BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sosial Ekonomi
2.1.1 Defenisi Sosial Ekonomi Defenisi dari sosial ekonomi lebih sering dibahas secara terpisah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 1996: 958). Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa inggris, yaitu ekonomy. Sementara kata economy itu sendiri diambil dari bahasa Yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum (Damsar dan Indrayani 2013: 9). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (KBBI, 1996: 251).
11
Santrock (2007: 282), status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan ekonomi. Status sosial ekonomi menunjukan ketidak setaraan terentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki (1) pekerjaan yang bervarias prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa individual memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbeedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara. Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut Soekanto (2001) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan peragulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sosial ekonomi merupakan dua bidang yang berhubungan yang erat. Marx mengungkapkan bahwa sumbangan utamanya sendiri terhadap teori sosial dalah 12
pandangan bahwa ekonomi merupakan instansi determinan yang paling berpengaruh terhadap masyarakat (Beilharz, 2003: 2). Tindakan ekonomi dapat dipandang dalam suatu tindakan sosial sejauh tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku orang lain (Weber dalam Damsar, 1997: 30). Menurut Swedberg dan Grandovetter, terdapat 3 proposisi utama antara kaitan ekonomi dengan masyarakat, yaitu: 1.
Tindakan ekonomi adalah suatu bentuk dari tindakan sosial.
2.
Tindakan ekonomi disituasikan secara sosial.
3.
Institusi-institusi ekonomi dikonstruksi secara sosial.
Melly G. Tan mengatakan ntuk melihat kondisi sosial ekonomi keluarga atau masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Berdasarkan hal ini maka keluarga atau kelompok masyarakat itu dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Tan dalam Koentjaraningrat, 1981: 35).
2.1.2 Indikator Sosial Ekonomi Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, tinggi (Koentjaraningrat, 1981: 38). Berdasarkan hal tersebut kita dapat mengklarifikasikan keadaan sosial ekonominya, yang dapat dijabarkan sesuai dengan indikator sebagai berikut:
13
a.
Pendapatan Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan
ditemui dalam masyarakat yang materialistis dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Pendapatan adalah arus uang atau barang yang di dapat oleh perseorangan, kelompok orang, perusahaan atau suatu perekonomian pada suatu periode tertentu (Kartono Wirosuharjo, 1985: 83). Christopel dalam Sumardi mendefenisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya. Sedangkan Biro Pusat Statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut: 1. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari: a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur, dan kerja kadang-kadang. b). Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah. c). Hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik. 2. Pendapatan yang berupa barang, yaitu: pembayaran upah dan gaji yang ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan
14
kreasi. Berkaitan dengan hal tersebut mendefenisikan pendapatan adalah seluruh penerimaan, baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun hasil sendiri, dengan jalan dinilai atas sejumlah harga yang berlaku saat ini. Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk dalam 4 golongan, yaitu: a. Golongan pendapatan sangat tinggi: Jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp.3.500.000,00 per bulan. b. Golongan pendapatan tinggi: Jika pendapatan rata-rata antara Rp2.500.000,00 s/d Rp.3.500.000,00 per bulan. c. Golongan pendapatan sedang: Jika pendapatan rata-rata antara Rp1.500.000,00 s/d 2.500.000,00 per bulan. d. Golongan pendapatan rendah: Jika pendapatan rata-rata kurang dari Rp.1.500.000,00 per bulan (Wijaksana, 1992: 52). Berdasarkan ketegori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang memiliki pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok setiap keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dan penghasilan insidentil.
15
b.
Pekerjaan Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja
segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah. Pekerjaan merupakan suatu aktivitas manusia guna mempertahankan hidup dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sesuai dengan pendapat Bintarto (1986: 27) yang mengemukakan bahwa mata pencaharian merupakan aktivitas manusia guna mempertahankan hidupnya dan guna memperoleh taraf hidup yang lebih layak dimana corak dan ragamnya berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan tata geografi daerahnya. Pekerjaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dan sebagainya), tugas dan kewajiban, hasil bekerja dan perbuatan (KBBI, 1999: 488). Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup. Pekerjaan yang ditekuni oleh stiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan yang rendah sampai pada tingkat penghasilan yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya. Contoh pekerjaan berstatus sosial ekonomi rendah adalah pekerja pabrik, buruh manual, penerima dana kesejahteraan, dan pekerja pemeliharaan (Santrock, 2007: 282). Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:
16
a.
Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha.
b.
Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan dan jasa.
c. pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat angkut/bengkel.
c.
Rumah Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan
membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai lambang sosial (Mukono, 2000: 25). Rumah adalah struktur fisik yang terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembina keluarga (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992). Menurut WHO (World Health Organization), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya, baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2000). Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat bila: (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar sperti temperatur lebih rendah dari udara yang di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman 4555 Db.A, (2) memenuhi kebutuhan kejiwaan, (3) melindungi penghuninya dari 17
berbagai penyakit menular, yaitu memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah, dan sarana pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat kesehatan, dan (4) melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran , seperti fondasi rumh yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas.
d.
Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2013 pendidikan didefenisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Dengan demikian, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
18
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi: 1.
Jalur Formal a. Pendidikan Dasar Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk yang lebih sederajat. b. Pendidikan Menengah Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah jurusan, seperti: SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat. c. Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas.
e.
2.
Jalur Nonformal
3.
Jalur Informal
Kesehatan Pengertian kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun
1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
19
kelemahan. WHO menegaskan empat komponen yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi sehat, yaitu: 1.
Sehat Jasmani Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berotot, tidak gemuk nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fisiologi berjalan dengan normal.
2.
Sehat Mental Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain. Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak ada tanda-tanda konflik pada kejiwaannya, dapat bergaul dengan baik, dapat menerima serta tidak mudah tersinggung atau marah, dapat mengontrol diri, tidak mudah emosi, dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.
3.
Kesejahteraan Sosial Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada budaya dan tingkat kemakmuran masyarakat daerah setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana berupa perasaan aman dan damai sejahtera, cukup pangan dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
20
4.
Sehat Spiritual Spiritual merupakan komponen tambahan dalam defenisi sehat menurut WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapatkan pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
f.
Pola Konsumsi Pola konsumsi dari suatu keluarga dapat digunakan sebagai suatu bahan
evaluasi taraf hidup. Dari gambaran konsumsi pangan, sandang hingga kepemilikan barang berharga dan kendaraan, bisa diperoleh gambaran sosial ekonomi dari suatu keluarga tersebut. Pangan adalah sumber makan bagi manusia dan merupakan kebuhan pokok dalam hidup manusia. Sandang juga merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Sandang mencakup pakaian yang dikenakan oleh manusia. Meskipun manusia dapat hidup tanpa pakaian, tetapi manusia yang dalam kesehariannya adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi sehingga sandang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia.
21
2.2
Kemiskinan
2.2.1
Defenisi Kemiskinan Pemahaman tentang defenisi kemiskinan menurut para ahli memang
berbeda-beda. Kemiskinan oleh berbagai pihak tentu dibatasi oleh aspek mana yang ditekankan pembuat defenisi dalam merumuskan defenisi kemiskinannya. Menurut World Bank, kemiskinan merupakan suatu kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup manusia baik secara fisik dan sosial sebagai akibat tidak tercapainyakehidupan yang layak karena pengahasilannya tidak mencapai 1,00 dolar AS perhari (Siagian, 2012: 25). Berikut ini disajikan beberapa defenisi kemiskinan, antara lain: 1.
Jika ditinjau dari standar kebutuhan hidup yang layak atau pemenuhan kebutuhan pokok, maka kemiskinan adalah suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok atau kebutuhan-kebutuhan dasar yang disebabkan kekurangan barang-barang dan pelayananpelayanan yang dibutuhkan dalam upaya memenuhi standar hidup yang layak (Siagian, 2012: 25).
2.
Jika ditinjau dari pendapatan, maka kemiskinan adalah kondisi kurangnya pendapatan sebagai modal untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok (Siagian, 2012: 25).
3.
Jika ditinjau dari kesempatan, maka kemiskinan merupakan dampak dari ketidaksamaan kesempatan memperoleh dan mengakumulasikan basis-basis kekuatan sosial, seperti:
22
a.
Keterampilan yang memadai.
b.
Informasi dan berbagai pengetahuan yang bermanfaat bagi kemajuan hidup.
c.
Jaringan-jaringan sosial.
d.
Organisasi-organisasi sosial politik.
e.
Sumber-sumber modal yang diperlukan dalam upaya peningkatan pengembangan kehidupan (Siagian, 2012: 25).
4.
Jika ditinjau dari keadaan yang dialami, kemiskina merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan: a.
Kelaparan atau setidaknya kekurangan makanan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas (gizi).
b.
Pakaian dan perumahan yang tidak memadai.
c.
Tingkat pendidikan yang rendah.
d.
Memiliki sagat sedikit kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bersifat dasar (Siagian, 2012: 26).
2.2.2 Jenis-jenis kemiskinan Sebagai konsep yang multi dimensi, satu fakta tentang kemiskinan dapat diidentifikasi dalam berbagai jenis kemiskinan. Berikut ini adalah jenis-jenis dari kemiskinan, yaitu:
23
1.
Kemiskinan Absolut Kemiskinan Absolut yaitu suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia (Siagian, 2012: 47).
2.
Kemiskinan Relatif Kemiskina relatif bertentangan dengan kemiskina absolut. Kemiskinan relarif sendiri akan muncul jika kajian kita mengenai kemiskinan tersebut didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan antara seseorang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan kelompok lainnya (Siagian, 2012: 48).
3.
Kemiskinan Massa Secara sederhana kemiskinan massa dapar diartikan sebagai kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah (Siagian, 2012: 50).
4.
Kemiskinan Non Massa Kemiskina non massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang (Siagian, 2012: 53).
24
5.
Kemiskinan Alamiah Kemiskinan alamiah ditemukan jika kajian tentang kemiskinan tersebut didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi (Siagian, 2012: 56).
6.
Kemiskinan Kultural Dalam kasus ini, budaya diidentifikasi sebagai faktor penyebab terjadinya kemiskinan tersebut (Siagian, 2012: 57).
7.
Kemiskinan Terinvolusi Kemiskinan terinvolusi merupakan bentuk dan kondisi khusus dari kemiskinan kultural. Ciri khusus kemiskinan terinvolusi adalah telah terinternalisasinya nilai-nilai negatif dalam diri seseorang atau kelompok dalam memandang diri dan kehidupannya, sehingga mereka menganggap kehidupan dengan segala kondisinya sebagai sesuatu yang tidak dapat berubah (Siagian, 2012: 61).
8.
Kemiskinan Struktural Konsep kemiskinan struktural antara lain mendeskripsikan bahwa struktur sosial masyarakat itu sedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat tersebut mengembangkan kehidupannya (Jay, dalam Siagian, 2012: 61).
25
9.
Kemiskinan Situasional Secara umum dapat dikemukakan bahwa kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkan oleh situasi yang ada (Siagian, 2012: 63).
10. Kemiskinan Buatan Kemiskinan buatan terjadi karena kelembagaan-kelembagaan yang ada mengakibatkan anggota atau kelompok masyarakat tidak meguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata (White, dalam Siagian, 2012: 65). 2.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Terdapat bermacam-macam faktor-faktor penyebab kemiskinan, walaupun demikian sulit untuk menyimpulkannya secara pasti. Hal ini terjadi karena terdapat berbagai kondisi dan sudut pandang berbeda dalam melihat faktor penyebab kemiskinan tersebut. Jika kita menitik beratkan kajian pada interaksi antara berbagai elemen yang berkontribusi dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia, maka faktorfaktor penyebab terjadinya kemiskinan antara lain adalah: 1. Faktor sumber daya Harus diakui bahwa alam atau lingkungan fisik tidak memiliki potensi yang sama dalam memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia (Siagian, 2012: 117).
26
2. Faktor sumber daya manusia Dalam kasus terjadinya kemiskinan, harus diakui bahwa tidak semua manusia memiliki potensi yang sama dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya (Siagian, 2012: 118). 3. Faktor kelembagaan sosial Negara sebagai institusi modern telah mewarnai kehidupan manusia, bahkan telah mengintervensi kehidupan sosial, termasuk didalamnya interaksi sosial. Namun, dipastikan belum semua aspek dan aktivitas hidup manusia dan masyarakat diintervensi oleh negara. Bahkan, negara sendiri yang dipersonifikasi pemerintah tidak akan pernah berhasil mengidentifikasi secara menyeluruh dan sempurna ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenangnya dalam kehidupan manusia dam masyarakat. Dengan demikian, kelembagaan sosial masih sangat berperan dalam kehidupan manusia di berbagai unit sosial. Lebih tegas lagi, keadaan sosial dalam keadaan tertentu ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya kemiskinan (Siagian, 2012: 122). 4. Faktor kebijakan dam implementasi kebijakan melalui program Ada kalanya kebijakan dibuat memang salah satu atau kontra produktif terhadap perbaikan kehidupan masyarakat, tetapi ada kalanya kebijakan yang dibuat negara sesungguhnya sudah baik, namun implementasi
27
kebijakan itu sendirilah yang justru kontra produktif (Siagian, 2012: 125).
2.3
Penenun Ulos Tenun merupakan salah satu warisan budaya yang sudah menjadi
kebanggaan Indonesia. Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi membuat kain tenun. Tanimbar, Timor, Sumbawa, Lombok, Bali, Jepara, Lampung dan lain-lain adalah daerah penghasil tenun yang berkualitas tinggi dan terkenal. Tradisi tersebut sudah dilakukan secara turun temurun dan sudah menjadi mata pencaharian tetap bagi para pengerajinnya. Menurut Sugiarto, Wartanabe (2003 : 115) kain di buat dengan azaz (prinsip) yang sederhana dari benang yang di gabung secara memanjang dan melintang dasar, diantaranya tenunan sederhana atau polos, tenunan kepar dan tenunan satin, ketiga tenunan dasar dapat diuraikan sebagai berikut: a. Tenunan sederhana (plain waever) Tenunan sederhana adalah tenunan yang paling sederhana dari kain tenun, masing-masing dengan sebuah benang lungsing dan benang pakan naik turun bergantian sambil saling menyilang, kain tenunan ini memiliki kekuatan dan banyak dipakai. b. Tenunan kepar (twill) Pada tenunan kepar benang pakan menyilang dibawah dua benang lungsing, kemudian diatas sebuah benang lungsing, silih ganti. Memperlihatkan tenunan
28
kepar tiga kepar yang paling sederhana, dan sebuah tenunan lengkap terdiri dari tiga benang pakan dan seutas benang lunsing. Terdapat juga tenunan empat kepar, lima kepar dan dst. Pada tenunan kepar titik pertemuan antara lungsing dan pakan (titik tenun) berjalan miring, yang membuat garis miring pada kain tenunnya. c. Tenunan saten Pada tenunan saten, titik-titik tenun antara lungsing dan pakan dibuat sesedikit mungkin, dan lagi pula titik-titik tenun harus dihamburkan dan bukannya terus menerus, sehingga seolah-olah hanya benang langsing saja yang mengapung di atas permukaan kain. Tenunan dengan benang lungsing yang mengapung pada permukaan dinamakan saten lungsing, dan dimana benang pakannya yang mengapung pada permukaan dinamakan saten pakan. Alat alat tenun yang sering digunakan di bebagai daerah pedesaan di Indonesia adalah alat-alat tradisional. Ada beberapa jenis alat tenun yang dipergunakan di Indonesia, yaitu : 1.
Alat tenun Gedogan merupakan alat tenun tradisional, pada bagian ujung dipasang pada pohon/tiang rumah atau pada suatu bentangan papan dengan konstruksi tertentu dan bagian ujung lainnya diikatkan pada badan penenun yang duduk di lantai.
2.
Alat tenun bukan mesin (ATBM) merupakan alat tenun yang digerakkan oleh injakan kaki untuk mengatur naik turunnya benang lungsi pada waktu masuk keluarnya benang pakan, dipergunakan sambil duduk di kursi.
29
3.
ATBM Dobby, dobby adalah alat tambahan mekanis yang berada di atas ATBM, Dobby berfungsi mengontrol penganyaman benang pada perkakas tenun yang lain, sehingga membentuk motif-motif sesuai dengan pola yang diinginkan (http://www.tenunindonesia.com/alat_tenun). Hasil tenun di Tapanuli dalam bentuk kain atau selendang lengan dengan
berbagai motif, ukuran maupun fungsi itu disebut dalam bahasa daerah setempat ulos (http://kebudayaanindonesia.net/). Ulos yang berarti kain ini dibuat dengan cara menenun secara manual bukan dengan mesin. Ulos selalu mempunyai warna dominan, yaitu merah, hitam dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Awalnya, ulos dikenakan dalam bentuk selendang atau sarung saja. Kain ini sering digunakan untuk upacara adat Batak, mulai dari pernikahan, kelahiran dan dukacita. Saat ini, kain souvenir, kain, bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet dan gorden (Erlangga, 2013: 91). Menurut
KBBI,
penenun
adalah
orang
yang
menenun
(http://kbbi.web.id/tenun). Penenun ulos adalah orang yang membuat kain dengan teknik menggabungkan benang secara memanjang dan melintang serta menggunakan alat tenun gendogan. Dalam hal ini, kain yang dimaksud adalah ulos.
2.4
Industri Rumah Tangga Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
30
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Sesuai dengan namanya, industri ini menjadikan rumah sebagai tempat memproduksi barang atau jasa. Menurut KBBI, rumah berarti bangunan untuk tempat tinggal. Singkatnya, industri rumah tangga adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Industri rumah tangga memiliki tenaga kerja 1-4 orang dan memiliki modal yang kecil, misalnya industri kerajinan tangan dan industri makanan ringan. Industri rumah tangga sering tidak menggunakan karyawan, karena karyawannya merupakan anggota keluarga sendiri. Industri rumah tangga adalah bagian dari industri kecil. Pemahaman tentang industri kecil di setiap negara berbeda-beda. Industri kecil secara kriteria dapat dikelompokkan atas dua pemahaman sebagai berikut:
1.
Ukuran dari usaha (berdasarkan jumlah tenaga kerja): a. self employment perorangan. b. self employment kelompok. c. indutri rumah tangga.
2.
Tingkat penggunaan teknologi: a. usaha kecil yang menggunakan teknologi tradisional yang nantinya akan meningkat menggunakan teknologi modern.
31
b. usaha kecil yang menggunakan teknologi moderndengan kecenderungan semakin menguat keterkaitannya dengan struktur ekonomi secara umum dan struktur industri secara khusus. Industri kecil yang benar-benar mikro dapat dikelompokkan atas pengertian: 1. Industri kecil mandiri, yaitu tanpa menggunakan tenaga kerja lain; 2. Industri kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri; 3. Industri kecil yaitu indistri yang memiliki tenaga kerja upahan secara tetap (Hubeis, 2009: 18)
2.5
Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan sosial secara umum merupakan keadaan dimana seseorang
merasa nyaman, tentram, bahagia, serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. sebagainya. Sedangkan sebagai suatu disiplin keilmuan, maka kesejahteraan sosial adalah kajian tentang badan-badan atau lembaga-lembaga, program-program, personil dan kebijakan (Siagian dan Suriadi, 2012: 107). Menurut Suharto (2005: 3), Kesejahteraan sosial adalah termasuk sebagai suatu proses atau usaha perorangan,
lembaga-lembaga
sosial,
masyarakat
maupun
badan-badan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial. Jadi untuk menilai kesejahteraan sosial seseorang atau masyarakat dapat dilihat pada tatanan yang berlaku dalam masyarakat serta kondisi masyarakat tersebut.
32
Menurut UU No 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan: a. meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup; b. memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian; c. meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial; d. meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; e. meningkatkan penyelenggaraan
kemampuan
dan
kesejahteraan
kepedulian sosial
secara
masyarakat melembaga
dalam dan
berkelanjutan; f. meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial juga ditegaskan bahwa upaya kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan
33
dasar setiap warga negara meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Semua upaya, program dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan, dan mengembangkan kesejahteraan sosial. Dalam
pernyataan
tersebut
terkandung
pengertian
bahwa
usaha-usaha
kesejahteraan sosial merupakan upaya ditujukan kepada manusia baik individu, kelompok maupun masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan tentang latar belakang informasi mengenai konsep dan istilah yang digunakan dalam statistik Kesejahteraan Sosial diantaranya adalah kondisi rumah tangga, luas lantai, daerah perkotaan atau pedesaan, probabilitas bayi mati sebelum mencapai usia satu tahun, keluhan masyarakat terhadap kesehatan, imunisasi, pasien rawat inap, status gizi, narapidana, aksi dan korban kejahatan, luas lantai, mendengarkan radio, membaca koran atau surat kabar, serta menonton televisi. Dari kelompok tersebut BPS melakukan pengelompokan menjadi empat indikator dalam pengukuran kesejahteraan sosial, yaitu : pendapatan, kesehatan, perumahan, dan gizi.
2.6
Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan hal yang berkaitan erat dengan pengangguran.
Indonesia sendiri masih memiliki angka kemiskinan yang tinggi begitu mula masalah penganggurannya. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia harus memiliki keterampilan disertai kemauan untuk melakukan usaha-usaha alternatif untuk
34
dapat memenuhi kebutuhan hidup. Contohnya adalah seperti para penenun ulos di desa Lumban Siagian Jae. Penenun ulos merupakan profesi yang berkaitan dengan budaya dan keterampilan tradisional. Profesi ini biasanya ditekuni oleh wanita dengan menggunakan alat-alat tradisional. Profesi ini pernah berjaya dulu dan menjadi penopang kebutuhan hidup keluarga. Akan tetapi kini penenun ulos tradisional telah kalah bersaing dengan penenun-penenun lainnya yang telah menggunakan mesin yang lebih canggih di kota-kota besar. Kesulitan demi kesulitan pun kian dialami para penenun mulai dari kurangnya perhatian dari pemerintah daerah, harga ulos hasil tenun mereka tidak tetap dan harga bahan pembuatan seperti benang semakin mahal, hingga kebutuhan hidup semakin meningkat. Hal tersebut membuat para penenun ulos tradisional kini merasa sosial ekonominya berada dalam keadaan yang memprihatinkan. Kebutuhan makan sehari-hari, penghasilan rumah tangga, biaya sekolah anak, situasi perumahan, dan biaya perobatan bila sakit menjadi sesuatu yang mereka anggap susah untuk dipenuhi pada masa sekarang ini. Secara umum kehidupan para penenun ulos penenun ulos di desa Lumban Siagian Jae ini memang masih tergolong menengah ke bawah. Pada umumnya mereka juga berprofesi sebagai petani dan berkebun untuk menambah pendapatan keluarga. Melalui penelitian ini nantinya akan diketahui lebih detailnya mengenai kondisi sosial ekonomi penenun ulos di desa Lumban Siagian Jae. Kondisi sosial
35
ekonomi tersebut akan terlihat dari enam komponen yang membentuknya, yaitu: pendapatan, pekerjaan, rumah, pendidikan, kesehatan, dan pola konsumsi. Untuk lebih jelas kerangka pemilikiran dalam penelitian ini, berikut disajikan bagan alur pemikirannya.
36
Bagan 1. Bagan Alir Pemikiran
Penenun Ulos di desa Lumban Siagian Jae kecamatan Siatas Barita kabupaten Tapanuli Utara
Sosial Ekonomi
Pendapatan
Pekerjaan
Pendidikan
Rumah
37
Kesehatan
Konsumsi
2.7
Defenisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian
2.7.1 Defenisi Konsep Konsep
adalah
istilah
yang
digunakan
para
ahli
dalam
upaya
menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan terjadi. Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Untuk menghindari salah pengertian, maka peneliti harus menegaskan dan membatasi konsep-konsep yang diteliti. Secara sederhana defenisi dapat diartikan sebagai “batasan arti”. Proses upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep (Siagian, 2011: 138). Defensi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009: 23). Dengan memahami makna defenisi konsep, maka yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah: 1. Tinjauan adalah melihat atau meninjau mengenai suatu hal dan kemudian mendeskripsikan hasil peninjauan tersebut, mengenai apa yang sedang terjadi atau fenomena apa yang terlihat. 2. Sosial Ekonomi adalah kombinasi seluruh indikator dari pekerjan, pendapatan,
pendidikan,
kesehatan,
38
perumahan,
dan
konsumsi.
Pemenuhan setiap indikator tersebut dalam cakupan kebutuhan berkaitan dengan pola tingkah laku dari masyarakatnya. 3. Penenun Ulos adalah orang yang berprofesi sebagai pembuat ulos melalui teknik tenun, dalam hal ini menggunakan alat tenun gendogan. Penenun ulos tersebut dapat digolongkan sebagai Industri Rumah Tangga, karena proses pembuatannya dilakukan di rumah dan para penenunnya berkisar anatara 1 sampai 4 orang yang juga merupakan anggota keluarga mereka.
2.7.2 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dapat diartikan sebagai pembatasan variable yang digunakan, berapa banyak subjek yang akan diteliti, luas lokasi penelitian, materi yang dikaji, dan sebagainya. Adapun yang menjadi ruang lingkup penelian yang penulis rumuskan dalam tinjauan sosial ekonomi penenun ulos di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara, dapat diukur melalui pembatasan sebagai berikut: 1. Pendapatan 2. Pekerjaan 3. Rumah 4. Pendidikan 5. Kesehatan 6. Pola Konsumsi
39