BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.Skinner (1938), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)(Notoatmodjo, 2010). Dalam teori Skiner atau yang disebut teori “S-O-R” (stimulus-organismerespons) menjelaskan adanya dua jenis respons, yang pertama respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan
(stimulus)
tertentu
yang
disebut
eliciting
stimuli,
karena
menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Yang kedua operant respons atau instrumental respons yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir disebut reinforcing stimuli ataureinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a) Perilaku tertutup (covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.Bentuk “unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur dari pengetahuan
7 Universitas Sumatera Utara
yang baik. Contoh: Ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan untuk kesehatan bayi dan diri sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya di mana tempat memeriksa kehamilan yang dekat (sikap). b) Perilaku terbuka (Overt Behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behavior”. Contoh: seorang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas. Contoh tersebut merupakan tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk kegiatan, atau dalam bentuk praktik (practice). Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner tersebut maka perilaku kesehatan (healthy behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan yang mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Secara garis besar perilaku dikelompokkan menjadi dua, yakni: Pertama, perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Perilaku yang disebut
perilaku sehat (healthy behavior), yang mencakup
8 Universitas Sumatera Utara
perilaku-perilaku (overt dan covert behavior) dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit/masalah, atau penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif). Kedua, perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan,
untuk
memperoleh
penyembuhan
atau
pemecahan
masalah
kesehatannya.perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang atau anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memeperoleh
kesembuhan atau terlepas
dari
masalah
kesehatan
yang
dideritanya.Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan tradisional, maupun pengobatan modern atau professional (Notoatmodjo, 2005). Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003), sebelum orang menghadapi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni: Awereness (kesadaran) mengartikan dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu sedangkan interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu. Disini sikap subjek sudah mulai muncul, evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
9 Universitas Sumatera Utara
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive),
afektif
(affective),
dan
psikomotor
(psychomotor).
Dalam
perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice). 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melaui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya.Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menyatakan, menguraikan, dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
10 Universitas Sumatera Utara
c.
Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010). 1.1. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Dalam proses seseorang mengetahui akan dipengaruhi oleh beberapa hal atau faktor, menurut Sukmadinata (2003) faktor yang mempengaruhi pengetahuan digolongkan menjadi dua yaitu: Faktor internal meliputi jasmani (kesehatan indera seseorang) dan rohani (kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitif individu). Untuk faktor eksternal meliputi :
11 Universitas Sumatera Utara
Pendidikan, dimana tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Paparan media massa, melalui berbagai media, baik cetak maupun elekronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ekonomi, dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder. Hubungan sosial, manusia adalah makhluk sosial sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Pengalaman, pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi,
12 Universitas Sumatera Utara
sehingga dapat memperluas
pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-
kegiatan tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh. 1.2 Sumber Pengetahuan Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media eletronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005). 2. Sikap Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senang,
setuju-tidak
setuju,
baik-tidak
baik,
dan
sebagainya).Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka.Azwar (2000) dalam Dedi (2011) menyatakan bahwa sikap adalah perasaan memihak (favourable) ataupun perasaan yang tidak memihak (unfavourable) suatu objek psikologis. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:
13 Universitas Sumatera Utara
a. Menerima (receiving) Diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). b. Menanggapi (responding) Diartikan memberikan jawaban atau tanggapan pertanyaan atau objek yang dihadapi. c. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang
lain
dan
bahkan
mengajak
atau
mempengaruhi
dan
menganjurkan orang lain merespons. d. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2010). Menurut (Syaiffudin, 2003) sikap terbentuk dari 3 komponen yaitu: Komponen kognitif (cognitive) komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku bagi objek sikap. Komponen afektif (affective) komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap.Komponen perilaku (behavior/conative) Dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada
14 Universitas Sumatera Utara
dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.objek atau situasi tertentu.Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif-maupun negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu.Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2006). Sikap bukanlah suatu benda, ini adalah proses suatu interaksi yang melibatkan tidak saja orang dan objek tetapi semua faktor yang hadir dalam setiap situasi (Ahmadi, 2003). Dalam bagian lain Allport (1954) dikutip dalam (Notoatmodjo, 2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap adalah: Pengalaman pribadi, apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Pengaruh orang lain dianggap penting,orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.
15 Universitas Sumatera Utara
Seseorang yang kita anggap penting, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Pengaruh kebudayaan, kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap bebagai masalah. Media massa, sabagai sarana komunikasi, sebagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Pengaruh faktor emosional, tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang.Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
16 Universitas Sumatera Utara
Menurut (Gerungan, 2002) faktor-faktor yang memegang peranan dalam pembentukan dan perubahan sikap adalah: faktor intern, di dalam diri pribadi manusia itu, yakni selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat perhatiannnya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya itu. Dan faktor-faktor intern itu turut ditentukan pula oleh motifmotif dan sikap lainnya yang sudah terdapat dalam diri pribadi orang itu. Faktor ekstern, antara lain: sifat, isi pandangan baru yang ingin diberikan itu, siapa yang mengemukakannya dan siapa yang menyokong pandangan baru tersebut, dengan bagaimana pandangan itu diterangkan, dan dalam situasi bagimana sikap baru itu diperbincangkan (situasi interaksi kelompokkah, situasi orang sendiriankah, dan lain-lain). Sikap dapat dibedakan menjadi sikap positif dan sikap negatif.Sikap postitif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.Sedangkan sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan atau yang memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. 3. Tindakan atau praktik (Practice) Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu: a. Praktik terpimpin (guide response)
17 Universitas Sumatera Utara
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan. b. Praktik secara mekanisme (mechanism) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mem-praktikkan sesuatu hal secara otomatis
maka disebut praktik atau tindakan
mekanis. c. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas (Notoatmodjo, 2010). 4. Pengukuran dan Indikator Perilaku Kesehatan 4.1 Pengetahuan kesehatan (health knowledge) Untuk mengukur pengetahuan kesehatan adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaanpertanyaan tertulis atau angket atau kuesioner. Kuesioner yang akan diberikan kepada responden berisikan pertanyaan-pertanyaan sederhana dan mudah dimengerti karena responden dalam penelitian ini berasal dari kalangan mahasiswi non kesehatan yang mungkin masih kurang terpapar dengan informasi seputar kesehatan. Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan, atau besarnya presentase kelompok responden atau masyarakat tentang variabel-variabel atau komponen-komponen kesehatan.
18 Universitas Sumatera Utara
4.2 Sikap terhadap kesehatan (health attitude) Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung.Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan peryataan-pernyataan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan.Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang imunisasi pada anak balita, bagaimana pendapat responden tentang keluarga berencana, dan sebagainya.Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2007). Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang.Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap.Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal positif mengenai objek sikap, yaitu kalimat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yangfavourable. Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap.Penyataan ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourable.Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri dari atas pernyataan favourable dengan pernyataan tidak favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif, yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Saifuddin, 2000). 4.3 Praktik kesehatan (health practice) Tindakan atau praktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor:
19 Universitas Sumatera Utara
a. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pencegahan penyakit menular dan tidak menular dan praktik tentang mengatasi atau menangani sementara penyakit yang diderita. b. Tindakan atau praktik sehubungan dengan gizi makanan, sarana air bersih,
pembuangan
air
limbah, pembuangan
kotoran manusia,
pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya. c.
Tindakan atau praktik sehubungan dengan penggunaan (utilitas) fasilitas pelayanan kesehatan.
d.
Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempattempat umum. Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua
cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan subjek dalam rangka memelihara kesehatannya.Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan sehubungan dengan kesehatan.
5.
Perilaku SADARI Kanker payudara merupakan penyakit keganasan pada perempuan yang
paling sering dijumpai di negara-negara barat dan merupakan penyebab kematian kedua di Indonesia. Berdasarkan data dari American Cancer Society, sekitar 1.3
20 Universitas Sumatera Utara
juta wanita terdiagnosis mendrita kanker payudara, dan setiap tahunnya di seluruh dunia kurang lebih 465.000 wanita meninggal oleh karena penyakit ini. Dilaporkan juga menurun sejak tahun 1990 karena deteksi dini yang baik dan terapi yang lebih baik setiap tahunnya.Kurang lebih 40.910 kasus kematian kanker payudara terdeteksi pada tahun 2007. Sementara itu, juga American Cancer Society, secara umum, angka kejadian kanker payudara meingkat sekitar 30% dalam kurun waktu 25 tahun di negara-negara maju (Ferlay, J. et al, 2001 dalam Rasjidi, 2009). Beberapa cara untuk deteksi dini kanker payudara seperti: pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), merupakan pemeriksaanpayudara sendiri yang dilakukan sendiri tiap bulan setelah menstruasipada wanita yang telah berusia 20 tahun;pemeriksaan klinis payudara; pemeriksaan imaging, seperti mamografi dan ultrasonografi. Pemeriksaan payudara sendiri adalah bagian yang sangat penting dari setiap cara hidup sehat setiap wanita dewasa. Dari laporan menyebutkan bahwa pemeriksaaan payudara sendiri adalah suatu cara deteksi yang paling dapat dipercaya sebagai tambahan dari pemeriksaan payudara klinis serta mammografi (Rosmawati, 2010; Dahlui et.al, 2011). Perilaku seseorang untuk melakukan SADARI pada dasarnya berbedabeda.Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilik oleh seseorang tentang SADARI. Menurut Becker (1979) ada tiga klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) yaitu: perilaku hidup sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior), dan perilaku peran sakit (the sickrole behavior). Menurut Rogers (1974) dalam Notoadmodjo (2003), sebelum
21 Universitas Sumatera Utara
seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: awarness (kesadaran) mengetahui stimulus/objek,
interest
(merasa
tertarik)
terhadap
stimulus,
evaluation
(menimbang-nimbang) baik atau buruknya stimulus tertentu bagi dirinya, trial dimana objek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dihendaki oleh stimulus, adoption dimana objek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan berupa informasi tentang kanker payudara dan salah satu cara deteksi dini gejala kanker payudara yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) meliputi definisi, tujuan, waktu melakukan SADARI, langkah-langkah melakukan SADARI. Pengetahuan ini dapat diperoleh dari kuliah, membaca literatur, surat kabar, internet dan sumber lainnya. Untuk bagian sikap bagaimana reaksi responden terhadap pernyataan. Praktik atau tindakan dipengaruhi oleh pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Beberapa faktor yangmenyebabkan wanita tidak rutin melakukan SADARI atau bahkanmenghindarinya adalah rasa malas, takut, berangapan bahwa dirinya tidakberesiko, malu, tidak tahu cara/ tekniknya, merasa tidak perlu lagi setelahmenopouse,
lupa
dan
tabu
(Reeder,
1997).
Simulasi
praktik
SADARImerupakan kebiasaan dalam melakukan SADARI meliputi alasan, waktu,frekuensi dan ketepatan dalam melakukan teknik SADARI sesuai pedomanpelaksanaan SADARI. Pengetahuan yang banyak dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk menyadari pentingnya pemeriksaan payudara sendiri untuk
22 Universitas Sumatera Utara
mencegah resiko kanker payudara. Hal tersebut yang dapat meningkatkan kesadaran para wanita untuk memotivasi diri sendiri untuk mempraktekkan secara langsung pemeriksaan payudara sendiri sehingga dapat mengenal dan memahami area serta kondisi payudara sehingga akan meningkatkan status kesehatan khususnya kesehatan payudara. B. Kanker Payudara 1. Definisi Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara yang tua akan mati, lalu digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini berguna untuk mempertahankan fungsi payudara.Pada kasus kanker payudara, gen yang bertanggung jawab terhadap pengaturan petumbuhan sel termutasi (Supriyanto, 2010). 2. Etiologi Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara; sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran
23 Universitas Sumatera Utara
penting dalam kanker payudara.Dua hormon ovarium utama-estradiol dan progesteron-mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara. 3.
Faktor Resiko Adanya riwayat pribadi tentang kanker payudara; Nulipara dan usia
maternal lanjut saat kelahiran anak pertama;
Menopause
usia
lanjut;
Riwayat penyakit payudara jinak; Obesitas-resiko terendah diantara wanita pascamenopause; Kontrasepsi oral; Terapi pergantian hormon; dan masukan alkohol. (Smeltzer dan Bare, 1996) 4. Manifestasi Klinis Kanker Payudara Wanita dengan kanker payudara, bisa jadi mengalami gejala-gejala berikut.Kadang meskipun di tubuhnya telah kanker dia tidak merasakan gejala apapun. Atau boleh juga ditubuhnya menujukkan gejala tersebut tetapi bukan karena kanker payudara, tetapi akibat kondisi medis lain. Adapun tanda-tanda atau gejalanya antara lain: Ada bejolan yang keras di payudara Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.Puting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus), mengeluarkan cairan atau darah.Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), bewarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada payudara. Borok itu semakin lama akan
24 Universitas Sumatera Utara
semakin membesar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain pendarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang, kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990). Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk, adanya benjolan-benjolan kecil, ada luka di payudara yang sulit sembuh, payudara terasa panas, memerah, dan bengkak, terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap harus diwaspadai), terasa sangat gatal di daerah sekitar puting, benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal tidak terasa sakit, apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara. 5. Pencegahan, Penapisan dan Deteksi Dini Beberapa cara yang dipakai untuk deteksi dini kanker payudara adalah: pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), merupakan pemeriksaanpayudara sendiri yang dilakukan sendiri tiap bulan setelah menstruasi, pemeriksaan klinis payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan spesialis bedah, dokter umum atau
perawat
terlatih;
pemeriksaan
imaging,
seperti
mamografi
dan
ultrasonografi. Mamografimerupakan pemeriksaan radiodiagnostik khusus dengan menggunakanteknik foto “soft issue” pada payudara. Pemeriksaan ini digunakan padaprogram skrining karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi sekitas 80-90%.
25 Universitas Sumatera Utara
C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1. Pengertian SADARI SADARI adalah salah satu deteksi dini kanker payudara.Merupakan suatu teknik pemeriksaan dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya (Singh et al., 1999) dalam Fuji, 2010). Menurut Syahfitri (2012) SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan
oleh
setiap
wanita
untuk
mencari
benjolan
atau
kelainan
lainnya.Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting untuk mengetahui benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara karena penemuan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup. 2. Tujuan SADARI Deteksi dini merupakan suatu langkah yang sangat penting untuk mengurangi tingkat kematian 25-30% karena kanker payudara (Mulyani dan Nurayani, 2013).Sebesar 85% gangguan dalam payudara di ketahui pertama kali oleh penderita sendiri (Handayani, 2008). Hasil pengobatan sangat ditentukan oleh stadium penyakit saat pertama kali didiagnosis. Oleh karena itu, dengan deteksi dini diharapkan penyakit telah terdiagnosis pada tahap awal sehingga kemungkinan sembuh total menjadi besar (Diananda, 2009). Pentingnya pemeriksaan payudara sendiri tiap bulan terbukti dari kenyataan bahwa kanker payudara ditemukan sendiri secara kebetulan atau waktu memeriksa diri sendiri.Wanita-wanita yang sudah berpengalaman dalam memeriksa diri sendiri dapat meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah
26 Universitas Sumatera Utara
yang kurang dari satu sentimeter.Dengan demikian bila benjolan ini ternyata ganas dapat diobati dalam stadium dini.Dan kemungkinan sembuh juga lebih besar (Wibisono, 2009). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu prosedur untuk mengetahui kelainan-kelainan pada payudara dengan melakukan inspeksi secara berkala, misalnya sebelum melakukan pemeriksaan payudara terlebih dahulu harus mencuci tangan agar tidak terjadi infeksi pada payudara, serta penggantian bra merupakan salah satu dari penanggulangan untuk pencegahan infeksi pada payudara. Tujuan dilakukannya SADARI adalah untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan pada payudara baik struktur,bentuk ataupun tekstur (Saryono, 2008). 3. Waktu Melakukan SADARI. Program dari American Cancer Society mengajurkan bahwa wanita usia mulai 20 tahun melakukan SADARI tiap tiga bulan, usia 35-40 tahun melaukukan mammografi, usia lebih dari 40 tahun melakukan check up pada dokter ahli, dan usia lebih dari 50 tahun rutin check up/mammografi setiap tahun. Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali dan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak keras (Mulyani dan Nurayani, 2013). SADARI sangat bermanfaat bagi para wanita usia dewasa awal yaitu dimulai dari usia 20 tahun. Manfaat SADARI dapat mengetahui kelainan payudara sedini mungkin, lebih cepat mendeteksi kanker payudara stadium dini
27 Universitas Sumatera Utara
sehingga mampu menyelamatkan jiwa para wanita dan jika pemeriksaaan payudara ini sering dilakukan maka akan semakin mengenal dan memahami area serta kondisi payudaranya sehingga akan meningkatkan status kesehatan khususnya kesehatan payudara. Menurut Purwoastuti (2008) pemeriksaan pada payudara sendiri sebaiknya dilakukan secara rutin setiap satu minggu setelah menstruasi, ketika kondisi payudara lunak dan dan longgar sehingga mudah untuk dilakukan perabaan. Selain SADARI, deteksi dini untuk kanker payudara yag perlu dilakukan adalah pemeriksaan klinis payudara minimal 3 tahun sekali untuk perempuan berusia 20-39 tahun dan setiap tahun untuk yang berusia diatas 39 tahun serta melakukan mammogram secara rutin ketika usia sudah mencapai 40 tahun (Pamungkas, 2011). Faktor-faktor penghambat yang menyebabkan individu tidak melakukan SADARI dibagi dua yaitu faktor internal; masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker, tidak punya waktu luang, malas, lupa , sulit membiasakan melakukan SADARI, adanya ketakutan serta kekhawatiran lebih jika saat dilakukannya SADARI individu menemukan benjolan atau tanda-tanda dari kanker payudara, dan adanya individu menganggap SADARI itu tidak penting karena beberapa individu yang melakukannya tidak menemukan kelainan –kelainan tertentu dan mereka merasa mengatur pola makan dan asupan makanan sudah cukup dalam mencegah terkena kanker payudara.Untuk faktor eksternal yakni tidak ada fasilitas dan dukungan dari keluarga, belum adanya program deteksi dini massal yang terorganisasi secara maksimal, adanya faktor sosial di kultur masayarakat seperti
28 Universitas Sumatera Utara
mitos ataupun kepercayaan terhadap pengobatan tradisional yang belum terbukti secara ilmiah. 4. Cara Melakukan SADARI SADARI terdiri atas dua bagian yang meliputi inspeksi dan palpasi. Adapun tahap dalam melakukan SADARI, yaitu: a) Melepaskan seluruh pakaian bagian atas kemudian berdiri di depan cermin dengan posisi kedua lengan lurus di samping tubuh. Lakukan pemeriksaan di ruangan yang terang. Lihat dan perhatikan apakah terdapat kelainan payudara berupa: bentuk dan ukuran kedua payudara simetris, bentuk payudara membesar dan mengeras, ada urat yang menonjol, perubahan warna pada kulit payudara, kulit payudara tambak menebal dengan pori-pori melebar seperti kulit jeruk, permukaan kulit payudara tidak mulus dan tampak ada kerutan atau cekungan pada kulit payudara, puting payudara tertarik ke dalam, dan adanya luka pada kulit atau puting payudara. Kemudian ulangi semua pengamatan di atas dengan posisi kedua tangan lurus keatas. Setelah selesai, ulangi kembali pengamatan dengan posisi kedua tagan di pinggang, dada dibusungkan, dan kedua siku ditarik ke belakang. semua pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat ada atau tidaknya tumor yang terletak dekat dengan kulit (Suryaningsih dan Sukaca, 2009). b) Palpasi/ menekan payudara dengan 3 jari, yaitu jari ke 2,3, dan 4. Palpasi dengan melakukan gerakan memutar dari tepi payudara hingga ke puting. Setelah itu geser posisi jari sedikit ke sebelahnya, kemudian lakukan
29 Universitas Sumatera Utara
kembali gerakan memutar dari tepi payudara dan ketiak diperiksa tanpa ada yang terlewatkan. Gerakan memutar juga dapat dilakukan mulai dari puting susu, melingkar semakin lebar kearah tepi payudara atau secara vertikal keatas dan kebawah mulai dari tepi paling kiri hingga ketepi paling kanan. harus diperhatikan bahwa perabaan harus dilakukan dalam tiga macam tekanan, yaitu: tekanan ringan untuk meraba adanya benjolan di permukaan kulit, tekanan sedang untuk memeriksa adanya benjolan di tengah jaringan payudara, dan tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat ada tulang iga. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke puting. Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting susu (seharusnya tidak ada caitan yang keluar, kecuali pada wanita yang sedang menyusui). Kemudian ulangi palpasi dalam posisi berbaring (Suryaningsih dan Sukaca, 2009)
30 Universitas Sumatera Utara