BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Pengertian biaya menurut Supriyono (1999:252) adalah pengorbanan sumbersumber ekonomi yang sudah terjadi atau akan terjadi yang dinyatakan dalam satuan uang untuk tujuan tertentu. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi. 2. Yang sudah terjadi atau akan terjadi. 3. Yang dinyatakan dalam satuan uang. 4. Untuk tujuan biaya tertentu. Hansen/Mowen (1999:36) mendefinisikan biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber-sumber ekonomi untuk mendapatkan barang atau jasa yang dapat memberi manfaat untuk masa sekarang atau masa depan. 2.1.2 Penggolongan Biaya Penggolongan
adalah
proses
pengelompokan
secara
sistematis
atas
keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih berarti atau lebih penting
10
Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akan digunakan untuk berbagai tujuan, dalam menggolongkan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari informasi biaya yang akan disajikan. Beberapa cara penggolongan biaya sering dilakukan yaitu: 1. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan/aktivitas perusahaan. Fungsi pokok dari kegiatan perusahaan-perusahaan dapat digolongkan ke dalam fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum, fungsi keuangan (financial). Atas dasar fungsi tersebut, biaya dapat dikelompokkan menjadi: a. Biaya produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik. b. Biaya pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk selesai sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas. c. Biaya administrasi dan umum, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka penentuan
kebijaksanaan,
pengarahan,
dan
pengawasan
kegiatan
perusahaan secara keseluruhan. d. Biaya keuangan, adalah semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keuangan, misalnya biaya bunga.
11
2. Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan dibebankan. Untuk dapat menggolongkan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya dibebankan, lebih dahulu perlu dibahas penggolongan pengeluaran, dimana penggolongan pengeluaran berhubungan dengan kapan pengeluaran tersebut akan menjadi biaya. Penggolongan pengeluaran adalah sebagai berikut: a. Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada beberapa periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang. Pada saat terjadinya pengeluaran ini dikapitalisasi kedalam harga perolehan aktiva, dan diperlakukan sebagai biaya pada periode akuntansi yang menikmati manfaatnya. b. Pengeluaran penghasilan adalah pengeluaran yang akan
memberikan
manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran terjadi. Umumnya pada saat terjadinya pengeluaran langsung diperlukan kedalam biaya, atau tidak dikapitalisasi sebagai aktiva. 3. Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan atau volume. Penggolongan biaya ini terutama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengembilan keputusan. Tendensi perubahan biaya terhadap kegiatan dapat dikelompokkan menjadi:
12
a. Biaya tetap (fixed cost ) Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. 2.Pada biaya tetap, biaya satuan akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. b. Biaya variabel (variable cost) Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah total biaya variabel. 2.Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan. c. Biaya semi variabel (semi variable cost) Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya total, semakin rendah
13
volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding. 2.Pada semi variabel, biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkatan kegiatan tertentu semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. 4. Penggolongan biaya sesuai dengan objek atau pusat yang dibiayai: a. Biaya langsung (Direct cost) adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya dapat di identifikasikan kepada objek atau pusat biaya tertentu. b. Biaya tidak langsung (Indirect cost) adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek atau pusat biaya. 5. Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya Untuk pengendalian biaya informasi, biaya yang ditujukan kepada manajemen dikelompokkan kedalam: a. Biaya terkendali (Controllable cost) adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu. b. Biaya tidak terkendali (Uncontrollable cost) adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu berdasarkan wewenang
14
yang dia miliki atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam jangka waktu tertentu. 6. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan Untuk
tujuan
pengambilan
keputusan
oleh
manajemen
data
biaya
dikelompokkan di dalam: a. Biaya relevan (Relevant cost) adalah biaya yang akan mempengaruhi pengambilan
keputusan,
oleh
karena
itu
biaya
tersebut
harus
diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dapat berupa pemilihan dua alternatif atau pemilihan lebih dari dua alternatif. b. Biaya tidak relevan (Irrelevant cost) adalah biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini tidak perlu diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan. 2.1.3 Pengertian Harga Pokok Produk Menurut Abdul Halim (1997:4) Harga pokok dapat berarti sebagai bagian dari harga perolehan suatu aktiva yang ditunda pembebanannya di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Hansen/Mowen (1999:49) harga pokok produksi adalah biaya manufaktur bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang hanya dibebankan ke barang yang diselesaikan selama periode berjalan
15
Berdasarkan definisi diatas maka harga pokok produk adalah biaya produksi yang dibebankan ke masing-masing produk yang diselesaikan selama periode berjalan yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 2.1.4 Tujuan Penentuan Harga Pokok Ada beberapa tujuan dari penentuan harga pokok menurut Mulyadi (1993:71), antara lain: 1. Untuk menentukan harga jual Bila suatu hasil produksi dibawa ke pasar maka sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan harga jual adalah biaya produksi produk tersebut. 2. Untuk menentukan efisiensi perusahaan Hal ini dilakukan dengan membandingkan harga pokok sesuai teori dengan harga pokok historis sehingga dapat diketahui apakah suatu perusahaan bekerja secara efisien atau tidak 3. Untuk menentukan kebijaksanaan dalam penjualan Keuntungan atau kerugian suatu perusahaan mencerminkan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pimpinan perusahaan. Suatu kebijaksanaan dalam mendistribusikan produk harus ditinjau kembali apabila penentuan harga pokoknya tidak sesuai.
16
2.1.5 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi yang dihitung dari proses akuntansi biaya dapat dilakukan dengan dua alternatif metode. Dua alternatif metode yang dimaksud, digunakan sesuai dengan tujuan masing-masing manajemen yang memerlukan data harga pokok produksi tersebut. Adapun kedua alternatif metode perhitungan harga pokok produksi tersebut adalah: 1. Metode harga pokok penuh (Full Costing/Absorption Costing) Dalam akuntansi biaya tradisional, seluruh biaya produksi dimasukkan pada harga pokok suatu produk untuk tujuan perhitungan harga pokok persediaan dan seluruh bukan biaya produksi dikeluarkan. Kekhasan full costing (harga pokok penuh) terletak pada dibedakannya antara biaya produksi atau biaya pabrik dengan biaya periodik atau biaya nonpabrik. Metode ini biasanya ditujukan untuk pihak ekstern perusahaan. 2. Metode harga pokok langsung (Direct Costing) Dalam beberapa tahun belakangan ini suatu metode alternatif penentuan harga pokok yang disebut metode harga pokok langsung (direct costing) berkembang dengan pesat. Dalam direct costing hanya harga pokok pabrik variabel saja yang dibebankan pada produk yang diproduksi. Kekhasan direct costing terutama terletak pada dibedakannya antara biaya tetap dan biaya variabel. Menurut dasar pemikiran metode direct costing, harga pokok pabrik variabel merupakan satu-satunya biaya yang secara langsung terjadi di dalam pembuatan/produksi produk. Biaya tetap yang ada diperlukan sebagai biaya
17
periodik. Metode ini biasanya ditujukan untuk pihak intern perusahaan (manajemen). 2.1.6 Unsur – unsur Harga Pokok Produksi Di dalam menghitung harga pokok produksi hendaknya lebih dulu mengetahui unsur – unsur yang membentuk harga pokok produksi. Umumnya terdiri dari tiga unsur, yaitu: 1.Bahan baku Menurut Abdul Halim (1999:39) bahan baku merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk selesai dan dapat di identifikasi secara langsung pada produk tersebut. Menurut Wiyasha (2006:16) Ukuran baku untuk bahan baku dan kuantitas yang digunakan sebagai patokan oleh departemen food and beverage di dalam kegiatannya adalah resep baku (standard recipe), takaran baku standard (portion size), spesifikasi baku (standard purchase specification). Standard recipe dapat dilihat pada lampiran 12. 2.Tenaga kerja langsung Menurt Abdul Halim (1999:73) biaya tenaga kerja langsung di definisikan sebagai pembayaran – pembayaran kepada para pekerja yang di dasarkan pada jam kerja atau atas dasar unit yang di produksi. 3.Biaya overhead pabrik Menurut Abdul Halim (1999:90) Biaya overhead adalah biaya produksi yang tidak dapat di klasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga
18
kerja tidak lansung dan biaya- biaya produksi tidak langsung lainnya. Biaya overhead merupakan biaya yang paling komplek, karena itu untuk keadilan dan ketelitian
pembebanannya
digunakan
tarif
biaya
overhead
ditentukan
dimuka.Untuk menghitung tarif biaya overhead ada dua cara yang dapat dipakai, yaitu: a. Penyusunan biaya overhead harus memperhatikan tingkat kegiatan yang dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead. Ada empat macam kapasitas yang digunakan sebagai dasar pembuatan budget biaya overhead, yaitu: 1.Kapasitas teoritis Kapasitas ini adalah kapasitas maksimal yang dapat dicapai oleh pabrik tanpa dipertimbangkan kemacetan yang mungkin terjadi. Pada tingkat ini pabrik dianggap berjalan 24 jam, 7 hari seminggu, dan 52 minggu dalam setahun tanpa henti dalam rangka menghasilkan jumlah produksi yang tertinggi. 2.Kapasitas realistis Kapasitas ini menghitung tingkat kapasitas yang dapat di capai dengan mempertimbangkan kemacetan yang tidak dapat di hindari dan tidak dapat di perkirakan lebih dulu. Kapasitas praktis adalah kapasitas maksimal yang diharapkan apabila pabrik beroperasi pada tingkat efisien. 3.Kapasitas normal Kapasitas ini didasarkan pada kapasitas praktis yang di sesuaikan dengan permintaan barang jangka panjang. Kapasitas normal bisa sama atau lebih
19
rendah dari pada kapasitas praktis. Taksiran kapasitas ini paling tidak harus melibatkan data selama 5 tahun sehingga dapat mempertimbangkan faktor – faktor musiman. Kapasitas normal digunakan bila dipercayai bahwa biaya produksi akan tidak beranjak dari biaya rata – rata dengan mempertimbangkan faktor – faktor kemacetan pabrik yang diperkirakan. 4.Kapasitas harapan Kapasitas harapan didasarkan kepada taksiran produksi selama satu periode. Dalam beberapa hal kapasitas ini bisa lebih, sama atau lebih rendah dari kapasitas normal. Sedangkan dalam jangka panjang kapasitas harapan sama dengan kapasitas normal. Kapasitas harapan hanya digunakan bila kapasitas normal sulit di hitung. b. Apabila tingkat produksi dan biaya overhead pabrik periode yang akan datang telah ditaksir, maka tarif biaya overhead pabrik dapat di hitung. Selain biaya overhead total dapat ditaksir kemudian kapasitas normal juga harus ditaksir untuk penetapan tarifnya. Cara – cara penghitungan tarif dengan berbagai basis, antara lain: 1.Basis unit produksi Metode ini sangat sederhana, karena data jumlah barang yang diproduksi telah tersedia. Rumusnya adalah: Tarif BOP = Taksiran BOP / Taksiran unit kegiatan
20
2.Basis biaya bahan baku Metode ini menghubungkan antara biaya overhead pabrik dengan biaya bahan baku. Rumusnya adalah: Tarif BOP = Taksiran BOP / Taksiran biaya bahan baku 3.Basis upah langsung Metode ini cocok digunakan bila upah langsung mempunyai hubungan erat dengan biaya overhead pabrik. Rumusnya adalah: Tarif BOP = Taksiran BOP / Taksiran upah langsung 4.Basis jam kerja langsung Untuk dapat menggunakan metode ini, catatan jam kerja harus dikumpulkan untuk mendapat data yang memadai. Rumusnya adalah: Tarif BOP = Taksiran BOP / Taksiran jam kerja langsung 5.Basis jam mesin Metode
ini
menggunakan
waktu
yang
dibutuhkan
mesin
untuk
melaksanakan operasi yang sejenis sebagai dasar penentuan tarif biaya overhead pabrik. Metode ini menghubungkan antara biaya overhead pabrik, jam mesin dan upah langsung. Biasanya digunakan oleh perusahaan yang departemennya menggunakan mesin otomatis. Rumusnya adalah: Tarif BOP = Taksiran BOP / Taksiran jam mesin Pembebanan BOP ke hasil produksi a. BOP dibebankan
21
Biaya overhead telah ditentukan, kemudian setiap barang dihitung beban biaya overhead pabriknya dengan menerapkan tarif tersebut. b. BOP sesungguhnya BOP sesungguhnya terjadi dan dicatat secara periodik dalam buku besar dan buku pembantu biaya. Biaya – biaya ini adalah semua pos biaya overhead yang terjadi. Biaya – biaya ini dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain: 1. Faktur yang dikirim oleh pemasok 2. Voucher untuk pembayaran 3. Memorial yang dicatat dari perhitungan penyusutan atau amortisasi 4. Penyesuaian akhir tahun 2.1.7 Biaya Bersama Biaya overhead pabrik juga merupakan biaya bersama bagi beberapa departemen pada PT. Nikki Culinary. Pengertian biaya bersama menurut Maher dan Deakin (1997:190) adalah biaya – biaya fasilitas, produksi atau jasa yang digunakan bersama biaya tidak langsung. Alokasi biaya bersama merupakan pembebanan yang proporsional dari biaya tidak langusung pada obyek biaya. Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langusung ke produk. Tujuan utama melakukan alokasi biaya bersama adalah untuk mengingatkan manajer pusat pertanggungjawaban bahwa biaya bersama itu ada dan harus dapat ditutup ke laba divisi. Dalam proses alokasi biaya ada dua departemen yang ikut
22
terlibat, yaitu departemen jasa dan departemen pemakai. Departemen jasa adalah departemen yang memberikan jasa bagi departemen lainnya, sedangkan departemen pemakai adalah departemen yang menggunakan jasa tersebut. Departemen jasa ini dapat merupakan departemen produksi, pemasaran yang menghasilkan atau memasarkan hasil organisasi dan departemen jasa lainya. Proses alokasi biaya bersama menghadapkan kita pada dua pertentangan utama, yaitu dasar apa yang harus digunakan dalam pengalokasian dan sejauh mana pengalokasian itu di lakukan. Sebagai jawaban dari pernyataaan pertama, dasar yang digunakan harus wajar dan adil, merupakan kombinasi yang ideal antara usaha yang dilakukan dengan manfaat yang diperoleh. Pertanyaan kedua muncul karena adanya keragu- raguan mengenai manfaat pengalokasian secara penuh atas semua beban tidak langsung. Dasar alokasi ialah ukuran yang berkaitan dengan obyek biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung atau biaya bersama yang dibagi oleh obyek biaya tersebut. Dasar alokasi harus mencerminkan faktor yang menyebabkan biaya bersama itu terjadi. Menurut Maher dan Deakin (1997:194) dasar – dasar untuk alokasi biaya bersama adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Dasar Alokasi BOP Biaya overhead pabrik Berkaitan dengan tenaga kerja 1. Penyelia 2. Jasa personalia Berkaitan dengan mesin 1. Asuransi peralatan
Dasar Alokasi Yang Sejenis Jumlah karyawan, upah, jam kerja Jumlah karyawan
Nilai peralatan
23
2. Penusutan peralatan 3. Pemeliharaan peralatan
Jam mesin, nilai peralatan Jumlah mesin, jam mesin
Berkaitan dengan ruangan 1. Sewa bangunan 2. Asuransi bangunan 3. Pemanas dan penyejuk 4. Pemeliharaan interior
Ruangan yang ditempati Ruangan yang ditempati Ruangan yang ditempati Ruangan yang ditempati
Bekaitan dengan jasa 1. Pengurusan bahan 2. Bahan tidak langsung 3. Penagihan dan akuntansi
Mutu / nilai bahan Nilai bahan baku Jumlah dokumen
Sumber: Maher dan Deakin ( 1997 : 194 ) Para manajer memutuskan dasar alokasi yang tepat dengan menggunakan tiga kriteria berikut: 1. Hubungan sebab akibat, jika memungkinkan temukan hubungan sebab akibat antara obyek biaya dan biaya 2. Manfaat yang diterima, jika hubungan sebab akibat tidak dapat ditemukan, maka tepat untuk memilih dasar alokasi yang mencerminkan manfaat yang diterima. 3. Kewajaran, jika manajer tidak dapat menemukan dasar alokasi yang tepat, yang mencerminkan hubungan sebab akibat atau manfaat yang diterima, maka mereka akan memilih dasar alokasi yang menunjukkan dasar alokasi yang wajar. 2.1.8 Laba
24
Menurut Mulyadi (1999:205) laba merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Ada dua pendekatan dalam pengukuran laba yaitu: 1. Pendekatan Transaksi Pendekatan ini menganggap laba timbul karena adanya transaksi, tanpa transaksi laba tidak akan terjadi dan oleh karenanya laba bukan merupakan obyek pengukuran dan pengakuan. Pendekatan ini dapat di jadikan dasar untuk mengklasifikasikan laba berdasarkan karakteristik kejadiannya, misal nya laba diklasifikasikan atas dasar produk, pelanggan atau daerah pemasaran. 2. Pendekatan kegiatan Pendekatan ini menganggap pendapatan telah terbentuk apabila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Laba dapat dianggap telah terbentuk mulai dari perencanaan, pembelian, produksi, pemasaran sampai pada pengumpulan kas. 2.2 Penelitian Sebelumnya Susan Rianty (2002) meneliti tentang ”Analisis Selisih Biaya Produksi Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Pada CV. Puri Bintang Denpasar Tahun 2001”. Dalam penelitian ini obyek penelitiannya adalah biaya produksi standar pakaian yang dibuat oleh garmen CV. Puri Bintang, dan tujuan penelitian ini adalah menganalisis selisih yang terjadi antara biaya produksi sesungguhnya dengan biaya produksi standar. Hasil penelitian menunjukkan terjadi selisih rugi biaya produksi yang sesungguhnya dengan biaya produksi standar. Ini karena perusahaan tidak
25
memperhitungkan kenaikan harga bahan baku, BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dianggarkan karena peningkatan BOP variabel dan terjadi selisih kapasitas sebab perusahaan belum menggunakan kapasitas dengan maksimal. Wiranata Kusuma (2002) meneliti tentang ”Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV. Prima Kuta Tahun 2001”. Dalam penelitian ini obyek penelitiannya adalah harga pokok produksi pakaian pria dan wanita pada perusahaan manufaktur garmen CV. Prima, dan tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui selisih harga pokok produksi sesungguhnya yang dihitung oleh perusahaan dengan harga pokok produksi sesuai teori. Dari penelitian ini diketahui bahwa perhitungan harga pokok produksi sesungguhnya di perusahaan lebih kecil dari perhitungan harga pokok produksi seharusnya menurut teori. Perbedaan ini disebabkan karena perusahaan tidak membebankan biaya penyusutan kendaraan, reparasi kendaraan dan reparasi alat- alat produksi ke dalam biaya overhead pabrik. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Ida Ayu Kencanawati (2002) dengan judul ”Analisis Biaya Standar Departemen Food and Beverage Pada Hotel Bali Agung Village Kuta Tahun 2001”. Dalam penelitian ini obyek penelitiannya adalah harga pokok standar nasi goreng seafood dan bakmi goreng pada hotel Bali Agung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa harga pokok standar yang dihitung perusahaan berbeda dengan perhitungan yang seharusnya menurut teori. Karena biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik tidak dimasukkan ke elemen harga pokok melainkan sabagai biaya operasi, sehingga harga pokok yang didapat lebih rendah.
26
Dari ketiga pembahasan penelitian sebelumnya diatas diperoleh persamaan dengan penelitian yang sekarang adalah sama – sama menghitung harga pokok produksi. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek dan lokasi penelitian. Selain itu penelitian ini juga menganalisis bagaimana pengaruh perhitungan harga pokok produksi terhadap laba kotor departemen.
BAB III METODE PENELITIAN
27