ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Pengobatan 2.1.1
Pengertian Perilaku Menurut Skniner dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Teori ini disebut teori “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Skiner membedakan adanya dua respons yang pertama adalah Respondent respons atau reflexive adalah respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu. Stimulus semacam ini disebut ecliting stimulation karena menimbulkan respons-respon yang relative tetap. Respons yang kedua adalah operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) adalah respons sesorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Dari perilaku ini dapat diukur pengetahuan dan sikap. Kemudian perilaku terbuka (overt behavior) adalah
18 TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dapat dengan mudah diamati atau dilihat oleh orang lain. Walaupun perilaku telah dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuk respons, namun perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Bloom dalam Notoatmodjo (2010) membagi prilaku manusia dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni: pengetahuan, sikap dan tindakan. 1. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat pengetahuan
yaitu
tahu
(know),
memahami
6 (Enam) tingkat
(comprehension),
aplikasi
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Contohnya seseorang dapat menyebutkan gejala TB. Setelah tahu seseorang akan memahami yang diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Contohnya seseorang dapat menjelaskan mengapa penyakit TB itu berbahaya. Apabila sesorang sudah tahu dan memahami tentang penyakit TB maka dia harus mampu mengaplikasikan pada situasi atau kondisi sebenarnya. Kemudian melakukan analisis yang merupakan kemampuan untuk menjabarkan,
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
memisahkan serta mencari hubungan antara komponen-komponen yang ada dalam suatu obyek yang diketahui atau masalah yang ada. Tahap selanjutnya adalah sintesis dimana seseorang diharapkan dapat menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada atau kemampuan untuk merangkum atau meletakkan komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki dalam hubungan yang logis. Tahap terakhir adalah evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap obyek tertentu, bisa berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri maupun berdasrkan norma yang ada dimasyarakat. 2. Sikap (attitude) Menurut Notoatmodjo (2010) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan. Menurut Notoatmodjo (2010), 4 (empat) tingkatan sikap yaitu menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing) dan bertanggung jawab (responsible). Orang yang menerima diartikan bahwa orang mau memperhatikan stimulus yang diberikan, misalnya memperhatikan ceramah tentang TB. Tahapan selanjutnya adalah merespon yaitu memberikan jawaban
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
apabila ditanya, mengerjakan, menyelesaikan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu maslah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Dan tahapan sikap yang paling tinggi adalah bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko . 3. Praktek atau tindakan (practice) Tindakan merupakan bentuk perilaku terbuka (overt behavior), karena dapat diamati oleh orang lain dari luar. Praktek memiliki 4 (empat) tingkatan yaitu persepsi
(perception),
respon
terpimpin
(guided
response),
mekanisme
(mechanism) dan adopsi (adoption). Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Setelah itu sesorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indicator praktek tingkat dua. Praktek tingkat tiga dapat dicapai apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. Praktek tingkat tertinggi apabila sudah adaptasi yaitu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. 2.1.2
Perilaku Kesehatan Berdasarkan batasan perilaku menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010),
perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. 3 kelompok dari perilaku kesehatan adalah: 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan menurut Notoatmodjo (2010) terdiri dari 3 aspek yaitu: a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat supaya mencapai tingkat kesehatan yang optimal. c. Perilaku gizi ( makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. 2. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negri. 3. Perilaku Kesehatan Lingkungan
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Adalah bagaimana sesorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun social budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Klasifikasi perilaku kesehatan menurut Becker dalam Notoatmodjo (2010) terdiri dari: 1. Perilaku hidup sehat, adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. 2. Perilaku sakit (illness behavior). Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya. 3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior). Perilaku ini meliputi tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal/ mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/ penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak dan kewajiban orang sakit. 2.1.3 Teori Model Kepercayaan Kesehatan ( The Health Belief Models) Model kepercayaan didasarkan pada kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima
usaha-usaha
pencegahan
dan
penyembuhan
penyakit
yang
diselenggarakan oleh provider. Adanya kegagalan ini membuat Becker (1974) membuat teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventive health behavior) yang merupakan pengembangan dari teori lapangan (Fieldtheory, Lewin, 1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief model).
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
Teori Lewin menganut konsep bahwa individu hidup pada lingkup kehidupan sosial (masyarakat). Pada kehidupan individu akan bernilai, baik positif maupun negative, disuatu daerah wilayah tertentu. Apabila seseorang keadaannya atau berada pada daerah yang positif, maka berarti ia ditolak dari daerah negatif. Implikasinya di dalam kesehatan adalah, penyakit atau sakit adalah suatu daerah negative sedangkan sehat adalah wilayah positif. HBM digunakan untuk memprediksi perilaku preventif dalam bentuk perilaku sehat dan juga respon perilaku terhadap pengobatan yang akan dilakukan. Rosenstock, Strecher dan Becker (dalam Family Health International, 2004) menyatakan bahwa health belief model adalah model kognitif yang yang menjelaskan dan memprediksi perilaku sehat dengan fokus pada sikap dan belief pada individu. Hocbaum pada tahun 1958 dan Rosenstock (dalam Taylor 2009) menyatakan bahwa salah satu teori sikap yang paling berpengaruh dalam menjelaskan mengapa individu melakukan perilaku sehat adalah health belief model. Individu melakukan perilaku sehat tertentu tergantung pada dua faktor yaitu apakah individu tersebut merasakan ancaman kesehatan dan apakah individu meyakini bahwa perilaku sehat tertentu secara efektif dapat mengurangi ancaman yang dirasakan. Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada 4 (empat) variabel kunci yang terlibat didalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut.
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
a.
Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) Agar
seseorang
bertindak
untuk
mengobati
atau
mencegah
penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut. Dengan perkataan lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut. b.
Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness) Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat. Perceived seriousness merupakan persepsi subyektif dari individu terhadap seberapa parah konsekuensi fisik dan social dari penyakit yang akan dideritanya. Persepsi terhadap keseriusan dampak terbentuk dari informasi medis dan pengetahuan individu, namun juga dapat terbentuk dari kepercayaan individu tentang kesulitan darri sebuah penyakit tercipta atau mempengaruhi hidup mereka secara umum. Ketika seseorang percaya bahwa mereka berisiko terhadap sebuah penyakit, mereka akan lebih sering melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Namun, sebaliknya ketika seseorrang percaya bahwa mereka tidak berisiko atau memiliki risiko susceptibility yang rendah, maka perilaku tidak sehat cenderung untuk dihasilkan. Persepsi dari peningkatan susceptibility atau risiko dihubungkan dengan prilaku sehat dan penurunan susceptibility pada perilaku tidak sehat.
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Ketika persepsi tentang kemudahan menderita penyakit (Perceived susceptibility) dikombinasikan dengan keseriusan (perceived seriousness) akan menghasilkan penerimaan ancaman (perceived threat). Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman pada dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan meningkat (Smet, 1994). c.
Manfaat yang dirasakan (perceived benefits) Yang membentuk persepsi terhadap keuntungan yang akan diperoleh adalah opini itu sendiri terhadap kegunaan atau kemampuan perilaku baru dalam menurunkan risiko. Orang-orang cenderung untuk mengembangkan prilaku sehat ketika mereka percaya bahwa prilaku tersebut akan menurunkan kemungkinan mereka untuk terkena penyakit.
d.
Hambatan yang dirasakan (perceived barriers) Pembentuk terakhir HBM adalah persepsi terhadap hambatan yang akan dihadapi dari tindakan atau perilaku kesehatan. Bagaimanapun, sebuah tindakan bisa saja tidak diambil oleh seseorang, meskipun individu tersebut percaya terhadap keuntungan mengambil tindakan tersebut. Ini bisa saja disebabkan oleh hambatan. Hambatan mengacu kepada karakteristik dari pengukuran
sebuah
pencegahan
seperti
merepotkan,
mahal,
tidak
menyenangkan. Karakteristik ini akan menyebabkan individu menjauh dari tindakan yang diinginkan untuk dilaksanakan.
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan didalam melakukan tindakan tersebut e.
Faktor Modifikasi (modifying factors) Empat konstruksi sebelumnya dapat dimodifikasi oleh variabel lain, seperti demografis (umur, jenis kelamin, etnik), sosiopsikologi (kepribadian, kelas sossial, tekanan social) dan factor struktur (pengetahuan dan pengalaman terhadap masalah).
f.
Isyarat atau tanda-tanda (cues to action) Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyaratisyarat yang berupa faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut, misalnya, pesan-pesan pada media massa, nasihat, pengalaman atau anjuran kawankawan atau anggota keluarga lain dari si sakit, dan sebagainya. (Notoatmodjo S, 2010).
g.
Percaya kemampuan diri (Self Efficacy) Kepercayaan pada kemampuan sendiri untuk melakukan sesuatu (Bandura, 1977). Orang umumnya tidak mencoba untuk melakukan sesuatu
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
yang baru kecuali mereka pikir mereka bisa melakukannya. Jika seseorang percaya suatu perilaku
baru
yang berguna (manfaat dirasakan), tetapi
berpikir dia tidak mampu melakukan itu (penghalang dirasakan), kemungkinan bahwa hal itu tidak akan dilakukan. Perilaku
pencarian
pelayanan
kesehatan
seseorang
sangat
dipengaruhi oleh persepsi seseorang terhadap suatu penyakit. Persepsi yang paling pertama menentukkan perilaku kesehatan seseorang untuk bertindak adalah persepsi ancaman penyakit. Persepsi ancaman ditentukan oleh adanya perasaan mudah tertular atau terjangkit penyakit TB paru dan adanya dampak yang parah atau serius dirasakan dari penyakit atau masalah kesehatan tersebut. Tinggi atau rendahnya persepsi ancaman seseorang terhadap penyakit TB paru, dipengaruhi oleh kemampuan seseorang untuk memahami informasi atau pengetahuan tentang TB paru yang diperolehnya baik dari media maupun petugas kesehatan. Pemahaman tersebut kemudian dihubungkan dengan pengalamannya selama bersama dengan penderita dan lingkungannya. Hasil dari pemahaman informasi dan pengalaman selama dengan penderita seharusnya dipakai untuk menilai kondisi dirinya (persepsi). Pada penelitian Agung (2012) menyatakan bahwa persepsi ancaman yang rendah cenderung menyebabkan kontak tidak melakukan deteksi dini. Hal ini sesuai dengan teori health belief model bahwa bila seseorang merasa yakin tidak tertular suatu penyakit, walaupun responden mempersepsikan penyakit tersebut berdampak serius maka seseorang cenderung tidak melakukan
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
usaha dalam rangka mengurangi risiko terhadap dampak suatu penyakit dan cenderung tidak melakukan pemeriksaan kesehatannya. Model Kepercayaan kesehatan menurut Becker (1974) dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut: Individual Perception
Modifying Factors
Likelihood of action
Perceived susceptibility
1. Demographic variables 2. Sociopsychological variables 3. Structural Variables
Perceived benefits
Perceived seriousness
Perceived threat
Perceived barriers
Cues to action
Preventive health behavior
Gambar 2.1 Bagan Health Belief Model 2.1.4 Perilaku Pengobatan Penderita TB Kambuh ditinjau dari Teori Health Belief Model (HBM) HBM merupakan suatu model yang mempunyai kemampuan untuk meramalkan perilaku seseorang terhadap kesehatan (health behaviour), perilaku penyakit yang dirasakan (illness behaviour) dan perilaku terhadap penyakit yang diderita (sick role behaviour). Ketika seseorang didiagnosis sebagai penderita TB paru tipe kambuh, pada kenyataanya bukan sesuatu yang mudah untuk mendorong mereka supaya berobat
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
secara teratur sehingga tidak sampai menjadi TB MDR.
Adapun faktor
penyebabnya,karena masyarakat kurang menyadari bahwa kondisi penyakitnya sebetulnya sangat mengancam kesehatan mereka. Kurangnya dukungan sosial yang diterima oleh penderita TB kambuh membuat mereka tidak mau melakukan pengobatan secara teratur. Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang dirasakan. Semua itu tergantung pada belief masing-masing individu apakah dia mau meneruskan pengobatan secara teratur atau tidak. Persepsi individu terhadap suatu penyakit dibahas dalam health belief model yang melibatkan dua penilaian yaitu perceived threat dan perceived benefit dan barriers. Perceived threat yaitu ancaman yang dirasakan individu terhadap simptom
penyakit yang dialami. Semakin individu merasa terancam dengan
simptom penyakit yang ia alami maka semakin cepat individu mencari pertolongan medis. Perceived benefits yaitu penilaian individu mengenai keuntungan yang didapat ketika mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan dan perceived barriers yaitu penilaian individu mengenai hambatan yang diperoleh ketika mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan. (Becker & Rosenstock dalam Sarafino,2006). Belief yang dimiliki oleh masing-masing individu terhadap masalah kesehatan yang dirasakan akan menentukan bagaimana individu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Jika individu merasa dengan melakukan pengobatan secara teratur dapat mengurangi tingkat keparahan penyakit,
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
mengurangi kerentanan terkena TB MDR, memperoleh manfaat/keuntungan yang lebih besar daripada hambatan/kerugian maka individu tersebut akan melakukan pengobatan secara teratur untuk mengatasi masalahnya. 2.1.5 Penderita TB Kambuh (Relaps) 1. Definisi Penderita TB Kambuh Menurut Depkes RI (2008) penderita TB kambuh (relaps) adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur). 2. Pengobatan Penderita TB Kambuh Tujuan pengobatan menurut Kemenkes RI (2009) untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
Dalam
pengobatan TB digunakan OAT dengan jenis, sifat dan dosis sebagaimana pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Jenis, sifat dan dosis OAT Jenis OAT Isoniazid (H) Rimfapicin(R) Pyrazinamide (Z) Streptomycin (S) Ethambutol (E)
TESIS
Sifat Bakterisid Bakterisid Bakterisid Bakterisid Bakteriostatik
Dosis yang direkomendasikan (mg/kg) Harian 3x seminggu 5 (4-6) 10 (8-12) 10 (8-12) 10 (8-12) 25 (20-30) 35 (30-40) 15 (12-18) 15 (15-20) 30 (20-35)
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
3. Prinsip Pengobatan Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Pemakaian
OAT-Kombinasi
Dosis
Tetap
(OAT-KDT)
lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan. b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung oleh seorang PMO. c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan. Tahap awal (Intensif) 1) Pada tahap ini pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. 2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. 3) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negative (konversi) dalam 2 bulan. Tahap Lanjutan 1) Pada
tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. 2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
Menurut Kemenkes RI (2009) panduan pengobatan kategori 2 diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya antara lain: pasien kambuh, pasien gagal, pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default). Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT) Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3. Tabel 2.2 Dosis Panduan OAT KDT kategori 2 Berat
Tahap Intensif
Tahap Lanjutan
Badan
tiap hari
3 kali seminggu
RHZE (150/75/400/275) + S
RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari 30-37 kg
2 tab 4KDT + 500 mg Streptomisin inj.
38-54 kg
3 tab 4KDT + 750 mg Streptomisin inj.
55-70 kg
4 tab 4KDT + 1000 mg Streptomisin inj.
≥71 kg
5 tab 4KDT + 1000mg Streptomisin inj.
Selama 28 hari
selama 20 minggu
2 tab 4KDT
2 tab 2KDT
3 tab 4KDT
3 tab 2KDT
4 tab 4KDT
4 tab 2KDT
5 tab 4KDT
5 tab 2KDT
+ 2 tab Etambutol
+ 3 tab Etambutol
+ 4 tab Etambutol
+ 5 tab Etambutol
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3) sebagaimana dalam Tabel.
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
Tabel 2.2 Dosis panduan OAT Kombipak Kategori 2 Tahap
Lama
Tablet
Kaplet
Tablet
Etambutol
Strept
Jumlah
Pengobat
Pengobat
Isonia
Rifampi
Pirazinam
Tablet
Tablet
omisin
hari/kali
An
An
sid @
sin @
id @ 500
@ 250
@ 400
injeksi
mene
300
450 mgr
mgr
mgr
mgr
lan obat
mgr Tahap
2 bulan
1
1
3
3
-
0,75
56
Intensif
1 bulan
1
1
3
3
-
gr
28
-
(dosis harian) 4 bulan
Tahap
2
1
-
1
2
-
60
Lanjutan (dosis 3x semggu)
4. Definisi Suspek Multi drug resistant (TB MDR) Suspek Multi drug resistant TB (TB MDR) didefinisikan sebagai kemungkinan resistensi terhadap dua agen anti-TB lini pertama yang paling poten yaitu isoniazide (INH) dan rifampisin. TB MDR berkembang selama pengobatan TB ketika mendapatkan pengobatan yang tidak adekuat Menurut Soepandi (2012) secara umum resistensi terhadap OAT dibagi menjadi 3 yaitu:
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
a. Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan b. Resistensi initial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasien sudah ada riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah c.
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai riwayat pengobatan OAT minimal 1 bulan Kategori resistensi terhadap OAT menurut Soedarsono (2013) antara
lain: a. Mono resistance yaitu kekebalan terhadap salah satu OAT lini pertama b. Poly resistance yaitu kekebalan terhadap lebih dari satu OAT lini pertama, tetapi tidak resisten terhadap INH dan rimfapisin secara bersama-sama c. Multidrug resistance (MDR) yaitu kekebalan terhadap INH dan rimfapisin secara bersama dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain d. Extensive drug resistance (XDR) yaitu selain TB MDR, juga terjadi kekebalan terhadap salah satu obat golongan fluorokuinolon sebagai OAT lini kedua, dan sedikitnya salah satu dari OAT injeksi lini kedua e. Rimfapisin resistance yaitu resistensi terhadap rimfapisin yang dideteksi dengan metode genotip atau fenotip, dengan atau tanpa disertai resistensi terhadap OAT lain.
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
5. Kriteria Suspek TB MDR Pasien TB ditetapkan sebagai Suspek (tersangka/calon) TB MDR menurut Kemenkes 2013 dalam Soepandi (2012) bila: a. Pasien TB kronik b. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan pengobatan c. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar serta menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua minimal selama 1 bulan. d. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal e. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tetap positif setelah 3 bulan pengobatan f. Pasien TB kasus kambuh (relaps), kategori 1 dan kategori 2 g. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai berobat/ default) h. Suspek TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB MDR i. Pasien ko-infeksi TB HIV yang tidak respon terhadap pemberian obat 6. Penegakan Diagnosis Menurut Kemenkes (2013) bahwa pasien yang memenuhi salah satu kriteria suspek TB Resistan Obat harus dirujuk secara sistematik ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan TB MDR untuk kemudian dikirim ke laboratorium rujukan TB MDR dan dilakukan pemeriksaan apusan BTA mikroskopis, biakan dan uji kepekaan M.tuberculosis, baik secara metode konvensional maupun
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
metode cepat (rapid test). Uji kepekaan dengan metode cepat hanya memerlukan waktu 1 sampai 2 hari, sementara metode konvensional memerlukan waktu 1 sampai 3 bulan. Laboratorium rujukan TB MDR dapat berada di dalam atau di luar lingkungan fasyankes rujukan TB MDR. Laboratorium rujukan uji kepekaan M.tuberculosis dapat berada di luar wilayah kerja fasyankes rujukan TB MDR, selama aksesibilitas pelayanan laboratorium dapat dipenuhi.
2.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya TB Paru tipe kambuh menurut H.L Blum Menurut H.L Blum dalam Ryadi (2011) menyatakan status kesehatan masyarakat di suatu tempat dipengaruhi setidaknya oleh empat factor utama yaitu: faktor herediter/ keturunan, faktor pelayanan kesehatan,(health system), faktor perilaku masyarakat serta faktor lingkungan. Keempat factor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan, kemudian bertutut-turut disusul oleh prilaku, pelayanan kesehatan dan herediter yang mempunyai andil paling kecil terhadap status kesehatan. Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling berkaitan. Konsep Blum dapat digambarkan sebagai berikut:
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
1. Herediter
TB Paru Tipe Kambuh
4. Lingkungan
2.Pelayanan Kesehatan
3. Perilaku Gambar 2.2 Teori H.L Blum 2.2.1
Herediter Faktor yang berasal dari orang tuanya, yang pada zaman dahulu faktor ini
lebih banyak dianut untuk menjelaskan kesehatan masyarakat di suatu tempat. Faktor herediter dalam kasus ini tidak ada. 2.2.2
Pelayanan Kesehatan (Health System) Definisi pelayanan kesehatan disini adalah fasilitas yang tersedia,
peraturan-peraturan yang berlaku untuk memudahkan orang mendapatkan pelayanan, kebijaksanaan-kebijaksanaan operasional yang diterapkan dan lainlain. Kemenkes RI (2011)
menyatakan bahwa penyebab dari tingkat
keberhasilan pengobatan yang rendah karena lemahnya jejaring internal RS serta jejaring eksternal antara RS dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang menerapkan DOTS (Hospital DOTS Linkage) dan penggunaan obat TB yang tidak sesuai standard an penyalahgunaan obat TB lini pertama dan kedua.
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
Hasil audit klinik yang dilakukan di 8 Rumah Sakit di Jawa yang telah menerapkan strategi DOTS pada tahun 2007 juga menunjukkan pola yang serupa dalam hal penggunaan obat TB yang tidak sesuai standar. Defisiensi pada criteria kesesuaian dengan dosis obat OAT ditemukan pada 69-100% dari 387 rekam medik yang diaudit. Ketersediaan tiga macam OAT lini kedua yang dijual bebas di pasaran, yaitu flurokuinolon, kanamisin, dan Amikasin. Obat anti TB lini kedua ini dijual bebas dan banyak digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di Rumah Sakit dan praktek swasta, tanpa aturan maupun standar yang benar. Obat-obat lini kedua yang lainnya seperti Ethionamide, protionamide, PAS, dan Cycloserin, tidak efektif, jauh lebih mahal dan lebih sulit pengelolaannya akibat masa pakai yang pendek dan efek samping yang lebih besar. Berbagai penelitian dari Negaranegara endemis TB lainnya telah menunjukkan bahwa penyalahgunaan obat TB lini pertama dan kedua potensial mencetuskan mutasi gen Mycrobacterium tuberculosis menjadi TB M/XDR (Kemenkes RI: 2011). Selain dari kualitas pelaksanaan DOTS yang berkualitas rendah, meningkatnya kasus resitensi obat juga disebabkan karena kualitas jejaring laboratorium yang suboptimal. Masih belum terpenuhinya kebutuhan infrastuktur laboratorium, pedoman laboratorium yang belum diperbarui, system penjaminan mutu yang belum menyeluruh dan keterbatasan tenaga laboratorium yang terlatih.karena implementasi jaminan mutu eksternal yang lemah dan kapasitas laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan uji kepekaan obat yang terbatas menyebabkan kelemahan dalam system diagnosis TB MDR.
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
Faktor yang juga menyebabkan tingginya resitensi obat karena system pencatatan dan pelaporan TB MDR juga masih lemah. Survei resistensi obat TB dilakukan pertama kali dalam skala terbatas di Papua pada tahun 2003. Pendekatan survelans yang telah dilakukan di Jawa Tengah masih terbatas pada sampel dari Puskesmas, sehingga hasilnya belum memberikan gambaran TB MDR di RS. Sedangkan pendekatan surveilans pelaksanaan surveilans TB MDR juga masih terbatas di wilayah tertentu, dan belum menjangkau daerah-daerah dengan perkiraan prevalensi TB yang tinggi, seperti halnya di wilayah Indonesia Timur. Kelemahan ini terutama diakibatkan oleh sulitnya akses dan keterbatasan kapasitas laboratorium untuk melakukan pemeriksaan biakan dan uji sensitivitas. 2.2.3
Perilaku TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (Basil Tahan Asam) positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet. Orang dapat terinfeksi kalau droplet terhirup ke dalam saluran pernafasan (Depkes, 2008). Penularan kuman TBC dipengaruhi oleh perilaku penderita, keluarga serta masyarakat dalam mencegah penularan penyakit TBC. Perilaku dalam mencegah penularan penyakit TBC antara lain, menutup mulut pada waktu batuk dan bersin, meludah pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan, imunisasi BCG pada bayi, menghindari udara dingin, mengusahakan sinar matahari masuk ke tempat tidur, serta makan makanan yang tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
Mengingat penyakit TBC dapat berakibat fatal dan kematian, sudah seharusnya masyarakat mengetahui dan memahami berbagai masalah dan dampak dari penyakit ini, sehingga mereka dapat melindungi diri, keluarga dan lingkungannya dari penyebaran penyakit ini. Dengan kata lain bahwa perilaku keluarga dalam pencegahan sangat berperan penting dalam mengurangi resiko penularan kuman TBC. Dalam upaya penanggulangan penyakit TBC peran serta keluarga dalam kegiatan pencegahan merupakan faktor yang sangat penting. Peran serta keluarga dalam penanggulangan TBC harus diimbangi dengan pengetahuan yang baik. Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal pengertian, penyebab, cara penularan serta cara pencegahan suatu penyakit. Pengetahuan merupakan domain terbentuknya suatu perilaku (Notoatmodjo, 2010). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Orang akan melakukan pencegahan TBC apabila ia tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya, dan apa bahayanya bila tidak melakukannya. Prilaku keluarga dalam rangka pencegahan penularan TBC selama ini masih kurang, hal ini dapat kita lihat masih banyaknya pengunjung yang datang ke Puskesmas jika batuk tidak menutup mulut dengan sapu tangan dan masih banyak yang meludah di sembarang tempat. Prilaku yang demikian akan dapat mempercepat penularan kuman TBC. Hasil penelitian Pant di Nepal dalam mayoritas pasien MDR TB (74%) adalah perokok. TB pada perokok lebih menular daripada penderita TB yang tidak
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
merokok, kebiasaan merokok juga merupakan faktor dalam profresifitas TB paru dan terjadinya fibrosis. Angka kematian TB akan lebih tinggi pada perokok dibandingkan bukan perokok (Alvian, 2009). Menurut Tjandra Yoga dalam Tanggap, B (2011), pada perokok terjadi gangguan makrofag dan meningkatkan resistensi saluran napas dan permeabilitas epitel paru. Rokok akan menurunkan sifat responsif antigen. Insiden dan beratnya TB berhubungan dengan penggunaan rokok. Selain itu, rokok memperburuk kesehatan paru. Penderita TB paru yang masih merokok sejak terdiagnosis TB paru akan berisiko 1,204 kali lebih besar untuk mengalami kejadian TB paru resisten dibanding yang tidak merokok sejak terdiagnosis TB paru 2.2.4
Lingkungan
Lingkungan Fisik yang berpengaruh terhadap kejadian suspek TB MDR adalah: 1. Ventilasi rumah Hal ini berhubungan dengan minimal luas jendela/ ventilasi adalah 15% dari luas lantai, karena ventilasi mempunyai fungsi (Azwar, 1999): a. Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya 02 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat b. Menjaga agar udara di ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban (humidity) yang optimum. Kelembaban yang optimal (sehat) yaitu sekitar
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
40 – 70% kelembaban yang lebih dari 70% akan berpengaruh terhadap kesehatan penghuni rumah. Kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri - bakteri patogen (penyebab penyakit) c. Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. d. Lingkungan perokok dapat menyebabkan udara mengandung nitrogen oksida sehingga menurunkan kekebalan pada tubuh terutama pada saluran napas karena berkembang menjadi makrofag yang dapat menyebab infeksi. Azwar (1999) mengemukakan bahwa ventilasi mempunyai fungsi yaitu : 1) menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat; 2) menjaga agar udara di ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban (humidity) yang optimum. Kelembaban yang optimal (sehat) yaitu sekitar 40 – 70% kelembaban yang lebih dari 70% akan berpengaruh terhadap kesehatan penghuni rumah. Kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteribakteri patogen (penyebab penyakit); 3) membebaskan udara ruangan dari bakteri-
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir; 4) lingkungan perokok akan menyebabkan udara mengandung nitrogen oksida sehingga menurunkan kekebalan pada tubuh terutama pada saluran napas karena berkembang menjadi makrofag yang dapat menyebab infeksi. Beberapa penelitian telah dilakukan yang menegaskan bahwa ventilasi bisa menjadi salah satu faktor penyebab (faktor risiko) Tb paru seperti yang dilakukan Sumarjo (2004) di Kabupaten Banjarnegara memperoleh hasil yaitu adanya hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian Tb paru dengan nilai p sebesar 0,003 dan OR = 6,176. Hal ini berarti individu yang tinggal di rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko terkena Tb paru sebesar 6,2 kali dibandingkan mereka yang memiliki luas ventilasi yang memenuhi syarat Adnani dan Mahastuti (2007) yang meneliti tentang Tb paru di Kecamatan Paseh menunjukkan bahwa individu yang memiliki ventilasi yang tidak baik memilihi risiko terkena Tb paru sebesar 3,69 dari pada mereka yang memiliki ventilasi yang memenuhi syarat. Hal ini dapat dipahami karena ventilasi memiliki berbagai fungsi seperti membebaskan ruangan rumah dari bakteri pathogen terutama kuman tuberkulosis. Kuman Tb yang ditularkan melalui droplet nuclei dapat melayang di udara karena memiliki ukuran yang sangat kecil (50 mikron). Ventilasi yang tidak baik karena dapat menghalangi sinar matahari masuk ke dalam ruangan, padahal kuman Tb
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
hanya dapat dibunuh dengan sinar matahari secara langsung (Notoadmojo; 2003; Lubis, 1989). 2. Kepadatan Hunian Kepadatan penghuni merupakan suatu proses penularan penyakit. Semakin padat, maka perpindahan penyakit, khususnya penyakit menular melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita TB paru dengan BTA (+). Kuman TB paru cukup resisten terhadap antiseptic tetapi dengan cepat akan menjadi inaktif oleh cahaya matahari. Sinar ultraviolet dapat merusak atau melemahkan fungsi vital organism dan kemudian mematikan. Suhu didalam ruangan erat kaitannya dengan kepadatan hunian dan ventilasi rumah (Berhman, et al 2003) Beberapa penelitian telah dilakukan yang menegaskan bahwa kepadatan hunian bisa menjadi salah satu faktor penyebab (faktor risiko) Tb paru seperti penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2009) melaksanakan penelitian dengan salah satu variabel yaitu kepadatan hunian yang memperoleh nilai p sebesar 0,004 yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian dengan penyakit Tb paru dimana nilai OR sebesar 3,3 (95% CI : 1,45-7,9). Hal ini berarti, potensi kejadian penyakit Tb paru sebesar 3,3 kali di bangunan atau rumah yang kepadatan huniannya < 0,5. Daerah perkotaan (urban) yang lebih padat penduduknya dibandingkan di pedesaan (rural), peluang terjadinya kontak dengan penderita Tb paru lebih besar. Sebaliknya di daerah rural akan lebih kecil kemungkinannya. Dapat disimpulkan bahwa orang yang rentan (susceptible) akan terpapar dengan penderita Tb paru
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
menular lebih tinggi pada wilayah yang pada penduduknya walaupun insiden sama antara yang penduduk padat dan penduduk tidak padat (Karyadi et al, 2006). Kepadatan hunian akan memudahkan terjadinya penularan penyakit Tb paru di dalam rumah tangga. Bila dalam satu rumah tangga terdapat satu orang penderita Tb paru aktif dan tidak diobati secara benar maka akan menginfeksi anggota keluarga terutama kelompok yang rentan seperti bayi dan balita, semakin padat hunian suatu rumah tangga maka semakin besar risiko penularan (Karyadi et al, 2006). 3. Suhu udara Suhu udara yang ideal dalam rumah antara 18 - 30°C. Suhu optimal pertumbuhan bakteri sangat bervariasi. Mycobacterium tuberculosis tumbuh optimal pada suhu 37°C. Paparan sinar matahari selama 5 menit dapat membunuh M. tuberculosis dan tahan hidup pada tempat gelap, sehingga perkembangbiakan bakteri lebih banyak di rumah yang gelap (Anonim, 1999). Beberapa penelitian telah dilakukan yang menegaskan bahwa suhu udara bisa menjadi salah satu faktor penyebab (faktor risiko) Tb paru seperti penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kejadian Tb paru dengan suhu (OR 2,674). Selanjutnya, Atmosukarto dan Soewasti (2000) yang melakukan penelitian tentang pengaruh lingkungan permukiman dengan kejadian Tb paru menemukan bahwa suhu ruangan memberikan pengaruh terhadap kejadiaan Tb paru dengan OR sebesar 5,126. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki rumah dengan suhu <18 / > 30oC
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
memiliki risiko terkena Tb paru sebesar 2,7 an 5,1 kali dibandingkan dengan suhu ruangan 18-30oC. Suhu udara yang ideal dalam rumah antara 18 - 30°C. Gould dan Brooker (2003) menyatakan bahwa bakteri M. tuberculosis merupakan bakteri mesofilik yang bisa hidup pada suhu udara 10-40oC. Suhu optimal pertumbuhan bakteri sangat bervariasi, M. tuberculosis tumbuh optimal pada suhu 37°C. Paparan sinar matahari selama 5 menit dapat membunuh M. tuberculosis. Bakteri tahan hidup pada tempat gelap, sehingga perkembangbiakan bakteri lebih banyak di rumah yang gelap (Anonim, 1999). Sedangkan lingkungan non fisik yang berpengaruh terhadap kejadian suspek TB MDR dapat terjadi karena beberapa hal antara lain: 1. Kurangnya dukungan social Anggapan yang berkembang di rnasyarakat bahwa TB adalah penyakit keturunan yang berakibat tetap sulitnya dalam penanggulangan. Anggapan ini mengakibatkan banyak penderita tidak mau berobat karena malu atau keluarga cenderung menutup-nutupi keadaan penyakitnya. (Gerdunas TBC. 2002). Hal ini disebabkan karena penyakit TB di masyarakat rnasih merupakan stigma, walaupun tidak separah stigma pada Human Immunodeficiency Virus/Auto lmmune Disease Syndroms (HIV/AIDS), sehingga orang yang divonis menderita TB akan mengalami tekanan atau stress. Diagosis penyakit kronis juga merupakan salah satu yang dapat menyebabkan stress sehingga dapat menimbulkan tekanan dan ketakutan yang berlebihan ketika pasien menyadari bahwa hidupnya, aktivitasnya mungkin
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
dibatasi oleh kondisi ini. Oleh karena perubahan fisik yang terjadi, hilangnya pendapatan dalam kaitan dengan pembatasan pekerjaan, atau ketergantungan akan bantuan dari keluarga dan para teman sering mempengaruhi seseorang dengan penyakit kronis Turk and Kerns dalam Rachmawati (2006). Penderita TB akan mengalami stress yang cukup berat sehingga selain diperlukan pengobatan secara medis juga diperlukan dukungan sosial dari keluarga maupun orang di sekitarnya. PMO yang sebagian besar adalah orang yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan penderitaTB walaupun ada juga yang langsung diawasi oieh petugas kesehatan, tokoh masyarakat atau tetangga dekatnya. Dari penelitian Wignyohadi (1986) didapatkan bahwa peran petugas kesehatan sebagai PMO memberi kontribusi paling besar dalam pengobatan penderita TB, tapi melihat banyaknya penderita paru tidak mungkin petugas kesehatan bekerja sendiri dalam memberi dukungan terhadap penderita TB. Diperlukan kerja sama antara petugas kesehatan dengan masyarakat yang dalarn ha1 ini adalah keluarga dari penderita untuk bersama-sama memberikan dukungan. Penelitian Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2004) menunjukkan bahwa pengawasan minum obat oleh PMO yang mempunyai hubungan kekeluargaan dan serurnah lebih teratur daripada bila PMOnya tidak mempunyai hubungan kekeluargaan. Pengobatan TB memerlukan waktu yang relative lama yaitu sekitar 6 bulan dan memerlukan keteraturan dalam meminum obat untuk sembuh. Karena pengobatan memerlukan waktu yang lama maka sering penderita TB mengalarni Drop Out (DO) dari pengobatan. Menurut Wignyohadi dalam Rahmawati (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi DO secara bermakna adalah
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
pengetahuan penderita tentang TB paru, pendidikan formal penderita, tingkat ekonomi keluarga, peranan petugas kesehatan dalam memotivasi penderita, keterlibatan kader kesehatan dalam memotivasi yang lama. 2.3
Dukungan Sosial
2.3.1 Definisi Dukungan Sosial Beberapa pengertian mengenai dukungan sosial ini telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Di bawah ini diuraikan beberapa definisi dari dukungan sosial itu,antara lain: 1.
Thoits (1986), dukungan sosial adalah suatu interaksi antara individu dengan orang lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar individu yang meliputi kebutuhan untuk dicintai, dihargai, serta adanya kebutuhan akan rasa aman sehingga memperoleh kebahagiaan. Perasaan sosial dasar yang dibutuhkan individu secara terus menerus yang dipuaskan melalui interaksi dengan orang lain.
2.
Sarafino (1994), dukungan sosial dapat diartikan sebagai kenyamanan, perhatian, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain, dimana orang lain disini bisa berarti individu secara perorangan ataupun kelompok. Ia membedakan lima jenis dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan jaringan sosial.
3.
House (dalam Smet, 1994), dukungan sosial sebagai persepsi seseorang terhadap dukungan potensial yang diterima dari lingkungan. Dukungan sosial
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
tersebut mengacu pada kesenangan yang dirasakan sebagai penghargaan akan kepedulian serta pemberian bantuan dalam konteks hubungan yang akrab. 4.
Shinta (1995), dukungan sosial adalah adanya pemberian informasi baik secara verbal maupun nonverbal, pemberian bantuan tingkah laku atau materi yang didapat dari hubungan sosial yang akrab atau hanya disimpulkan dari keberadaan mereka yang membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dicintai sehingga lebih lanjut bertujuan atau menguntungkan bagi individu yang menerima.
5.
Cohen, Underwood, dan Gottlieb (1996), dukungan sosial adalah persepsi bahwa orang lain responsif dan reseptif terhadap kebutuhan seseorang dimana hal ini sangat membantu untuk mengatasi stres atau kecemasan.
6.
Dalton, Elias, dan Wandersman (2001), dukungan sosial adalah suatu kumpulan proses sosial, emosional, kognitif, dan perilaku yang berlangsung dalam sebuah hubungan pribadi dimana individu memperoleh bantuan untuk melakukan penyesuaian adaptif atas masalah yang dihadapinya.
7.
Robert Weiss (dalam Taylor, 2003), dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain. Dukungan sosial dapat diberikan dalam beberapa cara yaitu emosional, instrumental, informasi, dan penilaian individu.
8.
Sarason (dalam Baron & Byrne, 2005), dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain.
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep dukungan sosial adalah suatu transaksi atau interaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih dari lima hal berikut yaitu kepedulian emosional, bantuan, informasi, jaringan sosial dan penilaian, serta dapat memberikan rasa nyaman secara fisik dan psikologis terhadap orang-orang yang sedang menghadapi tekanan yang diberikan individu lain baik secara perorangan maupun kelompok oleh teman-teman dan rekan keluarga. Menurut Soekanto dalam Dayakisni (2009), manusia dalam peranannya sebagai makhluk sosial, selalu akan berinteraksi dengan orang lain. Semenjak dilahirkan, manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawan. Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi manusia dengan orang di sekitarnya dapat berupa bantuan baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Begitu pula dengan dukungan yang diterima oleh individu. Sarafino (1990) mengemukakan bahwa dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber seperti pasangan/kekasih, keluarga, teman, terapis, dokter, atau organisasi masyarakat. Semua individu membutuhkan dukungan sosial baik itu dukungan yang diperoleh dari orang tua, teman sebaya (peer), pasangan, guru, sahabat, anak, dan sebagainya. Social Support Network atau jaringan dukungan sosial adalah seseorang yang dapat diminta bantuan dan siapa yang akan memberikan bantuan bila diperlukan, seperti keluarga, teman, dan tetangga (Breckler, Olson, dan Wiggins, 2006). Dukungan sosial merupakan persepsi bahwa orang lain responsif dan reseptif terhadap kebutuhan seseorang (Cohen, dkk., 1996). Orang yang memiliki seseorang untuk bersandar/menaruh kepercayaan dan kesepakatan yang
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
lebih baik tentang masalah hidup akan menunjukkan peningkatan kesehatan (Helgeson & Cohen, dalam Aronson,Wilson, & Akert, 2007). Penjelasan tersebut sejalan dengan Cobb dalam Sarafino (1994) yang mengatakan bahwa seseorang yang mendapatkan dukungan sosial percaya bahwa mereka dicintai, diperhatikan, berharga, bernilai, dan menjadi bagian dari jaringan sosial, seperti keluarga dan komunitas organisasi yang dapat membekali kebaikan,pelayanan, dan saling mempertahankan ketika dibutuhkan. Cohen dalam Veiel (1992) menggambarkan tentang individu yang dikelilingi dengan lingkaran-lingkaran luar yang ada di sepanjang hidupnya. Pasangan hidup, keluarga inti, teman dekat misalnya adalah lingkaran paling dekat dengan individu sehingga dapat dikatakan orang-orang ini adalah yang paling dekat dengan individu tersebut dan paling berpotensial untuk memberikan dukungan. 2.3.2
Komponen Dukungan Sosial Menurut Pearson dalam Sarwono (2009), manusia adalah makhluk sosial.
Artinya, sebagai makhluk sosial, seseorang tidak dapat menjalin hubungan sendiri melainkan selalu menjalin hubungan dengan orang lain serta berinteraksi dengan orang lain. Bagi kebanyakan orang, kecenderungan berafiliasi yaitu keinginan untuk berada bersama orang lain cukup kuat. Menurut McClelland dalam Sarwono (2009), kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan di mana seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmati aktivitas bersama keluarga atau teman, menunjukkan perilaku saling bekerja sama, saling mendukung, dan konformitas.
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
Dukungan sosial memegang peranan penting dalam suatu hubungan. Thoits (1983) mendefinisikan dukungan sosial sebagai perasaan sosial dasar yang dibutuhkan individu secara terus menerus yang dipuaskan melalui interaksi dengan orang lain. Dari interaksi ini individu menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintai dirinya. Dewasa ini, para teorisi berusaha membuat klasifikasi komponen utama dari berbagai kepentingan yang diperoleh seorang dalam suatu hubungan (House, dalam Sears, 1988). Salah satunya adalah analisis mengenai enam dasar “ketentuan hubungan sosial” yang dikemukakan oleh Robert Weiss pada tahun 1974. Weiss dalam Taylor (2006) menyebut komponen atau dimensi dari bentukbentuk bantuan yang dapat diperoleh dari hubungan dengan orang lain. Weiss mengemukakan adanya 6 komponen dukungan sosial yang disebut sebagai the social provisions scale, dimana masing-masing komponen dapat berdiri sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun 6 komponen tersebut adalah: a. Keterikatan (Attachment). Merupakan perasaan akan kedekatan emosional dan rasa aman (ketenangan) dalam diri individu. Sumber dukungan sosial ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup atau kekasih yang memiliki hubungan yang harmonis. b. Integrasi Sosial (Social Integration). Merupakan dukungan yang menimbulkan perasaan dalam diri individu bahwa ia termasuk dalam suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas rekreasi. Jenis dukungan ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
perasaan memiliki. Yang sering menjadi sumber dukungan ini adalah teman. c. Penghargaan/Pengakuan
(Reassurance
of
Worth).
Merupakan
pengakuan atas kompetensi, kemampuan, dan keahlian individu. Pada dukungan sosial jenis ini, seseorang akan mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain. Dukungan ini sering diperoleh dari rekan kerja. d. Hubungan yang dapat diandalkan (Reliable Alliance). Merupakan keyakinan dalam diri individu bahwa ia dapat mengandalkan orang lain untuk membantunya dalam berbagai kondisi, meliputi kepastian atau jaminan bahwa seseorang dapat mengharapkan keluarga untuk membantu semua keadaan. Dukungan ini sering diperoleh dari anggota keluarga. e. Bimbingan (Guidance). Dukungan sosial jenis ini adalah adanya hubungan sosial yang dapat memungkinkan seseorang mendapat informasi, saran, atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dukungan ini sering diperoleh dari guru, mentor, figur orang tua atau figur yang dituakan dalam keluarga. f. Kesempatan
untuk
Mengasuh
(Opportunity
for
Nurturance).
Merupakan suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan yang dibutuhkan oleh orang lain. Dukungan yang menimbulkan perasaan dalam diri individu bahwa ia bertanggung
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
jawab terhadap kesejahteraan orang lain. Dukungan ini sering diperoleh dari anak, cucu, dan pasangan hidup. Keenam komponen dukungan di atas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori (Cutrona & Russell, 1991). Pertama, bantuan langsung (Assistance-related). Bantuan ini berfungsi secara langsung dalam mencapai penyelesaian masalah pada stres yang dialami individu. Contohnya yaitu dukungan bimbingan. Kedua, bantuan tidak langsung (non-assistance-related). Bantuan ini berfungsi secara tidak langsung dan berpengaruh melalui perantaraan proses kognitif, misalnya dengan meningkatkan self-efficacy individu. Contohnya adalah dukungan penghargaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cutrona (1986), ternyata tingkah laku yang merefleksikan kebutuhan akan dukungan emosi dan dukungan informasi akan lebih sering timbul pada individu yang mengalami stres dari pada yang tidak mengalami stres. Jadi, individu yang berada dalam keadaan stres akan mencari orang lain untuk sebuah alasan yang jelas, yaitu meminta dukungan (Deaux & Wrightsman, 1988). Pada umumnya individu membutuhkan bantuan orang lain sebagai dukungan bagi dirinya ketika menghadapi masalah. Dengan adanya dukungan sosial dapat mengurangi timbulnya simtom fisik dan gejala psikologis, seperti kecemasan dan depresi . Adanya dukungan sosial dapat mengontrol timbulnya stres dan kecemasan (Gottlieb,1996).
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
2.3.3
Jenis-Jenis Dukungan Sosial Merangkum beberapa pendapat para ahli, Sarafino (1994) merumuskan
bahwa ada 5 jenis dukungan sosial yang dapat diberikan oleh seorang individu, yaitu: a. Dukungan Emosional (Emotional Support) Jenis dukungan ini dilakukan dengan melibatkan ungkapan rasa empati, kepedulian, dan perhatian terhadap seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman, ketentraman hati, dan perasaan dicintai yang membuatnya merasa lebih baik. Dukungan emosional adalah ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan didengarkan (Cohen,1991). Kesediaan untuk mendengarkan keluhan seseorang akan memberikan dampak positif, yaitu sebagai sarana pelepasan emosi dan mengurangi kecemasan, serta membuat individu merasa dihargai, diterima, dan diperhatikan. b. Dukungan Penghargaan (Esteem Support) Dukungan ini terjadi lewat ungkapan penghargaan positif untuk individu yang bersangkutan, dorongan maju dan perbandingan positif individu dengan orang-orang lain. Orford (1992) berpendapat bahwa dukungan penghargaan dititikberatkan pada adanya suatu pengakuan, penilaian yang positif, dan penerimaan terhadap individu. Menurut Cohen (dalam Sarafino,1990), jenis dukungan ini dilakukan melalui ekspresi sambutan positif orang-orang yang berada di sekitarnya, pemberian dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide dan
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
perasaan individu. Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten, dan dihargai. c. Dukungan Instrumental (Instrumental Support) Jenis dukungan ini berupa bantuan yang sifatnya nyata dan langsung yaitu dapat berupa jasa, waktu, meminjamkan uang, dan membantu mengerjakan tugas seseorang ketika sedang stres (Cohen, dalam Sarafino,1990). Dukungan instrumental mengacu pada penyediaan barang atau jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan masalahmasalah
praktis.
Dukungan
ini
membantu
individu
untuk
melaksanakan aktivitasnya. d. Dukungan Informasi (Informational Support) Jenis dukungan ini mencakup pemberian nasehat, petunjuk, saransaran, ataupun umpan balik tentang apa yang telah dikerjakan. Melalui interaksi dengan orang lain, individu akan dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya dengan membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan perilaku orang lain. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi. Informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara praktis. e. Dukungan Jaringan Sosial (Network Support) Jenis dukungan ini diberikan dengan cara membuat kondisi agar seseorang merasa menjadi bagian dari suatu kelompok yang memiliki
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
persamaan minat dan aktivitas sosial. Jenis ini mencakup perasaan keanggotaan dalam kelompok. Dukungan jaringan sosial ini juga disebut sebagai dukungan persahabatan (Companionship Support) yang merupakan suatu interaksi sosial yang positif dengan orang lain, dimana memungkinkan individu dapat menghabiskan waktu dengan individu lain dalam suatu aktivitas sosial maupun hiburan. Berasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cohen dan Wills (1992), dukungan jaringan sosial akan membantu individu untuk mengurangi stres yang dialami karena dapat memenuhi kebutuhan akan persahabatan dan kontak sosial dengan orang lain. 2.3.4
Manfaat Dukungan Sosial Menurut Baron & Byrne (2005), manusia yang berinteraksi dengan
lingkungannya akan menjadi lebih baik untuk menghindari masalah dari pada individu yang terisolasi dari kontak personal. Ketika stres muncul, individu yang mendapat dukungan sosial akan lebih mudah untuk mengatasi stres yang muncul. Individu yang menerapkan pola pendekatan dalam pencarian rasa aman akan lebih mudah untuk mengatasi stres melalui pencarian dukungan sosial. Efek positif dari dukungan interpersonal adalah rasa diterima (Self of Acceptance) oleh lingkungan dapat mengurangi stres dan menumbuhkan perasaan emosi dan fisiologis yang positif. Manfaat dari adanya dukungan sosial ini sangat banyak diantaranya yaitu dikemukakan oleh House dan Kahn (1985) bahwa dukungan sosial mampu menolong
TESIS
individu
mengurangi
pengaruh
yang
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
merugikan
dan
dapat
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
mempertahankan diri dari pengaruh negatif stressor. Selain itu, Sarason (1983) berpendapat bahwa orang yang memperoleh dukungan sosial akan mengalami halhal positif dalam hidupnya, memiliki harga diri, dan mempunyai pandangan yang lebih optimis. Dukungan sosial secara efektif dapat mengurangi tekanan psikologis selama masa stres. Misalnya dengan membantu siswa mengatasi stres dari kehidupan kampus yaitu saat akan menghadapi ujian (Broman, dalam Taylor,2000). Sheridan dan Radmacker (1992), menyebutkan bahwa selama menjalani masa-masa yang penuh tekanan, seseorang sering mengalami penderitaan emosional serta kemungkinan selanjutnya seperti menderita depresi, kesedihan, cemas, dan berkurangnya harga diri. Dengan adanya dukungan sosial, setidaknya orang tersebut dapat menyadari bahwa ada pihak-pihak atau orangorang di sekitarnya yang siap membantunya dalam menghadapi tekanan tersebut. House (dalam Russel, 1987) mengatakan bahwa dukungan sosial memang dapat dikatakan memiliki peran yang penting bagi individu-individu yang mengalami stres. Adapun keuntungan yang diperoleh dari dukungan sosial antara lain membuat stres tidak menimbulkan efek negatif pada kesehatan fisik dan psikologis seseorang sehubungan dengan fungsinya sebagai penyokong kesehatan (Health Sustaining) dan penahan stres (Stres Buffering) serta meningkatkan kesejahteraan (Well-being) seseorang. Ditinjau dari bidang klinis, dukungan sosial dapat membantu manusia dalam mencapai perkembangan yang optimal (Yettie, 2004). Sarason, Levine, Basham, dan Sarason (1983) mengemukakan bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup dua hal penting, yaitu Persepsi bahwa ada
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
sejumlah orang yang dapat diandalkan oleh individu saat ia membutuhkan bantuan dan derajat kepuasan akan dukungan yang diterima yang berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya terpenuhi. Menurut Cohen dan Wills (1985), yang penting bagi individu adalah persepsi akan keberadaan (availability) dan ketepatan (adequacy) dukungan. Jadi bukan sekedar seseorang yang memberikan bantuan, tetapi pada persepsi penerima dukungan Smet (1994) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial yang menggambarkan kualitas hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal dianggap sebagai aspek kepuasan secara emosional dalam kehidupan individu. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa percaya diri, tenang, diperhatikan, dicintai, dan kompeten. Dukungan sosial terdiri dari informasi verbal, non verbal, dan tindakan yang diberikan oleh orang lain sehingga mempunyai manfaat emosional bagi individu
TESIS
PENGARUH PERAN DUKUNGAN .....
IKA SULISTIYAWATI