BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rasio CAMEL Institut Bankir Indonesia dalam Luciana dan Winny dalam Hernita (2007 : 9), “CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank yang berpengaruh juga terhadap tingkat kesehatan bank”. CAMEL merupakan tolak ukur pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. Sedangkan menurut Kasmir (2006 : 259) “CAMEL adalah salah satu alat yang digunakan untuk menilai atau mengukur kesehatan bank yang akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan”. CAMEL sebagai dasar untuk menilai tingkat kesehatan perbankan terdiri atas lima kriteria, yaitu: (1) modal, (2) aktiva, (3) manajemen, (4) pendapatan, dan (5) likuiditas. Peringkat CAMEL dibawah 81 memperlihatkan kondisi keuangan yang lemah yang ditunjukkan melalui neraca bank, seperti rasio kredit tak lancar terhadap total aktiva yang meningkat. Bank dengan peringkat CAMEL diatas 81 adalah bank dengan pendapatan yang kuat dan aktiva lancar sedikit. Peringkat CAMEL tidak pernah diinformasikan secara luas. Dari beberapa pengertian diatas, CAMEL adalah rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja atau kesehatan lembaga perbankan. Analisis rasio CAMEL digunakan untuk mengetahui kondisi bank tersebut yang sesungguhnya apakah dalam keadaan sehat atau mungkin sakit.
Universitas Sumatera Utara
Dengan analisis rasio CAMEL dapat diketahui kinerja perusahaan perbankan. Kinerja bank ini merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi akan diganti. Kinerja ini juga merupakan pedoman tentang hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Rasio CAMEL menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaaan atau posisi keuangan suatu bank. Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna bank maupun Bank Indonesia selaku pengawas dan pembina bank. Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk mendorong agar semua bank berlomba semaksimal mungkin melakukan perbaikan. Dengan tata cara penilaian kesehatan yang telah ditetapkan tersebut suatu bank akan dengan mudah mengetahui kondisi bank setiap saat. Dengan demikian mereka dapat segera melakukan langkah perbaikan apabila tejadi kekurangan. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dalam Laporan Pengawasan Perbankan (2004) : Tingkat kesehatan bank didefenisikan sebagai hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui Penilaian Kuantitas dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensivitas terhadap risiko pasar. Untuk Kantor Cabang Bank Asing, penilaian hanya dilakukan pada faktor kualitas aset dan manajemen.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya penilaian kesehatan bank sebagian besar merupakan analisis kinerja keuangan yang diatur sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Adapun penilaian tingkat kesehatan bank yang sampai saat ini berlaku adalah dengan metode CAMEL yang menilai beberapa indikator keuangan bank, yaitu rasio kecukupan modal (CAR), kualitas aktiva produktif, rasio earning dan efisiensi serta likuiditas bank. Haryati (2002) dalam Hernita (2007 : 12) penilaian tingkat kesehatan bank umum yang berlaku dan lazim digunakan adalah dengan analisis rasio CAMEL. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia dalam Hernita (2007 : 12), maka tingkat kesehatan bank dinilai berdasarkan rasio-rasio sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini.
Rasio
Tabel 2.1 Kriteria Kesehatan Bank Kategori Kurang Sehat Cukup Sehat Sehat
Kecukupan Modal 8,1% (CAR) Kualitas Aset: Cad.Pengha 3,35% pusan AP/AP ≥54% AP Diklasifikas ikan/AP Earning: ROA ≥ 1,215% Efesiensi 93% Likuiditas: LDR <110% Kewjb.bersi h call ≤19% money/AL
Tidak Sehat
6,6%-< 8,1%
5,1%-<6,6%
<5,1%
<5,6%-3,36%
<7,85%-5,7%
≥7,85%
44%-<54%
34%-<44%
<34%
0,99%<1,215% 94,7%<93,5%
0,765%<0,99% 95,92%<94,7 %
<0,765% >95,92% ≥110%
>19%-34%
>34%-49%
>49%
Universitas Sumatera Utara
Sumber www.bi.go.id
:
Dengan analisis rasio CAMEL dapat diketahui kinerja perusahaan perbankan. Kinerja bank ini merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi akan diganti. Kinerja ini juga merupakan pedoman tentang hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Rasio CAMEL menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaaan atau posisi keuangan suatu bank. Menurut Syahyunan (2002 : 5) unsur-unsur penilaian dalam analisis CAMEL terdiri atas lima kriteria, yaitu: 1.
2.
3.
Capital (permodalan) Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sedangkan penilaian terhadap Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) bank ditetapkan sebagai berikut: a. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi predikat ”sehat” dengan nilai kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8% nilai kredit ditambah 1 hingga maksimal 100 b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat ”kurang sehat” dengan nilai kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan minimal 0. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Penilaian terhadap KAP didasarkan terhadap didasarkan atas 2 (dua) rasio, yaitu: a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif sebasar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0, dengan maksimal 100. b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh bank sebesar 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dimulai dari 0, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100. Manajemen
Universitas Sumatera Utara
Penilaian terhadap manejemen mencakup 2 (dua) komponen, yaitu manajemen umum dan manajemen risiko, dengan menggunakan daftardaftar pertanyaan. 4.
Rentabilitas Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu: a. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. b. Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama. 5. Likuiditas Rasio untuk penilaian likuiditas dibagi atas 2 (dua), yaitu: a. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar dalam rupiah. b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank dalam rupiah dan valas. Atas dasar faktor-faktor yang dinilai, diperoleh nilai gabungan. Nilai gabungan setelah dikurangi dengan nilai kredit diperoleh hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Menurut SK Direksi Bank Indonesia No. 30 / 267 /KEP / DIR tanggal 27 Februari 1998 dalam Syahyunan ( 2002 : 4) tingkat kesehatan ditetapkan dalam 4 (empat) golongan predikat sebagai berikut: Tabel 2.2 Golongan Predikat Kesehatan Bank Nomor Nilai Kredit Predikat 01 81
Universitas Sumatera Utara
investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefenisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaaan antara keduanya adalah dalam pendefenisian biaya. Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi, teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya, pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu : semantik, sintatik, dan pragmatik. Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memnuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba menghadapai dua pendekatan : satu laba untuk berbagai tujuan atau beda tujuan beda laba. Teori akuntansi diarahkan untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama. Konsep dalam tataran semantik meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik. Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan menyajikan laba ekonomik, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomik yang gilirannya untuk menentukan nilai ekonomik perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam suatu periode yang dapat dinikmati (di distribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dapat dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini membededakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai persediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran, sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan. Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik. Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biayabiayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan dividen, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi. Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam
Universitas Sumatera Utara
akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu. Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih. Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba. Penentuan laba atau profit merupakan salah satu fungsi penting dalam akuntansi konvensional, dimana transfer kesejahteraan bagi pihak-pihak yang berkaitan sangat ditentukan. Bonus karyawan dan deviden kepada para investor banyak dibagikan atas dasar besarnya laba yang dapat dihasilkan. Laba juga merupakan ukuran usaha dan prestasi manajemen, dimana mereka diberi imbalan atas dasar kinerja pekerjaannya. Laba juga merupakan penunjuk untuk melakukan investasi. Laba per saham (earning per share) yang berdasarkan jumlah laba merupakan indikator penting dimana nilai
Universitas Sumatera Utara
saham tergantung pada pembuatan keputusan investor apakah akan membeli, menjual, atau tetap akan mempertahankan investasinya. Definisi laba ada berbagai macam, banyak ahli yang mengemukakan definisi laba. Sterling (1975) dalam Condro (2005) memberikan definisi tentang laba sebagai berikut : “Income is the name given to a family of consepts in the world of ideas closely related to those of wealth and value”. Selanjutnya Sterling menambahkan bahwa yang termasuk 'keluarga' dalam pengertian tersebut mengarah pada berbagai nama, antara lain personal income, business income, gross income, net income, taxable income, national income dan sebagainya. Kam (1990) dalam dalam Condro (2005) dalam mengungkapkan definisi tentang laba (income) yang semakin jelas, sebagai berikut : “Income is the change in the capital of an entity between two points in time, excluding changes due to investments by and distributions to owners, where capital is expressed in terms of value and based on a given scale”. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa konsep laba mempunyai tiga unsur penting yaitu : nilai (value), modal (capital), dan skala (scale). Nilai (value) berkaitan dengan konsep nilai ekonomis, dimana preferensi seseorang terhadap suatu komoditas berlainan dengan orang lain karena adanya harapan akan adanya keuntungan pada masa yang akan datang. Capital (modal) merupakan aset bersih yang merupakan selisih antara seluruh aset dengan seluruh kewajiban. Modal itu sendiri mempunyai dua arti yaitu modal uang dan modal fisik.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan skala (scale) diperlukan dalam proses pengukuran agar dapat memberikan arti atas obyek yang diukur. Sedangkan Schanz (1896) dalam dalam Condro (2005)
seperti yang
dikutip Sterling (1975) dalam dalam Condro (2005), mengemukakan definisi laba (income) sebagai : “The entire difference between the value of assets at the end of the fiscal period and their value at the beginning, thus including every accretion-in money or kind, regular or irregular, from continuous or temporary sources-deducting only interest payments and capital losses”. Definisi tersebut mengungkapkan pengertian laba ditinjau dari karakter laba itu sendiri. Laba dianggap sebagai selisih nilai aset diawal dan akhir periode fiskal yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan nilai dikurangi dengan pembayaran bunga dan kerugian yang timbul. Definisi laba dari Schanz tersebut dilanjutkan oleh Haig pada tahun 1920 (Sterling 1990) dalam Condro (2005) yaitu : “Income is the money value of net accretion to economic power between two points in time”. Konsep laba dalam struktur teori akuntansi dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan sintaksis, semantis, dan pragmatis. Konsep laba secara sintaksis yaitu melalui aturan-aturan yang mendefinisikannya. Secara semantis yaitu melalui hubungan pada realitas ekonomi yang mendasari . Secara pragmatis yaitu melalui penggunaannya oleh investor tanpa memperhatikan bagaimana hal itu diukur atau apakah itu artinya ( Hendriksen dan Van Breda : 2000 dalam dalam Condro : 2005). Konsep laba juga menjadi pokok penafsiran dan aliran pemikiran yang berbeda-beda, yang
Universitas Sumatera Utara
masing-masing melontarkan keunggulan konseptual dan praktisnya masingmasing. 2. Konsep Pemikiran Laba Pada dasarnya ada empat aliran pemikiran berkenaan dengan pengukuran yang lebih baik atas laba usaha (Belkaoui : 1997 dalam Condro : 2005 ), yaitu : 1.
2.
3.
4.
Aliran klasik yang dicirikan terutama oleh kepatuhan pada postulate unit pengukur dan prinsip biaya historis. Aliran ini dikenal secara umum dengan akuntansi biaya historis atau akuntansi historis. Aliran klasik menganggap 'laba akuntansi' sebagai laba usaha. Aliran neo-klasik yang dicirikan terutama oleh pembangkangannya terhadap postulate unit-pengukur, pengakuannya atas perubahan tingkat harga umum, dan kepatuhan kepada prinsip biaya historis. Dikenal secara umum sebagai akuntansi biaya historis yang disesuaikan terhadap tingkat harga umum, konsep laba aliran neoklasik ialah 'laba akuntansi yang disesuaikan dengan tingkat harga umum'. Aliran radikal yang dicirikan oleh pilihannya atas nilai berjalan sebagai dasar penilaian. Aliran ini memilih harga sekarang (current value) sebagai dasar penilaian bukan historical cost lagi. Konsep ini dikenal dengan current value accounting, sedang perhitungan labanya disebut current income. Aliran neo radikal yang menggunakan current value tetapi disesuaikan dengan perubahan tingkat harga umum. Konsep ini dikenal dengan general price level adjusted current value accounting, sedangkan perhitungan labanya disebut adjusted current income.
Aliran-aliran tersebut menunjukkan bahwa konsep laba terus mengalami perkembangan. Argumen-argumen tentang pengukuran laba dapat diperluas menjadi tidak terbatas. C. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahun Peneliti Penelitian 2005 Lina Purnawati
Uraian Judul “Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba” dengan variabel dependen perubahan laba dan variabel independen CR, GPM, OPM, NIS, ROE, ITO, TATO, dan SCL. Diuji dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
2006
Nur Ari Widiasih
2006
Wahyu Prasetyo
2007
Hernita Satriani Pane
regresi berganda, uji F, dan uji t. Hasil penelitian adalah rasio-rasio keuangan mampu memprediksi perubahan laba yang akan datang. Rasio yang dapat digunakan sebagai prediktor perubahan laba yang akan datang adalah ITO, TATO, NIS, dan SCL. Judul “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta” dengan variabel dependen perubahan laba dan variabel independen laba per saham (EPS), price earnings ratio (PER), perputaran persediaan (HPP/persediaan), perputaran aktiva tetap (penjualan/ aktiva tetap), gross profit margin (GPM), leverage. Diuji dengan menggunakan regresi berganda, uji F, dan uji t. Hasil penelitian adalah GPM dan Leverage dapat digunakan untuk memprediksi laba Judul “ Pengaruh Rasio Camel Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank” dengan variabel dependen kinerja perbankan(pertumbuhan laba) dan variabel independen CAR, NPL, BOPO, NIM, LDR, GWM. Diuji dengan menggunakan regresi berganda. Hasil Penelitian adalah variabel LDR, dan GWM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan. Variabel CAR, NPL, BOPO, dan NIM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan. Secara bersamasama kinerja keuangan perbankan yang dinyatakan dalam rasio-rasio keuangan yang terdiri dari variabel CAR, NPL, LDR, GWM, BO/PO, dan NIM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan. Judul “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Di Indonesia” dengan variabel dependen kondisi bermasalah dan variabel independen CAR, PPAPAP, ROA, BOPO, LDR. Diuji dengan menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio CAMEL (CAR, PPAPAP, ROA, BOPO, LDR) memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi
Universitas Sumatera Utara
untuk kondisi bank yang bermasalah (mengalami kondisi kesulitan keuangan) sebesar 86,7%.
D. Kerangka Konseptual Laba merupakan aspek yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Apabila laba dapat dihasilkan setiap bulannya, maka kegiatan operasional perusahaan dapat dilanjutkan dan imbalan kepada karyawan maupun investor dapat diberikan. Laba yang tergambar dalam laporan keuangan yaitu di laporan laba rugi berpengaruh pada penyajian laporan keuangan lainnya. Apabila laba dihasilkan maka modal juga akan bertambah, aliran kas bertambah, dan laba yang dihasilkan dapat digunakan untuk menambah aktiva perusahaan. Rasio CAMEL yang diwakili oleh CAR, PPAPAP, ROA, BOPO, dan LDR menggunakan rumus yang semuanya berhubungan dengan laba, yaitu dari modal, aktiva produktif, laba sebelum pajak, pendapatan operasional, maupun kredit yang diberikan. Berdasarkan informasi diatas, maka kerangka pemikiran untuk menganalisis laba pada Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
CAR PPAPA
Laba Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa
ROA BOPO LDR
Keterangan :
Variabel Independen (bebas) : Rasio Keuangan CAMEL ( CAR, PPAPAP, ROA, BOPO, LDR) Variabel Dependen (terikat)
: Laba Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa
Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen (terikat). Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah variabel utama yang diteliti. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka akan dilihat bagaimana pengaruh dari variabel independen (bebas) yaitu rasio keuangan CAMEL terhadap variabel dependen (terikat) yaitu laba.
E. Hipotesis Penelitian ”Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ditanyakan dan pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih” (Ikhsan dan Ghozali, 2006 : 44). Setelah mengemukakan kerangka teori dan kerangka berfikir, adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap laba Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia periode 2002-2008. 2. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva Produktif (PPAPAP) berpengaruh signifikan terhadap laba Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia periode 2002-2008. 3. Rasio Return on Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap laba Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia periode 2002-2008. 4. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap laba Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia periode 2002-2008. 5. Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap laba Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia periode 2002-2008. 6. CAR, PPAPAP, ROA, BOPO, LDR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia periode 2002-2008
Universitas Sumatera Utara