Kebiasaan
Keterangan
1. Mengurangi
garam
untuk
mencegah preeklamsia. 2. Membatasi
hubungan
seksual
untuk
mencegah
abortus
da
1. Hipertensi
2. Dianjurkan untuk memakai kondom
untuk
mencegah kram pada kaki 4. Membatasi
makan
besar
semen
tidak merangsang kontraksi uterus 3. Kram
pada
semata-mata
dan
minum untuk mencegah bayi
agar
(mengandung prostaglandin)
kelahiran
kalsium
karena
rettensi garam.
premature 3. Pemberian
bukan
kaki
bukan
disebabkan
keran kekurangan kalsium 4. Bayi
besar
karena
disebabkan gangguan
metabolisme pada ibu seperti diabetes militus.
2.2
Definisi Anemia Dalam Kehamilan
Ibu adalah perempuan yang telah melahirkan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007).Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi sampa lahirnya janin (Prawirohardjo, 2005). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital ibu dan janin berkurang. Selama kehamilan indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr% (Varney,2007). Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber
daya manusia.Anemia pada ibu
“Potensial
danger
membahayakan
ibu
of dan
mother anak),
and
hamil disebut
child”
karena
itulah
(potensial anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2001). Anemia dapat terjadi bila keluarnya eritrosit dari sirkulasi maupun penghancuran eritrosit meningkat tanpa diimbangi dengan peningkatan kadar produksi, atau bila
pelepasan eritrosit kedalam sirkulasi menurun. Demikian pula bila kedua proses tersebut terjadi bersamaan (Saidin, 2001).
Batas normal kadar hemoglobin seorang wanita TABEL. 1. BATAS NORMAL KADAR Hb
Kelompok
Umur
Hemoglobin (g/100ml)
Dewasa
Wanita
12 g/dl
Wanita hamil
11 g/dl
Sumber: (Varney,2006) 2.2.1
KLASIFIKASI ANEMIA Klasifikasi
anemia
pada
ibu
hamil
menurut
Prawirohardjo (2002) adalah sebagai berikut: 1. Anemia defisiensi besi Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan, gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya ciri yaitu ukuran sel
darah merah lebih dari ukuran normal dan warna coklat, yang
disebabkan
kekurangan
ion
Fe
komponen
hemoglobin dan disertai dengan penurunan kuantatif pada sintesa hemoglobin. Patofisiologi simpanan zat besi habis, kadar serum menurun, dengan gejala klinis timbul karena jumlah hemoglobin tidak adekuat untu mengangkat oksigen ke jaringan tubuh. Manifestasi klinik pucat, fertigo, keletihan, sakit kepala, depresi, takhikardi dan amenorhe. 2. Anemia Megaloblastik Anemia
megaloblastik
adalah
sekelompok
anemia yang ditandai oleh adanya eritroblas yang besar yang terjadi akibat gangguan maturasi inti sel yang dinamakan
megaloblas.
Anemia
megaloblas
disebabkan oleh defisiensi B12, asam folat, gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat, gangguan sintesis DNA akibat dari defisiensi enzim kongenital dan didapat setelah pemberian obat sitostatik tertentu. Patofisiologinya defisiensi asam folat dan vitamin B12 jelas akan mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas. 3. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik dalam kehamilan terjadi karena sumsum tulang tidak mampu membuat sel-sel darah baru.Penyebab anemia hipoplastik hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. 4. Anemia Haemolitik Anemia
hemolitik
disebabkan
karena
penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia haemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis haemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. 2.2.2. Penyebab Anemia Dalam Kehamilan Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai kurang lebih 95%. Terjadinya peningkatan volume darah mengakibatkan hemodilusi atau pengenceran darah sehingga kadar Hb mengalami penurunan dan terjadi anemia. (Varney,H.,2007,p.623). Secara umum penyebab anemia pada ibu hamil dipengaruhi banyak faktor, diantaranya adalah kurang gizi (malnutrisi), ketidakpatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet Fe,
malabsorbsi, kehilangan darah yang banyak pada saat persalinan yang lalu, haid yang berlebihan, juga penyakitpenyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria, serta anemia ibu hamil juga dipengaruhi oleh asupan gizi (Mochtar, 1998). Selain itu, jumlah paritas, frekuensi ANC, pendidikan ibu, riwayat kesehatan, penghasilan keluarga, tingkat konsumsi vitamin C dan pengetahuan
ternyata juga mempengaruhi
kejadian anemia pada ibu hamil (Darmawan, 2003). Menurut Julien Parise yang dikutip oleh Syarif (1998) menyebutkan status gizi dalam hal ini adalah anemia gizi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal sebagai berikut : a. Faktor internal meliputi antara lain umur, jarak kehamilan, berat badan, jumlah anak, status kesehatan,dan lain-lain. b. Faktor eksternal meliputi antara lain besarnya keluarga, pendapatan
pekerjaan,
pendidikan,
pengetahuan,
produksi, dan faktor lingkungan lain. 2.2.3. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena keperluan akan zat makanan bertambah dengan adanya perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Pertambahan
volume
darah
selama
kehamilan
disebut
dngan
hipervolemia.Akan tetapi, bertambahnya sel darah merah lebih sedikit dibandingkan dengan bertambahnya plasma darah sehingga
terjadi
pengenceran
darah.Pertambahan
darah
berbanding sebagai berikut plasma darah 30%, sel darah merah 80% dan hemoglobin 19% (Hanifa, 2005). Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi ibu karena pengenceran itu meringankan beban kerja jantung yang harus bekerja lebih berat selama masa kehamilan yanng disebabkan peningkatan cardiac output akibat hipervolemia. Kerja jantung akan
menjadi
ringan
apabila
viskositas
darah
rendah.
Resistensi perifer juga berkurang sehingga tekanan darah naik, dan pada perdarahan selama persalinan banyaknya unsur zat besi sedikit hilang dibandingkan apabila darah itu tetap kental (Manuaba, 2007). Hemodilusi
ini
menyebabkan
pseudoanemia
atau
anemia fisiologis. Hemodilusi dimulai pada trimester pertama kehamilan yaitu pada minggu 12 sampai 20 dan hemodilusi maksimal terjadi pada umur kehamilan 20 sampai 36 minggu. Akibat hemodilusi saja kadar hemoblobin darah ibu dapat
menurun sampai 10 gr%, umumnya kondisi ini karena turunnya cadangan zat besi (Sarimawar, 2003). 2.2.4. Diagnosa Anemia Pada Kehamilan Diagnosa anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan dengan : 2.2.4.1.Anamnesa Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing mata berkunang-kunang, keluhan mual muntah, lebih berat pada hamil muda (Sohimah, 2006). Bila terdapat keluhan lemah, nampak pucat, mudah pingsan sementara tensi dalam batas normal, maka perlu dicurigai anemia defisiensi besi (Saifuddin, 2002). 2.2.4.2.
Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik didapatkan ibu tampak lemah,
kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal, pucat pada membran mukosa dan konjuntiva karena kurangnya sel darah merah pada pembuluh kapiler dan pucat pada kuku serta jari (Saifuddin, 2002). 2.2.4.3.
Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III. Dengan
melihat hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik maka diagnose dapat dipastikan dngan pemeriksaan kadar Hb. Ada beberapa metode untuk menentukan kadar Hb yaitu : a. Metode kertas lakmus Metode ini praktis dan sederhana serta tidak memerlukan pereaksi ataupun peralatan tertentu, karena yang digunakan adalah kertas yang disebut kertas lakmus yang khusus untuk menentukan kadar Hb.
Caranya
setelah
darah
diteteskan
diatas
permukaan kertas lakmus, kemudian didiamkan selama ± 5 menit pada suhu ruangan hingga darah menjadi kering. Setelah kering, warna darah yang terbentuk dibandingkan secara visual ditempat yang cukup tenang dengan sederet warna standar sudah dikalibrasi sedemikian rupa secara kualitatif sehingga setiap warna menunjukkan nilai kadar Hb. Dengan demikian warna standar yang dibandingkan dengan darah yang diuji menunjukkan kadar Hb darah (Sihadi, dkk, 2002). b. Metode Sahli
Prinsipnya membandingkan warna darah visual akan tetapi memerlukan peralatan dan pereaksi tertentu. Peralatan yang digunakan sangat sederhana dan ringan sehingga memungkinkn dibawa ke lapangan. Cara
kerjanya,
kira-kira
5
tetes
HCL
0,1
N
dimasukkan kedalam tabung khusus yang di sebut tabung hemometer. Darah yang akan dtentukan kadar Hbnya di pipet sebanyak ± 20 mikroliter dan dimasukkan ke dalam tabung hemometer tadi, lalu ditempatkan dalam alat hemometer. Pada alat tersebut terdapat dua tabung. Tabung pertama berisikan contoh darah yang akan ditentukan kadar Hbnya dan tabung kedua berisikan larutan standar. Posisi kedua tabung itu berdampingan dan sisi kedua tabung bisa dilihat dari sisi yang sama. Kemudian tabung
yang
berisikan
contoh
darah
ditambah
aquades secara perlahan sehingga warna larutan menyamai warna larutan standar yang ada pada tabung
sebelahnya.
Setelah
persamaan
warna
tercapai kadar Hb dapat diketahui dengan membaca batas permukaan larutan yang berimpit dengan skala yang tertera pada alat hemometer dekat dengan tabung contih darah tadi. Metode Sahli ini masih
dianggap subyektif
karena perbandingan warna
dilakukan secara visula (Sihadi, dkk, 2002). c. Metode Sianmethemoglobin Berbeda dengan metode kertas lakmus, metode ini memerlukan peralatan dan pereaksi khusus, tetapi hasil yang diperoleh ini lebih teliti. Caranya darah dipipet dengan menggunakan pipet mikro sebanyak 20 mikroliter, kemudian dilarutkan dalam 5,0 ml larutan drabkin 1g NaHC03, 0,05 g KCN, 0,2G KF (CN) dalam satu liter aquades yang sudah disediakan sebelumnya di dalam suatu tabung reaksi. Larutan drabkin dikocok untuk menyempurnakan kelarutan darah
sehingga
diperoleh
homogen.Kepekaan
warna
warna
larutan
larutan
yang dibaca
menggunakan alat spectrophotometer pada panjang gelombang 540 nm. Hasil pembacaan menunjukkan kadar Hb, di hitung berdasarkan hasil pembacaan alat pada
larutan
standar
yang
telah
diketahui
konsentrasinya. Metode ini sangat dianjurkan WHO (1968)
karena
sampai
saat
ini
dinilai
dapat
menghasilkan data yang paling teliti (Sihadi, dkk, 2000).
2.3.
Gejala Anemia Menurut (Varney, 2006) tanda dan gejala anemia defisiensi zat besi tidak khas hampir sama dengan anemia pada umumnya yaitu: 1. Letih, sering mengantuk 2. Pusing, lemah 3. Nyeri kepala 4. Luka pada lidah 5. Kulit pucat 6. Membran
mukosa
pucat
(misal,
konjungtiva
anemis) 7. Bantalan kuku pucat 8. Tidak nafsu makan, mual. dan muntah 2.3.1.
Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Janin (Manuaba, 2002) Gangguan selama hamil dapat berupa : a. Mengurangi rasa yang menyenangkan dalam masa kehamilan karena kelelahan b. Mengurangi
daya
tahan
ibu
sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi c. Meningkatkan resiko terjadinya persalinan prematur karena kurangnya suplay darah ke uterus
d. Pendarahan ante pertum e. Abortus f.
Hambatan tumbuh kembang janin
Gangguan yang dapat terjadi selama persalinan: a. Partus lama akibat kontraksi uterus yang tidak kuat oleh karena hipoksia jaringan. b. Kurangnya kemampuan dan kekuatan ibu untuk menghadapi persalinan sehingga menyebabkan maternal distress, selanjutnya dapat terjadi syok. c. Dapat mengakibatkan atonia uteri dalam semua kala persalinan dan terjadi perdarahan post partum. d. Mudah terjadi infeksi selam persalinan. e. Retensio plasenta. Ganguan selama nifas : a. Mudah terjadi infeksi karena komdisi yang lemah dan daya tahun menurun b. Terjadinya
subinvolusio
uteri
menyebabkan
perdarahan post partum c. Pengeluaran ASI berkurang d. Terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
e. Anemia masa nifas Pengaruh anemia terhadap janin : a. Abortus b. Terjadinya kematian intrauterine c. Persalinan prematuritas tinggi d. Bayi berat lahir rendah e. Kelahiran dengan anemia f.
Dapat terjadi cacat bawaan
g. Bayi mudah mendapat infeksi sampa kematian perinatal h. Intelegensi rendah 2.4
Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Dalam Kehamilan
2.4.1
Usia Ibu Menilai bahwa masa reproduksi yang sehat, resiko dengan kompliasi kehamilan adalah umur 20--35 tahun, sedangkan kehamilan beresiko adalah kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun. Reproduksi sehat terkait dengan keadaan biologis dan psikologis dari ibu hamil (Manuaba, 2007). Hubungan dengan anemia bahwa pada umur kurang dari 20 tahun
dapat menyebabkan anemia karena pada umur tersebut perkembangan biologis alat reproduksi belum optimal.. Pada
usia
belia,
psikis
yang
belum
matang
juga
menyebabkan wanita hamil mudah mengalami guncangan mental yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Selain kehamilan dibawah usia 20 tahun, kehamilan dengan usia di atas 35 tahun juga merupakan kehamilan beresiko tinggi. Wanita yang hamil dalam usia yang terlalu tua yaitu > 35 tahun pun akan rentan terhadap anemia. Anemia terkait dengan penurunan daya tahan tubuh sehingga
mudah
terkena
berbagai
infeksi
selama
kehamilan (Amiruddin dan Wahyuddin, 2004). 2.4.2
Paritas Paritas adalah faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan
janin
selama
kehamilan
maupun
melahirkan.Merupakan salah satu faktor yang diasumsikan mempunyai hubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.Jumlah
paritas
adalah
banyaknya
bayi
yang
dilahirkan seorang ibu dalam keadaan hidup maupun lahir mati. Hubungan kadar Hb dengan paritas dalam Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005 menunjukkan bahwa prevalensi anemia ringan dan berat akan lebih
tinggi dengan bertambahnya paritas. Prevalensi anemia ringan 1 4 lebih tinggi dari pada paritas 0 yaitu 70,5% sedangkan pada paritas > 5 prevalensi anemia lebih tinggi dari pada paritas 1 4 yaitu 72,9% untuk anemia ringan dan untuk anemia berat sebesar 7,6%. Pada paritas 1 4 anemia berat hanya 3,5% dan pada paritas 0 sebesar 2,9%. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemia.Paritas >4 merupakan paritas yang beresiko mengalami anemia dalam kehamilan (Murtini, 2004). KLASIFIKASI PARITAS 1. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006). 2. Multipara adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney,2006). 3. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati (Rustam, 2005).
2.4.3
Jarak Kehamilan Setiap kehamilan akan menyebabkan cadangan zat besi berkurang oleh karena itu pada setiap akhir kehamilan diperlukan waktu 2 tahun untuk mengembalikan cadangan zat besi ke tingkat normal dengan syarat bahwa selama masa tenggang waktu tersebut kesehatan dan gizi dalam kondisi yang baik. Maka sebaiknya jarak persalinan terakhir dengan jarak persalinan berikutnya minimal 2 tahun.
Dengan
adanya
tenggang
waktu
tersebut
diharapkan ibu dapat mempersiapkan keadaan fisiknya dengan caramelengkapi diri dengan makanan yang mengandung protein dan zat besi serta bergizi tinggi untuk menghindari terjadinya anemia, disamping itu memberikan kesempatan kepada organ-organ tubuh untuk memulihkan fungsi faal maupun anatomisnya (Manuaba, 2007). 2.4.4
Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.Status gizi adalah gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi seseorang.Apabila asupan tersebut sesuai maka disebut gizi baik, jika kurang disebut gizi kurang dan apabila asupan lebih maka disebut gizi lebih. Ada dua faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu:
1. Faktor langsung Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga keran penyakit.Orang yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada orang yang tidak memperoleh cukup makan maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit. 2.
Faktor tidak langsung Faktor tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu: a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai, setiap
keluarga
diharapkan
mampu
untuk
memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun gizinya b. Pola pengasuhan kurang memadai, setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik fisik, mental dan sosial.
c. Pelayanan
kesehatan
dan
lingkungan
kurang
memadai, sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air besih dan srana pelayanan kesehatan dasar
yang
terjangkau oleh setiap keluarga membutuhkan. 2.4.5
Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Menurut
Departemen
pemeriksaan
kehamilan
Kesehatan (ANC)
RI
bertujuan
(2001) untuk
mengetahui dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama kehamilan dapat dipelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Tujuan pemeriksaan pada Antenatal Care (ANC) adalah untuk mengenal dan menangani penyakit yang menyertai
kehamilan.(Manuaba,
1998).Cakupan
pelayanan antenatal dapat dipantau melalui kunjungan ibu hami. Pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit 4 kali kunjungan dengan distribusi sekali pada triwulan pertama (K1), sekali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga (K4). Jadi total kunjungan ANC adalah 4 kali kunjungan (Depkes, 2001) Didalam
pemeriksaan
kehamilan
(ANC)
ibu
mendapatkan penyuluhan kesehatan yang berhubungan
dengan kehamilan seperti penyuluhan gizi kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan seperti penyuluhan gizi dan makanan juga mendapatkan tablet tambah darah dari petugas kesehatan. Jika ibu mengonsumsi tablet tambah darah tersebut akan memperkecil terjadinya anemia. Standar pelayanan antenatal yang berkualitas yaitu merupakan perpaduan jumlah kunjungan keseluruhan yang secara minimal 4 kali dengan jenis pemeriksaan yang disebut 7 T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah,
pengecekan
tinggi
fundus
uteri,
pemberian
imunisasi TT, pemberian tablet besi, tes penyakit kelamin dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Darmawan (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kadar hemoglobin meningkat secara berarti sesuai tinggi frekuensi Antenatal Care. 2.4.6
Pengetahuan Ibu Tentang Anemia Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun dari orang lain. Sementara itu ibu hamil adalah orang yag paling bertanggung jawab terhadap gizi bayi yang dikandungnya sendiri. Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan terutama zat besi. Kekurangan zat besi dalam jangka waktu yang relatif lama akan menyebabkan terjadinya anemia.
Menurut Suhartono dalam Parenrengi 2002, pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan merupakan suatu
proses
produk
berpikir
dari
manusia
untuk
berperilaku dan berpartisipasi. Menurut
Bloom
dalam
Notoatmodjo
(2003)
pengetahuan seseorang terhadap penguasaan suatu materi dapat dikategorikan dalam enam tingkat, yaitu: a. Know (tahu) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap apa yang telah diterima juga bisa dikatakan sebagai suatu kata kerja untuk mengukir tingkat pengetahuan seseorang tentang apa yang telah dipelajari antara lain dengan bisa menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi,
menyatakan,
dan
sebagainya. b. Comprehention (memahami) Diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi
tersebut
secara
benar.Seorang ibu yang telah paham terhadap obyek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan tentang materi yang dipelajari. c. Aplication (aplikasi) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).Misalnya
ibu mampu memecahkan
masalah yang terjadi pada kehamilannya tersebut mengalami kelainan atau tidak. d. Analysis (analisa) Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Bisa diartikan sebagai kemampuan
si
ibu
untuk
membedakan
bahwa
kehamilan yang dialami normal atau ada kelainan. e. Syntesis (sintesis) Menunjuk pada suatu kemampuan meletakkan atau mengubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan
yang
baru.Misalnya
dapat
menyusun rencana, merencanakan dan menyesuaikan antara materi yang ada. f.
Evaluation (evaluasi)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan justification atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan sendiri. Pengetahuan seseorang terhadap suatu penyakit seperti anemia adalah langkah untuk melindungi diriya dari
penyakit
(anemia)
tersebut.
Peningkatan
pengetahuan ibu hamil tentang bahan makanan yang mengandung Fe esensial memberi kontribusi yang benar terhadap pemenuhan kebutuhan ibu hamil akan Fe. Berdasarkan pengetahuan ibu, status gizi ibu hamil akan sangat berperan dalam kehamilan baik terhadap ibu maupun janin. Penelitian
yang
dilakukan
Sihombing
(1998)
menunjukkan bahwa anemia pada kelompok yang mempunyai pengetahuan tentang anemia gizi rendah adalah
58%
sedangkan
pada
kelompok
yang
mempunyai pengetahuan anemia gizi tinggi adalah 39%. Penelitian yang dilakukan oleh Husini (1998) menunjukkan bahwa kelompok responden yang ada suplementasi
zat
besi
dan
penyuluhan
tentang
kegunaan zat besi serta penyuluhan gizi menunjukkan
peningkatan kadar Hb yang bermakna di banding dengan kelompok responden tanpa penyuluhan. Klasifikasi pengetahuan ibu hamil yang beresiko berdasarkan cut of point yang ada yaitu kurang bila jawaban yang benar kurang dari 8 atau kurang dari 75% dan cakupan bila responden benar 8 atau lebih ( 75%).Jawaban salah diberi kode 1 dan jawaban benar diberi kode 2 2.4.7
Pekerjaan Ibu yang tidak bekerja biasanya pendapatannya lebih rendah dibandingkan dengan yang bekerja sehingga mereka kurang akses untuk membeli makanan yang cukup mengandung zat besi (Syarief, 1994).Hasil penelitian Susilowati (1993) menyatakan bahwa hampir 70% ibu hamil anemia adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan sisanya ibu hamil yang bekerja di sektor pertanian. Penelitian di Kabupaten Serang dan Tangerang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status pekerjaan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan prevalensi anemia pada kelompok ibu yang bekerja lebih besar yaitu sebesar 56,9% jika dibandingkan dengan kelompk ibu yang tidak bekerja 55,5% (Syarief, 1994).
2.4.8
Pendidikan Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan
dan
penyempurnaan
hidup.
Biasanya
seorang ibu khususnya ibu hamil yang berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola konsumsinya. Apabila pola konsumsinya sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan tercukupi, sehingga kemingkinan besar bisa terhindar dari masalah anemia. 2.4.9
Kepatuhan dalam mengonsumsi suplementasi zat besi Kebutuhan fe cukup tinggi karena selain diperlukan untuk janin dan plasenta juga karena adanya pross retensi air atau penambahan cairan sebanyak 40,0% dalam tubuh ibu. Jumlah Fe yang dianjurkan pada ibu hamil adalah 18 mg/hari.
Kebutuhan
yang
dianjurkan
tersebut
sulit
diperoleh dari sumber makanan saja tanpa penambahan zat besi dalam makanan. Dalam makanan biasa terdapat 10 20 mg besi setiap hari, tetapi hanya <10,0% dari jumlah tersebut yang diabsorbsi (Lila, 2004). WHO menganjurkan untuk memberikan suplementasi zat besi pada ibu hamil dan pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sudah sejak tahun 1970 memulai program
usaha
mendistribusikan
perbaikan tablet
zat
gizi besi.
keluarga Setiap
ibu
telah hamil
diharapkan meminum paling sedikit 90 tablet selama hamil, sesegera mungkin setelah rasa mual berkurang atau hilang (Depkes RI, 2005). Konsumsi tablet besi secara baik memberi peluang terhindarnya ibu hamil dari anemia. Agar dapat di minum dengan baik sesuai aturan sangat dibutuhkan kepatuhan dan kesadaran ibu hamil dalam mengonsumsinya. Namun demikian kepatuhan juga sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya bentuk obat yang besar, warna obat, rasa dan efek samping dari tablet ini antara lain mengakibatkan nyeri lambung, mual, muntah, konstipasi, dan diare (WHO, 1999). Walaupun keluhan efek samping telah menurun, namun pemanfaatan tabelet Fe ternyata belum maksimal dimana sebanyak 45,07% ibu hamil belum teratur minum tabelet
Fe
dengan
alasan
lupa.
Fenomena
ini
menunjukkan bahwa mereka yang malas dan lupa dapat disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran ibu hamil untuk meningkatkan kesehatannya serta kesehatan janin yang
dikandungnya.Rendahnya
kesadaran
ini
dapat
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang anemia dan dampaknya.
Mamad (1999) menemukan sebanyak 90,1% ibu hamil yang
tidak
cukup mengkonsumsi
tablet
besi
yang
menderita anemia dan sebesar 74,1% pada ibu hamil yang mengonsumsi zat besi cukup sesuai dengan trimester kehamilannya.Tablet Fe dianjurkan di minum diantara dua kali waktu makan, karena biovaibilitasnya lebih tinggi pasa waktu perut kosong, kecuali jika terjadi efek samping maka tablet Fe dapat diminum pada waktu makan (Murtini, 2004). 2.5 Pencegahan Anemia Dalam Kehamilan Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada dasarnya adalah mengatasi penyebabnya. Pada anemia berat (kadar Hb 8< gr/dl) biasanya ada penyakit yang melatar belakangi yaitu antara lain infeksi cacing atau malaria, sehingga selain penanggulangan pada anemia, harus dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Upaya
yang
dapat
dilakukan
untuk
mencegah
dan
menanggulangi anemia gizi akibat kekrungan konsumsi besi adalah sebagai berikut : 2.5.1
Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan Mengonsumsi pangan hewani seperti daging, hati, ikan, telur dan gizi yang cukup dapat mencegah anemia gizi besi.Sayur hijau dan buah-buahan di tambah kacang-
kacangan dan padi-padian yang cukup mengandung zat besi.
Vitamin
penyerapan
zat
C
diperlukan
besi
untuk
di dalam
meningkatkan
tubuh,
peningkatan
konsumsi vitamin C sebanyak 20 mg, 50 mg, 100 mg dan 250 mg dapat memperbesar penyerapan zat besi sebesar 2 kali, 3 kali, 4 kali dan 5 kali (Murtini, 2004). Konsumsi bahan pangan zat-zat penghambat absorbsi besi harus dikurangi.Zat inhibitor seperti filtrat kostat, tannin dan beberapa jenis serat makanan harus dihindari karena zat ini bersama zat besi membentuk senyawa yang tidak dapat larut di dalam air sehingga tidak dapat di absorbsi.
Teh
mengandung
tannin,
jika
dikonsumsi
bersama-sama pada saat makan akan mengurangi penyerapan zat besi sampai 50%. Bahan makanan lain yang mengandung penghambat absorbsi besi diantaranya kopi, fosvitin dalam kuning telur, protein, fitat dan fosfat yang banyak terdapat pada serealia, kalsium dan serat dalam bahan makanan (Almatsier, 2001). Kebutuhan zat besi tubuh tergantung pada jumlah zat besi yang hilang dari tubuh dan jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan
termasuk
kehamilan
dan
masa
menyusui (Husaini, 1998).Selama trimester I kehamilan, kebutuhan zat besi ibu hamil lebih rendah karena tidak
menstruasi dan zat besi yang digunakan janin minimal. Mulai dari trimester II terdapat pertambahan sel-sel darah merahdan
dapat mencapai 30%. Kebutuhan zat besi
untuk memenuhi pertambahan sel darah merah tersebut kira-kira zat besi dengan pertambahan sebesar 450mg besi. Secara rinci ekstra zat besi diperlukan pada kehamilan, kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah: 1. 200 600 mg untuk memenuhi peningkatan masa sel darah merah 2. 200
370 mg untuk janin yang bergantung pada berat
lahirnya 3. 150
200 mg untuk kehamilan eksternal
4. 30
170 mg untuk tali pusat dan plasenta
5. 90
310 mg untuk menggantikan darah yang hilang
saat melahirkan Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan dalam trimester terakhir, yaitu dari rata-rata 2,5 mg/ hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg / hari. (Sue jordan, 2004)
2.5.2
Suplementasi zat besi Tablet besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah ferrous sulfat.Senyawa ini tergolong murah,
dapat
digunakan
diabsorbsi
beragam
sampai
tergantung
20%.Dosis pada
yang
status
besi
seseorang yang mengkonsumsinya.Biasanya ibu hamil yang rawan anemia di beri dosis yang lebih tinggi di banding dengan wanita biasa (Emma, 2001). Pada wanita hamil biasanya tablet besi diberikan mulai pada
trimester
II,
berlangsung
setiap
hari
sampai
melahirkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bawha wanita hamil yang mendapatkan tablet besi tambahan asam folat dan vitamin B12, kadar Hb naik lebih tinggi dibandingkan wanita hamil yang mendapat tablet besi saja dala konsentrasi yang sama. 2.5.3
Fotifikasi Zat Besi Fortifikasi
adalah
penambahan
suatu
jenis
gizi
kedalam ahan pangan untuk meningkatkan kualitas pangan suatu kelompok masyarakat.Keuntungan fortifikasi diantaraya, dapat ditempatkan pada populasi yang besar dan biasanya relatif murah (Emma, 2001).
2.6.1
Penanganan dan Pengobatan Anemia
1. Anemia ringan Pada kehamilan dengan kadar Hb 9
10 gr% masih
dianggap ringan sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan 500mg asam folat peroral sekali sehari. Jika tidak ditangani akan menjadi anemia sedang. 2. Anemia sedang Pengobatan dapat dimulai dengan prefarat besi ferrous 600
1000 mg/hari seperti sulfat ferrous atau glukonas
ferrous. Jika tidak ditangani dengan segera akan menjadi lebih berat. 3. Anemia berat Pemberian prefarat parental yaitu dengan ferum dextrim sebanyak
1000
mg(
20ml)
intravena
atau
2x10
ml
intramuskuler. Tranfusi darah pada kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun sangat jarang dilakukan mengingat resiko tranfusi bagi ibu dan janin (Prawiroharjo, 2002). Strategi penanggulangan anemia gizi DepKes . RI (2000),
secara tuntas
hanya
mungkin
kalau
intervensi
dilakukan terhadap sebab langsung, tidak langsung maupun mendasar secara pokok strategi itu adalah sebagai berikut : 1. Terhadap penyebab langsung Penanggulangan anemia gizi perlu diarahkan agar:
a. Keluarga dan anggota keluarga yang resiko menderita anemia mendapat makanan yang cukup bergizi dengan biovailabilita yang cukup. b. Pengobatan penyakit infeksi yang memperbesar resiko anemia c. Penyediaan pelayanan yang mudah dijangkau oleh
keluarga
yang
memerlukan,
dan
tersedianya tablet tambah darah dalam jumlah sesuai. 2. Terhadap penyebab tidak langsung Perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan perhatian dan kasih sayang di dalam keluarga terhadap wanita, terutama terhadap ibu yang perhatian itu misalnya dapat tercermin dalam: a. Penyediaan makanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil b. Mendahulukan ibu hamil pada waktu makan c. Perhatian agar pekerjaan fisik disesuaikan dengan kondisi wanita/ibu hamil 3. Terhadap penyebab mendasar Dalam jangka panjang,
penanggulangan
anemiagizi hanya dapat berlangsung secara tuntas
bila penyebab mendasar terjadinya anemia juga ditanggulangi, misalnya melalui : a. Usaha untuk meningkatkan tingkat pendidikan, terutama pendidikan wanita. b. Usaha
untuk
memperbaiki
upah,
terutama
karyawan rendah. c. Usaha untuk meningkatkan status wanita di masyarakat. d. Usaha untuk memperbaiki lingkungan fisik dan biologis, sehingga mendukung status kesehatan gizi masyarakat. 2.7
PENGETAHUAN Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan hasil menginat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi
setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok,dkk, 2007). Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu
membenarkan
(justifies)
kebenaran
atas
kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan pegetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi ini pengetahuan
merupakan
konstruksi
dari
kenyataan,
dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan
atau
ditiru.
Penciptaaan
pengetahuan
melibatkan perasaan dan sistem kepercayaan itu bisa tidak disadari (Bambang, 2008). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya
tindakan
seseorang.Pengetahuan
diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan: a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek mulai timbul. c. Evaluation
(menimbang-nimbang)
terhadap baik
atau
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan apa pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 2.7.1. Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo mengutarakan yang dicakup dalam domain kognitif
yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan
mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003): a.
Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari,
dari
seluruh
bahan
yang
dipelajari
atau
rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguraikan,
mengidentifikasikan,
dan
mengatakan. b.
Memahami (Comprehension) Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c.
Aplikasi (Aplication) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada
sebenarnya.Aplikasi
situasi disini
atau dapat
kondisi diartikan
yang sebagai
pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip, dan sebagainya. d.
Analisis (Analysis) Kemampuan untuk menjabarkan metri atau suatu objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja
seperti
kata
menggambarkan, memisahkan
kerja
mengelompokkan,
e.
Sintesis (Sinthesis) Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulas baru dari formulasi yang ada.
f.
Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).
2.7.2. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita
sesuaikan
dengan
tingkatan-tingkatan
(Notoatmodjo, 2003). a. Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%
100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%
75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <75% d.
diatas
2.7.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut
Notoadmodjo
(2003)
faktor
yang
mempengaruhi pegetahuan adalah sebagai berikut: a. Umur Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan penyelidikan
epidemiologinya.
Angka-angka
kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan menunjukkan
dengan
umur.Persoalan
yang
dihadapi adalah apakah umur dilaporkan tetap, apakah
panjangnya
interval
didalam
pengelompokan cukup atau tidak. b. Pendidikan Mendidik atau pendidik adalah dua hal yang saling berhubungan.Dari segi bahasa mendidik adalah kata kerja, pendidik kata benda.Kalau kita mendidik berarti kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan, kegiatan mendidik menunjukkan adanya yang mendidk disuatu pihak yang dididik adalah suatu kegiatan yang mengandung antara dua manusia atau lebih.
c. Pengalaman Sudarmita
(2002)
mengatakan
bahwa
pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya.Nanda (2005) menjelaskan
bahwa
faktor-faktor
yang
terkait
dengan kurang pengetahuan (deficient knowledge) terdiri dari : kurang terpapar informasi, kurang daya ingat/hapalan,
salah
menafsirkan
informasi,
keterbatasan kognitif, kurang minat untuk bekajar dan tidak familiar terhadap sumber informasi (Nanda, 2005). 2.8.
KERANGKA KONSEP Sesuai dengan uraian sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan
untuk
mengetahui
hubungan
antara
tingkat
pengetahuan ibu hamil dan frekuensi antenatal care (ANC) dengan kejadian anemia di wilayah kerja Puskesmas Sidorejo Kidul
Salatiga
tahun
2015.Keterbatasan
waktu
dan
kemampuan peneliti, membuat peneliti ingin menilai beberapa variabel saja. Adapun kerangka konsep dari penelitian ini sebagai berikut
Faktor Internal • • • •
Umur Ibu Paritas Status Gizi Frekuensi Antenatal Care (ANC)
Anemia pada ibu hamil Faktor Eksternal • • • •
Pengetahuan ibu tentang anemia Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet Fe
2.9. Hipotesis 1. Ada hubungan antara frekuensi antenatal care (ANC) dengan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sidorejo Kidul Salatiga tahun 2015 2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sidorejo Kidul Salatiga tahun 2015