BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal atau alamiah bagi perempuan yang dimulai dari konsepsi sampai melahirkan bayi. Seorang ibu akan membutuhkan waktu untuk menunggu kelahiran buah hatinya selama 9 bulan kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum terbagi dalam periode tiga trimester. Dalam tiap trimesternya ibu hamil akan mengalami perubahan dalam segi fisik maupun psikologis. Secara umum simptom fisik yang dialami ibu hamil antara lain mual dan muntah (morning sickness), berat badan bertambah, perubahan pada kulit yaitu terdapat striae gravidum dan pigmentasi pada wajah dan perut, sedangkan simptom psikologis seperti emosi yang labil dan merasa cemas (Susanti, 2008). Kehamilan
remaja
di
negara
berpendapatan
rendah
dan
negara
berpendapatan menengah, tercatat sekitar 16 juta ibu remaja berusia 15-19 tahun dan dibawah 15 tahun yang melahirkan setiap tahunnya (WHO, 2014). Data dari World Health Statistics (WHS) (2014) dalam World Health Organization (WHO) (2014) menunjukkan bahwa tingkat remaja hamil dan mengalami kelahiran sebesar 49 per 1.000 perempuan antara usia 15-19 tahun. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 dalam Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dengan menggunakan sampel perempuan hamil berusia 10-54 tahun sebesar 357.830 (2,68%) didapatkan hasil bahwa kehamilan pada umur 15-19 tahun sebesar 1,97% dan pada umur di bawah 15 tahun sebesar 0,02%, dapat 1
2 disimpulkan bahwa kehamilan pada usia 15-19 tahun di Indonesia masih tinggi (Kemenkes RI, 2013). Data tentang kehamilan remaja di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diperoleh dari data kasus dispensasi kawin pada remaja di Pengadilan Agama tahun 2010-2012 tercatat ada 1.479 kasus dispensasi, yaitu di Kabupaten Sleman sebesar 304 kasus, Kabupaten Bantul sebesar 429, Kabupaten Gunung Kidul sebesar 432, Kota sebesar 141 kasus dan di Kabupaten Kulon Progo sebesar 183 kasus (BAPPEDA, 2013). Remaja hamil mempunyai resiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa remaja alat reproduksinya belum cukup matang untuk melakukan fungsinya (Syafrudin, 2009). Banyak masalah kesehatan yang dialami remaja hamil terutama dikaitkan dengan hasil negatif kehamilan, misalnya anemia, HIV, perdarahan postpartum dan gangguan mental seperti depresi. Resiko pada bayi dari ibu remaja juga meningkat misalnya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan bahkan kematian (WHO, 2015). Salah satu cara untuk mengidentifikasi dan mengurangi faktor resiko komplikasi dalam kehamilan adalah dengan melakukan antenatal care (ANC)/ pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan sesuai dengan jadwal (Manuaba, 2007). ANC adalah pemeriksaan kesehatan ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh tenaga kesehatan yang terampil dan profesional. Standar pelayanan ANC meliputi 5T yaitu Timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toksoid (TT), dan pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan (Depkes RI, 2006).
3 Menurut Depkes (2006) kunjungan antenatal yang ditetapkan pemerintah pusat selama kehamilan minimal empat kali kunjungan dengan frekuensi 1 kali pada trimester pertama atau pada usia kehamilan 0-12 minggu (K1), minimal 1 kali pada trimester 2 atau usia kehamilan 12-24 minggu dan 2 kali pada trimester 3 atau di usia kehamilan 24 minggu-lahir (K4). Di provinsi DIY cakupan K1 dari tahun 2003-2013 mengalami kenaikan yang relatif stabil kecuali di tahun 2013 mengalami sedikit penurunan dari 96,84% di tahun 2012 menjadi 95,25%. Sementara cakupan K4 pada tahun 2013 sebesar 92,02%, nilai tersebut tidak dapat mencapai target Rencana Strategis (Restra) tahun 2013 yakni sebesar 93% (Kemenkes RI, 2013). Persentase cakupan antenatal care K4 di berbagai Kabupaten di Yogyakarta adalah 84,22% untuk Kota Yogyakarta, 85,52% Kabupaten Bantul, 79,63% Kabupaten Kulon Progo, 83,84% Kabupaten Gunung Kidul dan 77,34% Kabupaten Sleman. Berdasarkan data profil tersebut Kabupaten Bantul menempati urutan tertinggi dan Kabupaten Sleman menempati urutan terendah untuk persentase cakupan K4 (Kemenkes RI, 2014). Banyak faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal, salah satunya yaitu dukungan keluarga. Dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat dimana seseorang tersebut merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai oleh orang lain yang dapat dipercaya (Cohen & Sme 1996 dalam Harnilawati, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan Agustini (2013) di Puskesmas Buleleng 1 didapatkan hasil bahwa secara signifikan dukungan keluarga mempengaruhi
4 cakupan antenatal. Semakin tinggi dukungan keluarga, maka semakin tinggi pula cakupan pelayanan antenatal. Dukungan keluarga juga akan mempengaruhi mental ibu saat menjalani kehamilan, jadi apabila dukungan dari anggota keluarga yang rendah akan meningkatkan depresi pada ibu hamil (Vesile et al., 2001). Dukungan keluarga misalnya dari orang tua, suami, saudara maupun teman (Friedman 1998 dalam Hernilawati 2013). Dukungan suami sangat penting dalam masa kehamilan, tidak hanya mendampingi saat pemeriksaan kehamilan, dukungan suami yang dapat dilakukan menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) antara lain: 1) Mencari informasi terkait kehamilan, karena dapat membuat suami lebih mengerti dan mendukung ibu yang sedang hamil, informasi tersebut dapat diperoleh di buku, internet maupun media lain. 2) Mendampingi ibu sejak awal pemeriksaan kehamilan. 3) Berdiskusi tentang tempat yang akan dipilih untuk melahirkan, nama yang akan diberikan untuk bayinya atau hal lain yang berkaitan dengan kehamilan. 4) Melakukan pijitan-pijitan ringan. 5) Membantu ibu melakukan pekerjaan rumah. 6) Apabila suami perokok, suami tidak merokok di dekat ibu (BKKBN, 2014). Keterlibatan suami dalam masa kehamilan dan saat melahirkan dapat mempengaruhi hasil kehamilan, mengurangi perilaku negatif ibu selama kehamilan, berat badan lahir rendah, resiko kelahiran prematur dan kematian bayi. (Kaye, et al., 2014). Hal tersebut didukung oleh penelitian Golbasi (2010) yaitu ibu hamil yang kurang mendapatkan dukungan sosial keluarga terutama dukungan suami cenderung mengalami gejala depresi antenatal.
5 Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada salah satu mahasiswa kebidanan yang sedang praktik di rumah sakit maupun puskesmas di Kabupaten Bantul, didapat hasil bahwa sebagian besar ibu remaja yang memeriksakan kehamilannya di puskesmas tidak diantarkan oleh suami, adapun yang diantar periksa oleh suaminya, suami mereka tidak ikut masuk ke ruang pemeriksaan. Seorang ibu remaja mengaku bahwa suaminya tidak mau mengantar periksa karena malu dan tidak tahu apa saja yang harus dilakukan suami saat ibu remaja tersebut menjalani kehamilan sehingga ibu remaja merasa malas untuk memeriksakan kehamilannya. Menurut penelitian Ross (2012) suami muda pada saat memeriksakan kehamilan istrinya mereka mengatakan sering dikucilkan, akan tetapi mereka tetap banyak terlibat dalam memberikan dukungan dan perawatan pasangannya selama kehamilan hanya saja dukungan yang diberikan kurang optimal karena mereka merasa kurang informasi/pengetahuan terkait dengan kehamilan. Dari pernyataan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran dukungan suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja khususnya di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan 1 dan Puskesmas Pleret karena tingginya angka kehamilan remaja di wilayah tersebut.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang bisa diangkat adalah:
6 Bagaimana gambaran dukungan sosial suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Tujuan umum Mengetahui gambaran dukungan sosial suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja.
2.
Tujuan khusus a. Mengetahui dukungan sosial emosional suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja. b. Mengetahui dukungan sosial informasional suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja. c. Mengetahui dukungan sosial penilaian suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja. d. Mengetahui dukungan sosial instrumental suami terhadap terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja. e. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
7 a.
Manfaat teoritis Bagi dunia pendidikan khususnya pada keilmuan maternitas diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang dukungan sosial suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja.
b. Manfaat praktis 1. Bagi perawat Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan terkait dengan dukungan sosial suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja. 2. Bagi puskesmas Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait dukungan sosial suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat pada pasien dalam masa kehamilan. 3. Bagi peneliti Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya mengenai dukungan sosial suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja.
E. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai “Gambaran Dukungan Suami terhadap Istri yang Menjalani Kehamilan di Usia Remaja” belum pernah dilakukan. Penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain:
8 1.
Sari (2010) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Suami Terhadap Perilaku Kesehatan Ibu Selama Menjalani Kehamilan”. Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik non eksperimental dengan rancangan cross sectional yang melibatkan sebanyak 50 responden ibu hamil normal di Puskesmas Imogiri 1. Hasilnya menunjukkan ada hubungan antara dukungan suami dengan perilaku kesehatan ibu selama hamil. Persamaan dengan penelitian ini adalah adalah sama-sama membahas tentang dukungan suami selama masa kehamilan dan pendekatan yang digunakan yaitu cross sectional. Perbedaannya terletak pada variabel, jenis penelirian, sampel penelitian, tempat dan waktu. Variabel penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu dukungan suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja, menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sedangkan penelitian terdahulu menggunakan menggunakan variabel dukungan suami dan perilaku kesehatan ibu selama menjalani kehamilan, sampel yang digunakan yaitu 50 ibu hamil normal sedangkan penelitian ini menggunakan 33 suami ibu remaja hamil. Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Banguntapan 1 dan Pleret Bantul Yogyakarta Tahun 2015 sedangkan penelitian terdahulu di Puskesmas Imogiri 1 pada tahun 2010.
2.
Wahyuni (2014) melakukan penelitian dengan judul judul “Hubungan Pengetahuan Tentang Antenatal Care (ANC) dengan Partisipasi Suami Selama Masa Kehamilan”. Metode yang digunakan adalah korelasi dengan
9 rancangan cross sectional yang melibatkan sebanyak 35 suami ibu hamil di Desa
Tawang
Kecamatan
Susukan
Kabupaten
Semarang.
Hasilnya
menunjukkan pengetahuan tentang antenatal Care (ANC) di Desa Tawang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori kurang. Sedangkan partisipasi suami selama masa kehamilan dalam kategori cukup. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang Antenatal Care (ANC) dengan partisipasi suami selama masa kehamilan. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang partisipasi suami selama masa kehamilan dan pendekatan yang digunakan yaitu cross sectional. Perbedaannya terletak pada variabel, metode penelitian, tempat dan waktu. Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu dukungan suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan lebih dari satu variabel yaitu pengetahuan tentang ANC dan partisipasi suami. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, sedangkan metode penelitian terdahulu menggunakan korelasi. Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Banguntapan 1 dan Pleret Bantul Yogyakarta Tahun 2015 sedangkan penelitian terdahulu bertempat di Desa Tawang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada tahun 2014. 3.
Agustini (2013) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Cakupan Pelayanan Antenatal”. Metode yang digunakan adalah observasional analitik
10 dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang melibatkan sebanyak 63 responden yang melahirkan pada tahun 2011 di Puskesmas Buleleng 1. Hasilnya menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan cakupan antenatal dan antara dukungan keluarga dengan cakupan antenatal. Jadi semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, semakin tinggi pula cakupan antenatal dan semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi pula cakupan antenatal. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang dukungan pada masa kehamilan dan rancangan penelitian cross sectional. Perbedaannya terletak pada variabel, metode penelitian, tempat dan waktu. Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu dukungan suami terhadap istri yang menjalani kehamilan di usia remaja, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan lebih dari satu variabel yaitu tingkat pengetahuan ibu, dukungan
keluarga
dan
cakupan
antenatal.
Metode
penelitian
ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif, sedangkan metode penelitian terdahulu menggunakan observasional analitik. Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Banguntapan 1 dan Pleret Bantul Yogyakarta Tahun 2015 sedangkan penelitian terdahulu bertempat di Puskesmas Buleleng 1 pada tahun 2013.