BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Teoritis Dalam Tinjauan teoritis akan dibahas lebih lanjut mengenai rasio likuiditas dan sovabilitas terhadap profitabilitas perusahaan. Penjabaran teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan tambahan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian. 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang bersifat financial dicatat, digolongkan dan diringkaskan dengan cara setepattepatnya dalam satuan uang, kemudian daiadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi managemen dan pemilik perusahaan. Disamping itu, banyak pihak yang
memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor, maupun para supplier.Menurut Harahap (2005:121) bahwa: Laporan keuangan adalah merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan ini menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban. MenurutKasmir (2012:7) menjelaskan bahwa “Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Selanjutnya Marom (2004:2) juga menyatakan bahwa “Laporan
keuangan
adalah
produk
dari
manajemen
dalam
rangka
mempertanggungjawabkan (stewardship) pengguna sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya”. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah alat komunikasi yang dapat memberikan informasi mengenai aktivitas perusahaan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Selanjutnya menurut Kieso et.al. (2008:6) bahwa “Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas serta laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham”.Setelah mengemukakan tentang berbagai uraian pengertian laporan keuangan tersebut, selanjutnya diuraikan berbagai unsur yang termasuk dalam laporan keuangan.
2.1.2. Unsur-Unsur Laporan Keuangan Secara umum unsur utama dari laporan keuangan terdiri dari: 2.1.2.1. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan atau yang lebih dikenal dengan neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi aktiva kewajiban dan modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun tiap saaat dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat itu. Oleh karena itu, setiap perusahan diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca. Neraca biasanya disusun pada periode tertentu, misalnya satu tahun. Namun, neraca juga dapat dibuat pada saat tertentu untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini bila diperlukan. Biasanya hal ini sering dilakukan pihak manajemen pada saat tertentu.
Marom (2004:10) menyatakan bahwa “Neraca menggambarkan posisi keuangan yang berupa aktiva, kewajiban, dan ekuitas suatu unit usaha pada suatu saat tertentu. Aktiva disajikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh kewajiban perusahaan.”
Selanjutnya menurut Harahap (2005:10) bahwa “Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban dan modal pada suatu saat tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat dan merupakan opname posisi keuangan pada saat itu”.
Dengan demikian dari berbagai rumusan tersebut, secara garis besar dapat dinyatakan bahwa neraca merupakan suatu laporan yang pada dasarnya menyajikan dan menunjukkan informasi tentang keadaan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini mencakup posisi aktiva (harta kekayaan), kewajiban, modal dan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi. 2.1.2.2 Laporan Laba-Rugi Komprehensive (Income Statement) Laporan laba-rugi adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan apakah suatu perusahaan mengalami laba atau rugi dalam satu periode akuntansi. Pada dasarnya, laporan laba-rugi merupakan ringkasan dari pendapatan dan biaya suatu perusahaan pada periode tertentu, misalnya satu bulan, satu tahun. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa laporan laba rugi berisi uraian pendapatan dan pengeluaran pada periode waktu tertentu, serta dapat menunjukkan besarnya laba (atau kerugian) yang dihasilkan oleh perusahaan dari hasil operasional dan aktivitas lainnya. Pada umumnya, unsur-unsur pokok yang terdapat pada laporan laba rugi adalah pendapatan (penerimaan), harga pokok penjualan, laba kotor, beban operasi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum, bunga pinjaman dan pajak penghasilan), dan laba bersih. Menurut Kasmir(2012 : 58) laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu yang tergambar dari jumlah pendapatan yang diterima dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi.
Selanjutnya menurut Kieso et.al. (2008:3) laporan laba rugi sering digunakan untuk: a. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui dengan menganalisis dan mengevaluasi pendapatan dan beban yang terdapat pada laporan laba rugi. b. Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan Informasi mengenai kinerja perusahaan di masa lalu dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan. c. Membantu menilai risiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas di masa depan. Informasi tentang berbagai komponen laba, pendapatan, dan beban memperlihatkan kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas di masa depan.
Pada dasarnya alasan utama pentingnya perhitungan laba rugi adalah bahwa laporan laba rugi dapat menyediakan informasi kepada investor dan kreditur yang dapat membantu meramal jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Ramalan yang akurat atas arus kas masa depan membantu investor untuk menilai kelayakan ekonomi perusahaan dan kreditur untuk menentukan kemungkinan dari pembayaran kembali kalinya terhadap perusahaan. Kedua, perhitungan laba rugi membantu pemakai menentukan resiko tingkat ketidakpastian dari kegagalan mencapai suatu arus tertentu. Selain itu juga digunakan oleh pihak lain seperti pelanggan untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan memberikan barang dan jasa yang dibutuhkan. Demikian juga serikat pekerja berguna untuk menelaah secara cermat sebagai dasar untuk pembahasan mengenai tingkat gaji yang diterima, serta bagi pemerintah untuk merumuskan pajak, kebijakan fiskal dan moneter. Dengan demikian laporan laba rugi disusun sedemikian rupa dengan maksud untuk menggambarkan keberhasilan/kegagalan operasi perusahaan dalam upaya mencapai tujuan selama periode tertentu, yang diukur dengan
membandingkan pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. 2.1.2.3. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Laporan arus kas adalah sumber informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari semua aktivitas yang dilakukan perusahaan selama satu periode, baik dari aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan. Informasi ini sangat penting untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan kas serta mengetahui bagaimana kebijakan entitas dalam mengelola (menggunakan) dana kasnya. Menurut Kasmir (2012:29) “Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengalaman lagsung atau tidak langsung terhadap kas”. Untuk dapat dikatakan setara kas, suatu item harus memenuhi dua kriteria sebagai berikut: (1) dapat dengan mudah dikonversikan menjadi kas, dan (2) pendek tanggal jatuh temponya, sehingga kecil tingkat risiko terjadinya perubahan nilai sebagai akibat dari perubahan suku bunga. Menurut Simamora (2005:27) “Laporan arus kas adalah memperlihatkan arus masuk kas (cash inflows), yaitu penerimaan-penerimaan, dan arus keluar kas (cash outflows) dari sebuah entitas selama periode tertentu”. Pengertian di atas mengartikan bahwa laporan arus kas memperlihatkan sumber-sumber arus kas masuk serta penggunaan arus kas keluar sepanjang tahun selama satu periode akuntansi. Arus kas tersebut dibuat (dilaporkan) dalam tiga kelompok berdasarkan jenis aktivitasnya, yaitu aktivitas operasi, aktivitas
investasi, dan aktivitas pendanaan. Kas bersih dari masing-masing aktivitas dijumlahkan dan direkonsiliasikan dengan saldo kas pada awal tahun, sehingga diperoleh saldo kas akhir tahun. Laporan ini disusun dari perbandingan neraca awal serta akhir, dan juga dikaitkan dengan laporan operasi periode tersebut. Laporan ini mencerminkan keputusan tentang sumber dan penggunaan dana, yaitu komitmen dana untuk investasi dalam aktiva atau untuk membayar kembali kewajiban, atau meningkatkan dana melalui pinjaman tambahan atau dengan mengurangi investasi aktiva. Salah satu sumber dana utama adalah operasi yang menguntungkan dimana pendapatan melebihi biaya dan beban. Sebaliknya, operasi yang tidak menguntungkan merupakan suatu penggunaan dana. 2.1.2.4. Manfaat Analisa Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu alat yang sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan-keputusan intern perusahaan. Para manajer
memanfaatkan
informasi
akuntansi
untuk
membantu
mereka
dalammengevaluasi operasi yang sedang berjalan dan merencanakan operasi mendatang. Misalnya, dengan membandingkan hasil kegiatan yang lalu dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, akan ditemukan cara memacu aktivitas ke arah yang menguntungkan dengan meniadakan hal-hal yang merugikan. Pihak ekstern yang ingin mengikuti perkembangan suatu perusahaan memerlukan
gambaran
mengenai
perusahaan.
Para
penanam
modal
memanfaatkan informasi mengenai posisi keuangan dan prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Bank dan pemasok perlu menilai sehat tidaknya keuangan
perusahaan sebelum pinjaman kredit diberikan. Karyawan dan serikat kerja berkepentingan pada stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Sedangkan lembaga pemerintah berkepentingan mengetahui kemampuan perusahaan membayar pajak. Dengan demikian, laporan keuangan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (baik pihak internal maupun eksternal) sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan masing-masing pihak. Menurut Kasmir(2012 : 11)menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan ini adalah: 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluaran perusahaan dalam suatu periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan- perubahan yang terjadi terhadap aktiva, passiva, dan modal perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 7. Memberikan informasi tentang catatan- catatan atas laporan keuangan 8. Informasi keuangan lainnya. Jadi dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dicantumkan oleh Harahap (2005:134) mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah “Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Dengan demikian secara umum bahwa laporan keuangan bertujuan untuk memberikan berbagai informasi penting tentang berbagai hal yang menyangkut atau terkait dengan pos-pos yang mempengaruhi kemajuan dan perkembangan suatu perusahaan, serta sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi para pemakai laporan keuangan tersebut. 2.1.3. Pengertian Likuiditas Analisis dan penafsiran posisi keuangan jangka pendek adalah penting, baik bagi pihak manajemen maupun pihak-pihak di luar perusahaan seperti kreditur (terutama kreditur jangka pendek) dan pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan kreditur jangka pendek lainnya sangat menaruh perhatian pada tingkat
keamanan
bagi
kredit-kredit
jangka
pendeknya,
manajemen
berkepentingan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal kerja, dan pemegang saham beserta kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui prospek pembayaran dividen dan bunga. Menurut Husnan (2003:195) bahwa “Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi (jangka pendek)”.
Menurut Kasmir (2012 :130) menyatakan bahwa Rasio Likuiditas sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka pemdek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu. Tagihan seorang pemberi kredit jangka panjang, misalnya pemilik obligasi, sebaliknya bersifat jangka panjang, dan karenanya ia akan lebih berminat terhadap kemampuan aliran kas untuk melunasi hutang dalam jangka panjang. Pemilik obligasi mungkin akan menilai struktur modal perusahaan, sumbersumber dana dan penggunaan dana, profitabilitas selama beberapa periode dan proyeksi profitabilitas di masa yang akan datang. Berikut ini adalah tujuan yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas, yaitu: 1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek. 2.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek tanpa memperhitungkan persediaan.
3. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 4. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. 5. Untuk mengukur seberapa besar perputaran kas. 6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.
7. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya. 8. Sebagai alat bagi pihak luar terutama yang berkepentingan terhadap perusahaan
dalam
menilai
kemampuan
perusahaan
agar
dapat
meningkatkan saling percaya. 2.1.3.1. Rasio-Rasio Likuiditas Pada umumnya perhatian pertama dalam analisis keuangan adalah rasio likuiditas, yaitu rasio yang memperlihatkan hubungan (perbandingan) antara kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Menurut Fred Weston yang dikutip oleh Kasmir (2012 : 129) menyebutkan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang telah jatuh tempo. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Selanjutnya menurut Kasmir (2012 : 130) rasio likuiditas atau sering juga disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan
komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu. Tujuannya dari rasio likuiditas adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dari rasio likuiditas ini dapat diketahui apakah perusahaan mampu memenuhi kewajibannya yang akan segera jatuh tempo. Menurut Kasmir (2012 : 132). Tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas adalah : 1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu) 2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun dibandingkan dengan total aktiva lancar. 3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap kualitasnya lebih rendah. 4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. 6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan hutang 7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode. 8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini. Jenis-jenis rasio yang tergolong dalam rasio likuiditas sebagai berikut: 2.1.3.2.Rasio Lancar (Current Ratio) Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio lancar menunjukkan apakah tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi aktiva lancar dalam periode yang sama dengan jatuh temponya utang. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadi masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang memiliki rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya
dana
menganggur
yang
pada
akhirnya
dapat
mengurangi
kemampulabaan perusahaan. Menurut Khasmir(2012 : 132) Rasio Lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Current ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Current Ratio =
Aktiva Lancar (Current Asset) Utang Lancar (Current Liabilities)
2.1.3.3. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test) Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya paling rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, dalam perhitungan rasio cair (quick ratio), nilai persediaan dikeluarkan dari aktiva cair.
Quick Ratio =
Current Asset − Inventory Current Liabilities
Quick ratio or acid test lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, karena dalam perhitungannya semua unsur-unsur persediaan dikurangkan atau dianggap tidak digunakan untuk membayar utang jangka pendek. Menurut Khasmir (2012 : 146) menyatakan bahwa “Quick Ratio merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan. 2.1.3.4. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas adalah perbandingan antara aktiva lancar yang benar-benar likuid (yaitu dana kas) dengan kawajiban jangka pendek. Rasio kas dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Cash Ratio =
Cash or Cash equivalent Current Liabilities
Dari rumus tersebut terlihat bahwa persediaan dan piutang dagang yang kurang likuid harus dikeluarkan dari aktiva lancar, sehingga pembayaran kewajiban jangka pendek hanya bersumber dari kas dan setara kas (efek-efek). Menurut Khasmir (2012 : 138) Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang- utang jangka pendek nya. 2.1.4. Pengertian Solvabilitas Menurut Kasmir (2012 : 151) Rasio Solvabilitas atau leverage ratio adalah ratio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek ataupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) Untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah menggunakan beberapa perhitungan. Seperti diketahui bahwa penggunaan modal sendiri atau dari modal pinjaman akan memberikan dampak tertentu bagi perusahaan. Pihak manajemen harus pandai mengatur rasio kedua modal tersebut. Pengaturan rasio yang baik akan banyak memberikan manfaat bagi perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.
Menurut Kasmir (2012 : 153) beberapa tujuan perusahan dengan menggunakan rasio solvabilitas adalah 1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor). 2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (sperti angsuran pinjaman termasuk bunga). 3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal. 4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. 5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva. 6. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang. 7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki. 2.1.4.1. Rasio-Rasio Solvabilitas Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain : 1. debt to asset ratio (debt ratio) 2. debt to equity ratio 3. long term debt to equity ratio 4. time interest earned 5. fix charged covered 2.1.4.2. Debt to Asset Ratio
Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Rumusan untuk mencari debt to asset ratio dapat digunakan sebagai berikut :
Debt to Asset Ratio = 2.1.4.3. Debt to Equity Ratio
Total Debt Total Asset
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut :
debt to equity ratio =
Total Utang (debt) Ekuitas (Equity)
2.1.4.4. Long Term Debt to Equity Ratio Long Term Debt to Equity Ratiomerupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumusan untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio adalah dengan menggunakan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal sendiri, yaitu:
Long term debt to equity ratio =
long term debt Equity
2.1.4.5. Time Interest Earned Menurut J. Fred Weston yang dikutip oleh Kasmir (2012 : 160) Time Interest Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah perolehan bunga. Rasio ini diartikan oleh James C. Van Home juga sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga. Jumlah kali perolehan bunga atau Time InterestEarned merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Untuk mengukur rasio ini digunakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan biaya bunga yang dikeluarkan. Dengan
demikian, kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman tidak dipengaruhi oleh pajak. Rumus untuk mencari Time InterestEarned dapat digunakan dengan dua cara sebagai berikut:
Time interest earned = atau
Earning Before Income Tax (EBIT) Biaya Bunga (interest)
Time interest earned =
EBIT + Biaya bunga Biaya Bunga (interest)
2.1.4.6. Fixed Charged Coverage Fixed Charged Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerupai Time InterestEarned Ratio. Hanya saja perbedaanya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. Rumus untuk mencari Fixed Charged Coverage(FCC) adalah sebagai berikut:
Fixed Charged Coverage =
EBIT + Biaya bunga + Kewajiban sewa/lease Biaya Bunga + Kewajiban sewa/lease
2.1.5. Pengertian Profitabilitas
Menurut Riyanto (2005:331) menyatakan bahwa rentabilitas (profabilitas) yaitu: Rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total assets, return on net worth dan lain sebagainya) atau menggambarkan kemampuan perubahan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada sepertikegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”. Menurut Weston dan Brigham (2005:57) mengatakan bahwa “rasio profitabilitas adalah memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen seperti ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi. 2.1.5.1. Rasio-Rasio Profitabilitas Menurut Harahap (2005:304) bahwa “Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya”. Sedangkan menurut Kasmir (2012 : 196) “Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efesiensi perusahaan.” Seperti rasio-rasio yang lain, rasio profitabilitas memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau
kepentingan dengan perusahaan lain. Menurut Kasmir (2012 : 197) tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi pihak perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah : 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk : 1. Mengetahui bearnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sebelumnya 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Rasio keuntungan (kemampulabaan) akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Rasio keuntungan (kemampulabaan) yang umum digunakan yaitu: 2.1.5.2. Gross Profit Margin
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari setiap rupiah penjualan yang berfungsi untuk mengendalikan dan menutupi biaya-biaya produksi, biaya operasi, biaya modal, pajak penghasilan dan biaya-biaya lain. Secara internal dalam suatu perusahaan, bahwa marjin kotor akan mencerminkan hubungan antara harga, volume dan biaya, sehingga setiap perubahan dalam harga jual produk, tingkat biaya produksi produk dan volume dalam bauran produk akan mengakibatkan perubahan dalam marjin kotor. Selain itu dalam organisasi perdagangan atau jasa, marjin kotor dapat dipengaruhi oleh kombinasi perubahan dalam harga yang dibebankan untuk produk dan jasa yang diberikan, harga yang dibayarkan untuk barang yang dibeli dari luar, biaya jasa yang diberikan oleh sumber internal dan eksternal serta setiap perubahan volume dalam bauran produk/jasa perusahaan. Demikian juga secara eksternal, perbedaan tingginya rasio marjin laba kotor antar perusahaan dapat disebabkan oleh tepat tidaknya lokasi perusahaan, tepat tidaknya produk yang dihasilkan perusahaan, tepat tidaknya teknologi yang digunakan perusahaan, komposisi aktiva tetap, struktur modal yang dimiliki, cakap tidaknya manajemen perusahaan dan kondisi persaingan. Selain itu kondisi dunia usaha dalam bentuk inflasi, resesi dan sebagainya juga turut berpengaruh terhadap tinggi rendahnya rasio margin laba kotor perusahaan. Secara sederhana rasio marjin laba kotor dapat dirumuskan sebagai berikut:
Net Pro�it Margin =
Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) X 100% Penjualan Bersih
2.1.5.3. Net Profit Margin Hubungan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan menunjukkan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan sampai cukup berhasil dalam memulihkan/mengendalikan harga pokok barang dagangan/jasa, beban operasi, penyusutan, bunga pinjaman dan pajak. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan manajemen untuk menyisihkan marjin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemiliki perusahaan yang tetap menyediakan modalnya dengan suatu resiko. Secara sederhana marjin laba bersih dapat dirumuskan sebagai berikut:
Net Pro�it Margin =
Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) X 100% Penjualan Bersih
2.1.5.4.Operating Profit Margin Rasio ini menunjukkan laba operasi sebelum bunga dan pajak (net operating income) laba usaha, yang dihasilkan setiap rupiah penjualan. Oleh karena itu total penjualan sama dengan jumlah unit penjualan dikali dengan harga jual per unit dan beban pokok penjualan sama dengan jumlah unit penjualan dikali dengan beban pokok penjualan per unit. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya marjin laba operasi yaitu: jumlah unit produk yang dijual, rata-rata harga jual produk per unit, beban manufaktur atau beban perolehan produk/beban produksi perusahaan, kemampuan
dalam mengawasi beban umum dan administrasi (beban operasi) serta kemampuan dalam mengawasi beban dalam memasarkan serta mendistribusikan produk perusahaan. Dengan demikian seluruh faktor tersebut akan berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan rasio marjin laba operasi. Oleh karena itu marjin laba operasi menunjukkan besarnya biaya operasi dan biaya produksi dan bermanfaat sebagai ukuran keseluruhan atas keberhasilan kegiatan operasi perusahaan. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Operating Pro�it Margin =
Laba Usaha X 100% Penjualan Bersih
2.1.5.5. Basic Earning Power Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio basic earning power maka akan semakin baik. Rasio ini sangat berguna untuk membandingkan perusahaan yang satu dengan yang lain meskipun kondisi perpajakan dan leverage keuangannya berbeda. Semakin besar hasilnya, maka akan semakin baik. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Basic Earning =
Laba Sebelum Bunga dan Pajak X 100% Total Aktiva
2.1.5.6. Total Asset Turn Over
Menurut Erich A. Helfert (2005:78) bahwa rasio ini menunjukkan “Besarnya komitmen aktiva tercatat yang diperlukan untuk mendukung tingkat
penjualan tertentu, atau sebaliknya, jumlah penjualan yang dihasilkan oleh setiap dolar aktiva”. Oleh karena itu perputaran total aktiva menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio perputaran total aktiva berarti semakin efisien penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan. Total Asset Turn Over dapat di hitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Total Asset Turn Over =
2.1.5.7.Return on Equity (ROE)
Penjualan Bersih X 100% Total Aktiva Rata − Rata
Rasio return on equity memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, serta mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. Tinggi rendahnya rasio ini dipengaruhi oleh beberapa komponen, yaitu: marjin laba bersih, perputaran total aktiva dan pengganda ekuitas. Pada komponen yang pertama hal ini sudah diuraikan pada rasio marjin laba bersih. Dimana apabila marjin laba menunjukkan rasio yang akan rendah akan turut mengurangi rendahnya rasio ROE. Hal ini berarti bahwa setiap periode kemampuan untuk menghasilkan laba bersih semakin rendah apabila nilai penjualan bersih tidak berubah atau kenaikkannya lebih kecil dibanding kenaikan biaya.
Pada rasio perputaran total aktiva juga turut mendorong rendahnya nilai ROE. Hal ini disebabkan oleh penggunaan aktiva dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan periode sebelumnya dalam menghasilkan penjualan. Hal ini berarti bahwa total aktiva lebih banyak diinvestasikan (ditanam) untuk memperoleh penjualan dan sedikit dioperasikan untuk modal kerja maupun nilai biaya modal yang tinggi. Demikian juga pada faktor pengganda ekuitas yang berasal dari rasio antara total aktiva dengan ekuitas pemegang saham. Dimana faktor ini merupakan alat ukur lain dari pengungkit keuangan yang nilanya sama dengan 1 + rasio hutang terhadap ekuitas. Oleh karena itu semakin tinggi nilai penggandaan dari rasio hutang dan ekuitas maka semakin tinggi pula rasio ROE. Semakin besar hasilnya maka rasio semakin baik. Hal ini dapat dihitung dari rumus sebagai berikut:
Return On Equity =
2.1.5.8. Return on Total Asset
Laba Bersih Setelah Pajak X 100% Rata − Rata Modal Sendiri
Return on total asset yang sering disebut juga return on investment adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu
assetnya.
ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola
Return on assets (ROA) dipengaruhi dua faktor, yaitu laba bersih dan total aktiva. Dimana secara teoritis untuk meningkatkan ROA dapat dilakukan dengan meningkatkan laba bersih setelah pajak dan mengurangi total aktiva yang diinvestasikan (ditanamkan) perusahaan, dengan rumus sebagai berikut:
Return On Asset =
Laba Bersih Setelah Pajak X 100% Total Aktiva Rata − Rata
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Ayuning Utari Sitorus (2010) dan Indah Widya Ningsih (2010) dimana hasil penelitian mereka mengatakan bahwa variabel Current Ratio terhadap pertumbuhan laba. Dari hasil ini, dapat dilihat bahwa ketidakpengaruhan antara Current Ratio terhadap pertumbuhan laba bisa disebabkan oleh banyak hal. Hal ini didukung dengan teori Darsono (2005) bahwa semakin tinggi Current Ratio seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi Current Ratio yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar deviden, membayar hutang jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri, dan kondisi ekonomi makro secara umum. Teori Agnes Sawir (2005) juga mendukung hasil penelitian ini bahwa jika para investor telah mengetahui berapa lama perusahaan telah mengalami Current Ratio yang kurang memuaskan, keadaan perusahaan sekarang
dapat disimpulkan apakah dapat dianggap normal atau tidak, karena Current Ratio yang tinggi disebabkan oleh kondisi perdagangan yang kurang baik atau manajemen yang bobrok. Dari uji parsial (uji t) variabel Debt to Asset Ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hal ini dapat dilihat dari hasil regresi yang menunjukkan nilai t 0.110 dengan nilai signifikansi sebesar 0.914 (nilai signifikansinya lebih besar dari 0.05). Evy Melinda (2010) dimana hasil penelitiannya mengatakan bahwa Debt to Asset Ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Hal ini juga didukung oleh teori Darsono (2005) yang mengatakan bahwa nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan resiko dari para kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban. Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi daripada perusahaan yang memiliki catatan laba yang tidak stabil. Dalam teori Agnes Sawir (2005) rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban fianansial seandainya perusahaan tersebut pada saat dilikuidasi. Rasio ini juga memperlihatkan pembagian antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil presentasenya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham.
2.3. Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual peneltian sebagai berikut :
Rasio Likuiditas H1
Current Ratio (X1)
H1 Rasio Profitabilitas H3
Return On Equity (Y)
Rasio Solvabilitas Debt to Asset Ratio (X2)
H2
2.3. Hipotesis Menurut Erlina (2008 : 49) menyatakan bahwa hipotesis penelitian adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, dapat disangkal, atau di uji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara mengenai perilaku, fenomena atau keadaan teretentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1
: Ada pengaruh yang signifikan antara current ratio terhadap Profitabilitas
H2
: Ada pengaruh yang signifikan antara debt to asset ratio terhadap profitabilitas
H3
: Ada pengaruh yang signifikan antara current ratio dan debt to asset ratio terhadap profitabilitas