BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Laporan Keuangan
2.1.1
Pengertian Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 paragraf ke 7
dalam Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Menurut Hanafi (2012:27), berpendapat bahwa : “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha, laporan keuangan sangatlah penting karena memberikan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, mulai dari investor atau calon investor, pihak pemberi dana atau calon pemberi dana, sampai pada manajemen perusahaan itu sendiri” Disisi lain menurut Fahmi (2011:2), bahwa : “Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Selain itu laporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat memperkirakan jumlah waktu dan ketidakpastian penerimaan kas di masa yang akan datang yang berasal dari pembagian dividen” Munawir (2010:5), menyatakan bahwa : “Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aset, kewajiban, dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan laporan labarugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber, dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan”
11
12
Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan disajikan untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak yang berkepentingan, baik pihak internal maupun eksternal perusahaan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
2.1.2
Tujuan Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 paragraf ke 7
dalam Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2009), tujuan laporan keuangan adalah : “Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi : a. aset. b. laibilitas. c. ekuitas. d. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian. e. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. f. arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas”
13
Menurut Rudianto (2012:20-21), terdapat beberapa tujuan dari penyajian laporan keuangan, yaitu : a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal perusahaan. b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi perusahaan yang timbul dalam aktivitas usaha demi memperoleh laba. c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan untuk mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba di masa depan. d. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan ketika mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. e. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi tentang aktivitas pembiayaan dan investasi. f. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.1.3
Komponen Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 paragraf ke 8
dalam Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2009), laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini : a. b. c. d. e.
Laporan posisi keuangan pada akhir periode. Laporan laba rugi komperhensif selama periode. Laporan perubahan ekuitas selama periode. Laporan arus kas selama periode. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya. f. Laporan posisi keuangan awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
14
2.1.4
Asumsi Dasar Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
paragraf ke 22 dan 23 dalam Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2009), untuk mencapai tujuannya laporan keuangan disusun atas dasar sebagai berikut : a. Dasar akrual Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. b. Kelangsungan usaha Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu, perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan.
2.1.5
Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
paragraf ke 9 dalam Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2009) : “Bahwa pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda”
15
Beberapa kebutuhan ini meliputi : a. Investor Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. e. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
16
2.1.6
Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2010:35) : “Analisis laporan keuangan adalah analisis yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan” Disisi lain Menurut Harahap (2009:190) : “Analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat” Menurut Kasmir (2011:68), tujuan analisis laporan keuangan adalah : a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki. d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan,
17
sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan apa yang akan diambil.
2.2
Rasio Keuangan
2.2.1
Pengertian Rasio Keuangan Menurut Harahap (2009:297), berpendapat bahwa : ”Analisis rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah untuk mengetahui kondisi keuangan lebih mendalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat bagi pengguna laporan keuangan” Menurut Kasmir (2010:104), adalah : “Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun berbeda periode”
Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan merupakan suatu teknik yang digunakan untuk membandingkan dua buah akun yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menilai kemampuan kinerja keuangan perusahaan dalam periode tertentu.
18
2.2.2
Jenis-Jenis Rasio Keuangan Menurut Sutrisno (2012:215), rasio keuangan diperoleh dengan cara
menghubungkan elemen-elemen laporan keuangan. Ada dua pengelompokan jenis-jenis rasio keuangan, yang pertama adalah rasio menurut sumber darimana rasio dibuat, dan dapat dikelompok-kelompokan menjadi : a. Rasio neraca (Balance sheet ratios) Merupakan rasio yang menghubungkan elemen-elemen yang ada pada neraca saja. Seperti current ratio, debt to equity ratio, dan lain-lain. b. Rasio laporan laba-rugi (Income statement ratios) Merupakan rasio yang menghubungkan elemen-elemen yang ada pada laporan laba-rugi saja. Seperti profit margin, operating margin, dan lain-lain. c. Rasio antar laporan keuangan (Inter statement ratios) Merupakan rasio yang menghubungkan elemen-elemen yang ada pada dua laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba-rugi. Seperti return on investment, return on equity, asset turnover, dan lain-lain.
Rasio keuangan yang kedua menurut tujuan penggunaan rasio yang bersangkutan. Rasio-rasio ini dapat dikelompokan menjadi : a. Rasio likuiditas (Liquidity ratios) Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. b. Rasio leverage (Leverage ratios) Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. c. Rasio aktivitas (Activity ratios) Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. d. Rasio keuntungan (Profitability ratios) Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. e. Rasio penilaian (Valuation ratios) Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.
19
2.2.3
Profitabilitas Menurut Sartono (2010:122), menyatakan bahwa profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas sangat penting untuk diketahui oleh para pengguna laporan keuangan karena menginformasikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, semakin besar rasio keuntungan menunjukan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Sutrisno (2012:222), rasio keuntungan (profitability ratios) dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu : a. Profit margin Merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Caranya adalah dengan membandingkan antara laba setelah dikurangi beban pajak dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah : 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
Menurut Lukviarman (2006:36), rata-rata rasio industri yang baik untuk profit margin adalah sebesar 3.92%. b. Net profit margin Merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Caranya adalah dengan membandingkan laba sebelum dikurangi beban bunga dan beban pajak dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah : 𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑥 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
Menurut Lukviarman (2006:36), rata-rata rasio industri yang baik untuk net profit margin adalah sebesar 10.80%.
20
c.
Gross profit margin Merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai Caranya adalah dengan membandingkan laba kotor (penjualan dikurangi harga pokok penjualan) dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah : 𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 − 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑔𝑜𝑜𝑑𝑠 𝑠𝑜𝑙𝑑 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
Menurut Lukviarman (2006:36), rata-rata rasio industri yang baik untuk gross profit margin adalah sebesar 24,90%. d. Return on asset Merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua aktiva yang dimiliki. Caranya adalah dengan membandingkan laba sebelum beban bunga dan beban pajak dengan total aktiva. Return on asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis. Rumus yang digunakan adalah : 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
Menurut Kasmir (2008:203), return on asset perusahaan dikatakan baik apabila mencapai rata-rata industri sebesar 30%. e.
Return on equity Merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki. Caranya adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Return on equity ini juga sering disebut dengan rentabilitas modal sendiri. Rumus yang digunakan adalah : 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥 𝑂𝑤𝑛𝑒𝑟𝑠 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Menurut Kasmir (2008:205), return on equity perusahaan dikatakan baik apabila mencapai rata-rata industri sebesar 40%. f. Return on investment Merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang sudah dikeluarkan atau dibelanjai. Caranya adalah dengan membandingkan laba setelah dikurangi beban pajak dengan investasi. Rumus yang digunakan adalah :
21
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡
Menurut Lukviarman (2006:36), rata-rata rasio industri yang baik untuk return on investment adalah sebesar 5.08%. g. Earning per share Merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Caranya adalah dengan membandingkan laba setelah dikurangi beban pajak dengan jumlah saham yang beredar. Rumus yang digunakan adalah : 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 = 2.2.4
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
Likuiditas Menurut Sutrisno (2012:15), menyatakan bahwa likuiditas adalah
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang harus segera dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih. Likuiditas menyangkut kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tingkat likuiditas dihubungkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang dimiliki perusahaan. Jika perusahaan mampu membayar, maka perusahaan berada dalam kondisi likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu membayar, maka perusahaan berada dalam kondisi tidak likuid. Menurut Sutrisno (2012:216), rasio likuiditas (liquidity ratios) dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu :
22
a. Current ratio Merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar di sini meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang harus segera dibayar. Rumus yang digunakan adalah : 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Menurut Kasmir (2008:131), perusahaan dikatakan baik jika perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancarnya mencapai 200% atau 2:1. b. Quick ratio Merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukan besarnya alat likuid yang paling cepat sehingga dapat digunakan untuk melunasi hutang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang paling tidak lancar, sebab untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah yakni menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi kas. Rumus yang digunakan adalah : 𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Menurut Kasmir (2008:137), suatu perusahaan dikatakn lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain jika mampu mencapai perbandingan rasio cepat 1,5 kali. c. Cash ratio Merupakan rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga. Rumus yang digunakan adalah : 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑎𝑠ℎ − 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑠𝑒𝑐𝑢𝑟𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Menurut Kasmir (2010) yang dikutip dalam Novi Oktaviani (2013:6), rata-rata besaran cash ratio pada industri yang baik memiliki jumlah minimum sebesar 15%.
23
2.3
Dividen
2.3.1
Pengertian Dividen Rudianto (2012:308), berpendapat bahwa : “Dividen merupakan bagian dari laba usaha yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh suatu perusahaan kepada para pemegang sahamnya sebagai imbalan atas ketersediaan mereka menanamkan hartanya kedalam suatu perusahaan tersebut” Sutrisno (2012:5), menyatakan bahwa : “Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham”
Dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan bagian keuntungan atau laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sebagai balas jasa atau imbalan karena telah memiliki dan berinvestasi pada saham.
2.3.2
Jenis-Jenis Dividen Menurut Rudianto (2012:309), jenis jenis dividen yang dibagikan oleh
perusahaan kepada pemegang sahamnya terdiri dari beberapa macam, yaitu : a. Dividen tunai Dividen tunai yaitu bagian laba usaha yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Sebelum dividen dibagikan, perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Jika perusahaan memilih untuk membagi dividen tunai, itu berarti pada saat dividen akan dibagikan kepada pemegang saham, perusahaan harus memiliki uang tunai dalam jumlah yang cukup. b. Dividen harta Adalah bagian laba usaha perusahaan yang dibagikan dalam bentuk harta selain kas. Walaupun dapat berbentuk harta lain, tetapi biasanya harta tersebut dalam bentuk surat berharga yang dimiliki oleh
24
perusahaan. Jika surat berharga yang dimiliki suatu perusahaan akan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang sahamnya, maka nilai wajar atau harga pasar surat berharga tersebut yang dijadikan dasar pencatatan. c. Dividen hutang Adalah bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk janji tertulis untuk membayar sejumlah uang di masa mendatang. Dividen hutang ini terjadi karena perusahaan ingin membagi dividen dalam bentuk uang tunai, tetapi tidak tersedia uang kas yang cukup, walaupun laba ditahan menunjukan saldo yang cukup. Karena itu, pihak manajemen perusahaan menjanjikan untuk membayar sejumlah uang di masa mendatang kepada para pemegang saham. Dividen hutang dapat disertai dengan bunga, dan dapat pula tanpa bunga. d. Dividen saham Adalah bagian dari laba usaha yang ingin dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham baru perusahaan itu sendiri. Dividen saham ini dibagikan karena perusahaan ingin mengkapitalisasi sebagian laba usaha yang diperolehnya secara permanen. Jika dividen saham dibagikan, tidak ada aset yang akan dibagikan dan setiap pemegang saham memiliki bagian (proporsi) kepemilikan yang sama pada perusahaan. Pembagian dividen saham akan mengakibatkan jumlah lembar saham yang beredar bertambah banyak. Tetapi total aset dan kewajiban perusahaan tidak akan mengalami perubahan, baik sebelum maupun sesudah pembagian dividen. Berkaitan dengan pembagian dividen saham ini, nilai wajar atau nilai pasar saham tersebut yang digunakan sebagai dasar pencatatan. e. Dividen likuidasi Adalah dividen yang ingin dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham dalam berbagai bentuknya, tetapi tidak didasarkan pada besarnya laba usaha atau saldo laba ditahan perusahaan. Dividen likuidasi merupakan pengembalian modal atas investasi pemilik oleh perusahaan. Jenis deplesi seperti ini banyak terjadi di perusahaan yang memiliki aset tetap yang nilai bukunya berkurang akibat berkurangnya kandungan aset tetap tersebut, yang dikenal dengan sebutan deplesi. Deplesi diakui pada suatu periode akuntansi tertentu dapat dijadikan dasar untuk menentukan besarnya divien likuidasi selama periode tersebut. Pada umumnya perusahaan-perusahaan pertambangan atau pengolahan hutan memberikan dividen likuidasi secara rutin. Di sini yang penting adalah pihak pemegang saham harus mengetahui seerapa besar bagian dividen yang diterimanya yang merupakan dividen laba dan berapa yang merupakan dividen likuidasi.
25
2.3.3
Kebijakan Dividen Menurut Martono dan Agus (2010:253), kebijakan dividen adalah : “Merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang” Disamping itu menurut Sutrisno (2012:266), menyatakan bahwa : “Kebijakan dividen bagi manajemen adalah untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen, dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan”
Dari
penjelasan
diatas
dapat
disimpulkan
apabila
perusahaan
memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba ditahan yang akhirnya mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Pada sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan dapat memperbesar sumber dana intern perusahaan, dan akan meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan perusahaan. Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend payout ratio, yaitu besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Martono dan Agus (2010:253), menyatakan bahwa dividend payout ratio adalah rasio yang menunjukan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Rumus yang digunakan untuk mengitung dividend payout ratio adalah sebagai berikut :
26
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 Besaran dividend payout ratio (DPR) pada rasio industri pada umumnya 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
berkisar antara 25% sampai dengan 50%.
2.3.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Sutrisno (2012:267), faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain adalah : a. Posisi solvabilitas perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya. b. Posisi likuiditas perusahaan Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayar dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang tingkat likuiditasnya kurang baik, biasanya memiliki dividend payout ratio yang kecil, sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditasnya. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen yang besar. c. Kebutuhan untuk melunasi hutang Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang baik jangka pendek maupun berjangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividen payout ratio. d. Rencana perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhaan perusahaan,
27
juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya juga bisa diperoleh dari internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan, maka semakin kecil juga dividend payout ratio perusahaan tersebut. e. Kesempatan investasi Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak akan digunakan untuk membayar dividen. f. Stabilitas pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga. g. Pengawasan terhadap perusahaan Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.
2.3.5
Teori Dividen Menurut Sutrisno (2012:274), ada beberapa teori dividen yang
dikemukakan oleh para ahli dalam kaitannya dengan kemakmuran para pemegang saham yaitu, Residual dividend of theory, Walter’s dividend model, dan Modigliani and Miller model. a. Teori residu dividen atau Residual dividend of theory Laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode sebenarnya adalah untuk kesejahteraan para pemegang saham. Namun biasanya sebagian dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, dan
28
sebagian ditahan. Untuk menahan laba yang diperoleh perusahaan biasanya karena ada kesempatan investasi yang menguntungkan. Apabila keuntungan atas kesempatan investasi tersebut sama atau lebih besar dari tingkat keuntungan yang disyaratkan, maka laba memang sebaiknya tidak dibagikan. Laba dibagikan kepada pemegang saham apabila ternyata keuntungan yang diperoleh dari reinvestasi lebih kecil disbanding dengan keuntungan yang disyaratkan. Dengan demikian residual dividend of theory adalah sisa laba yang tidak diinvestasikan kembali. b. Dividen model Walter atau Walter’s dividend model Teori dividen model Walter ini berpendapat bahwa selama keuntungan yang diperoleh dari reinvestasi lebih tinggi dibanding dengn biayanya, maka reinvestasi tersebut cenderung akan meningkatkan harga saham atau nilai perisahaan. c. Dividen model Modigliani dan Miller atau Modigliani and Miller’s model Modigliani dan Miller (MM) berpendapat bahwa pada dasatnya kondisi keputusan investasi yang pembayaran dividen tidak relevan untuk diperhitungkan, karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari aset perusahaan. Oleh karena itu nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagi dalam bentuk cash dividend atau ditahan sebagai laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat MM tersebut didukung oleh beberapa asumsi antara lain : 1. Pasar modal sempurna dimana para investor berpikir rasional. 2. Tidak ada pajak baik untuk perorangan maupun pajak penghasilan perusahaan. 3. Tidak ada emisi dan tidak ada biaya transaksi. 4. Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individu. Pendapat MM ini ditekankan bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan sumber dana yang lain, artinya bila perusahaan membayar dividen maka perusahaan harus mengganti dengan mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen tersebut. Dengan demikian adanya kenaikan pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru.
2.3.6
Kebijakan Pemberian Dividen
29
Menurut Sutrisno (2012:268), ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk-bentuk kebijakan dividen tersebut adalah : a. Kebijakan pemberian dividen yang stabil Kebijakan dividen yang stabil ini artinya dividen akan di berikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividennya juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakaan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan karena beberapa alasan, yaitu : 1. Bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai resiko yang kecil. 2. Bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. 3. Akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan. b. Kebijakan dividen yang meningkat Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. c. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. d. Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah ekstra Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
2.3.7
Penetapan Tanggal Pembagian Dividen Penetapan tanggal pembagian dividen merupakan informasi yang
dibutuhkan dan relevan bagi investor untuk mengetahui kapan dividen tersebut akan diterima. Menurut Brigham dan Houston (2001:84), rincian tanggal yang perlu diperhatikan, antara lain :
30
a. Declaration date Declaration date adalah tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen. Dengan ditentukannya tanggal tersebut, perusahaan mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran. b. Recording date Recording date adalah tanggal yang ditentukan untuk saatnya pemegang saham berhak mendapatkan dividen. c. Ex-dividend date Ex-dividend date adalah tanggal yang ditentukan untuk saatnya dividen lepas dari pemegang saham. Biasanya jangka waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham. d. Cum dividend date Cum dividend date adalah tanggal yang menunjukan batas akhir bagi para investor yang membeli saham akan menerima pembagian dividen. e. Payment date Payment date adalah tanggal yang ditentukan untuk saatnya perusahaan membayar dividen.
2.4
Kerangka Pemikiran Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Selain itu laporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat memperkirakan jumlah waktu dan ketidakpastian penerimaan kas di masa yang akan datang yang berasal dari pembagian dividen. Fahmi (2011:2) Untuk mengambil keputusan ekonomi secara bijak, investor memerlukan laporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban manajemen dan memahami serta menganalisis keadaan posisi keuangan suatu entitas pada tanggal tertentu, mengevaluasi kemampuan entitas menghasilkan laba usaha dalam suatu periode tertentu, serta kas dan setara kas dalam waktu yang dapat dipastikan. Dari hasil
31
evaluasi tersebut maka investor dapat mengetahui apakah perusahaan mampu membayar dividen kepada investor tepat pada waktunya. Kartikahadi (2012:83) Analisis rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah untuk mengetahui kondisi keuangan lebih mendalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat bagi pengguna laporan keuangan. Harahap (2009:297) Pentingnya kebijakan dividen bagi manajemen adalah untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen, dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba ditahan yang akhirnya mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan
perusahaan.
Pada
sisi
lain,
apabila
perusahaan
tidak
membagikan labanya sebagai dividen akan dapat memperbesar sumber dana intern perusahaan, dan akan meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan perusahaan. Sutrisno (2012:266) Teknik yang dapat digunakan dalam menganalisis data keuangan untuk kebijakan dividen perusahaan diantaranya menggunakan analisis rasio keuangan. Kebijakan dividen pada rasio keuangan dapat memperhitungkan proporsi pembagian antara pembayaran kepada investor dan reinvestasi dalam perusahaan. Dividend payout ratio adalah rasio yang menunjukan persentase laba perusahaan
32
yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Martono dan Agus (2010:253) 2.4.1
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas sangat penting untuk diketahui oleh para pengguna laporan keuangan karena menginformasikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, semakin besar rasio keuntungan menunjukan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Sartono (2010:122) Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Dengan demikian tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor dapat diprediksi salah satunya melaui rasio profitabilitas dari perusahaan. Brigham dan Houston (2006:154) Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga. Sutrisno (2012:267)
33
2.4.2
Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-
kewajibannya yang harus segera dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih. Sutrisno (2012:15) Posisi likuiditas perusahaan menjadi faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu apabila perusahaan membayarkan dividen berarti harus menyediakan uang kas yang cukup banyak, dan akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya cenderung membayarkan dividen tunai dalam jumlah yang kecil, sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun, perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung membagian dividen yang lebih besar kepada pemegang saham. Sutrisno (2012:267)
34
Berdasarkan konsep yang telah diuraiakan di atas, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Laporan Keuangan (Financial Statement)
Rasio Keuangan (Financial Ratio)
Rasio Profitabilitas
Rasio Likuiditas
(Profitability Ratio)
(Liquidity Ratio)
Pengembalian Aset
Pengembalian Modal
Rasio Lancar
Rasio Cepat
(Return on Asset)
(Return on Equity)
(Current Ratio)
(Quick Ratio)
Kebijakan Dividen (Dividend Policy)
Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
35
2.5
Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2014:64) : “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”
Bedasarkan konsep dan skema kerangka pemikiran, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : a.
Hipotesis 1 Ho1 : Profitabilitas dan likuiditas tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kebijakan dividen. Ha1 : Profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kebijakan dividen.
b.
Hipotesis 2 Ho2 : Profitabilitas dan likuiditas tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kebijakan dividen. Ha2 : Profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kebijakan dividen.
36
2.6
Hasil Penelitian Terdahulu Berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian terdahulu untuk mengetahui apakah terdapat persamaan atau perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, diantaranya : Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No. 1.
Judul penelitian dan penulis
Indikator penelitian
Hasil penelitian
Persamaan
Perbedaan
Pengaruh investasi,
Price earning ratio,
Penelitian ini menunjukkan
Menggunakan
Menggunakan
likuiditas, profitabilitas,
current ratio, return
secara parsial price earning
indikator return
indikator return
ukuran perusahaan dan
on asset, size, sales
ratio, return on asset, dan size
on asset untuk
on equity untuk
pertumbuhan perusahaan
growth, dan dividend
berpengaruh signifikan
mengukur
mengukur
terhadap dividend payout
payout ratio.
terhadap dividend payout
variabel
variabel
ratio.
ratio, sedangkan current ratio
profitabilitas.
profitabilitas.
(Aisyah:2014)
dan sales growth tidak
Untuk mengukur
Untuk
berpengaruh signifikan
variabel
mengukur
terhadap dividend payout
likuiditas
variabel
ratio. Secara simultan price
menggunakan
likuiditas
earning ratio, current ratio,
indikator current
menggunakan
37
return on asset, ukuran
ratio.
perusahaan dan sales growth
indikator quick ratio.
berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. 2.
Pengaruh return on asset,
Return on asset,
Penelitian ini menunjukan
Menggunakan
Menggunakan
current ratio, dan debt to
current ratio, debt to
secara parsial hanya return on
indikator return
indikator return
equity ratio terhadap
equity ratio, dan
asset yang berpengaruh
on asset untuk
on equity untuk
dividend payout ratio.
dividend payout ratio. signifikan terhadap dividend
mengukur
mengukur
payout ratio. Secara simultan
variabel
variabel
return on asset, current ratio,
profitabilitas.
profitabilitas.
dan debt to equity ratio
Untuk mengukur
Untuk
berpengaruh signifikan
variabel
mengukur
terhadap dividend payout
likuiditas
variabel
ratio.
menggunakan
likuiditas
indikator current
menggunakan
ratio.
quick ratio.
(Elma Anjani:2013)
3.
Pengaruh profitabilitas dan
Return on asset,
Penelitian ini menunjukan
Menggunakan
Menggunakan
likuiditas terhadap kebijakan
return on equity,
secara parsial hanya return on
indikator return
indikator quick
38
dividen.
earning per share,
equity yang berpengaruh
on asset dan
ratio untuk
(Rina Wulan Suriyani:2013)
current ratio, dan
signifikan terhadap dividend
return on equity
mengukur
untuk mengukur
variabel
return on asset, earning per
variabel
likuiditas.
share, dan current ratio tidak
profitabilitas.
berpengaruh secara signifikan.
Untuk mengukur
Secara simultan return on
variabel
asset, return on equity,
likuiditas
dividend payout ratio. payout ratio, sedangkan
earning per share, dan current menggunakan ratio tidak mempunyai
indikator current
pengaruh yang signifikan
ratio.
terhadap dividend payout ratio. 4.
Pengaruh likuiditas dan
Cash ratio, return on
Penelitian ini menunjukan
Menggunakan
Menggunakan
profitabilitas terhadap
asset, dan dividend
secara parsial maupun
indikator return
indikator return
kebijakan dividen.
payout ratio.
simultan cash Ratio dan
on asset untuk
on equity untuk
return on asset berpengaruh
mengukur
mengukur
secara signifikan terhadap
variabel
variabel
dividend payout ratio.
profitabilitas.
profitabilitas.
(Agusni Prayoga:2014)
39
Untuk mengukur variabel likuiditas menggunakan indikator current ratio dan quick ratio. 5.
Pengaruh profitabilitas,
Return on asset, net
likuiditas, dan leverage
Penelitian ini menunjukan
Menggunakan
Menggunakan
profit margin, current secara parsial hanya return on
indikator return
indikator return
terhadap dividend payout
ratio, debt to asset
assets dan current ratio
on asset untuk
on equity untuk
ratio.
ratio, debt to equity
berpengaruh secara signifikan
mengukur
mengukur
(Rialdi Nurraiman:2014)
ratio, dan dividend
terhadap dividend payout
variabel
variabel
payout ratio.
ratio, sedangkan net profit
profitabilitas.
profitabilitas.
margin, debt to asset ratio,
Untuk mengukur
Untuk
dan debt to equity ratio tidak
variabel
mengukur
berpengaruh secara signifikan.
likuiditas
variabel
Secara simultan net profit
menggunakan
likuiditas
margin, return on asset,
current ratio.
menggunakan
40
current ratio, debt to asset
indikator quick
ratio, dan debt to equity ratio
ratio.
berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. 6.
Pengaruh profitabilitas,
Return on equity,
Penelitian ini menunjukan
Menggunakan
Menggunakan
likuiditas, leverage, dan
cash ratio, debt to
secara parsial hanya return on
indikator return
indikator return
ukuran perusahaan terhadap
equity ratio, dan
equity berpengaruh secara
on equity untuk
on asset untuk
kebijakan dividen.
dividend payout ratio. signifikan terhadap dividend
mengukur
mengukur
(R. Ait Novatiani dan Novi
payout ratio, sedangkan cash
variabel
variabel
Oktaviani:2012)
ratio dan debt to equity ratio
profitabilitas.
profitabilitas.
tidak berpengaruh secara
Untuk
signifikan.
mengukur
Secara simultan return on
variabel
equity, cash ratio, dan debt to
likuiditas
equity ratio berpengaruh
menggunakan
signifikan terhadap dividend
indikator
payout ratio.
current ratio dan quick ratio.
41
7.
8.
Pengaruh kinerja keuangan
Net profit margin,
Penelitian ini menunjukan
Menggunakan
Menggunakan
perusahaan yang diukur
return on investment,
secara simultan net profit
indikator return
indikator return
dengan rasio profitabilitas
return on equity, dan
margin, return on investment,
on equity untuk
on asset untuk
terhadap dividend payout
dividend payout ratio. dan return on equity tidak
mengukur
mengukur
ratio.
berpengaruh signifikan
variabel
variabel
(Santun Frank
terhadap dividend payout
profitabilitas.
profitabilitas
Erickson:2010)
ratio.
Pengaruh likuiditas, debt to
Return on investment,
Penelitian ini menunjukan
Menggunakan
Menggunakan
equity ratio, profitabilitas,
rarning per share,
secara parsial current ratio,
indikator current
indikator return
dan earning per share
debt to equity ratio,
return on investment, dan
ratio untuk
on asset dan
terhadap dividend payout
current ratio, dan
earning per share
mengukur
return on equity
ratio.
dividend payout ratio. berpengaruh signifikan
variabel
untuk mengukur
likuiditas.
variabel
(Ida Yulias Tanti:2013)
terhadap dividend payout ratio, sedangkan debt to
profitabilitas.
equity ratio tidak berpengaruh
Untuk
secara signifikan.
mengukur variabel likuiditas menggunakan
42
indikator quick ratio. 9.
Pengaruh cash ratio, debt to
Cash ratio, debt to
Hasil penelitian ini
Menggunakan
Menggunakan
equity ratio, dan return on
equity ratio, return
menunjukan debt to equity
indikator return
indikator return
asset terhadap kebijakan
on asset, dan
ratio, cash ratio dan return on
on asset untuk
on equity untuk
dividen.
dividend payout ratio. asset berpengaruh signifikan
mengukur
mengukur
(I Gede Ananditha
terhadap dividend payout
variabel
variabel
Wicaksana:2012)
ratio.
likuiditas.
profitabilitas. Untuk mengukur variabel likuiditas menggunakan indikator current ratio dan quick ratio.
10.
Analisis pengaruh cash
Cash position, debt to Penelitian ini menunjukan
Menggunakan
Menggunakan
position, debt to equity ratio,
equity ratio, return
secara parsial cash ratio, debt
indikator return
indikator return
return on assets, cash ratio,
on assets, cash ratio,
to equity ratio, dan return on
on asset untuk
on equity untuk
43
asset growth, dan firm Size
asset growth, firm
asset berpengaruh secara
mengukur
mengukur
terhadap dividend payout
size, dan dividend
signifikan terhadap dividend
variabel
variabel
ratio.
payout ratio.
payout ratio, sedangkan cash
profitabilitas.
profitabilitas.
(Liza Tania:2014)
position, asset growth, dan
Untuk
firm size tidak berpengaruh
mengukur
secara signifikan.
variabel
Secara simultan cash position,
likuiditas
debt to equity ratio, return on
menggunakan
assets, cash ratio, asset
indikator
growth, dan firm Size
current ratio,
berpengaruh signifikan
dan quick ratio.
terhadap dividend payout ratio.