PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
PSAK No. 48 (revisi 2009)
22 Desember 2009
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
PENURUNAN NILAI ASET
IKATAN AKUNTAN INDONESIA
PSAK No.
48 (revisi 2009)
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PENURUNAN NILAI ASET
Hak cipta © 2009, Ikatan Akuntan Indonesia Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor: 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagai mana dimaksud dalam ayat (1), dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Jalan Sindanglaya No. 1 Menteng Jakarta 10310 Telp: (021) 3190-4232 Fax : (021) 724-5078 Email:
[email protected],
[email protected]
Desember 2009
Penurunan Nilai Aset
PSAK No. 48 (revisi 2009)
PSAK 48 (revisi 2009) tentang Penurunan Nilai Aset telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 22 Desember 2009. PSAK 48 (revisi 2009) ini merevisi PSAK 48: Penurunan Nilai Aset yang telah dikeluarkan sejak 15 Juli 1998. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material. Jakarta, 22 Desember 2009 Dewan Standar Akuntansi Keuangan Rosita Uli Sinaga Roy Iman Wirahardja Agus Edy Siregar Etty Retno Wulandari Merliyana Syamsul Meidyah Indreswari Riza Noor Karim Setiyono Miharjo Saptoto Agustomo Jumadi Ferdinand D. Purba Irsan Gunawan Budi Susanto Ludovicus Sensi Wondabio Eddy R. Rasyid Liauw She Jin Sylvia Veronica Siregar
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Ketua Wakil Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
48.iii
Penurunan Nilai Aset
PSAK No. 48 (revisi 2009)
PERBEDAAN DENGAN IFRSs PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 36: Impairment of Assets per 1 Januari 2009, kecuali: 1. IAS 36 paragraf 2 yang menjadi PSAK 48 paragraf 02 tentang ruang lingkup. PSAK 48 tidak mengecualikan aset biolojik karena IAS 41 Agriculture belum diadopsi ke dalam SAK.
48. iv
2.
IAS 36 paragraf 4(a) yang menjadi PSAK 48 paragraf 04(a) tentang ruang lingkup mencakup entitas anak. PSAK 48 memberikan tambahan penjelasan entitas anak yang dicatat dengan metode biaya dalam laporan keuangan tersendiri sesuai dengan PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri.
3.
IAS 36 paragraf 12(h) yang menjadi PSAK 48 paragraf 12(h) tentang sumber informasi penurunan nilai entitas anak, entitas asosiasi, dan pengendalian bersama entitas. PSAK 48 memberikan tambahan penjelasan entitas tersebut dicatat dengan metode biaya dalam laporan keuangan tersendiri sesuai dengan PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri.
4.
IAS 36 paragraf 12(h)(i) tentang sumber informasi penurunan nilai dalam laporan keuangan tersendiri dihilangkan. Hal ini terkait dengan perbedaan pengaturan dalam PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri dibandingkan IAS 27 Separate and Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Consolidated Financial Statements. 5.
IAS 36 paragraf 139 yang menjadi PSAK 48 paragraf 133 tentang tanggal efektif.
6.
IAS 36 paragraf 140A-D tentang ketentuan transisi amandemen IFRS lain tidak diadopsi, karena IFRS yang diamandemen belum diadopsi sehingga tidak relevan
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.v
Penurunan Nilai Aset
PSAK No. 48 (revisi 2009)
DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN ...............................................
1 - 17
Tujuan ................................................................
1
Ruang Lingkup......................................................
2-5
Definisi ................................................................
6
Identifikasi Aset yang Mungkin Mengalami Penurunan Nilai ..........................
7 – 17
PENGUKURAN JUMLAH TERPULIHKAN ................ 18 – 57 Pengukuran Jumlah Terpulihkan Aset Tidak Berwujud Dengan Umur Manfaat yang Tidak Terbatas ...................................
24
Nilai Wajar Dikurangi Biaya Penjualan ................ 25 – 29 Nilai Pakai............................................................. 30 – 57 Dasar Estimasi Arus Kas Masa Depan .......... 33 – 38 Komposisi Estimasi Arus Kas Masa Depan .. 39 – 53 Arus Kas Masa Depan Valuta Asing .............
54
Tingkat Diskonto ........................................... 55 – 57 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN RUGI PENURUNAN NILAI ................................. 58 - 64 UNIT PENGHASIL KAS DAN GOODWILL ............ 65 – 108 Identifikasi Unit Penghasil Kas Dimana Aset Tercakup ................................................ 66 – 73 Jumlah Terpulihkan dan Jumlah Tercatat Unit Penghasil Kas ........................................ 74 – 103 Goodwill ....................................................... 80 – 99 Alokasi Goodwill Untuk Unit Penghasil Kas 80 – 87
48. vi
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Pengujian Unit Penghasil Kas Dengan Goodwill Untuk Penurunan Nilai .............. 88 – 90 Waktu Pengujian Penurunan Nilai ................ 91 – 94 Aset Korporat ............................................... 95 – 98 Rugi Penurunan Nilai Untuk Unit Penghasil Kas................................................. 99 – 103 PEMULIHAN SUATU RUGI PENURUNAN NILAI ..................................... 104 – 120 Pemulihan Rugi Penurunan Nilai Aset Individual............................................... 112 – 116 Pemulihan Rugi Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas ........................................ 117 – 118 Pemulihan Rugi Penurunan Nilai Goodwill ........................................................ 119 – 120 PENGUNGKAPAN............................................. 121 – 128 Estimasi yang Digunakan Untuk Mengukur Jumlah Terpulihkan Dari Unit Penghasil Kas yang Mengandung Goodwill atau Aset Tidak Berwujud Dengan Umur Manfaat Tidak Terbatas .......... 129 – 132 KETENTUAN TRANSISI DAN TANGGAL EFEKTIF ................................. 133 – 134 PENARIKAN ......................................................
135
LAMPIRAN A. Penggunaan Teknik Nilai Kini Untuk Mengukur Nilai Pakai B. Pengujian Penurunan Nilai Aset Unit Penghasil Kas dengan Goodwill dan Kepentingan Non-pengendali
CONTOH ILUSTRASI
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.vii
Penurunan Nilai Aset
48. viii
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 (REVISI 2009) PENURUNAN NILAI ASET Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset terdiri dari paragraf 1-135 dan Lampiran. Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 48 (revisi 2009) harus dibaca dalam konteks prinsip-prinsip utama dan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan memberikan dasar untuk memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit. PENDAHULUAN Tujuan 01. Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menetapkan prosedur-prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dikatakan melebihi jumlah terpulihkannya jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai dan Pernyataan ini mensyaratkan entitas mengakui rugi penurunan nilai. Pernyataan ini juga menentukan kapan entitas membalik suatu rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan. Ruang Lingkup 02. Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi penurunan nilai terhadap semua aset, kecuali: Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.1
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.2
PSAK No. 48 (revisi 2009)
(a) persediaan (lihat PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan); (b) aset yang timbul dari kontrak konstruksi (lihat PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi); (c) aset pajak tangguhan (lihat PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan); (d) aset yang timbul dari imbalan kerja (lihat PSAK 24 (revisi 2004): Imbalan Kerja); (e) aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; (f) properti investasi yang diukur pada nilai wajar (lihat PSAK 13 (revisi 2007): Properti Investasi); (g) biaya akuisisi tangguhan, dan aset tidak berwujud, yang timbul dari hak kontraktual penanggung berdasarkan kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa; dan (h) aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. 03. Pernyataan ini tidak berlaku untuk persediaan, aset yang timbul dari kontrak konstruksi, aset pajak tangguhan, aset yang timbul dari imbalan kerja, atau aset yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual (atau termasuk ke dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual) karena PSAK yang berlaku untuk aset-aset tersebut memiliki persyaratan pengakuan dan pengukuran atas aset-aset tersebut. 04. Pernyataan ini berlaku untuk aset keuangan yang dikelompokkan sebagai investasi dalam entitas anak dan ventura bersama yang disajikan dengan metode biaya dalam laporan keuangan tersendiri seperti yang dijelaskan dalam PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri; Ketentuan mengenai penurunan nilai investasi dalam entitas asosiasi diatur dalam PSAK 15 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
(revisi 2009): Investasi pada Entitas Asosiasi. Untuk penurunan nilai aset keuangan lainnya, merujuk kepada PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. 05. Pernyataan ini tidak berlaku untuk aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, properti investasi yang diukur pada nilai wajar sesuai dengan PSAK 13 (revisi 2007) : Properti Investasi. Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset yang dicatat pada jumlah revaluasian (yaitu nilai wajar) sesuai dengan PSAK lain, seperti model revaluasi dalam PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap. Penentuan apakah suatu aset revaluasian mengalami penurunan nilai bergantung pada dasar yang digunakan dalam menentukan nilai wajar: (a) Jika nilai wajar aset ditentukan berdasarkan nilai pasarnya, maka satu-satunya perbedaan antara nilai wajar aset dengan nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual adalah biaya tambahan langsung untuk pelepasan aset tersebut: (i) jika biaya pelepasan dapat diabaikan, maka jumlah terpulihkan aset revaluasian mendekati atau lebih besar dari jumlah revaluasiannya (yaitu nilai wajar). Dalam kasus ini, setelah ketentuan revaluasi diterapkan, kemungkinan kecil aset revaluasian mengalami penurunan nilai dan jumlah terpulihkan tidak perlu diestimasi. (ii) Jika biaya pelepasan tidak dapat diabaikan, maka nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset revaluasian lebih kecil dari nilai wajarnya. Oleh karena itu, aset revaluasian akan mengalami penurunan nilai jika nilai pakainya kurang dari jumlah revaluasian (yaitu nilai wajar). Dalam kasus ini, setelah ketentuan revaluasi diterapkan, entitas menerapkan Pernyataan ini untuk menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.3
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.4
PSAK No. 48 (revisi 2009)
(b) jika nilai wajar aset ditentukan dengan dasar selain nilai pasarnya, maka jumlah revaluasiannya (yaitu nilai wajar) dapat lebih besar atau lebih rendah dari jumlah terpulihkan. Oleh karena itu, setelah ketentuan revaluasi diterapkan, entitas menerapkan Pernyataan ini untuk menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai. Definisi 06. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Aset korporat adalah aset selain goodwill yang berkontribusi terhadap arus kas masa depan baik dari unit penghasil kas yang sedang ditelaah maupun unit penghasil kas lain. Biaya pelepasan adalah tambahan biaya yang secara langsung terkait dengan pelepasan aset atau unit penghasil kas, tidak termasuk biaya pendanaan dan beban pajak penghasilan. Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan nilai. Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai residunya. Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual dengan nilai pakainya. Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima dari aset atau unit penghasil kas.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual adalah jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan aset. Pasar aktif adalah pasar yang memenuhi semua kondisikondisi berikut: (a) aset yang diperdagangkan di pasar bersifat homogen; (b) pembeli dan penjual yang berkeinginan untuk bertransaksi biasanya dapat ditemui setiap saat; dan (c) harga tersedia untuk publik. Penyusutan (amortisasi) adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan suatu aset selama umur manfaatnya.1 Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih nilai tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya. Unit penghasil kas adalah kelompok aset terkecil teridentifikasi yang menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok aset lain. Umur manfaat adalah: (a) jangka waktu suatu aset diharapkan dapat digunakan oleh entitas, atau (b) jumlah unit produksi atau unit sejenis yang diharapkan dapat dihasilkan dari suatu aset oleh entitas.
1
Untuk aset tidak berwujud, istilah “amortisasi” lebih umum digunakan daripada “penyusutan”. Dua istilah tersebut memiliki arti yang sama.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.5
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.6
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Identifikasi Aset yang Mungkin Mengalami Penurunan Nilai 07. Paragraf 08-17 menetapkan kapan jumlah terpulihkan ditentukan. Persyaratan ini menggunakan istilah ”suatu aset” tetapi berlaku sama untuk suatu aset individual atau suatu unit penghasil kas. Paragraf lain dari Pernyataan ini disusun sebagai berikut: (a) Paragraf 18-57 menjelaskan persyaratan untuk mengukur jumlah terpulihkan. Persyaratan ini juga menggunakan istilah ”suatu aset” tetapi berlaku sama untuk suatu aset individual dan suatu unit penghasil kas. (b) Paragraf 58-103 menjelaskan persyaratan untuk mengakui dan mengukur rugi penurunan nilai. Pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai untuk aset individual selain goodwill diatur dalam paragraf 58-64. Paragraf 65103 mengatur pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas dan goodwill. (c) Paragraf 104-111 menjelaskan persyaratan untuk membalik rugi penurunan nilai yang diakui pada periode sebelumnya untuk aset atau unit penghasil kas. Sebagai penegasan kembali, persyaratan ini mengunakan istilah “suatu aset” tetapi berlaku sama untuk suatu aset individual atau unit penghasil kas. Persyaratan tambahan untuk suatu aset individual dijelaskan di paragraf 112116, untuk suatu unit penghasil kas di paragraf 117 dan 118, dan untuk goodwill di paragraf 119 dan 120. (d) Paragraf 121-128 menetapkan informasi yang diungkapkan mengenai rugi penurunan nilai dan pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset dan unit penghasil kas. Paragraf 129-132 menetapkan persyaratan pengungkapan tambahan untuk unit penghasil kas yang mendapatkan alokasi goodwill atau aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas untuk tujuan pengujian penurunan nilai. 08. Suatu aset mengalami penurunan nilai jika jumlah tercatatnya melebihi jumlah terpulihkan. Paragraf 12-14 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
menjelaskan beberapa indikasi bahwa rugi penurunan nilai mungkin telah terjadi. Jika terdapat indikasi-indikasi tersebut, maka entitas diharuskan membuat estimasi formal jumlah terpulihkan. Kecuali seperti yang dijelaskan di paragraf 10, Pernyataan ini tidak mensyaratkan entitas untuk membuat estimasi formal jumlah terpulihkan jika tidak terdapat indikasi rugi penurunan nilai. 09. Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. 10. Terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai, entitas juga: (a) menguji penurunan nilai aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas atau aset tidak berwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan, dengan membandingkan nilai tercatat dengan jumlah terpulihkannya. Pengujian penurunan nilai ini dapat dilakukan kapan saja dalam suatu periode tahunan asalkan dilakukan pada saat yang sama setiap tahunnya. Aset tidak berwujud yang berbeda dapat diuji penurunan nilainya pada waktu yang berbeda. Namun untuk aset tidak berwujud yang baru diakui dalam periode tahunan berjalan, aset tidak berwujud tersebut diuji penurunan nilainya sebelum periode tahunan berjalan berakhir. (b) menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis secara tahunan sesuai dengan paragraf 80-94. 11. Ketidakpastian mengenai kemampuan aset tidak berwujud dalam menghasilkan manfaat ekonomi masa depan yang cukup untuk memulihkan jumlah tercatatnya biasanya lebih besar pada saat aset tersebut belum dapat digunakan daripada setelah aset tersebut dapat digunakan. Oleh karena itu, Pernyataan ini mensyaratkan entitas untuk menguji penurunan nilai, minimal sekali setahun, untuk jumlah tercatat aset tidak Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.7
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.8
PSAK No. 48 (revisi 2009)
berwujud yang belum dapat digunakan. 12. Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai, entitas minimum mempertimbangkan, hal-hal berikut ini: Informasi dari sumber-sumber eksternal (a) selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun secara signifikan lebih dari yang diharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal. (b) perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat. (c) suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan nilai terpulihkan aset secara material. (d) jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya. Informasi dari sumber-sumber internal (e) terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset. (f) telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu aset digunakan atau diharapkan akan digunakan. Perubahan ini termasuk dalam hal aset menjadi tidak digunakan, rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang di dalamnya suatu aset digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang diharapkan sebelumnya, dan penilaian ulang umur manfaat aset Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
dari tidak terbatas menjadi terbatas.2 (g) terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan. Dividen dari Entitas Anak, entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang disajikan dalam laporan keuangan tersendiri berdasarkan metode biaya. (h) untuk suatu investasi dalam entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang disajikan dalam laporan keuangan tersendiri berdasarkan metode biaya, investor mengakui dividen dari investasi dan terdapat bukti bahwa dividen melebihi total laba komprehensif entitas anak dan entitas yang dikendalikan bersama dalam periode dividen diumumkan. 13. Daftar indikasi penurunan nilai di paragraf 12 tidak dimaksudkan untuk mencakup seluruh indikasi. Entitas mungkin mengidentifikasi indikasi-indikasi lainnya bahwa suatu aset mungkin mengalami penurunan nilai dan indikasiindikasi ini juga mengharuskan entitas untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut atau, dalam kasus goodwill, melakukan suatu pengujian penurunan nilai sesuai dengan paragraf 80-94. 14. Bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai mencakup adanya: (a) arus kas untuk memperoleh suatu aset, atau kebutuhan kas selanjutnya untuk pengoperasian atau pemeliharaan aset tersebut, yang secara signifikan lebih tinggi dari yang 2
Ketika suatu aset memenuhi syarat untuk diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual (atau masuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual), aset tersebut dikeluarkan dari ruang lingkup Pernyataan ini dan dicatat sesuai dengan dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.9
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.10
PSAK No. 48 (revisi 2009)
dianggarkan sebelumnya; (b) arus kas neto atau laba rugi operasi aktual dari suatu aset yang lebih buruk dari yang dianggarkan; (c) penurunan signifikan arus kas neto atau laba operasi yang dianggarkan, atau kenaikan signifikan rugi yang dianggarkan, yang berasal dari aset tersebut; atau (d) rugi operasi atau arus kas keluar neto aset, ketika jumlah periode berjalan diagregasi dengan jumlah yang dianggarkan untuk masa depan. 15. Seperti diindikasikan di paragraf 10, Pernyataan ini mensyaratkan pengujian penurunan nilai, minimal setahun sekali, untuk aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas atau yang belum dapat digunakan dan goodwill. Terlepas kapan persyaratan di paragraf 10 diterapkan, konsep materialitas diterapkan dalam mengidentifikasi apakah jumlah terpulihkan suatu aset perlu diestimasi. Misalnya, jika penghitungan sebelumnya menunjukkan bahwa jumlah terpulihkan suatu aset lebih besar secara signifikan dari jumlah tercatatnya, maka entitas tidak perlu mengestimasi ulang jumlah terpulihkan aset tersebut jika tidak terdapat peristiwa yang akan menghapus selisih tersebut. Demikian pula, analisis sebelumnya mungkin menunjukkan bahwa jumlah terpulihkan aset tidak sensitif terhadap satu (atau lebih) indikasi-indikasi yang terdapat di paragraf 12. 16. Sebagai ilustrasi untuk paragraf 15, jika suku bunga pasar atau tingkat imbalan investasi pasar telah meningkat selama periode tertentu, maka entitas tidak membuat estimasi formal jumlah terpulihkan aset dalam kasus-kasus berikut: (a) jika tingkat diskonto yang digunakan dalam penghitungan nilai pakai suatu aset tidak mungkin akan terpengaruh oleh peningkatan tingkat imbalan pasar. Misalnya, peningkatan suku bunga jangka pendek mungkin tidak akan berpengaruh material terhadap tingkat diskonto yang digunakan untuk aset yang memiliki sisa umur manfaat yang panjang.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
(b) jika tingkat diskonto yang digunakan dalam penghitungan nilai pakai aset mungkin akan terpengaruh oleh kenaikan tingkat imbalan pasar ini tetapi analisis sensitivitas sebelumnya atas jumlah terpulihkan menunjukkan bahwa: (i) tidak mungkin terjadi penurunan jumlah terpulihkan yang material karena arus kas masa depan juga mungkin meningkat (misalnya pada beberapa kasus, suatu entitas mungkin dapat menunjukkan bahwa pendapatannya disesuaikan sebagai kompensasi dari setiap kenaikan tingkat imbalan pasar); atau (ii) penurunan dalam jumlah terpulihkan tidak mungkin menghasilkan suatu rugi penurunan nilai yang material. 17. Suatu indikasi yang ada bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai dapat juga mengindikasikan bahwa sisa umur manfaat, metode penyusutan (amortisasi) atau nilai residu aset perlu ditelaah dan disesuaikan berdasarkan Pernyataan yang berlaku untuk aset tersebut, meskipun bila tidak terdapat rugi penurunan nilai yang diakui untuk aset ini. PENGUKURAN JUMLAH TERPULIHKAN 18. Pernyataan ini mendefinisikan jumlah terpulihkan sebagai jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar aset atau unit penghasil kas dikurangi biaya untuk menjual dengan nilai pakainya. Paragraf 19-57 menjelaskan persyaratan untuk mengukur jumlah terpulihkan. Persyaratan ini menggunakan istilah “suatu aset” tetapi berlaku sama untuk aset individual atau unit penghasil kas. 19. Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai dari suatu aset tidak selalu perlu ditentukan dua-duanya. Jika salah satu jumlahnya melebihi jumlah tercatat aset, maka aset tersebut tidak mengalami penurunan nilai dan estimasi jumlah lainnya tidak perlu dilakukan. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.11
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.12
PSAK No. 48 (revisi 2009)
20. Penentuan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual suatu aset mungkin dapat dilakukan meskipun jika aset tersebut tidak diperdagangkan di pasar aktif. Namun, kadang tidak mungkin untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual karena tidak terdapat dasar untuk membuat suatu estimasi yang andal atas jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aset dalam transaksi wajar (arm-length transaction) antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan. Dalam kasus ini, entitas dapat menggunakan nilai pakai aset sebagai jumlah terpulihkan. 21. Jika tidak terdapat alasan untuk meyakini bahwa nilai pakai aset secara material melebihi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, maka nilai wajar aset dikurangi biaya untuk menjual dapat digunakan sebagai jumlah terpulihkan. Ini akan sering terjadi dalam kasus untuk aset yang dimiliki untuk dilepaskan. Hal ini disebabkan nilai pakai aset yang dimiliki untuk dilepaskan sebagian besar akan merupakan hasil neto dari pelepasan, karena arus kas masa depan dari pemakaian lebih lanjut atas aset sampai aset tersebut dilepas biasanya dapat diabaikan. 22. Jumlah terpulihkan ditentukan untuk aset individual, kecuali aset tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari aset atau kelompok aset lain. Dalam hal ini, jumlah terpulihkan ditentukan untuk unit penghasil kas yang mencakup aset tersebut (lihat paragraf 65-98), kecuali: (a) nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset tersebut lebih besar dari jumlah tercatatnya; atau (b) nilai pakai aset tersebut diestimasikan mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual, dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual tersebut dapat ditentukan. 23. Dalam beberapa kasus, estimasi, rata-rata dan penghitungan jalan pintas dapat memberikan hasil yang mendekati penghitungan terperinci yang diilustrasikan dalam Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Pernyataan ini dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau nilai pakai. Pengukuran Jumlah Terpulihkan Aset Tidak Berwujud Dengan Umur Manfaat yang Tidak Terbatas 24. Paragraf 10 mensyaratkan aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas untuk diuji penurunan nilainya setiap tahun dengan membandingkan jumlah tercatat dengan jumlah terpulihkannya, terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai. Namun, penghitungan rinci terkini atas jumlah terpulihkan aset yang dilakukan periode sebelumnya dapat digunakan dalam menguji penurunan nilai untuk aset tersebut pada periode berjalan, sepanjang semua kriteria berikut dipenuhi: (a) jika aset tidak berwujud tidak menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan secara berkelanjutan yang sebagian besar independen dari arus kas masuk aset atau kelompok aset lain dan karenanya diuji penurunan nilainya sebagai bagian dari unit penghasil kas yang mencakup aset tidak berwujud tersebut, dimana aset dan liabilitas yang membentuk unit tersebut tidak berubah secara signifikan sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan; (b) penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu jumlah yang melebihi jumlah tercatat aset dengan margin substansial; dan (c) berdasarkan analisis peristiwa yang telah terjadi dan kondisi-kondisi yang telah berubah sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan, kecil kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan saat ini akan lebih kecil daripada jumlah tercatat aset. Nilai Wajar Dikurangi Biaya untuk Menjual 25. Bukti terbaik dari nilai wajar aset dikurangi biaya untuk menjual adalah harga dalam suatu perjanjian penjualan yang mengikat yang dibuat dalam transaksi wajar, disesuaikan dengan biaya tambahan yang dapat diatribusikan langsung Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.13
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.14
PSAK No. 48 (revisi 2009)
dengan pelepasan aset. 26. Jika tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat namun aset diperdagangkan di pasar aktif, maka nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual adalah harga pasar aset dikurangi biaya pelepasan aset tersebut. Harga pasar yang sesuai biasanya adalah harga penawaran kini. Jika harga penawaran kini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir dapat menjadi dasar untuk mengestimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, sepanjang tidak terdapat perubahan yang signifikan dalam kondisi ekonomi antara tanggal transaksi dengan tanggal ketika estimasi dibuat. 27. Jika tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat atau pasar aktif untuk aset, maka nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual didasarkan pada informasi terbaik yang ada untuk menggambarkan jumlah yang dapat diperoleh entitas pada akhir periode pelaporan, dari pelepasan aset dalam transaksi wajar antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan setelah dikurangi biaya pelepasan. Dalam menentukan jumlah tersebut, entitas mempertimbangkan hasil dari transaksi terkini untuk aset serupa dalam industri yang sama. Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual tidak menggambarkan suatu penjualan yang dipaksakan, kecuali manajemen terdorong untuk menjual segera. 28. Biaya pelepasan aset, selain dari yang telah diakui sebagai liabilitas, dikurangkan dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Contoh biaya tersebut adalah biaya hukum, materai dan pajak transaksi sejenis, biaya pemindahan aset, dan biaya tambahan langsung untuk menjadikan aset dalam kondisi siap dijual. Namun, imbalan akibat pemutusan hubungan kerja (seperti dijelaskan di PSAK 24 (revisi 2004): Imbalan Kerja) dan biaya terkait dengan pengurangan atau reorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan merupakan biaya tambahan langsung untuk pelepasan aset. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
29. Terkadang dalam suatu pelepasan aset, pembeli disyaratkan menanggung suatu liabilitas dan hanya tersedia satu nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual yang mencakup aset dan liabilitas tersebut. Paragraf 78 menjelaskan apa yang dilakukan dalam kasus tersebut. Nilai Pakai 30. Elemen-elemen berikut diperhitungkan dalam penghitungan nilai pakai aset: (a) estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset; (b) ekspektasi tentang kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas masa depan tersebut; (c) nilai waktu dari uang, dicerminkan oleh suku bunga pasar bebas risiko yang berlaku; (d) harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset; dan (e) faktor-faktor lain, seperti likuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar dalam menilai arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset tersebut. 31. Pengestimasian nilai pakai suatu aset meliputi langkah-langkah berikut: (a) mengestimasi arus kas masuk dan keluar di masa depan dari pemakaian aset dan dari pelepasan akhirnya; (b) menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan. 32. Elemen-elemen yang diidentifikasikan di paragraf 30 (b), (d) dan (e) dapat diperhitungkan baik sebagai penyesuaian arus kas di masa depan atau penyesuaian tingkat diskonto. Pendekatan apapun yang digunakan untuk memasukkan unsur perkiraan kemungkinan variasi dalam jumlah atau waktu arus kas masa depan, hasilnya mencerminkan nilai kini arus kas masa depan yang diharapkan, yaitu rata-rata tertimbang dari seluruh hasil yang mungkin terjadi. Lampiran A memberikan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.15
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.16
PSAK No. 48 (revisi 2009)
panduan tambahan atas penggunaan teknik nilai kini dalam mengukur nilai pakai aset. Dasar Estimasi Arus Kas Masa Depan 33. Dalam mengukur nilai pakai, entitas: (a) mendasarkan proyeksi arus kas pada asumsi-asumsi yang memadai dan terdukungkan yang mencerminkan estimasi terbaik manajeman mengenai rentang kemungkinan kondisi ekonomi yang akan terjadi selama umur manfaat aset. Bukti eksternal diberi bobot yang lebih tinggi. (b) mendasarkan proyeksi arus kas pada anggaran atau prakiraan keuangan terkini yang disetujui manajemen, tetapi mengeluarkan unsur estimasi arus kas masuk atau keluar yang berkaitan dengan restrukturisasi di masa depan atau perbaikan maupun peningkatan kinerja aset. Proyeksi berdasarkan anggaran atau prakiraan keuangan tersebut meliputi jangka waktu maksimum lima tahun, kecuali jika penggunaan waktu yang lebih panjang dapat dijustifikasi. (c) mengestimasi proyeksi arus kas yang melewati periode yang tercakup dalam anggaran atau prakiraan terkini dengan mengekstrapolasi proyeksi yang didasarkan pada anggaran atau prakiraan tersebut dengan menggunakan tingkat pertumbuhan tetap atau menurun untuk tahuntahun berikutnya, kecuali jika peningkatan tingkat pertumbuhan dapat dijustifikasi. Tingkat pertumbuhan ini tidak boleh melebihi tingkat pertumbuhan ratarata jangka panjang suatu produk, industri, negara atau negara-negara tempat entitas beroperasi, atau untuk pasar tempat aset digunakan, kecuali tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dapat dijustifikasi. 34. Manajemen menilai kelayakan asumsi dalam proyeksi arus kas kini dengan menguji penyebab perbedaan antara proyeksi arus kas masa lalu dan arus kas aktual. Manajemen memastikan bahwa asumsi yang digunakan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
terhadap proyeksi arus kas kini konsisten dengan hasil aktual di masa lalu, sepanjang pengaruh dari peristiwa atau kondisi kemudian yang tidak terjadi ketika arus kas aktual tersebut dihasilkan telah dipertimbangkan. 35. Anggaran/prakiraan keuangan atas arus kas masa depan yang lebih rinci, jelas dan andal untuk periode yang lebih panjang dari lima tahun biasanya tidak tersedia. Untuk alasan ini, estimasi manajemen mengenai arus kas masa depan didasarkan pada anggaran/prakiraan terkini untuk masa paling lama lima tahun. Manajemen dapat menggunakan proyeksi arus kas yang didasarkan pada anggaran/prakiraan keuangan yang lebih lama dari lima tahun jika manajemen yakin bahwa proyeksi tersebut dapat diandalkan dan manajemen dapat menunjukkan kemampuannya dalam menyusun prakiraan arus kas secara akurat untuk periode lebih dari lima tahun, berdasarkan pengalaman masa lalu. 36. Proyeksi arus kas sampai berakhirnya umur manfaat aset diestimasi dengan cara mengekstrapolasi proyeksi arus kas yang disusun berdasarkan anggaran/prakiraan keuangan yang menggunakan tingkat pertumbuhan untuk tahun-tahun selanjutnya. Tingkat pertumbuhan ini tetap atau menurun, kecuali kenaikan tingkat pertumbuhan sejalan dengan informasi tentang pola siklus hidup suatu produk atau industri. Jika sesuai, maka tingkat pertumbuhan adalah nol atau negatif. 37. Dalam kondisi yang menguntungkan, pesaing kemungkinan akan memasuki pasar dan membatasi pertumbuhan. Oleh karena itu, entitas akan mengalami kesulitan dalam melampaui tingkat pertumbuhan rata-rata historis dalam jangka panjang (misalnya, dua puluh tahun) untuk produk, industri, negara atau negara-negara tempat entitas beroperasi, atau untuk pasar tempat aset digunakan. 38. Dalam menggunakan informasi dari anggaran/ prakiraan keuangan, entitas mempertimbangkan apakah informasi mencerminkan asumsi-asumsi yang memadai dan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.17
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.18
PSAK No. 48 (revisi 2009)
terdukungkan serta mewakili estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang akan berlaku selama umur manfaat aset. Komposisi Estimasi Arus Kas Masa Depan 39. Estimasi arus kas masa depan meliputi: (a) proyeksi arus kas masuk dari penggunaan aset; (b) proyeksi arus kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan aset (termasuk arus kas keluar untuk menyiapkan aset agar dapat digunakan) dan dapat diatribusikan secara langsung, atau dialokasikan dengan dasar yang rasional dan konsisten, pada aset; dan (c) arus kas neto, jika ada, yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan aset pada akhir umur manfaatnya. 40. Estimasi arus kas masa depan dan tingkat diskonto menggambarkan asumsi yang konsisten mengenai kenaikan harga yang dikaitkan pada inflasi umum. Oleh karena itu, jika tingkat diskonto memasukkan dampak kenaikan harga yang dikaitkan pada inflasi umum, maka arus kas masa depan diestimasikan pada nilai nominal. Jika tingkat diskonto tidak memasukkan dampak kenaikan harga yang dikaitkan pada inflasi umum, maka arus kas masa depan diestimasikan dalam nilai sebenarnya (tetapi termasuk kenaikan atau penurunan harga tertentu masa depan). 41. Proyeksi arus kas keluar mencakup arus kas keluar untuk pemeliharaan rutin aset dan biaya overhead masa depan yang dapat diatribusikan secara langsung, atau dialokasikan dengan dasar yang rasional dan konsisten, terhadap penggunaan aset. 42. Ketika jumlah tercatat aset belum mencakup semua arus kas keluar yang akan terjadi sebelum aset siap digunakan atau dijual, estimasi arus kas keluar masa depan mencakup Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
estimasi arus kas keluar lainnya yang diharapkan akan timbul sebelum aset siap digunakan atau dijual. Contohnya, untuk kasus gedung dalam masa konstruksi atau suatu proyek pengembangan yang belum selesai. 43. Untuk menghindari penghitungan ganda, estimasi arus kas keluar masa depan tidak mencakup: (a) arus kas masuk dari aset yang menghasilkan arus kas masuk independen dari arus kas masuk aset yang sedang ditelaah (contoh, aset keuangan seperti piutang); dan (b) arus kas keluar terkait dengan liabilitas yang telah diakui sebagai liabilitas (contoh, utang, pensiun, atau provisi). 44. Arus kas masa depan diestimasi berdasarkan kondisi aset saat ini. Estimasi arus kas masa depan tidak mencakup arus kas masuk atau keluar masa depan yang diharapkan timbul dari: (a) restrukturisasi masa depan yang mana entitas belum berkomitmen; atau (b) perbaikan dan peningkatan kinerja aset. 45. Karena arus kas masa depan diestimasi dengan kondisi aset saat ini, nilai pakai tidak menggambarkan: (a) arus kas keluar masa depan atau penghematan biaya yang terkait (misalnya pengurangan biaya pegawai) atau manfaat yang diharapkan timbul dari restrukturisasi masa depan di mana entitas belum berkomitmen; atau (b) arus kas keluar masa depan yang akan memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset atau arus kas masuk terkait yang diharapkan timbul dari arus keluar tersebut. 46. Restrukturisasi adalah suatu program yang direncanakan dan dikendalikan manajemen dan mengubah secara material baik ruang lingkup bisnis yang dilakukan oleh entitas maupun cara bagaimana bisnis dilaksanakan. PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi memberikan panduan yang menjelaskankan kapan entitas berkomitmen untuk restrukturisasi. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.19
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.20
PSAK No. 48 (revisi 2009)
47. Ketika entitas berkomitmen untuk restrukturisasi, beberapa aset mungkin akan terpengaruh oleh restrukturisasi tersebut. Ketika entitas berkomitmen untuk restrukturisasi: (a) estimasi arus kas masuk dan keluar masa depan untuk tujuan menentukan nilai pakai menggambarkan penghematan biaya dan manfaat lain dari restrukturisasi (berdasarkan anggaran/prakiraan keuangan terkini yang telah disetujui manajemen); dan (b) estimasi arus kas keluar masa depan untuk restrukturisasi diperhitungkan dalam penentuan provisi restukturisasi sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi. Contoh Ilustrasi 5 menjelaskan dampak dari restrukturisasi masa depan dalam penghitungan nilai pakai. 48. Sampai entitas mengalami arus kas keluar yang memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset, estimasi arus kas masa depan tidak termasuk estimasi arus kas masuk yang diharapkan timbul dari kenaikan manfaat ekonomi yang terkait dengan arus kas keluar tersebut (lihat Contoh Ilustrasi 6). 49. Estimasi arus kas masa depan meliputi arus kas keluar masa depan yang diperlukan untuk memelihara tingkat manfaat ekonomis yang diharapkan timbul dari aset dalam kondisinya saat ini. Ketika suatu unit penghasil kas terdiri dari aset dengan estimasi umur manfaat yang berbeda (yang semuanya adalah penting untuk kelangsungan operasi unit tersebut), penggantian aset dengan masa yang lebih pendek dipertimbangkan sebagai bagian dari pemeliharaan rutin unit tersebut ketika mengestimasi arus kas masa depan yang berkaitan dengan unit tersebut. Demikian pula, ketika aset tunggal terdiri dari komponen-komponen dengan estimasi umur manfaat yang berbeda, penggantian komponen dengan masa yang lebih pendek dipertimbangkan sebagai bagian dari pemeliharaan rutin aset ketika mengestimasi arus kas masa depan yang dihasilkan oleh aset tersebut.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
50. Estimasi arus kas masa depan tidak termasuk: (a) arus kas masuk atau keluar dari aktivitas pendanaan; dan (b) penerimaan atau pembayaran pajak penghasilan. 51. Estimasi arus kas masa depan menggambarkan asumsi yang konsisten dengan cara penentuan tingkat diskonto. Jika tidak, dampak dari beberapa asumsi akan dihitung dua kali atau diabaikan. Karena nilai waktu dari uang dipertimbangkan dengan mendiskontokan estimasi arus kas masa depan, arus kas ini tidak termasuk arus kas masuk atau keluar dari aktivitas pendanaan. Demikian pula, karena tingkat diskonto ditentukan atas dasar sebelum pajak, arus kas masa depan juga diestimasi atas dasar sebelum pajak. 52. Estimasi arus kas neto yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan aset pada akhir umur manfaat merupakan jumlah yang diharapkan akan diperoleh entitas dari pelepasan aset melalui transaksi wajar antara pihakpihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan. 53.`Estimasi arus kas neto yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan aset pada akhir umur manfaat ditentukan dengan cara yang serupa dengan penentuan nilai wajar aset dikurangi biaya untuk menjual, kecuali dalam mengestimasi arus kas neto tersebut: (a) entitas menggunakan harga yang berlaku pada tanggal estimasi untuk aset sejenis yang telah habis umur manfaatnya dan telah beroperasi dalam kondisi serupa dengan aset yang akan digunakan. (b) entitas menyesuaikan harga tersebut dengan dampak kenaikan harga masa depan akibat inflasi umum maupun kenaikan atau penurunan harga yang spesifik. Namun demikian, jika estimasi arus kas masa depan dari penggunaan aset dan tingkat diskonto mengecualikan dampak inflasi umum, maka entitas juga mengecualikan dampak tersebut dalam estimasi arus kas neto pelepasan aset. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.21
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.22
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Arus Kas Masa Depan Valuta Asing 54. Arus kas masa depan diestimasi dalam satuan mata uang ketika akan dihasilkan dan kemudian didiskonto menggunakan suatu tingkat diskonto yang tepat untuk satuan mata uang tersebut. Entitas menjabarkan nilai sekarang dengan menggunakan nilai tukar spot pada tanggal penghitungan nilai pakai. Tingkat Diskonto 55. Tingkat diskonto ditetapkan atas dasar tingkat diskonto sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari: (a) nilai waktu uang; dan (b) risiko spesifik atas aset dimana estimasi arus kas masa depan belum disesuaikan. 56. Tarif diskonto yang mencerminkan penilaian pasar kini atas nilai waktu dari uang dan risiko spesifik atas aset tertentu adalah tingkat pengembalian yang disyaratkan investor jika seandainya mereka hendak memilih suatu investasi yang menghasilkan arus kas dengan jumlah, waktu, dan profil risiko yang sama dengan yang entitas harapkan akan dihasilkan dari aset tersebut. Tingkat diskonto ini diestimasi dari tingkat diskonto implisit pada transaksi pasar kini terhadap aset sejenis atau dari rata-rata tertimbang biaya modal entitas yang tercatat di bursa efek yang memiliki aset tunggal (atau suatu portfolio aset) sejenis dalam kaitannya dengan jasa potensial dan risiko aset yang ditelaah. Namun demikian, tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur nilai pakai aset tidak harus menggambarkan risiko estimasi arus kas masa depan telah disesuaikan. Jika tidak demikian, maka dampak dari beberapa asumsi akan dihitung dua kali. 57. Ketika suatu tingkat diskonto spesifik aset tidak tersedia secara langsung di pasar, entitas menggunakan pengganti untuk mengestimasi tingkat diskonto. Lampiran A menyediakan panduan tambahan dalam mengestimasi tingkat diskonto pada Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
keadaan tersebut. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN RUGI PENURUNAN NILAI 58. Paragraf 59-64 menjelaskan persyaratan dalam pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai untuk aset individual selain goodwill. Pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas dan goodwill diuraikan di paragraf 65-103. 59. Jika, dan hanya jika, nilai terpulihkan aset lebih kecil dari nilai tercatatnya, maka nilai tercatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan. Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai. 60. Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laporan laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan PSAK lain (misalnya, sesuai dengan model revaluasi di PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap). Setiap rugi penurunan nilai aset revaluasian diperlakukan sebagai penurunan revaluasi sesuai dengan PSAK lain. 61. Rugi penurunan nilai aset yang tidak direvaluasi diakui dalam laporan laba rugi. Namun demikian, kerugian penurunan nilai atas aset revaluasian diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk aset yang sama. Rugi penurunan nilai atas aset revaluasian mengurangi surplus revaluasi untuk aset tersebut. 62. Ketika jumlah estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari nilai tercatat aset yang terkait, entitas mengakui liabilitas jika, dan hanya jika, hal ini disyaratkan oleh PSAK lain. 63. Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) aset disesuaikan di periode Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.23
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.24
PSAK No. 48 (revisi 2009)
mendatang untuk mengalokasikan nilai tercatat aset revisian, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara sistematis selama sisa umur manfaatnya. 64. Jika rugi penurunan nilai diakui, maka semua aset atau liabilitas pajak tangguhan yang terkait ditentukan sesuai dengan PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan dengan membandingkan nilai tercatat aset revisian dengan nilai dasar pajaknya (lihat Contoh Ilustrasi 3). UNIT PENGHASIL KAS DAN GOODWILL 65. Paragraf 66 -103 dan Lampiran C menjelaskan persyaratan untuk mengidentifikasikan unit penghasil kas yang mana suatu aset tercakup dan menentukan nilai tercatat dari, dan mengakui rugi penurunan nilai untuk, unit penghasil kas dan goodwill. Identifikasi Unit Penghasil Kas Dimana Aset Tercakup 66. Jika terdapat indikasi bahwa suatu aset turun nilainya, maka jumlah terpulihkan diestimasi untuk aset individual. Jika tidak mungkin untuk mengestimasi jumlah terpulihkan aset individual, maka entitas menentukan nilai terpulihkan dari unit penghasil kas yang mana aset tercakup (aset dari unit penghasil kas). 67. Jumlah terpulihkan dari suatu aset individual tidak dapat ditentukan jika: (a) nilai pakai aset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (misalnya, ketika arus kas masa depan dari penggunaan aset yang tidak dapat diestimasi menjadi dapat diabaikan); dan (b) aset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok aset lain. Dalam kasus ini, nilai pakai dan jumlah terpulihkan dapat ditentukan hanya untuk unit penghasil kas dari aset.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Contoh Entitas pertambangan memiliki jalur kereta api privat untuk mendukung aktivitas pertambangannya. Jalur kereta api privat dapat dijual hanya atas nilai sisanya dan itu tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk dari aset lain pertambangan itu. Hal ini tidak dimungkin untuk mengestimasi jumlah terpulihkan dari jalur kereta privat itu karena nilai pakainya tidak dapat ditentukan dan kemungkinan berbeda dari nilai sisanya. Oleh karena itu, entitas mengestimasi jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas dimana jalur kereta privat tersebut tercakup, yaitu pertambangan itu secara keseluruhan. 68. Seperti didefinisikan di paragraf 06, unit penghasil kas dari suatu aset adalah kelompok aset terkecil yang termasuk aset tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok aset lain. Pengidentifikasian unit penghasil dari suatu kas aset memerlukan pertimbangan tersendiri. Jika jumlah terpulihkan tidak dapat ditentukan untuk aset individual, maka entitas mengidentifikasikan agregasi terendah atas aset yang menghasilkan arus kas masuk yang berdiri sendiri. Contoh Perusahaan bus menyediakan kontrak jasa dengan suatu kotamadya yang mensyaratkan jasa minimal untuk setiap lima rute berbeda. Aset yang disediakan untuk setiap rute dan arus kas dari setiap rute dapat diidentifikasikan secara terpisah. Salah satu rute beroperasi dengan kerugian yang signifikan.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.25
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.26
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Karena entitas tidak memiliki pilihan untuk membatasi salah satu rute bus, tingkat terendah dari arus kas masuk yang teridentifikasi yang independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok aset lain adalah arus kas masuk yang dihasilkan kelima rute bus tersebut. Unit penghasil kas untuk tiap rute adalah perusahaan bus tersebut secara keseluruhan. 69. Arus kas masuk adalah arus masuk dari kas dan setara kas yang diterima dari pihak luar entitas. Dalam mengidentifikasikan apakah arus kas masuk dari suatu aset (atau kelompok aset) independen dari arus kas masuk aset (atau kelompok aset) lainnya, entitas mempertimbangkan berbagai faktor termasuk bagaimana manajemen memantau operasi entitas (seperti lini produksi, bisnis, lokasi individual, wilayah distrik atau regional) atau bagaimana manajemen membuat keputusan tentang kelanjutan atau pelepasan aset dan operasi entitas. Contoh Ilustrasi 1 memberikan contoh cara mengidentifikasikan unit penghasil kas. 70. Jika terdapat pasar aktif untuk hasil produk yang diproduksi oleh aset atau kelompok aset, maka aset atau kelompok aset tersebut diidentifikasikan sebagai unit penghasil kas, meskipun jika sebagian atau keseluruhan hasil produksi digunakan secara internal. Jika arus kas masuk yang dihasilkan setiap aset atau unit penghasil kas dipengaruhi oleh penetapan harga transfer internal, maka entitas menggunakan estimasi terbaik manajemen tentang harga masa depan yang dapat dicapai dalam transaksi wajar dalam mengestimasi: (a) arus kas masuk masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai aset atau unit penghasil kas; dan (b) arus kas keluar masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai dari setiap aset atau unit penghasil kas lain yang dipengaruhi oleh penetapan harga transfer internal.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
71. Meskipun jika sebagian atau keseluruhan hasil yang diproduksi oleh aset atau kelompok aset digunakan oleh unit lain entitas (misalnya, produk yang berada pada tingkat menengah dari satu proses produksi), aset atau kelompok aset tersebut membentuk suatu unit penghasil kas terpisah jika entitas dapat menjual hasil produknya di pasar aktif. Hal ini karena aset atau kelompok aset tersebut dapat menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk aset atau kelompok aset lainnya. Dalam menggunakan informasi berdasarkan anggaran/prakiraan keuangan yang berhubungan dengan unit penghasil kas (atau untuk setiap aset atau unit penghasil kas lainnya yang dipengaruhi oleh penetapan harga transfer internal), entitas menyesuaikan informasi ini jika harga transfer internal tidak mencerminkan estimasi terbaik manajemen atas harga masa depan yang dapat dicapai dalam transaksi wajar. 72. Unit penghasil kas diidentifikasikan secara konsisten dari periode ke periode untuk aset atau jenis aset yang sama, kecuali suatu perubahan dapat dijustifikasi. 73. Jika entitas menetapkan bahwa suatu aset dimiliki unit penghasil kas yang berbeda dari periode sebelumnya, atau jenis aset yang diagregasi untuk unit penghasil kas aset telah berubah, maka paragraf 125 mensyaratkan pengungkapan tentang unit penghasil kas, jika rugi penurunan nilai diakui atau dibalik untuk unit penghasil kas. Jumlah Terpulihkan dan Jumlah Tercatat Unit Pernghasil Kas 74. Jumlah terpulihkan unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar unit penghasil kas dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakainya. Dalam menentukan jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas, setiap rujukan di paragraf 19-57 mengenai “suatu aset” dimaksudkan sebagai rujukan mengenai “unit penghasil kas”.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.27
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.28
PSAK No. 48 (revisi 2009)
75. Jumlah tercatat unit penghasil kas ditentukan atas dasar yang konsisten dengan cara menentukan jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas. 76. Jumlah tercatat unit penghasil kas: (a) mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan langsung, atau dialokasikan dengan dasar yang rasional dan konsisten, pada unit penghasil kas dan akan menghasilkan arus kas masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai unit penghasil kas; dan (b) tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang telah diakui, kecuali jumlah terpulihkan unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan liabilitas tersebut. Hal ini karena nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai dari unit penghasil kas ditetapkan dengan mengecualikan arus kas berkaitan dengan aset yang bukan merupakan bagian unit penghasil kas dan liabilitas yang telah diakui (lihat paragraf 28 dan 43). 77. Ketika aset-aset dikelompokkan untuk penilaian keterpulihkan, sangat penting bagi unit penghasil kas untuk mencakup semua aset yang menghasilkan atau digunakan untuk menghasilkan arus kas masuk yang relevan. Sebaliknya, unit penghasil kas dapat terlihat menjadi dapat terpulihkan sepenuhnya ketika faktanya telah terjadi rugi penurunan nilai. Dalam beberapa kasus, meskipun beberapa aset berkontribusi untuk estimasi arus kas masa depan unit penghasil kas, aset tersebut tidak dapat dialokasikan unit penghasil kas atas dasar yang rasional dan konsisten. Ini dapat menjadi kasus untuk goodwill atau aset korporat seperti aset kantor pusat. Paragraf 80-98 menjelaskan bagaimana memperlakukan aset tersebut dalam uji penurunan nilai atas unit penghasil kas. 78. Dimungkinkan perlu untuk mempertimbangkan beberapa liabilitas yang telah diakui untuk menetapkan jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas. Hal ini mungkin terjadi jika pelepasan suatu unit penghasil kas mensyaratkan pembeli Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
menanggung liabilitas. Dalam kasus ini, nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (atau arus kas estimasian dari pelepasan akhir) dari unit penghasil kas adalah estimasi harga jual aset unit penghasil kas dan liabilitas secara bersamaan, dikurangi biaya pelepasan. Untuk menghasilkan suatu perbandingan berarti antara jumlah tercatat unit penghasil kas dan jumlah terpulihkannya, jumlah tercatat dari liabilitas dikurangkan dalam menetapkan nilai pakai unit penghasil kas dan jumlah tercatatnya. Contoh Suatu entitas yang mengoperasikan sebuah pertambangan di suatu negara dengan perundang-undangan yang mensyaratkan pemilik harus memulihkan kembali lokasi tambang pada saat penyelesaian operasi pertambangan tersebut. Biaya pemulihan tersebut termasuk penggantian lapisan tanah atas (overburden) yang harus dipindahkan sebelum memulai penambangan. Penyisihan untuk biaya pengganti lapisan atas diakui segera setelah lapisan tanah atas dipindahkan. Jumlah yang disediakan diakui sebagai bagian dari biaya pertambangan dan disusutkan selama umur manfaat pertambangan tersebut. Jumlah tercatat atas penyisihan untuk biaya pemulihan adalah Rp500, yang setara dengan nilai kini dari biaya pemulihan tersebut. Entitas menguji penurunan nilai dari pertambangan. Unit penghasil kas untuk pertambangan adalah pertambangan tersebut secara keseluruhan. Entitas telah menerima berbagai penawaran untuk membeli pertambangan itu pada harga sekitar Rp800. Harga ini mencerminkan fakta bahwa pembeli akan menanggung liabilitas untuk memulihkan lapisan tanah atas. Biaya pelepasan pertambangan dapat diabaikan. Nilai pakai pertambangan itu mendekati Rp1.200, di luar biaya pemulihan. Jumlah tercatat pertambangan itu adalah Rp1.000. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.29
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.30
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Nilai wajar unit penghasil kas dikurangi biaya untuk menjual adalah Rp800. Nilai ini mempertimbangkan biaya yang sudah disediakan untuk pemulihan. Sebagai konsekuensinya, nilai pakai unit penghasil kas ditetapkan setelah mempertimbangkan biaya pemulihan dan diestimasi menjadi Rp700 (Rp1.200 dikurangi Rp500). Jumlah tercatat dari unit penghasil kas adalah Rp500, dengan jumlah tercatat dari pertambangan (Rp1.000) dikurangi jumlah tercatat penyisihan untuk biaya restorasi (Rp500). Sehingga, jumlah terpulihkan unit penghasil kas melebihi jumlah tercatatnya. 79. Untuk alasan praktis, jumlah terpulihkan unit penghasil kas terkadang ditentukan setelah mempertimbangkan aset yang bukan merupakan bagian unit penghasil kas (misalnya, piutang atau aset keuangan lain) atau liabilitas yang telah diakui (misalnya, utang, pensiun, dan provisi lain). Dalam kasus tersebut, jumlah tercatat dari unit penghasil kas tersebut dinaikkan sebesar jumlah tercatat aset tersebut dan diturunkan sebesar jumlah tercatat liabilitas tersebut. Goodwill Alokasi Goodwill pada Unit Penghasil Kas 80. Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis sejak tanggal akuisisi dialokasikan pada setiap unit penghasil kas pihak pengakuisisi, (atau kelompok unit penghasil kas) yang diharapkan memberikan manfaat dari sinergi kombinasi tersebut, terlepas dari apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang diakuisisi ditetapkan atas unit atau kelompok unit tersebut. Setiap unit atau kelompok unit yang memperoleh alokasi goodwill: (a) menunjukkan tingkat terendah dalam entitas yang goodwill-nya dipantau untuk tujuan manajemen internal; dan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
(b) tidak lebih besar dari suatu segmen operasi yang ditentukan sesuai dengan PSAK 5 (revisi 2009): Segmen Operasi. 81. Goodwill yang diakui dalam kombinasi bisnis adalah aset yang mewakili manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset lain yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak teridentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah. Goodwill tidak menghasilkan arus kas secara independen dari aset atau kelompok aset lain, dan seringkali berkontribusi terhadap arus kas dari beragam unit penghasil kas. Goodwill kadang tidak dapat dialokasikan atas suatu dasar yang non-arbitrer pada unit penghasil kas individual, tetapi hanya pada sekolompok unit penghasil kas. Akibatnya, tingkatan terendah dalam entitas dimana goodwill dipantau untuk tujuan manajemen internal terkadang terdiri dari sejumlah unit penghasil kas yang mana goodwill terkait, tetapi goodwill tidak dapat dialokasikan padanya. Rujukan di paragraf 83-94 dan Lampiran C mengenai unit penghasil kas yang mendapatkan alokasi goodwill dimaksudkan juga sebagai rujukan mengenai sekelompok unit penghasil kas yang memperoleh alokasi goodwill. 82. Penerapan persyaratan di paragraf 80 menghasilkan goodwill yang diuji penurunan nilainya pada tingkat yang mencerminkan bagaimana entitas mengelola operasinya dan bagaimana goodwill diasosiasikan secara alami. Sehingga, pengembangan sistem pelaporan tambahan secara khusus tidak diperlukan. 83. Unit penghasil kas yang mana goodwill yang dialokasikan untuk tujuan pengujian penurunan nilai mungkin tidak serupa dengan tingkat ketika goodwill dialokasikan dalam hubungannya dengan PSAK 10: Transaksi dalam Mata Asing untuk tujuan pengukuran keuntungan atau kerugian valuta asing. Misalnya, jika PSAK 10 mensyaratkan entitas mengalokasikan goodwill pada tingkatan yang rendah untuk tujuan pengukuran keuntungan dan kerugian valuta asing, maka entitas tidak Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.31
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.32
PSAK No. 48 (revisi 2009)
disyaratkan untuk menguji penurunan nilai goodwill pada tingkatan yang sama kecuali entitas juga memantau goodwill pada tingkatan tersebut untuk tujuan manajemen internal. 84. Jika alokasi awal goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis tidak dapat diselesaikan sebelum berakhirnya periode tahunan ketika kombinasi bisnis berdampak maka alokasi awal tersebut diselesaikan sebelum akhir periode tahunan pertama setelah tanggal akuisisi. 85. Sesuai PSAK 22, jika akuntansi awal untuk kombinasi bisnis hanya dapat ditentukan sementara pada akhir periode terjadinya kombinasi bisnis, maka pihak pengakuisisi: (a) mencatat kombinasi bisnis menggunakan nilai sementara; dan (b) mengakui setiap penyesuaian atas nilai sementara tersebut sebagai hasil penyelesaian akuntansi awal selama periode pengukuran, yang tidak melebihi dua belas bulan sejak tanggal akuisisi. Dalam kondisi tersebut, mungkin saja alokasi awal goodwill yang diakui dalam kombinasi bisnis tidak dapat diselesaikan sebelum akhir dari periode tahunan ketika kombinasi bisnis terjadi. Ketika hal ini terjadi, entitas mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh paragraf 133. 86. Jika goodwill telah dialokasikan pada unit penghasil kas dan entitas menghentikan suatu operasi tertentu atas unit tersebut, maka goodwill yang diasosiasikan dengan operasi yang dihentikan tersebut: (a) termasuk dalam jumlah tercatat operasi tersebut ketika menentukan keuntungan atau kerugian dari pelepasan; dan (b) diukur berdasarkan nilai relatif operasi yang dihentikan dan porsi unit penghasil kas yang ditahan, kecuali entitas dapat menunjukkan bahwa beberapa metode lain lebih baik dalam mencerminkan goodwill yang diasosiasikan dengan operasi yang dihentikan. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Contoh Entitas menjual seharga Rp100 suatu operasi yang merupakan bagian dari unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill. Goodwill yang dialokasikan pada unit tersebut tidak dapat diidentifikasikan atau diasosiasikan dengan suatu kelompok aset pada tingkat yang lebih rendah dari unit tersebut, kecuali secara arbitrer. Jumlah terpulihkan dari porsi unit penghasil kas yang ditahan adalah Rp300. Karena goodwill yang dialokasikan pada unit penghasil kas tidak dapat diidentifikasikan atau diasosiasikan secara non-arbitrer dengan satu kelompok aset pada tingkatan yang lebih rendah dari unit itu, goodwill yang diasosiasikan dengan operasi yang dihentikan diukur berdasarkan nilai relatif dari operasi yang dihentikan dan porsi goodwill atas unit tersebut yang ditahan. Dengan demikian, 25 % dari goodwill yang dialokasikan pada unit penghasil kas termasuk di dalam jumlah tercatat dari operasi yang dijual. 87. Jika suatu entitas mereorganisasi struktur pelaporannya dengan cara mengubah komposisi dari satu atau lebih unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill, maka goodwill tersebut dialokasikan ulang pada unit-unit yang terpengaruh. Pengalokasian ulang ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan nilai relatif yang serupa dengan yang digunakan ketika entitas menghentikan suatu operasi dalam unit penghasil kas, kecuali entitas dapat menunjukkan bahwa beberapa metode lain lebih baik dalam mencerminkan goodwill yang diasosiasikan dengan unit-unit yang sudah direorganisasi.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.33
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.34
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Contoh Goodwill telah dialokasikan sebelumnya pada unit penghasil kas A. Goodwill yang dialokasikan pada A tidak dapat diidentifikasi atau diasosiasikan dengan kelompok aset pada tingkatan yang lebih rendah dari A, kecuali secara arbitrer. A akan dibagi dan diintegrasikan ke dalam tiga unit penghasil kas, yaitu B, C dan D. Karena goodwill yang dialokasikan pada A tidak dapat secara non-arbitrer diidentifikasikan atau diasosiasikan dengan suatu kelompok aset pada suatu level yang lebih rendah dari A, goodwill dialokasikan kembali pada unit B, C dan D berdasarkan nilai relatif tiga porsi A sebelum porsi tersebut diintegrasikan ke B, C dan D. Pengujian Unit Penghasil Kas dengan Goodwill untuk Penurunan Nilai 88. Seperti dijelaskan di paragraf 81, jika goodwill terkait dengan unit penghasil kas tetapi belum dialokasikan ke unit tersebut, maka unit tersebut diuji penurunan nilai ketika terdapat suatu indikasi bahwa unit tersebut mungkin mengalami penurunan nilai. Pengujian penurunan nilai tersebut dilakukan dengan membandingkan jumlah tercatat unit tersebut (tidak termasuk goodwill) dengan jumlah terpulihkannya. Setiap rugi penurunan nilai diakui sesuai dengan paragraf 104. 89. Jika suatu unit penghasil kas yang dijelaskan di paragraf 88 memasukkan (ke dalam jumlah tercatatnya) aset tidak berwujud yang memiliki umur manfaat yang tidak terbatas atau yang belum dapat digunakan dan aset tersebut dapat diuji untuk penurunan nilai hanya sebagai bagian dari unit penghasil kas, maka paragraf 10 mensyaratkan unit tersebut juga diuji penurunan nilai secara tahunan.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
90. Unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill diuji penurunan nilai secara tahunan, dan kapanpun terdapat indikasi bahwa unit tersebut mengalami penurunan nilai, dengan membandingkan jumlah tercatat unit tersebut (termasuk goodwill) dengan jumlah terpulihkannya. Jika jumlah terpulihkan melebihi jumlah tercatatnya, unit dan goodwill yang dialokasikan pada unit tersebut dianggap tidak mengalami penurunan nilai. Jika jumlah tercatat unit melebihi jumlah terpulihkan, maka entitas harus mengakui rugi penurunan nilai sesuai dengan paragraf 99. Waktu Pengujian Penurunan Nilai 91. Uji tahunan penurunan nilai untuk unit penghasil kas yang telah menerima alokasi goodwill dapat dilakukan setiap waktu selama suatu periode tahunan, sepanjang pengujian dilakukan pada waktu yang sama setiap tahun. Unit penghasil kas yang berbeda dapat diuji untuk penurunan nilai pada saat yang berbeda. Namun, jika beberapa atau seluruh goodwill (telah teralokasi pada unit penghasil kas) yang diperoleh dalam kombinasi bisnis selama periode tahunan berjalan, maka unit tersebut diuji penurunan nilai sebelum berakhirnya periode tahunan berjalan. 92. Jika aset-aset yang merupakan komponen unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill diuji penurunan nilai pada saat yang sama dengan unit yang mengandung goodwill, maka aset-aset tersebut diuji penurunan nilainya sebelum unit yang mengandung goodwill. Demikian juga, jika unit penghasil kas merupakan sekelompok unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill diuji untuk penurunan nilai pada saat yang sama seperti kelompok unit yang mengandung goodwill, maka unit-unit individual diuji untuk penurunan nilai sebelum kelompok unit yang mengandung goodwill. 93. Pada saat pengujian penurunan nilai unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill, mungkin saja Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.35
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.36
PSAK No. 48 (revisi 2009)
terdapat indikasi penurunan nilai suatu aset di dalam unit tersebut. Dalam kondisi demikian, entitas menguji aset untuk penurunan nilai terlebih dahulu, dan mengakui setiap kerugian penurunan nilai untuk aset tersebut sebelum pengujian penurunan nilai unit penghasil kas yang mengandung goodwill. Demikian juga, mungkin terdapat indikasi penurunan nilai unit penghasil kas dalam sekelompok unit yang mengandung goodwill. Dalam kondisi tersebut entitas menguji penurunan nilai untuk unit penghasil kas terlebih dahulu, dan mengakui setiap kerugian penurunan nilai untuk unit tersebut, sebelum menguji penurunan nilai kelompok dari unit yang memperoleh alokasi goodwill. 94. Penghitungan rinci terkini yang dibuat dalam periode terdahulu dari jumlah terpulihkan unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill dapat digunakan dalam pengujian penurunan nilai unit tersebut dalam periode berjalan jika semua kriteria berikut dipenuhi: (a) aset dan liabilitas yang membentuk unit tersebut tidak berubah secara signifikan sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan; (b) penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu jumlah yang melebihi jumlah tercatat unit dengan suatu margin yang substansial; dan (c) berdasarkan suatu analisis dari kejadian yang telah terjadi dan kondisi yang telah berubah sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan, kemungkinannya kecil bahwa jumlah terpulihkan saat ini akan lebih kecil dari jumlah tercatat saat ini dari unit tersebut. Aset Korporat 95. Aset korporat termasuk kelompok atau divisi aset seperti bangunan kantor pusat atau divisi dari entitas, perlengkapan EDP atau pusat penelitian. Struktur suatu entitas menentukan apakah aset memenuhi definisi Pernyataan ini mengenai aset korporat untuk suatu unit penghasil kas tertentu. Karakteristik khusus aset korporat adalah bahwa aset korporat Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
tidak menghasilkan arus kas masuk secara independen dari aset atau kelompok aset lain dan jumlah tercatatnya tidak dapat sepenuhnya diatribusikan pada unit penghasil kas yang sedang ditelaah. 96. Karena aset korporat tidak menghasilkan arus kas masuk terpisah, jumlah terpulihkan aset korporat individual tidak dapat ditentukan kecuali manajemen telah memutuskan untuk melepas aset tersebut. Sebagai konsekuensinya, jika terdapat indikasi bahwa aset korporat mungkin turun nilainya, maka jumlah terpulihkan ditentukan untuk unit penghasil kas atau kelompok unit penghasil kas yang memiliki aset korporat tersebut, dan dibandingkan dengan jumlah tercatat dari unit penghasil kas ini atau kelompok dari unit pengasil kas dimaksud. Setiap kerugian penurunan nilai diakui sesuai dengan paragraf 99. 97. Dalam menguji rugi penurunan nilai suatu unit penghasil kas, entitas mengidentifikasi semua aset korporat yang terkait dengan unit penghasil kas yang sedang ditelaah. Jika sebagian dari jumlah tercatat aset korporat: (a) dapat dialokasikan dengan dasar yang rasional dan konsisten terhadap unit tersebut, maka entitas membandingkan jumlah tercatat dari unit (termasuk porsi dari jumlah tercatat aset korporat yang dialokasikan ke unit tersebut) dengan jumlah terpulihkan. Setiap rugi penurunan nilai diakui sesuai dengan paragraf 99. (b) tidak dapat dialokasikan dengan suatu dasar yang rasional dan konsisten pada unit itu, maka entitas: (i) membandingkan jumlah tercatat unit, di luar aset korporat, dengan jumlah terpulihkan dan mengakui setiap rugi penurunan nilai sesuai dengan paragraf 99; (ii) mengidentifikasikan kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang mencakup unit penghasil kas yang ditelaah dan yang sebagian dari jumlah tercatat aset korporat dapat dialokasikan atas dasar yang rasional dan konsisten; dan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.37
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
(iii) membandingkan jumlah tercatat dari kelompok unit penghasil kas tersebut (termasuk bagian dari jumlah tercatat aset korporat yang dialokasikan pada kelompok dari unit tersebut) dengan jumlah terpulihkan dari kelompok unit itu. Setiap rugi penurunan nilai diakui sesuai dengan paragraf 99. 98. Contoh Ilustrasi 8 menjelaskan penerapan persyaratan di atas untuk aset korporat. Rugi Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas 99. Rugi penurunan nilai diakui unit penghasil kas (kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill atau aset korporat) jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan dari unit tersebut (kelompok dari unit) lebih kecil dari jumlah tercatatnya. Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk mengurangi jumlah tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit) dengan urutan sebagai berikut: (a) pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan pada unit penghasil kas (kelompok unit); dan (b) selanjutnya, ke aset lainnya dari unit tersebut (kelompok unit) dibagi pro rata atas dasar jumlah tercatat setiap aset dalam unit tersebut (kelompok unit). Pengurangan dalam jumlah tercatat diperlakukan sebagai rugi penurunan nilai atas aset individual dan diakui sesuai dengan paragraf 60. 100. Dalam mengalokasikan rugi penurunan nilai sesuai paragraf 99, entitas tidak mengurangi jumlah tercatat aset dengan jumlah yang tertinggi dari: (a) nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (jika dapat ditentukan); (b) nilai pakainya (jika dapat ditentukan); dan (c) nol. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Jumlah rugi penurunan nilai yang semestinya dialokasikan pada aset tersebut menjadi dialokasikan pro rata ke aset lainnya dari unit (kelompok unit). 101. Jika tidak praktis untuk mengestimasi jumlah terpulihkan dari setiap aset individual suatu unit penghasil kas, maka Pernyataan ini mensyaratkan suatu alokasi arbitrer dari rugi penurunan nilai aset dari unit tersebut, selain goodwill, karena semua aset dari unit penghasil kas yang bekerja bersama-sama. 102. Jika jumlah terpulihkan aset individual tidak dapat ditentukan (lihat paragraf 67), maka: (a) rugi penurunan nilai diakui untuk aset tersebut jika jumlah tercatatnya lebih besar daripada jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual dan hasil dari prosedur alokasi yang dijelaskan di paragraf 99 dan 100; dan (b) tidak ada rugi penurunan nilai yang diakui untuk aset tersebut jika unit penghasil kas yang terkait tidak turun nilainya. Hal ini berlaku meskipun jika nilai wajar aset tersebut dikurangi biaya untuk menjual lebih kecil dari jumlah tercatatnya.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.39
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.40
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Contoh Sebuah mesin telah mengalami kerusakan fisik tetapi masih bekerja, meskipun tidak sebaik sebelum mesin itu rusak. Nilai wajar mesin dikurangi biaya untuk menjual kurang dari jumlah tercatatnya. Mesin tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen. Kelompok aset terkecil teridentifikasi yang mana mesin tersebut termasuk di dalamnya dan menghasilkan arus kas yang sebagian besar independen dari arus kas masuk aset lain adalah lini produksi tempat mesin tersebut tercakup. Jumlah terpulihkan dari lini produksi tersebut menunjukkan bahwa lini produksi secara keseluruhan tidak turun nilainya. Asumsi 1: anggaran/prakiraan yang disetujui oleh manajemen mencerminkan bahwa tidak ada komitmen manajemen untuk mengganti mesin tersebut. Jumlah terpulihkan dari mesin tersebut sendiri tidak dapat diestimasi karena nilai pakai mesin tersebut: (a) mungkin berbeda dari nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual; dan (b) dapat ditentukan hanya untuk unit penghasil kas dari mesin tersebut (lini produksi). Lini produksi tidak turun nilainya. Sehingga, tidak ada rugi penurunan nilai yang diakui untuk mesin tersebut. Meskipun demikian, entitas mungkin perlu menilai kembali periode penyusutan atau metode penyusutan untuk mesin tersebut. Mungkin periode penyusutan yang lebih pendek atau metode penyusutan yang lebih cepat diperlukan untuk mencerminkan sisa umut manfaat yang diharapkan dari mesin tersebut atau bentuk dari manfaat ekonomi yang diharapkan didapatkan oleh entitas.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Asumsi 2: anggaran/prakiraan yang disetujui manajemen mencerminkan komitmen manajemen untuk mengganti mesin dan menjualnya dalam waktu dekat di masa depan. Arus kas dari tetap menggunakan mesin sampai pelepasannya diperkirakan dapat diabaikan. Nilai pakai mesin tersebut dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual. Sehingga, jumlah terpulihkan dari mesin dapat ditentukan dan tidak ada imbalan yang diberikan ke unit penghasil kas yang mana mesin tercakup (yaitu lini produksi). Karena nilai wajar mesin dikurangi biaya untuk menjual lebih kecil dari jumlah tercatatnya, rugi penurunan nilai diakui untuk mesin tersebut.
103. Setelah persyaratan di paragraf 99 dan 100 diterapkan, liabilitas diakui untuk setiap jumlah sisa dari rugi penurunan nilai untuk setiap unit penghasil kas jika, dan hanya jika, hal tersebut disyaratkan oleh PSAK lain. PEMBALIKAN RUGI PENURUNAN NILAI 104. Paragraf 105-111 menjelaskan persyaratan untuk membalik rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset atau unit penghasil kas pada periode sebelumnya. Persyaratan ini menggunakan istilah ”suatu aset” tetapi diterapkan sama terhadap aset individu atau unit pengasil kas. Tambahan persyaratan untuk aset individual dijelaskan di paragraf 112116, untuk unit penghasil kas di paragraf 117 dan 118, dan untuk goodwill di paragraf 119 dan 120. 105. Entitas menilai pada akhir setiap periode pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. Jika indikasi dimaksud ditemukan, maka entitas Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.41
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.42
PSAK No. 48 (revisi 2009)
mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. 106. Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini: Informasi dari bersumber eksternal (a) Nilai wajar aset telah meningkat secara signifikan selama periode tersebut. (b) Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat, dalam hal teknologi, pasar, kondisi ekonomi maupun hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset itu didedikasikan. (c) Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun selama periode itu, dan penurunan itu sepertinya akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset sehingga meningkatkan jumlah terpulihkan secara material. Informasi dari bersumber internal (d) Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama periode tersebut, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu dekat, sepanjang dan cara, aset tersebut digunakan atau diharapkan untuk digunakan. Perubahan ini termasuk biaya-biaya yang timbul selama periode tersebut untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset atau merestrukturisasi operasi di tempat aset tersebut tercakup. (e) Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih baik atau akan lebih baik daripada yang diharapkan.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
107. Indikasi penurunan potensial dari rugi penurunan nilai di paragraf 106 sebagian besar mencerminkan indikasi rugi penurunan nilai potensial di paragraf 12. 108. Jika terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang diakui untuk aset (selain goodwill) tidak ada lagi, ada atau mungkin telah menurun, maka hal ini dapat mengindikasikan bahwa sisa umur manfaat, metode penyusutan (amortisasi) atau nilai sisa perlu ditelaah dan disesuaikan dengan PSAK yang diterapkan atas aset tersebut, meskipun jika tidak ada rugi penurunan nilai yang dibalik untuk aset tersebut. 109. Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk aset selain goodwill dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui. Jika demikian, jumlah tercatat aset, kecuali yang digambarkan di paragraf 112, dinaikkan ke jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai. 110. Pembalikan rugi penurunan nilai menggambarkan peningkatan estimasi jasa potensial aset, baik dari penggunaan atau dari penjualan, sejak tanggal ketika entitas terakhir kali mengakui rugi penurunan nilai untuk aset tersebut. Paragraf 125 mensyaratkan entitas untuk mengidentifikasikan perubahan dalam estimasi yang menyebabkan peningkatan estimasi jasa potensial. Contoh perubahan dalam estimasi termasuk: (a) Perubahan dasar untuk menentukan jumlah terpulihkan (yaitu apakah jumlah terpulihkan didasarkan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau nilai pakai); (b) Jika jumlah terpulihkan didasarkan pada nilai pakai, maka terjadi perubahan dalam jumlah atau waktu dari estimasi arus kas masa depan atau tingkat diskonto; atau (c) Jika jumlah terpulihkan didasarkan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, maka terjadi perubahan dalam estimasi komponen nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.43
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.44
PSAK No. 48 (revisi 2009)
111. Nilai pakai aset bisa menjadi lebih besar dari jumlah tercatatnya karena nilai sekarang dari arus kas masuk masa depan meningkat seiring dengan semakin pendeknya periode ekspektasi arus kas. Namun, jasa potensial aset tidak meningkat. Sehingga, rugi penurunan nilai tidak dibalik hanya karena perjalanan waktu (kadang disebut "unwinding" diskonto), juga jika jumlah terpulihkan aset menjadi lebih tinggi dari jumlah tercatatnya. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Aset Individual 112. Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill) yang disebabkan pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau penyusutan) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya. 113. Setiap peningkatan jumlah tercatat aset (selain goodwill) di atas jumlah tercatat (neto setelah penyusutan atau amortisasi) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya merupakan suatu revaluasi. Akuntansi untuk revaluasi tersebut diatur dalam PSAK terkait. 114. Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill) diakui segera dalam laporan laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan PSAK lain (misalnya, model revaluasi di PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap). Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset revaluasian diperlakukan sebagai kenaikan penilaian kembali sesuai dengan Pernyataan terkait. 115. Pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan meningkatkan surplus revaluasi untuk aset tersebut. Namun, jika rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang sama sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi, pembalikan rugi penurunan nilai itu juga diakui dalam laporan laba rugi. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
116. Setelah pembalikan rugi penurunan nilai diakui, penyusutan (amortisasi) yang dibebankan ke aset tersebut harus disesuaikan di periode mendatang untuk mengalokasikan jumlah tercatat aset yang direvisi, dikurangi nilai sisanya (jika ada), dengan dasar yang sistematik selama sisa umur manfaatnya. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas 117. Pembalikan rugi penurunan nilai suatu unit penghasil kas dialokasikan pada aset-aset dari unit tersebut (kecuali untuk goodwill) pro rata dengan jumlah tercatat asetasetnya. Peningkatan dalam jumlah tercatat ini diperlakukan sebagai pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset individual dan diakui sesuai dengan paragraf 114. 118. Dalam mengalokasikan pembalikan rugi penurunan nilai unit penghasil kas sesuai dengan paragraf 117, jumlah tercatat aset tidak boleh dinaikkan diatas nilai yang terendah dari: (a) jumlah terpulihkan (jika dapat ditentukan); dan (b) jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau penyusutan neto) seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut dalam periode sebelumnya. Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang telah dialokasikan pada aset tersebut dialokasikan pro rata pada aset lainnya dari unit tersebut, kecuali untuk goodwill. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Goodwill 119. Rugi penurunan nilai yang diakui untuk goodwill tidak dapat dibalik pada periode berikutnya. 120. PSAK 19: Aset Tidak Berwujud melarang pengakuan goodwill yang dihasilkan secara internal. Setiap kenaikan jumlah terpulihkan dari goodwill dalam periode setelah terjadinya pengakuan rugi penurunan nilai goodwill Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.45
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.46
PSAK No. 48 (revisi 2009)
tersebut kemungkinan merupakan kenaikan goodwill yang dihasilkan secara internal, bukan merupakan pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui untuk goodwill yang diperoleh. PENGUNGKAPAN 121. Untuk setiap kelompok aset, entitas mengungkapkan hal berikut ini: (a) Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai. (b) Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode tersebut dan unsur laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai yang dibalik. (c) Jumlah rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain selama periode. (d) Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain selama periode. 122. Kelompok aset adalah kumpulan aset yang mempunyai sifat dan penggunaan yang serupa dalam operasi suatu entitas. 123. Informasi yang disyaratkan di paragraf 121 dapat disajikan dengan informasi lain yang diungkapkan untuk kelompok aset tersebut. Misalnya, informasi tersebut tercakup dalam rekonsiliasi jumlah tercatat aset tetap pada awal dan akhir periode, seperti disyaratkan oleh PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap. 124. Entitas yang melaporkan informasi segmen sesuai dengan PSAK 5 (revisi 2009): Segmen Operasi mengungkapkan hal-hal berikut ini untuk setiap segmen: (a) jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
laba rugi dan dalam pendapatan komprehensif lain selama periode. (b) jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi dan dalam pendapatan komprehensif lain selama periode. 125. Entitas mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap rugi penurunan nilai material yang diakui atau dibalik selama periode tertentu untuk suatu aset individual, termasuk goodwill, atau suatu unit penghasil kas: (a) peristiwa dan kondisi yang mengarah pada pengakuan atau pembalikan rugi penurunan nilai. (b) jumlah rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik. (c) untuk aset individual: (i) sifat dari aset; dan (ii) jika entitas melaporkan informasi segmen sesuai dengan PSAK 5 (revisi 2009): Segmen Operasi, segmen yang dilaporkan yang mencakup aset tersebut. (d) untuk unit penghasil kas; (i) uraian unit penghasil kas (seperti apakah unit penghasil kas merupakan suatu lini produksi, suatu pabrik, suatu operasi bisnis, suatu wilayah geografi, atau suatu segmen yang dilaporkan seperti dijelaskan dalam PSAK 5 (revisi 2009)); (ii) jumlah rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik oleh kelompok aset dan, jika entitas melaporkan informasi segmen sesuai dengan PSAK 5 (revisi 2009), disajikan berdasarkan segmen yang dilaporkan; dan (iii) jika agregasi dari aset untuk mengindentifikasikan unit penghasil kas telah berubah sejak estimasi sebelumnya dari jumlah terpulihkan unit penghasil kas (jika ada), suatu uraian dari cara agregasi aset saat ini dan sebelumnya serta alasan perubahan cara pengidentifikasian unit penghasil kas. (e) apakah jumlah terpulihkan aset (unit penghasil kas) adalah nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.47
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.48
PSAK No. 48 (revisi 2009)
atau nilai pakainya. (f) jika jumlah terpulihkan adalah nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual, dasar yang digunakan untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (seperti apakah nilai wajar ditentukan dengan mengacu kepada suatu pasar aktif). (g) jika jumlah terpulihkan adalah nilai pakai, tingkat diskonto yang digunakan pada estimasi saat ini dan estimasi sebelumnya (jika ada) dari nilai pakai. 126. Entitas mengungkapkan informasi berikut untuk rugi penurunan nilai agregat dan pembalikan rugi penurunan nilai agregat yang diakui selama periode tertentu dalam hal tidak diungkapkannya informasi sesuai dengan paragraf 125: (a) kelompok utama aset yang mengalami rugi penurunan nilai dan kelompok utama aset yang mengalami pemulihan rugi penurunan nilai. (b) peristiwa dan keadaan utama yang menyebabkan pengakuan rugi penurunan nilai dan pembalikan rugi penurunan nilai tersebut. 127. Entitas dianjurkan untuk mengungkapkan asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset (unit penghasil kas) selama periode. Namun, paragraf 129 mensyaratkan suatu entitas mengungkapkan informasi tentang estimasi yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan suatu unit penghasil kas ketika goodwill atau aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas tercakup dalam jumlah tercatat unit tersebut. 128. Sesuai dengan paragraf 84, jika setiap bagian dari goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis selama periode tersebut tidak dialokasikan pada unit penghasil kas (kelompok dari unit) pada akhir periode pelaporan, maka jumlah dari goodwill yang tidak dialokasikan diungkapkan bersamaan dengan alasan mengapa jumlah tersebut tetap tidak dialokasikan. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Estimasi yang Digunakan untuk Mengukur Jumlah Terpulihkan Unit Penghasil Kas yang Mengandung Goodwill Atau Aset Tidak Berwujud dengan Umur Manfaat Tidak Terbatas 129. Entitas mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh (a)-(f) untuk setiap unit penghasil kas (kelompok unit) yang mana jumlah tercatat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas dialokasikan pada unit (kelompok unit) tersebut adalah signifikan dibandingkan dengan total jumlah tercatat goodwill atau aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas dari entitas: (a) jumlah tercatat goodwill dialokasikan pada unit (kelompok unit). (b) jumlah tercatat aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas dialokasikan unit (kelompok unit). (c) dasar penentuan jumlah terpulihkan unit (kelompok unit), yaitu nilai pakai atau nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. (d) jika jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) didasarkan atas nilai pakai: (i) uraian dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen dalam melakukan proyeksi arus kas untuk periode yang dicakup oleh anggaran/prakiraan terkini. Asumsi utama adalah hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) tersebut. (ii) uraian pendekatan manajemen dalam menentukan nilai yang ditetapkan untuk setiap asumsi utama, apakah nilai-nilai tersebut menggambarkan pengalaman masa lalu, jika sesuai, konsisten dengan sumber informasi dari sumber eksternal, dan, jika tidak, bagaimana dan mengapa hal tersebut berbeda dari pengalaman masa lalu atau sumber informasi dari sumber eksternal. (iii) periode yang mana manajemen telah memproyeksikan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.49
Penurunan Nilai Aset
PSAK No. 48 (revisi 2009)
arus kas yang didasarkan pada anggaran/prakiraan 1 keuangan yang disetujui manajemen dan, ketika 2 periode lebih dari lima tahun digunakan untuk 3 suatu unit penghasil kas (kelompok dari unit), 4 penjelasan mengenai mengapa periode yang lebih 5 lama dijustifikasi. 6 (iv) tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk 7 mengekstrapolasi proyeksi arus kas di luar periode 8 yang dicakup oleh anggaran/prakiraan terkini, 9 dan suatu justifikasi untuk menggunakan tingkat 10 pertumbuhan yang melebihi tingkat pertumbuhan 11 rata-rata jangka panjang untuk produk, industri, 12 atau negara di tempat entitas beroperasi, atau 13 untuk pasar dimana unit (kelompok unit) tersebut 14 didedikasikan. 15 (v) tingkat diskonto yang diterapkan untuk proyeksi 16 arus kas. 17 18 (e) jika jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) didasarkan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, 19 metodologi yang digunakan untuk menentukan nilai 20 wajar dikurangi biaya untuk menjual. Jika nilai wajar 21 dikurangi biaya untuk menjual tidak ditentukan dengan 22 menggunakan harga pasar yang dapat diobservasi untuk 23 unit (kelompok dari unit), maka informasi berikut juga 24 diungkapkan: 25 (i) penjelasan dari setiap asumsi utama yang 26 digunakan sebagai dasar manajemen dalam 27 menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk 28 menjual. Asumsi utama adalah hal-hal yang sangat 29 berpengaruh terhadap jumlah terpulihkan unit 30 (kelompok unit). 31 (ii) penjelasan dari pendekatan manajemen dalam 32 menetapkan nilai-nilai yang dipakai untuk setiap 33 asumsi utama, apakah nilai-nilai itu mencerminkan 34 pengalaman masa lalu atau, jika sesuai, apakah 35 konsisten dengan informasi dari bersumber 36 eksternal, dan, jika tidak, bagaimana dan mengapa 37 hal itu berbeda dari pengalaman masa lalu atau 38 48.50
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
informasi dari bersumber eksternal. Jika nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual ditentukan dengan menggunakan proyeksi arus kas terdiskonto, maka informasi berikut juga diungkapkan: (iii) periode arus kas yang diproyeksikan manajemen (iv) tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi proyeksi arus kas (v) tingkat diskonto yang diterapkan untuk proyeksi arus kas (f) jika suatu kemungkinan perubahan (yang rasional) dalam asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen dalam menentukan jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) akan menyebabkan jumlah tercatat unit (kelompok unit) melebihi jumlah terpulihkan: (i) jumlah yang mana jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) melebihi jumlah tercatatnya. (ii) nilai yang digunakan dalam asumsi utama. (iii) jumlah yang mana nilai yang ditetapkan dengan asumsi utama harus berubah, setelah memperhitungkan setiap konsekuensi yang diakibatkan oleh perubahan tersebut terhadap variabel lain (yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan), agar jumlah terpulihkan dari unit (kelompok unit) menjadi sama dengan jumlah tercatatnya. 130. Jika beberapa atau semua jumlah tercatat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas dialokasikan pada beragam unit penghasil kas unit (kelompok unit), dan jumlah yang dialokasikan ke tiap unit (kelompok unit) tidak signifikan dibandingkan dengan total jumlah tercatat goodwill atau aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas dari entitas, maka fakta tersebut diungkapkan, bersama dengan jumlah tercatat agregat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas yang dialokasikan pada unit tersebut (kelompok unit). Sebagai tambahan, jika jumlah Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.51
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.52
PSAK No. 48 (revisi 2009)
terpulihkan dari unit (kelompok unit) tersebut didasarkan pada asumsi utama yang sama dan jumlah tercatat agregat dari goodwill atau aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas yang dialokasikan pada unit tersebut signifikan dibandingkan dengan total jumlah tercatat goodwill atau aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas dari entitas, maka entitas mengungkapkan fakta itu bersama dengan: (a) jumlah tercatat agregat goodwill yang dialokasikan pada unit-unit tersebut (kelompok unit). (b) jumlah tercatat agregat aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas yang dialokasikan pada unit tersebut (kelompok unit). (c) uraian asumsi utama. (d) uraian pendekatan manajemen dalam menetapkan nilainilai yang ditentukan dengan asumsi-asumsi utama, apakah nilai-nilai tersebut mencerminkan pengalaman masa lalu atau, jika tepat, konsisten dengan informasi dari sumber eksternal, dan, jika tidak, bagaimana dan mengapa hal tersebut berbeda dari pengalaman masa lalu atau informasi dari sumber eksternal. (e) jika suatu kemungkinan perubahan yang rasional di dalam asumsi-asumsi utama dapat menyebabkan jumlah tercatat agregat unit (kelompok unit) melebihi agregat jumlah terpulihkannya: (i) jumlah yang mana agregat jumlah terpulihkan unit (kelompok unit) melebihi agregat jumlah tercatatnya. (ii) nilai-nilai yang dipergunakan dalam asumsi utama. (iii) jumlah dari nilai yang ditetapkan dengan asumsi utama harus berubah, setelah memasukkan setiap konsekuensi yang diakibatkan oleh perubahan tersebut terhadap variabel lain yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkannya, agar agregat jumlah terpulihkannya dari unit (kelompok unit) menjadi sama dengan agregat jumlah tercatatnya. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
131. Penghitungan rinci terkini yang dibuat dalam periode terdahulu atas jumlah terpulihkan suatu unit penghasil kas (kelompok unit) dapat, sesuai dengan paragraf 24 atau 94, diteruskan dan digunakan dalam pengujian penurunan nilai untuk unit tersebut (kelompok unit) dalam periode berjalan sepanjang kriteria tertentu dipenuhi. Ketika hal tersebut terjadi, informasi untuk unit tersebut (kelompok unit) termasuk dalam pengungkapan disyaratkan oleh paragraf 129 dan 130 terkait dengan penghitungan jumlah terpulihkan yang diteruskan ke periode berikutnya. 132. Contoh Ilustrasi 9 menggambarkan pengungkapan yang disyaratkan oleh paragraf 129 dan 130. KETENTUAN TRANSISI DAN TANGGAL EFEKTIF 133. Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. 134. Entitas menerapkan Pernyataan ini secara prospektif termasuk untuk goodwill dan aset yang tidak berwujud yang berasal dari kombinasi bisnis sebelum tanggal efektif Pernyataan ini dan untuk aset lainnya yang diperoleh sebelum tanggal efektif Pernyataan ini. PENARIKAN 135. Pernyataan ini menggantikan PSAK 48 (1998): Penurunan Nilai Aset.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.53
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.54
PSAK No. 48 (revisi 2009)
LAMPIRAN A PENGGUNAAN TEKNIK NILAI KINI UNTUK MENGUKUR NILAI PAKAI Lampiran ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PSAK 48. Lampiran ini memberikan panduan tentang penggunaan teknik nilai kini dalam mengukur nilai pakai. Meskipun menggunakan istilah ”aset”, panduan ini juga berlaku untuk kelompok aset yang membentuk suatu unit penghasil kas. Komponen Pengukuran Nilai Kini A1. Unsur-unsur berikut secara bersama-sama merefleksikan perbedaan ekonomis antar aset: (a) estimasi arus kas masa depan, atau dalam kasus yang lebih kompleks, rangkaian arus kas masa depan yang entitas harapkan dapat diperoleh dari aset; (b) ekspektasi kemungkinan variasi dalam jumlah atau waktu dari arus kas tersebut; (c) nilai waktu dari uang, yang dicerminkan oleh suku bunga pasar bebas risiko saat ini; (d) harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset; dan (e) faktor lain, yang kadang tidak dapat diidentifikasi, (seperti ilikuiditas) yang dipertimbangkan oleh pelaku pasar dalam menentukan harga arus kas masa depan yang entitas harapkan dapat diperoleh dari aset. A2. Lampiran ini membahas dua pendekatan yang berbeda dalam menghitung nilai kini. Kedua pendekatan tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi nilai pakai suatu aset. Pemilihan pendekatan mana yang digunakan bergantung pada kondisi yang ada. Dalam pendekatan ”tradisional”, penyesuaian untuk faktor-faktor (b) - (e) yang dijelaskan di paragraf A1 dimasukkan dalam penentuan tingkat diskonto. Dalam pendekatan ”arus kas ekspektasian”, penyesuaian Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
yang berkaitan dengan faktor (b), (d) dan (e) dimasukkan dalam penentuan arus kas ekspektasian penyesuaian risiko. Pendekatan apapun yang diadopsi entitas untuk mencerminkan ekspektasi kemungkinan variasi dalam jumlah atau waktu dari arus kas masa depan, hasilnya seharusnya mencerminkan ekspektasi nilai kini dari arus kas masa depan, yaitu rata-rata tertimbang dari semua kemungkinan hasil. Prinsip Umum A3. Teknik yang digunakan untuk mengestimasi arus kas masa depan dan tingkat bunga akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lain bergantung pada kondisi sekitar aset. Namun demikian, prinsip umum berikut berlaku untuk penerapan teknik nilai kini dalam mengukur aset: (a) Tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas seharusnya merefleksikan asumsi yang konsisten dengan asumsi yang digunakan dalam penentuan arus kas estimasian. Jika tidak, dampak dari beberapa asumsi akan terhitung dua kali atau terabaikan. Misalnya, tingkat diskonto 12% diterapkan untuk arus kas kontraktual piutang pinjaman. Tingkat diskonto itu mencerminkan ekspektasi akan kegagalan di masa depan dari pinjaman dengan karakteristik tertentu. Tingkat diskonto 12% yang sama seharusnya tidak digunakan untuk mendiskonto arus kas ekspektasian karena arus kas tersebut sudah mencerminkan asumsi tentang kegagalan di masa depan. (b) Arus kas estimasian dan tingkat diskonto seharusnya bebas dari bias dan faktor-faktor yang tak terkait dengan aset. Contoh adanya bias dalam pengukuran adalah dengan sengaja mengecilkan estimasi arus kas neto untuk meningkatkan profitabilitas aset tersebut di masa depan. (c) Arus kas estimasian atau tingkat diskonto seharusnya mencerminkan rentang kemungkinan hasil daripada hanya satu kemungkinan jumlah, yang paling mungkin terjadi, jumlah minimum atau jumlah maksimum.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.55
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.56
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Pendekatan Tradisional dan Arus Kas Ekspektasian dalam Penentuan Nilai Kini Pendekatan Tradisional A4. Penerapan nilai kini dalam akuntansi secara tradisional menggunakan suatu arus kas estimasian tunggal dan tingkat diskonto tunggal, seringkali digambarkan sebagai “tingkat bunga sebanding dengan risiko”. Artinya, pendekatan tradisional mengasumsikan bahwa penggunaan tingkat diskonto tunggal dapat menggabungkan semua ekspektasi tentang arus kas masa depan dan premi risiko yang tepat. Dengan demikian, pendekatan tradisional memberikan penekanan yang besar pada seleksi tingkat diskonto. A5. Dalam keadaan tertentu, misalnya ketika aset sebanding di pasar dapat diobservasi, pendekatan tradisional relatif mudah diterapkan. Untuk aset yang memiliki arus kas kontraktual, pendekatan tradisional ini konsisten dengan cara pelaku pasar menggambarkan aset tersebut, misalnya dalam ”suatu obligasi 12%”. A6. Namun demikian, pendekatan tradisional mungkin tidak dapat menyelesaikan beberapa masalah pengukuran yang kompleks dengan baik, seperti pengukuran aset non keuangan yang pasarnya ataupun pasar aset lain yang sebanding tidak ada. Suatu pencarian ”tingkat bunga yang sebanding dengan risiko” yang baik membutuhkan analisis atas setidaknya dua hal yakni (1) suatu aset yang ada di pasar dan memiliki suatu tingkat bunga yang dapat diobservasi dan (2) aset yang sedang diukur. Tingkat diskonto yang tepat untuk arus kas yang sedang diukur harus ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat bunga yang dapat diobservasi dari aset yang lain. Untuk menarik kesimpulan berdasarkan pertimbangan tersebut, karakteristik arus kas aset lain tersebut harus serupa dengan aset yang sedang diukur. Dengan demikian, pihak yang melakukan pengukuran tersebut harus melakukan hal-hal berikut ini: (a) Mengidentifikasikan rangkaian arus kas yang akan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
didiskonto; (b) Mengidentifikasikan aset lain di pasar yang tampaknya memiliki kesamaan karakteristik arus kas; (c) Membandingkan rangkaian arus kas dua aset tersebut untuk memastikan kesamaan mereka (misalnya, apakah kedua rangkaian arus kas tersebut merupakan arus kas kontraktual, atau apakah rangkaian arus kas yang satu adalah kontraktual sedangkan yang lain adalah suatu arus kas estimasian?); (d) Mengevaluasi apakah terdapat suatu elemen dalam satu aset yang tidak ada dalam aset yang lain (misalnya, apakah yang satu lebih likuid dari yang lain?); dan (e) Mengevaluasi apakah kedua rangkaian arus kas kemungkinan akan bergerak dengan pola yang serupa dalam kondisi ekonomi yang berubah. Pendekatan Arus Kas Ekspektasian A7. Dalam beberapa situasi, pendekatan arus kas ekspektasian merupakan alat pengukuran yang lebih efektif daripada pendekatan tradisional. Dalam melakukan suatu pengukuran, pendekatan arus kas ekspektasian menggunakan semua ekspektasi arus kas yang mungkin terjadi, bukan hanya satu arus kas yang paling mungkin terjadi. Misalnya, suatu arus kas mungkin saja berjumlah Rp100, Rp200 atau Rp300 dengan probabilitas masing-masing sebesar 10%, 60% dan 30%. Arus kas ekspektasian adalah Rp220. Pendekatan arus kas ekspektasian berbeda dengan pendekatan tradisional karena berfokus pada analisis langsung atas arus kas dan atas pernyataan yang lebih eksplisit mengenai asumsi yang digunakan dalam pengukuran. A8. Pendekatan arus kas ekspektasian juga mengijinkan penggunaan teknik nilai kini ketika terdapat ketidakpastian mengenai waktu dari arus kas. Misalnya, arus kas sebesar Rp1.000 mungkin diterima dalam satu tahun, dua tahun, atau tiga tahun dengan probabilitas masing-masing sebesar 10%, 60% dan 30%. Contoh di bawah ini menunjukkan penghitungan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.57
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.58
PSAK No. 48 (revisi 2009)
nilai kini ekspektasian dalam situasi tersebut. Nilai kini dari Rp1.000 dalam 1 tahun pada 5% Rp 952,38 Probabilitas 10% Nilai kini dari Rp1.000 dalam 2 tahun pada 5,25% Rp 902,73 Probabilitas 60%
Rp 95,24 Rp 541,64
Nilai kini dari Rp1.000 dalam 3 tahun pada 5,50% Rp 851,61 Probabilitas
30%
Nilai kini ekspektasian
Rp255,48 Rp892,36
A9. Nilai kini ekspektasian sebesar Rp 892,36 berbeda dengan konsep tradisional yang menggunakan estimasi terbaik yakni Rp 902,73 (probabilitas 60%). Penghitungan nilai kini tradisional yang diterapkan dalam contoh ini membutuhkan suatu keputusan tentang kemungkinan waktu yang mana dari arus kas yang digunakan dan oleh karena itu tidak akan mencerminkan probabilitas waktu yang lain. Hal ini dikarenakan tingkat diskonto dalam penghitungan nilai kini tradisional tidak dapat mencerminkan ketidakpastian dalam waktu. A10. Penggunaan probabilitas adalah suatu elemen mendasar dari pendekatan arus kas ekspektasian. Beberapa pihak mempertanyakan apakah penetapan probabilitas untuk estimasi yang sangat subjektif seakan-akan menghasilkan presisi yang lebih besar daripada yang benar-benar ada. Namun demikian, penerapan pendekatan tradisional yang baik (seperti dijelaskan di paragraf A6) mensyaratkan estimasi dan subjektifitas yang sama tanpa memberikan transparansi penghitungan seperti yang ada dalam pendekatan arus kas ekspektasian. A11. Banyak estimasi yang dikembangkan dalam praktik saat ini telah memasukkan elemen-elemen dari arus kas ekspektasian secara informal. Disamping itu, akuntan sering menghadapi perlunya untuk mengukur suatu aset dengan menggunakan informasi yang terbatas tentang probabilitas dari Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
arus kas yang mungkin terjadi. Misalnya, seorang akuntan mungkin dihadapkan pada situasi-situasi berikut: (a) Jumlah estimasian berkisar antara Rp50 dan Rp250, tetapi tidak ada jumlah tertentu dalam rentang tersebut yang kemungkinan terjadinya lebih besar dari jumlah yang lain. Berdasarkan informasi yang terbatas itu, estimasi arus kas ekspektasian adalah Rp150 [(50+250)/2]. (b) Jumlah estimasian berkisar antara Rp50 dan Rp250, dan jumlah yang paling mungkin adalah Rp100. Namun demikian, probabilitas masing-masing jumlah tidak dapat diketahui. Berdasarkan informasi yang terbatas itu, estimasi arus kas ekspektasian adalah Rp133,33 [(50+100+250)/3]. (c) Jumlah estimasian adalah Rp50 (kemungkinan 10%), Rp250 (kemungkinan 30%), atau Rp100 (kemungkinan 60%). Berdasarkan informasi yang terbatas itu, estimasi arus kas ekspektasian adalah Rp140 [(50x0,10) + (250x0,30) + (100x0,60)]. Dalam tiap kasus, estimasi arus kas ekspektasian mungkin memberikan estimasi nilai pakai yang lebih baik daripada jumlah minimum, jumlah yang paling mungkin atau jumlah maksimum yang ditentukan secara sendiri-sendiri. A12. Penerapan pendekatan arus kas ekspektasian sangat tergantung pada manfaat dan kendala biaya. Dalam beberapa kasus, entitas mungkin mempunyai akses atas data yang ekstensif dan mungkin dapat mengembangkan banyak skenario arus kas. Dalam kasus yang lain, suatu entitas mungkin tidak dapat mengembangkan lebih dari pernyataan umum tentang variabilitas arus kas tanpa menghabiskan biaya yang substansial. Entitas tersebut perlu mempertimbangkan keseimbangan antara biaya untuk mendapatkan informasi tambahan dengan manfaat tambahan tingkat keandalan dalam pengukuran akibat informasi tersebut. A13. Beberapa pihak berpendapat bahwa teknik arus kas ekspektasian tidak cocok untuk mengukur suatu aset tunggal atau suatu aset dengan jumlah yang terbatas dari kemungkinanHak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.59
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.60
PSAK No. 48 (revisi 2009)
kemungkinan yang dihasilkan. Mereka menawarkan suatu contoh dari suatu aset dengan dua kemungkinan hasil: dengan probabilitas 90% arus kas yang dihasilkan menjadi Rp10 dan dengan probabilitas 10% arus kas yang dihasilkan menjadi Rp1.000. Mereka mengamati bahwa arus kas ekspektasian dalam contoh itu adalah sebesar Rp109 dan memberikan kritik bahwa hasilnya tidak merepresentasikan salah satu jumlah yang mungkin pada akhirnya harus dibayar. A14. Asersi yang diuraikan di atas mencerminkan ketidaksesuaian dengan tujuan pengukuran. Jika tujuannya adalah akumulasi biaya yang akan terjadi, maka arus kas ekspektasian mungkin tidak dapat menghasilkan suatu representasi yang tepat tentang estimasi biaya ekspektasian. Namun demikian, Pernyataan ini mengatur masalah pengukuran jumlah terpulihkan dari suatu aset. Jumlah terpulihkan aset dalam contoh ini tidak mungkin Rp10, meskipun itu adalah arus kas yang paling mungkin. Ini dikarenakan pengukuran sebesar Rp10 tidak memasukkan ketidakpastian dari arus kas dalam pengukuran aset tersebut. Sebaliknya, arus kas yang tidak pasti disajikan seakan-akan pasti. Tidak ada entitas yang rasional akan menjual suatu aset dengan karakteristik tersebut sebesar Rp10. Tingkat Diskonto A15. Pendekatan apapun yang dipakai entitas untuk mengukur nilai pakai suatu aset, tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas tidak boleh mencerminkan risiko yang mana arus kas estimasian telah disesuaikan. Jika tidak demikian, maka dampak dari beberapa asumsi akan terhitung dua kali. A16. Ketika tingkat diskonto spesifik untuk aset tertentu tidak tersedia langsung di pasar, entitas menggunakan pengganti untuk mengestimasi tingkat diskonto. Tujuannya adalah untuk mengestimasi, sejauh mungkin, suatu penilaian pasar atas: Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
(a) nilai waktu dari uang untuk periode sampai berakhirnya umur manfaat aset; dan (b) faktor-faktor (b), (d) dan (e) yang dijelaskan di paragraf A1, hanya jika faktor-faktor tersebut tidak menyebabkan penyesuaian dalam menentukan arus kas estimasian. A17. Sebagai titik awal dalam membuat estimasi tersebut, entitas mungkin mempertimbangkan hal-hal berikut: (a) biaya modal rata-rata tertimbang entitas yang ditentukan dengan menggunakan teknik misalnya, Capital Aset Pricing Model; (b) tingkat bunga tambahan pinjaman entitas; dan (c) tingkat bunga pinjaman pasar lainnya. A18. Namun angka-angka tersebut harus disesuaikan: (a) untuk mencerminkan cara pasar dalam menilai risiko tertentu yang diasosiasikan dengan arus kas estimasian aset; dan (b) untuk mengeluarkan risiko yang tidak relevan dengan arus kas estimasian aset atau risiko yang mana arus kas estimasian telah disesuaikan. Risiko-risiko seperti risiko negara, risiko mata uang, dan risiko harga seharusnya dipertimbangkan. A19. Tingkat diskonto tidak bergantung pada struktur permodalan entitas dan cara entitas membiayai pembelian aset, karena arus kas masa depan yang diharapkan mengalir dari aset tidak bergantung pada cara entitas membiayai pembelian aset tersebut. A20. Paragraf 55 mensyaratkan bahwa tingkat diskonto yang digunakan adalah tingkat diskonto sebelum pajak. Dengan demikian, ketika dasar yang digunakan untuk mengestimasi tingkat diskonto adalah setelah pajak, maka dasar itu disesuaikan untuk mencerminkan tingkat diskonto sebelum pajak.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.61
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.62
PSAK No. 48 (revisi 2009)
A21. Entitas biasanya menggunakan suatu tingkat diskonto tunggal untuk mengestimasi nilai pakai aset. Namun demikian, entitas menggunakan tingkat diskonto tersendiri untuk periode masa depan yang berbeda-beda jika besaran nilai pakai sensitif terhadap perbedaan risiko yang ada dalam periode yang berbeda atau terhadap struktur tingkat bunga.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
LAMPIRAN B PENGUJIAN PENURUNAN NILAI ASET UNIT PENGHASIL KAS DENGAN GOODWILL DAN KEPENTINGAN NONPENGENDALI Lampiran ini adalah bagian tak terpisahkan dari PSAK 48. B1. Sesuai dengan PSAK 22, pihak pengakuisisi mengukur dan mengakui goodwill pada tanggal akuisisi sebagai kelebihan dari (a) atas (b) dibawah ini: (a) jumlah dari: (i) imbalan yang dialihkan, yang diukur sesuai dengan PSAK 22, yang pada umumnya mensyaratkan nilai wajar pada tanggal akuisisi; (ii) jumlah dari setiap kepentingan nonpengendali pada pihak yang diakuisisi yang diukur sesuai dengan PSAK 22; dan (iii) untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, nilai wajar pada tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas yang sebelumnya dimiliki oleh pihak pengakuisisi pada pihak yang diakuisisi. (b) selisih jumlah aset yang teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih pada tanggal akuisisi, yang diukur sesuai dengan PSAK 22. Alokasi Goodwill B2. Paragraf 80 dari Pernyataan ini mensyaratkan goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis dialokasikan pada setiap unit penghasil kas, atau kelompok unit penghasil kas dari pihak pengakuisisi, yang diharapkan mendapatkan manfaat dari sinergi kombinasi bisnis tersebut, terlepas apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang diakuisisi termasuk dalam unit tersebut, atau kelompok unit. Beberapa sinergi yang dihasilkan dalam suatu kombinasi bisnis mungkin saja akan dialokasikan pada unit penghasil kas yang tidak memiliki kepentingan nonpengendali. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.63
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.64
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Pengujian Penurunan Nilai B3. Pengujian penurunan nilai meliputi proses membandingkan jumlah terpulihkan suatu unit penghasil kas dengan jumlah tercatatnya. B4. Jika suatu entitas mengukur kepentingan nonpengendali berdasarkan kepentingan proporsional atas aset neto teridentifikasi dari entitas anak pada tanggal akuisisi, bukan atas nilai wajarnya, maka goodwill yang teratribusikan pada kepentingan nonpengendali dimasukkan dalam jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas terkait tetapi tidak diakui di dalam laporan keuangan konsolidasi entitas induknya. Sebagai konsekuensinya, suatu entitas meng-gross up jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan pada unit penghasil kas untuk memasukkan unsur goodwill yang teratribusikan pada kepentingan nonpengendali. Jumlah tercatat penyesuaian ini kemudian dibandingkan dengan jumlah terpulihkan unit untuk menentukan apakah unit penghasil kas mengalami penurunan nilai. Alokasi Rugi Penurunan Nilai B5. Paragraf 99 mensyaratkan setiap rugi penurunan nilai yang teridentifikasi dialokasikan pertama kali untuk mengurangi jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan pada unit penghasil kas dan kemudian ke aset lain dari unit penghasil kas secara pro rata berdasarkan jumlah tercatat dari setiap aset dalam unit penghasil kas tersebut. B6. Jika suatu entitas anak, atau bagian dari entitas anak, dengan kepentingan nonpengendali merupakan suatu unit penghasil kas, maka rugi penurunan nilai dialokasikan antara entitas induk dan kepentingan nonpengendali dengan dasar yang sama sebagaimana laba atau rugi dialokasikan. B7. Jika suatu entitas anak, atau bagian dari entitas anak, yang kepentingan nonpengendalinya merupakan bagian Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
dari unit penghasil kas yang lebih besar, maka rugi penurunan nilai goodwill dialokasikan ke bagian-bagian dari unit penghasil kas yang memiliki kepentingan nonpengendali dan ke bagianbagian yang tidak memiliki kepentingan nonpengendali. Rugi penurunan nilai dialokasikan pada bagian-bagian dari unit penghasil kas berdasarkan: (a) untuk rugi penurunan nilai yang terkait dengan goodwill dalam unit penghasil kas, jumlah tercatat relatif goodwill dari bagian-bagian sebelum penurunan nilai; dan (b) untuk rugi penurunan nilai yang terkait dengan aset teridentifikasikan dalam unit penghasil kas, jumlah tercatat relatif aset neto teridentifikasi dari bagian tersebut sebelum penurunan nilai. Penurunan nilai ini dialokasikan pada aset-aset dari bagian dalam setiap unit secara pro rata berdasarkan jumlah tercatat dari setiap aset dalam bagian tersebut. Dalam bagian-bagian yang memiliki kepentingan nonpengendali, rugi penurunan nilai dialokasikan antara entitas induk dan kepentingan nonpengendali dengan dasar yang sama sebagaimana laba atau rugi dialokasikan. B8. Jika suatu rugi penurunan nilai teratribusikan pada kepentingan nonpengendali terkait dengan goodwill yang tidak diakui dalam laporan keuangan konsolidasian entitas induk (lihat paragraf B4), maka penurunan nilai tidak diakui sebagai rugi penurunan nilai goodwill. Dalam kasus tersebuti, hanya penurunan nilai yang terkait dengan goodwill yang dialokasikan pada entitas induk yang diakui sebagai suatu rugi penurunan nilai goodwill. B9. Contoh Ilustrasi 7 memberikan gambaran mengenai pengujian penurunan nilai dari suatu unit penghasil kas yang tidak sepenuhnya dimiliki tetapi memperoleh alokasi goodwill.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.65
Penurunan Nilai Aset
PSAK No. 48 (revisi 2009)
DAFTAR ISI Paragaf Contoh Ilustrasi 1 Mengidentifikasi Unit Penghasil Kas........CI01 – CI22 A – Jaringan Toko Ritel................................ CI01 – CI04 B – Pabrik Untuk Tahapan Antara Dari Suatu Proses Produksi ..................................... CI05 – CI10 C – Entitas Dengan Produk Tunggal ............ CI11 – CI16 D – Judul Majalah ........................................ CI17 – CI19 E – Gedung yang Sebagian Disewakan dan Sebagian Ditempati Untuk Digunakan Sendiri ................................................... CI20 – CI22 2
Penghitungan Nilai Pakai dan Pengakuan dari Suatu Rugi Penurunan Nilai .............CI23 – CI33
3
Pengaruh Pajak Tangguhan ......................CI34 – CI38 A – Pengaruh Pajak Tangguhan Atas Pengakuan Suatu Rugi Penurunan Nilai CI34 – CI36 B – Pengakuan Rugi Penurunan Nilai Menimbulkan Aset Pajak Tangguhan ... CI37 – CI38
4
Pembalikan Rugi Penurunan Nilai ...........CI39 – CI44
5
Perlakuan Suatu Restrukturisasi Di Masa Depan ...........................................................CI45 – CI54
6
Perlakuan Atas Biaya Masa Depan ..........CI55 – CI62
7
Pengujian Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas Dengan Goodwill dan Kepentingan Non-pengendali ...........................................CI63 – CI79 A Kepentingan Non-pengendali Diukur Pada Awalnya Sebagai Bagian Proporsional Aset Neto Teridentifikasi .. CI63 – CI69
48. 66
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
PSAK No. 48 (revisi 2009)
B Kepentingan Non-pengendali Diukur Diawal Pada Nilai Wajar dan Entitas Anak yang Terkait Merupakan Unit Penghasil Kas yang Berdiri Sendiri....... CI70 – CI74 C Kepentingan Non-pengendali Diukur Diawal Pada Nilai Wajarnya dan Entitas Anak Terkait Merupakan Bagian Dari Suatu Unit Penghasil Kas yang Lebih Besar ...................................................... CI75 – CI79 8
Alokasi Aset Korporat................................CI80 – CI90
9
Pengungkapan Tentang Unit Penghasil Kas Dengan Goodwill atau Aset Tidak Berwujud Dengan Masa Manfaat Tidak Terbatas .................................................... CI90 – CI100
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.67
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.68
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CONTOH ILUSTRASI Contoh-contoh ini melengkapi, tetapi bukan bagian dari PSAK 48. Semua contoh ini mengasumsikan bahwa entitas tidak memiliki transaksi selain dari yang digambarkan. CONTOH 1 IDENTIFIKASI UNIT PENGHASIL KAS Tujuan dari contoh ini: (a) untuk mengindikasi bagaimana unit penghasil kas diidentifikasi dalam berbagai macam situasi; dan (b) untuk menyoroti faktor-faktor penting yang dapat dipertimbangkan entitas dalam mengidentifikasi unit penghasil kas dengan aset termasuk di dalamnya. A. Jaringan Toko Ritel Latar Belakang CI01. Toko X dimiliki oleh jaringan toko ritel M. X melakukan semua pembelian untuk toko ritelnya melalui pusat pembelian M. Kebijakan penetapan harga, pemasaran, iklan dan SDM (kecuali untuk menggaji kasir dan staf penjualan toko X) diputuskan oleh M. M juga memiliki lima toko lain di kota yang sama dengan X (meskipun di lingkungan yang berbeda) dan 20 toko di kota yang lain. Semua toko dikelola dengan cara yang sama dengan X. X dan empat toko lainnya dibeli lima tahun lalu dan goodwill sudah diakui. Apakah unit penghasil kas untuk X? Analisis CI02. Dalam mengidentifikasi unit penghasil kas X, entitas mempertimbangkan apakah, sebagai contoh: (a) pelaporan manajemen internal digunakan untuk mengukur kinerja atas dasar dari toko ke toko; dan Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
(b) bisnis dijalankan atas dasar keuntungan dari toko ke toko atau berdasarkan daerah atau kota. CI03. Semua toko M berada di lingkungan yang berbeda dan kemungkinan memiliki basis konsumen yang berbeda. Jadi, meskipun X dikelola pada tingkat korporat, X menghasilkan arus kas masuk yang independen dari toko-toko M lainnya. Oleh karena itu, dimungkinkan bahwa X adalah suatu unit penghasil kas. CI04. Jika unit penghasil kas X mewakili tingkat terendah dalam kelompok usaha M yang goodwill-nya dipantau untuk tujuan manajemen internal, maka M menerapkan uji penurunan nilai atas unit penghasil kas tersebut seperti penjelasan dari PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 90. Jika informasi tentang jumlah tercatat goodwill tidak tersedia dan dipantau untuk tujuan manajemen internal pada tingkat unit penghasil kas X, maka M menerapkan uji penurunan nilai atas unit penghasil kas tersebut seperti penjelasan dari PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 88. B. Pabrik untuk Tahapan antara dari Suatu Proses Produksi Latar Belakang CI05. Suatu bahan mentah yang signifikan digunakan untuk produksi akhir di pabrik Y merupakan produk antara yang dibeli dari pabrik X, keduanya berada dalam entitas yang sama. Produk X dijual ke Y pada harga transfer yang memberikan semua keuntungan kepada X. Delapan puluh persen dari produksi akhir Y dijual ke pelanggan di luar entitas. Enam puluh persen dari produksi akhir X dijual ke Y dan sisanya empat puluh persen dijual ke pelanggan di luar entitas. Untuk setiap kasus berikut, apa unit penghasil kas untuk X dan Y?
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.69
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.70
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Kasus 1: X dapat menjual produknya ke Y pada suatu pasar yang aktif. Harga transfer internalnya lebih tinggi daripada harga pasar. Kasus 2: Tidak ada pasar aktif untuk produk yang dijual X ke Y. Analisis Kasus 1 CI06. X dapat menjual produknya ke suatu pasar aktif, sehingga, menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk yang berasal dari Y. Oleh karena itu, kemungkinan X adalah unit penghasil kas terpisah, meskipun sebagian dari produksinya digunakan oleh Y (lihat PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 70). CI07. Dimungkinkan bahwa Y adalah suatu unit penghasil kas terpisah juga. Y menjual 80% dari produksinya ke pelanggan di luar entitas. Sehingga, arus kas masuknya dapat dianggap sebagian besar independen. C08. Penetapan harga transfer internal tidak mencerminkan harga pasar untuk hasil keluaran X. Sehingga, dalam menentukan nilai pakai baik X maupun Y, entitas menyesuaikan anggaran/perkiraan keuangan untuk mencerminkan estimasi terbaik manajemen tentang harga di masa depan yang dapat dihasilkan dari transaksi wajar untuk produk X yang digunakan secara internal tersebut (lihat PSAK 48 paragraf 70). Kasus 2 CI09. Dimungkinkan bahwa jumlah terpulihkan dari setiap pabrik tidak dapat dinilai secara terpisah dari jumlah terpulihkan pabrik lainnya karena:
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
(a)
(b)
PSAK No. 48 (revisi 2009)
mayoritas dari produksi X digunakan secara internal dan tidak dapat dijual di pasar yang aktif. Sehingga, arus kas masuk dari X tergantung pada permintaan atas produk Y. Dengan demikian, X tidak dapat dianggap menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk Y. kedua pabrik dikelola bersama.
CI10. Sebagai konsekuensinya, dimungkinkan bahwa X dan Y bersama-sama adalah kelompok terkecil aset yang menghasilkan arus kas masuk yang independen. C. Entitas dengan Produk Tunggal Latar Belakang CI11. Entitas M memproduksi suatu produk tunggal dan memiliki pabrik A, B dan C. Tiap pabrik berlokasi di benua yang berbeda. A memproduksi suatu komponen yang dirakit di B atau C. Kapasitas gabungan dari B dan C tidak sepenuhnya dimanfaatkan. Produk M dijual ke seluruh dunia dari B atau C. misalnya, produksi B dapat dijual di benua C jika produknya terkirim lebih cepat dari lokasi B daripada dari lokasi C. Tingkat pemanfaatan pabrik B dan C bergantung pada alokasi penjualan antara kedua pabrik itu. Untuk setiap kasus berikut, apa unit penghasil kas untuk A, B dan C? Kasus 1: Terdapat pasar aktif untuk produk A. Kasus 2: Tidak terdapat pasar aktif untuk produk A. Analisis Kasus 1 CI12. Dimungkinkan bahwa A adalah suatu unit Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.71
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.72
PSAK No. 48 (revisi 2009)
penghasil kas yang terpisah karena terdapat pasar aktif untuk produknya (lihat Contoh B – Pabrik untuk Suatu Tahapan Antara dari Suatu Proses Produksi, Kasus 1). CI13. Meskipun terdapat pasar aktif untuk produk yang dirakit oleh B dan C, arus kas masuk untuk B dan C bergantung pada alokasi produksi kedua pabrik. Tidak mungkin bahwa arus kas masuk di masa depan untuk B dan C dapat ditentukan secara individual. Sehingga, dimungkinkan bahwa B dan C bersama adalah grup aset terkecil yang teridentifikasi yang menghasilkan arus kas masuk yang independen. CI14. Dalam menentukan nilai pakai dari A, B dan C, M menyesuaikan anggaran/perkiraan keuangan untuk mencerminkan estimasi terbaiknya dari harga di masa depan yang dapat dihasilkan dari transaksi yang wajar untuk produk A (lihat PSAK 48 paragraf 70). Kasus 2 CI15. Dimungkinkan bahwa jumlah terpulihkan dari setiap pabrik tidak dapat dinilai secara independen karena: (a) tidak terdapat pasar aktif untuk produk A. Sehingga, arus kas masuk A bergantung pada penjualan dari produk akhir B dan C. (b) meskipun terdapat pasar aktif untuk produk yang dirakit oleh B dan C, arus kas masuk untuk B dan C bergantung pada alokasi produksi antara kedua pabrik itu. Hal yang tidak mungkin bahwa arus kas masuk di masa depan untuk B dan C dapat ditentukan secara individual. CI16. Sebagai konsekuensinya, dimungkinkan bahwa A, B dan C secara bersama (yaitu M sebagai satu kesatuan) adalah kelompok aset terkecil yang dapat teridentifikasi yang menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
D. Judul Majalah Latar Belakang CI17. Sebuah penerbit memiliki 150 judul majalah yang 70 diantaranya dibeli dan 80 dibuat sendiri. Harga yang dibayarkan untuk sebuah judul majalah yang dibeli diakui sebagai suatu aset tidak berwujud. Biaya menciptakan judul majalah dan memelihara judul-judul yang sudah ada diakui suatu pengeluaran pada saat terjadinya. Arus kas masuk dari penjualan langsung dan iklan teridentifikasi untuk setiap judul majalah. Judul-judul majalah dikelola menurut segmen pelanggan. Tingkat pendapatan iklan untuk suatu judul majalah bergantung pada kisaran judul dalam segmen pelanggan yang berhubungan dengan judul majalah tersebut. Manajeman memiliki kebijakan untuk meninggalkan judul yang lama sebelum berakhir umur ekonomisnya dan menggantinya segera dengan judul yang baru untuk segmen pelanggan yang sama. Apa unit penghasil kas untuk suatu judul majalah secara individual? Analisis CI18. Dimungkinkan bahwa jumlah terpulihkan dari suatu judul majalah secara individual dapat dinilai. Meskipun tingkat pendapatan iklan untuk sebuah judul dipengaruhi dalam hal-hal tertentu oleh judul-judul lain dalam segmen pelanggan, arus kas masuk dari penjualan langsung dan iklan teridentifikasi untuk setiap judul. Sebagai tambahan, meskipun judul dikelola menurut segmen pelanggan, keputusan untuk meninggalkan judul dibuat berdasarkan masing-masing judul secara individual. CI19. Oleh karena itu, dimungkinkan bahwa judul majalah secara individual menghasilkan arus kas masuk yang independen satu dengan yang lain dan bahwa setiap judul majalah adalah unit penghasil kas yang terpisah. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.73
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.74
PSAK No. 48 (revisi 2009)
E. Gedung yang Sebagian Disewakan dan Sebagian Ditempati untuk Digunakan Sendiri Latar Belakang CI20. M adalah perusahaan manufaktur. M memiliki sebuah gedung kantor pusat yang biasanya ditempati sepenuhnya untuk keperluan internal. Setelah pengurangan pegawai, setengah dari gedung sekarang digunakan secara internal dan setengahnya lagi disewakan ke pihak ketiga. Perjanjian sewa dengan penyewa berlaku untuk lima tahun. Apa unit penghasil kas dari gedung tersebut? Analisis CI21. Tujuan utama dari gedung adalah untuk melayani sebagai suatu aset korporat, yaitu mendukung aktifitas manufaktur M. Sehingga, gedung secara keseluruhan tidak dapat dipertimbangkan untuk menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk entitas secara keseluruhan. Jadi, mungkin bahwa unit penghasil kas untuk gedung adalah M secara keseluruhan. CI22. Gedung tidak dimiliki sebagai sebuah investasi. Sehingga, tidak tepat untuk menentukan nilai pakai dari gedung berdasarkan pada proyeksi sewa terkait dengan pasar di masa depan. CONTOH 2 PENGHITUNGAN NILAI PAKAI DAN PENGAKUAN RUGI PENURUNAN NILAI Dalam contoh ini, pengaruh pajak ditiadakan. Latar Belakang dan Penghitungan Nilai Pakai CI23. Pada akhir 20X0, entitas T memperoleh entitas M senilai Rp10.000. M memiliki pabrik manufaktur di tiga negara. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Tabel 1. Data pada akhir 20X0 Akhir 20X0
Aktivitas di Negara A Aktivitas di Negara B Aktivitas di Negara C Total
Alokasi Harga Beli
Goodwil
Rp
Nilai wajar dari aset teridentifikasi Rp
3.000
2.000
1.000
2.000
1.500
500
5.000 10.000
3.500 7.000
1.500 3.000
Rp(a)
CI24. Karena goodwill telah dialokasikan pada aktivitas di setiap negara, setiap aktivitas tersebut harus diuji untuk penurunan nilai secara tahunan atau lebih sering jika terdapat indikasi bahwa goodwill mengalami penurunan nilai (lihat PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 90). CI25. Jumlah terpulihkan (yaitu yang lebih tinggi antara nilai pakai dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) dari unit penghasil kas ditentukan berdasarkan penghitungan nilai pakai. Pada akhir 20X0 dan 20X1, nilai pakai dari setiap unit penghasil kas melebihi jumlah tercatatnya. Dengan demikian, aktivitas-aktivitas di setiap negara dan goodwill yang dialokasikan ke aktivitas-aktivitas tersebut dianggap tidak turun nilainya. CI26. Pada awal dari 20X2, sebuah pemerintahan baru terpilih di negara A. Pemerintah mengesahkan perundangundangan yang secara signifikan membatasi ekspor dari produk utama T. Hasilnya, dan untuk masa yang akan datang, dapat diperkirakan produksi T di negara A akan berkurang 40%. (a) Aktivitas di setiap negara menggambarkan tingkat terendah yang goodwillnya dimonitor untuk tujuan manajemen internal (ditentukan sebagai selisih antara harga beli dari aktivitas di setiap negara, seperti ditetapkan di dalam perjanjian pembelian, dan nilai wajar aset teridentifikasi). Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.75
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.76
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CI27. Pembatasan ekspor secara signifikan dan hasil produksi yang menurun juga mensyaratkan T untuk mengestimasi jumlah terpulihkan dari operasi negara A pada awal 20X2. CI28. T menggunakan penyusutan garis lurus selama dua belas tahun untuk aset teridentifikasi di negara A dan mengantisipasi tidak ada nilai sisa. CI29. Untuk menentukan nilai pakai unit penghasil kas di negara A (lihat Tabel 2), T melakukan: (a) menyiapkan perkiraan arus kas yang diperoleh dari anggaran/prakiraan keuangan terkini untuk lima tahun mendatang (tahun 20X2-20X6) yang disetujui oleh manajemen. (b) mengestimasi arus kas berikutnya (tahun 20X7-20X2) berdasarkan pada penurunan tingkat pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan untuk 20X7 diestimasi akan menjadi 3%. Tingkat ini lebih rendah dari rata-rata tingkat pertumbuhan jangka panjang untuk pasar di negara A. (c) memilih tingkat diskonto 15%, yang menggambarkan tingkat bunga sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar saat ini atas nilai waktu dari uang dan risiko spesifik dari unit penghasil kas di negara A. Pengakuan dan Pengukuran Rugi Penurunan Nilai CI30. Jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas di negara A adalah Rp 1.360. CI31. T membandingkan jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas di negara A dengan jumlah tercatatnya (lihat Tabel 3). CI32. Karena jumlah tercatatnya melebihi jumlah terpulihkan sebesar Rp 1.473, T segera mengakui rugi penurunan nilai Rp 1.473 dalam laba atau rugi. Jumlah tercatat goodwill yang berhubungan dengan operasi negara A Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
dikurangi menjadi nol sebelum mengurangi jumlah tercatat aset teridentifikasi lainya dalam unit penghasil kas di negara A. (lihat PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 99). CI33. Pengaruh pajak dicatat secara terpisah sesuai dengan PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.77
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
48.78
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
3% (2)% (6)% (15)% (25)% (67)%
Rp
Tingkat pertumbuhan jangka panjang
2301 2531 2731 2901 3041 3132 3072 2892 2452 1842 612
Arus kas masa depan
0,86957 0,75614 0,65752 0,57175 0,49718 0,43233 0,37594 0,32690 0,28426 0,24719 0,21494
Faktor Nilai kini pada tingkat diskonto 15%3
Arus kas masa depan terdiskonto Rp 200 191 180 166 151 135 115 94 70 45 13 1.360
1 Berdasarkan estimasi terbaik manajemen atas proyeksi arus kas bersih (setelah dipotong 40%). 2 Berdasarkan suatu ekstrapolasi dari arus kas tahun terdahulu menggunakan tingkat pertumbuhan menurun. 3 Faktor nilai kini dihitung dengan k=1/(1+a)n, dengan a = tingkat diskonto dan n = periode diskonto.
20X2 (n=1) 20X3 20X4 20X5 20X6 20X7 20X8 20X9 20Y0 20Y1 20Y2 Nilai pakai
Tahun
Tabel 2. Penghitungan nilai pakai unit penghasil kas negara A pada awal tahun 20X2
Penurunan Nilai Aset PSAK No. 48 (revisi 2009)
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Tabel 3. Penghitungan dan alokasi rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas negara A pada awal 20X2 Awal 20X2
Biaya historis Akumulasi penyusutan (20X1) Jumlah tercatat Rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah rugi penurunan nilai
Goodwill Rp 1.000
Aset teridentifikasi Rp 2.000
1.000 (1.000) -
Total Rp 3.000
(167) (167) 1.833 2.833 (473) (1.473) 1.360
1.360
CONTOH 3 PENGARUH PAJAK TANGGUHAN A – Pengaruh Pajak Tangguhan atas Pengakuan Rugi Penurunan Nilai. Menggunakan data untuk entitas T seperti disajikan pada Contoh 2, dengan informasi tambahan seperti diberikan pada contoh ini. CI34. Pada awal 20X2, dasar pajak aset teridentifikasi dari unit penghasil kas negara A adalah Rp 900. Rugi penurunan nilai tidak dapat dikurangkan untuk tujuan pajak. Tarif pajak adalah 40%. CI35. Pengakuan rugi penurunan nilai atas aset dari unit penghasil kas negara A mengurangi perbedaan temporer pajak terkait dengan aset-aset tersebut. Liabilitas pajak tangguhan dikurangkan.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.79
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.80
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Aset Aset yang Rugi Teridentifikasi Awal 20X2 dapat Penurunan setelah rugi teridentifikasi Nilai penurunan nilai Rp Rp Rp Jumlah tercatat 1.833 (437) 1.360 Dasar pajak 900 900 Perbedaan sementara 933 (437) 460 kena pajak (473) liabilitas pajak 373 (189) 184 tangguhan 40% CI36. Sesuai dengan PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan, tidak ada pajak tangguhan berhubungan dengan goodwill yang awalnya diakui. Dengan demikian, rugi penurunan nilai terkait dengan goodwill tidak memberikan kenaikan pada penyesuaian pajak tangguhan. B – Pengakuan Rugi Penurunan Nilai Menimbulkan Aset Pajak Tangguhan CI37. Suatu entitas memiliki suatu aset teridentifikasikan dengan jumlah tercatat Rp1.000. Jumlah terpulihkannya adalah Rp650. Tarif pajak 30% dan dasar pembebanan pajak untuk aset tersebut Rp800. Rugi penurunan nilai tidak dapat dikurangkan untuk tujuan pajak. Pengaruh rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut:
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Awal 20X2
Jumlah tercatat Dasar pajak Perbedaan sementara kena pajak (mengurangi) liabilitas (aset) pajak tangguhan 30%
Sebelum Pegaruh Setelah penurunan penurunan penurunan nilai nilai nilai Rp
Rp
Rp
1.000 800
(350) -
650 800
200
(350) (473) (105)
(150)
60
(45)
CI38. Sesuai PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan, entitas mengakui aset pajak tangguhan sepanjang kemungkinan besar terdapat laba kena pajak atas perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dapat dimanfaatkan. CONTOH 4. PEMBALIKAN RUGI PENURUNAN NILAI Menggunakan data untuk entitas T seperti disajikan di Contoh 2, dengan tambahan informasi sebagaimana yang disediakan dalam contoh ini. Pada contoh ini, pengaruh pajak ditiadakan. Latar Belakang CI39. Pada 20X3, pemerintah masih berkuasa di Negara A, namun situasi bisnis telah membaik. Dampak UndangUndang ekspor pada produk yang dihasilkan T terbukti tidak seburuk yang awalnya diperkirakan oleh manajemen. Akibatnya, manajemen mengestimasi bahwa produksi akan meningkat sebesar 30%. Perubahan yang menguntungkan ini mensyaratkan T untuk mengestimasi kembali jumlah terpulihkan aset neto untuk operasi di negara A (lihat PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 105 dan 106). Operasi di Negara A masih tetap merupakan unit penghasil kas untuk aset neto operasi di Negara A. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.81
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.82
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CI40. Penghitungan yang serupa dengan Contoh 2 menunjukkan bahwa jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas Negara A sekarang sebesar Rp1.910. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai CI41. T membandingkan jumlah terpulihkan dengan jumlah tercatat neto dari unit penghasil kas Negara A. Tabel 1. Penghitungan jumlah tercatat unit penghasil kas negara A pada akhir 20X3 Goodwill Awal 20X2 (contoh 2) Biaya historis Akumulasi penyusutan Rugi penurunan nilai: Jumlah tercatat setelah rugi penurunan nilai Akhir 20X3 Tambahan penyusutan (2 tahun)a Jumlah tercatat Jumlah terpulihkan Kelebihan jumlah terpulihkan atas jumlah tercatat
Rp 1.000 (1.000)
Aset Total teridentifikasi Rp Rp 2.000 3.000 (167) (167) (473) (1.473)
-
a
1.360
1.360
(247) 1.113
(247) 1.113 1.910
797
Setelah pengakuan rugi penurunan nilai pada awal 20X2, T merevisi beban penyusutan untuk aset terindentifikasi di negara A (dari Rp166,7 per tahun menjadi Rp123,6 per tahun), berdasarkan jumlah tercatat yang direvisi dan sisa umur manfaat (11 tahun) yang direvisi. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CI42. Terdapat perubahan menguntungkan atas estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset neto di Negara A sejak diakuinya rugi penurunan nilai terakhir. Dengan demikian, sesuai dengan PSAK 48 paragraf 109, T mengakui suatu pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui pada 20X2. CI43. Sesuai PSAK 48 paragraf 117 dan 118, T meningkatkan jumlah tercatat aset teridentifikasi Negara A sebesar Rp387 (lihat Tabel 3), yaitu sampai pada jumlah yang lebih rendah antara jumlah terpulihkan (Rp1.910) dan biaya historis yang tersusutkan dari aset teridentifikasi (Rp1.500) (lihat Tabel 2). Ini diakui segera dalam laporan laba rugi. CI44. Sesuai PSAK 48 paragraf 119, rugi penurunan nilai pada goodwill tidak dibalik. Tabel 2. Penentuan biaya historis yang tersusutkan dari aset teridentifikasi Negara A pada akhir 20X3 Akhir 20X3
Aset teridentifikasi Rp
Biaya historis Akumulasi penyusutan (166,7 x 3 tahun) Biaya historis yang tersusutkan Jumlah tercatat (Tabel 1) Selisih
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
2.000 (500) 1.500 1.113 387
48.83
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.84
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Tabel 3. Jumlah tercatat aset di negara A pada akhir 20X3
Akhir 20X3
Jumlah tercatat bruto Akumulasi amortisasi Akumulasi rugi penurunan nilai Jumlah tercatat Pembalikan rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah pembalikan rugi penurunan nilai
Goodwill
Aset teridentifikasi
Total
Rp
Rp
Rp
1.000 -
2.000 (414)
3000 (414)
(1.000) 0
-
(473) 1.973) 1.113 1.113 387
387
1.500 1.500
CONTOH 5. PERLAKUAN SUATU RESTRUKTURISASI DI MASA DEPAN Pada contoh ini, pengaruh pajak diabaikan Latar Belakang CI45. Pada akhir 20X0, entitas K menguji penurunan nilai suatu pabrik. Pabrik tersebut adalah unit penghasil kas. Aset pabrik dicatat pada biaya historis yang tersusutkan. Pabrik memiliki jumlah tercatat sebesar Rp3.000 dan sisa umur manfaat 10 tahun. CI46. Jumlah terpulihkan pabrik (yaitu yang tertinggi antara nilai pakai dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) ditentukan berdasarkan penghitungan nilai pakai. Nilai pakai dihitung menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak sebesar 14%. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CI47. Anggaran yang disetujui manajemen mencerminkan bahwa: (a) pada akhir 20X3, pabrik akan direstrukturisasi pada biaya estimasi sebesar Rp100. Disebabkan K belum berkomitmen untuk restrukturisasi, provisi belum dapat diakui untuk biaya restrukturiasi di masa depan. (b) akan terdapat manfaat di masa depan dari restrukturisasi ini dalam bentuk arus kas keluar yang berkurang. CI48. Pada akhir 20X2, K berkomitmen atas restrukturisasi. Estimasi biaya masih sebesar Rp100 dan oleh karena itu provisi diakui. Estimasi arus kas masa depan pabrik yang tercermin dalam anggaran terkini yang disetujui manajemen dijelaskan dalam paragraf CI52 dan tingkat diskonto saat ini adalah sama seperti pada akhir 20X0. CI49. Pada akhir 20X3, biaya restrukturisasi aktual sebesar Rp100 terjadi dan dibayar. Sekali lagi, estimasi arus kas masa depan pabrik yang tercermin dalam anggaran terkini yang disetujui manajemen dan tingkat diskonto saat ini adalah sama seperti yang diestimasi pada akhir tahun 20X2
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.85
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.86
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Pada akhir 20X0 Tabel 1. Penghitungan nilai pakai pabrik pada akhir 20X0 Arus kas Didiskonto pada Tahun masa depan 14% Rp Rp 20X1 300 263 20X2 280 215 1 420 20X3 283 20X4 5202 308 20X5 3502 182 20X6 4202 191 2 20X7 480 192 20X8 4802 168 20X9 141 4602 2 20Y0 400 108 Nilai pakai 2.051 CI50. Jumlah terpulihkan pabrik (yaitu nilai pakai) adalah kurang dari jumlah tercatatnya. Dengan demikian, K mengakui rugi penurunan nilai atas pabrik. Tabel 2. Perhitungan rugi penurunan nilai pada akhir 20X0
Jumlah tercatat sebelum rugi penurunan nilai Jumlah terpulihkan (Tabel1) Rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah rugi penurunan nilai
Pabrik Rp 3.000 2.051 (949) 2.051
1 Mengecualikan estimasi biaya restrukturisasi yang tercermin dalam anggaran manajemen 2 Mengecualikan estimasi manfaat yang diharapkan dari restrukturisasi yang tercermin dalam anggaran manajemen. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Pada akhir 20X1 CI51. Tidak ada kejadian yang mensyaratkan jumlah terpulihkan pabrik diestimasi ulang. Dengan demikian, tidak ada penghitungan jumlah terpulihkan yang harus dilakukan. Pada akhir 20X2 CI152. Entitas saat ini berkomitmen untuk menjalankan restrukturisasi. Dengan demikian, dalam menentukan nilai pakai pabrik, manfaat yang diharapkan dari restrukturisasi dipertimbangkan dalam penaksiran arus kas. Hal ini menghasilkan suatu peningkatan estimasi arus kas yang digunakan untuk menentukan nilai pakai pada akhir 20X0. Sesuai dengan PSAK 48 paragraf 105 dan 106, jumlah terpulihkan dari pabrik ditentukan kembali pada akhir 20X2. Tabel 3. Penghitungan nilai pakai pabrik pada akhir 20X2
Tahun 20X3 20X4 20X5 20X6 20X7 20X8 20X9 20Y0 Nilai pakai
Arus kas masa depan Rp 4201 5702 3802 4502 5102 5102 4802 4102
Diskonto 14% Rp 368 439 256 266 265 232 192 144 2.162
1 Mengecualikan estimasi biaya restrukturisasi karena suatu liabilitas telah diakui 2 Termasuk estimasi manfaat dari restrukturisasi yang tercermin dalam anggaran manajemen Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.87
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.88
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CI53. Jumlah terpulihkan pabrik (nilai pakai) lebih tinggi dari jumlah tercatatnya (lihat Tabel 4). Dengan demikian, K membalik rugi penurunan nilai yang diakui untuk pabrik pada akhir 20X0. Tabel 4. Penghitungan pembalikan rugi penurunan nilai pada akhir 20X2
Jumlah tercatat pada akhir 20X0 (Tabel2) Akhir 20X2 Beban penyusutan (untuk 20X1 dan 20X2 Tabel5) Jumlah tercatat sebelum pembalikan Jumlah terpulihkan (Tabel 3) Pembalikan rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah pembalikan Jumlah tercatat: Biaya historis yang tersusutkan (Tabel 5)
Pabrik Rp 2.051 (410) 1.641 2.162 521 2.162 2.400(a)
Pada Akhir 20X3 CI54. Terdapat suatu arus kas keluar Rp100 ketika biaya restrukturisasi dibayarkan. Meskipun arus kas keluar sudah terjadi, tidak terdapat perubahan dalam estimasi arus kas masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai pada akhir 20X2. Dengan demikian, jumlah terpulihkan pabrik tidak dihitung pada akhir 20X3.
(a)
Pembalikan tidak menyebabkan jumlah tercatat pabrik melebihi jumlah tercatatnya seandainya tetap menggunakan biaya historis tersusutkan. Dengan demikian, pembalikan seluruhnya dari rugi penurunan nilai diakui. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Jumlah terpulihkan Rp 2.051 nc 2.162 nc
Biaya historis terdepresiasi Rp 3.000 2.700 2.400 2.100
Rp 0 (205) (205) (270)
Rp (949) 0 521 0
2.051 1.846 2.162 1.892
Rugi Jumlah tercatat penurunan setelah penurunan nilai nilai
nc = tidak dihitung sepanjang tidak terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai telah meningkat/menurun.
20X0 20X1 20X2 20X3
Akhir tahun ke
Beban penyusutan yang, disesuaikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Tabel 5. Ringkasan jumlah tercatat mesin
Penurunan Nilai Aset PSAK No. 48 (revisi 2009)
48.89
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.90
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CONTOH 6 PERLAKUAN ATAS BIAYA MASA DEPAN Dalam contoh ini, pengaruh pajak diabaikan. Latar Belakang CI55. Pada akhir 20X0, entitas F menguji penurunan nilai sebuah mesin. Mesin itu adalah unit penghasil kas. Mesin itu dicatat pada biaya historis tersusutkan dan jumlah tercatatnya adalah Rp150.000. Mesin memiliki estimasi sisa umur manfaat 10 tahun. CI56. Jumlah terpulihkan mesin (yaitu yang lebih tinggi dari nilai pakai dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) ditentukan berdasarkan penghitungan nilai pakai. Nilai pakai dihitung menggunakan suatu tingkat diskonto sebelum pajak sebesar 14%. CI57. A n g g a r a n y a n g d i s e t u j u i m a n a j e m e n mencerminkan: (a) estimasi biaya yang diperlukan untuk memelihara tingkat manfaat ekonomi yang diharapkan muncul dari mesin pada kondisinya sekarang; dan (b) bahwa pada 20X4, biaya sebesar Rp 25.000 akan timbul untuk meningkatkan kinerja mesin dengan meningkatkan kapasitas produksinya. CI58. Pada akhir 20X4, terjadi biaya untuk meningkatkan kinerja mesin. Paragraf CI61 menunjukkan estimasi arus kas masa depan mesin yang tercermin dalam anggaran terkini yang disetujui manajemen dan tingkat diskonto sekarang adalah sama pada akhir 20X0.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Pada akhir 20X0 Tabel 1. Penghitungan nilai pakai mesin pada akhir 20X0 Tahun 20X1 20X2 20X3 20X4 20X5 20X6 20X7 20X8 20X9 20Y0 Nilai pakai
Arus kas masa depan Rp 22.1651 21.4501 20.5501 24.7251,2 25.3251,3 24.8251,3 24.1231,3 25.5331,3 24.2341,3 22.8501,3
Diskonto pada 14% Rp 19.443 16.505 13.871 14.639 13.153 11.310 9.640 8.951 7.452 6.164 12.128
1
Termasuk estimasi biaya yang diperlukan untuk memelihara tingkat manfaat ekonomi yang diharapkan didapatkan dari mesin pada kondisinya sekarang. 2. Tidak termasuk estimasi biaya untuk meningkatkan kinerja mesin yang tercermin dalam anggaran manajemen. 3 . Tidak termasuk estimasi manfaat yang diharapkan dari peningkatan kinerja mesin yang tercermin dalam anggaran manajemen.
CI59. Jumlah terpulihkan (yaitu nilai pakai) mesin adalah kurang dari jumlah tercatatnya. Dengan demikian, F mengakui rugi penurunan nilai untuk mesin itu. Tabel 2. Penghitungan rugi penurunan nilai pada akhir 20X0 Mesin Rp Jumlah tercatat sebelum rugi penurunan nilai 150.000 Jumlah terpulihkan (Tabel 1) 121.128 Rugi penurunan nilai (28.872) Jumlah tercatat setelah rugi penurunan nilai 121.128 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.91
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.92
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Tahun 20X1-20X3 CI60. Tidak terjadi peristiwa yang mensyaratkan jumlah terpulihkan mesin untuk diestimasi ulang. Dengan demikian, tidak ada penghitungan jumlah terpulihkan yang disyaratkan untuk dilakukan. Pada Akhir 20X4 CI61. Timbul biaya untuk meningkatkan kinerja mesin. Dengan demikian, dalam menentukan nilai pakai mesin, manfaat masa depan yang diharapkan dari peningkatan kinerja mesin dipertimbangkan dalam menaksir arus kas. Ini menghasilkan suatu peningkatan dalam estimasi arus kas masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai pada akhir 20X0. Konsekuensinya, sesuai PSAK 48 paragraf 105 dan 106, jumlah terpulihkan mesin dihitung ulang pada akhir 20X4. Tabel 3. Penghitungan nilai pakai mesin pada akhir 20X4
Tahun
20X5 20X6 20X7 20X8 20X9 20Y0 Nilai pakai (a)
Arus kas masa depan(a)
Didiskonto pada 14%
Rp 30.321 32.750 31.721 31.950 33.100 27.999
Rp 26.597 25.200 21.411 18.917 17.191 12.756 122.072
Termasuk estimasi manfaat yang diharapkan dari peningkatan kinerja mesin seperti tercermin dalam anggaran manajemen.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CI62. Jumlah terpulihkan mesin (yaitu nilai pakai) adalah lebih tinggi dari jumlah tercatat mesin dan biaya historis tersusutkan (lihat Tabel 4). Dengan demikian, K membalik rugi penurunan nilai yang diakui untuk mesin pada akhir 20X0 sehingga mesin dicatat pada biaya historis tersusutkan. Tabel 4. Penghitungan pembalikan rugi penurunan nilai pada akhir 20X4 Mesin Rp Jumlah tercatat pada akhir 20X0 (Tabel 2) Pada akhir 20x4 Beban penyusutan (20X1 sampai 20X4 – Tabel 5) Biaya untuk meningkatkan kinerja mesin Jumlah tercatat sebelum pemulihan Jumlah terpulihkan (Tabel 3) Pembalikan rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah pembalikan Jumlah tercatat: biaya historis terdepresiasi (Tabel 5)
121.128 (48.452) 25.000 97.676 122.072 17.324 115.000 115.000(a)
(a)
Nilai pakai mesin melebihi jumlah tercatat yang seandainya menggunakan biaya historis terdepresiasi. Dengan demikian, pembalikan dibatasi untuk suatu jumlah yang tidak menghasilkan jumlah tercatat mesin melebihi biaya historis tersusutkan.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.93
48.94
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Rp 150.000 135.000 120.000 105.000 90.000 25.000 115.000 95.833 122.072 nc
Rp 12.128 nc nc nc
Rp 0 (12.113) (12.113) (12.113) (12.113) (12.113) (19.167)
17.324 0
Rp (28.872) 0 0 0
Rugi penurunan nilai
115.000 95.833
Rp 121.128 109.015 96.902 84.789
Jumlah tercatat setelah penurunan nilai
nc = tidak dihitung sepanjang tidak ada indikasi bahwa rugi penurunan nilai mungkin telah naik atau turun.
20X5
20X0 20X1 20X2 20X3 20X4 Peningkatan
Tahun
Biaya historis tersusutkan
Jumlah terpulihkan
Beban penyusutan yang disesuaikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Tabel 5. Ringkasan jumlah tercatat mesin
Penurunan Nilai Aset PSAK No. 48 (revisi 2009)
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CONTOH 7 PENGUJIAN PENURUNAN NILAI UNIT PENGHASIL KAS DENGAN GOODWILL DAN KEPENTINGAN NONPENGENDALI Contoh 7A Kepentingan Nonpengendali Diukur Pada Awalnya Sebagai Bagian Proporsional Aset Neto Teridentifikasi Pada contoh ini, pengaruh pajak diabaikan Latar Belakang CI63. Entitas Induk memperoleh suatu kepentingan kepemilikan 80 % pada Entitas Anak sebesar Rp2.100 pada 1 Januari 20X3. Pada tanggal itu, aset neto teridentifikasi dari Entitas Anak memiliki nilai wajar Rp1.500. Entitas induk memilih untuk mengukur kepentingan nonpengendali sebagai kepentingan proporsional aset neto teridentifikasi Entitas Anak sebesar Rp300 (20% dari Rp1.500). Goodwill Rp900 adalah selisih antara agregasi dari pembayaran yang dialihkan dan jumlah dari kepentingan nonpengendali (Rp2.100+Rp300) dengan aset neto teridentifikasi (Rp1.500). CI64. Aset Entitas Anak secara keseluruhan merupakan kelompok terkecil dari aset yang menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk aset lain atau kelompok aset lainnya. Oleh sebab itu, Entitas Anak adalah suatu unit penghasil kas. Karena unit penghasil kas lain dari Entitas Induk diharapkan diuntungkan dari sinergi konbinasi bisnis tersebut, goodwill sebesar Rp500 yang terkait dengan penggabungan tersebut telah dialokasikan pada unit penghasil kas lain tersebut di Entitas Induk. Karena unit penghasil kas yang terdiri dari Entitas Anak goodwill dalam jumlah tercatatnya, unit penghasil kas harus diuji untuk penurunan nilai secara tahunan, atau lebih sering jika terdapat indikasi bahwa penurunan nilai mungkin terjadi (lihat PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 90).
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.95
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.96
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CI65. Pada akhir 20X3, Entitas Induk menentukan bahwa jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas Entitas Anak adalah Rp1.000. Jumlah tercatat dari aset neto Entitas Anak, selain goodwill, adalah Rp1.350. Pengujian Penurunan Nilai atas Entitas Anak (Unit Penghasil Kas) CI66. Goodwill yang teratribusikan pada kepentingan nonpengendali dimasukkan ke jumlah terpulihkan Entitas Anak sebesar Rp1.000 tetapi belum diakui dalam laporan keuangan konsolidasian Entitas Induk. Sehingga sesuai PSAK 48 paragraf B4 Lampiran B, jumlah tercatat Entitas Anak digross up untuk memasukkan goodwill yang dapat diatribusikan pada kepentingan nonpengendali, sebelum dibandingkan dengan jumlah terpulihkan sebesar Rp1.000. Goodwill yang dapat diatribusikan pada Entitas Induk dengan kepemilikan Entitas Anak sebesar 80% pada tanggal akuisisi adalah Rp400 setelah mengalokasikan Rp500 pada unit penghasil kas lainnya dalam Entitas Induk. Dengan demikian, goodwill yang dapat diatribusikan pada 20% kepentingan nonpengendali pada Entitas Anak pada tanggal akuisisi adalah Rp100. Tabel 1. Menguji Entitas Anak untuk pengujian penurunan nilai pada akhir 20X3 Akhir 20X3
Jumlah tercatat Kepentingan nonpengendali yang tidak diakui Jumlah tercatat disesuaikan Jumlah terpulihkan Rugi penurunan nilai
Goodwill Entitas Anak Rp 400
Aset neto teridentifikasi Rp 1.350
Rp 1.750
100
-
100
500
1.350
1.850 1.000
Total
850 Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Alokasi Rugi Penurunan Nilai CI67. Sesuai dengan PSAK 48 paragraf 99, rugi penurunan nilai Rp850 dialokasikan pada aset unit penghasil kas dengan pertama kali mengurangi jumlah tercatat goodwill. CI68. Dengan demikian, Rp500 dari Rp850 rugi penurunan nilai untuk unit dialokasikan pada goodwill. Sesuai PSAK 48 paragraf B6 Lampiran B, jika Entitas Anak yang dimiliki sebagian adalah unit penghasil kas itu sendiri, rugi penurunan nilai goodwill dialokasikan pada kepentingan pengendali dan nonpengendali dengan dasar yang sama sebagaimana alokasi laba atau rugi. Dalam contoh ini, laba atau rugi dialokasikan dengan dasar hak kepemilikan relatif. Karena goodwill diakui hanya sampai hak kepemilikan 80% Entitas Induk pada Entitas Anak, Entitas Induk hanya mengakui 80% dari rugi penurunan nilai goodwill tersebut (yaitu Rp400). CI69. Sisa rugi penurunan nilai sebesar Rp350 diakui dengan mengurangi jumlah tercatat aset Entitas Anak teridentifikasi (lihat Tabel 2) Tabel 2. Alokasi Rugi Penurunan Nilai untuk Entitas Anak pada akhir tahun 20X3
Akhir 20X3
Jumlah tercatat Rugi penurunan nilai Jumlah tercatat setelah penurunan nilai
Rp 400
Aset neto yang dapat diidentifikasi Rp 1.350
Rp 1.750
(400)
(350)
(750)
-
1.000
1.000
Goodwill
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Total
48.97
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.98
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Contoh 7B Kepentingan Nonpengendali Diukur Diawal pada Nilai Wajar dan Entitas Anak yang Terkait Merupakan Unit Penghasil Kas yang Berdiri Sendiri Dalam contoh ini, pengaruh pajak diabaikan. Latar Belakang CI70. Entitas Induk mendapatkan 80% hak kepemilikan pada Entitas Anak dengan membayar Rp2.100 pada 1 Januari 20X3. Pada tanggal itu, aset neto teridentifikasi dari Entitas Anak memiliki nilai wajar Rp1.500. Entitas Induk memilih untuk mengukur kepentingan nonpengendali pada nilai wajar, sebesar Rp350. Goodwill sebesar Rp950 adalah selisih antara agregat dari jumlah imbalan yang dialihkan dan jumlah dari kepentingan nonpengendali (Rp2.100 + Rp350) dengan aset neto teridentifikasi ( Rp1.500). CI71. Aset dari Entitas Anak secara keseluruhan adalah kelompok terkecil dari aset yang menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk aset atau kelompok aset lainnya. Dengan demikian, Entitas Anak merupakan suatu unit penghasil kas. Karena ada unit penghasil kas lain dari Entitas Induk yang diharapkan mendapat manfaat dari sinergi kombinasi bisnis, goodwill sebesar Rp500 yang berkaitan dengan sinergi tersebut telah dialokasikan pada unit penghasil kas lain dalam Entitas induk. Karena Entitas Anak mencakup goodwill dalam jumlah tercatatnya, Entitas Anak harus diuji untuk penurunan nilai setiap tahunnya, atau lebih sering jika terdapat indikasi bahwa penurunan nilai Entitas Anak mungkin terjadi (lihat PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 90). Pengujian Penurunan Nilai atas Entitas Anak CI72. Pada akhir 20X3, Entitas Induk menentukan bahwa jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas Entitas Anak adalah Rp1.650. Jumlah tercatat aset neto Entitas Anak, selain goodwill, adalah Rp1.350. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Tabel 1. Menguji Entitas Anak untuk penurunan nilai pada akhir 20X3 Akhir 20X3 Jumlah tercatat Jumlah terpulihkan Rugi penurunan nilai
Aset neto teridentifikasi Rp Rp 450 1.350
Goodwill
Total 1.800 1.650 150
Alokasi Rugi Penurunan Nilai CI73. Sesuai PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 99, rugi penurunan nilai sebesar Rp150 dialokasikan pada aset di unit dengan pertama kali mengurangi jumlah tercatat goodwill. CI74. Dengan demikian, jumlah rugi penurunan nilai seluruhnya sebesar Rp 150 untuk unit dialokasikan pada goodwill. Sesuai PSAK 48 paragraf B6 dari Lampiran B, jika Entitas Anak yang dimiliki sebagian merupakan unit penghasil kas itu sendiri, maka rugi penurunan nilai goodwill dialokasikan pada kepentingan pengendali dan kepentingan nonpengendali dengan dasar yang sama alokasi laba atau rugi. Contoh 7C Kepentingan Nonpengendali Diukur Diawal pada Nilai Wajarnya dan Entitas Anak Terkait Merupakan Bagian Unit Penghasil Kas yang Lebih Besar Dalam contoh ini, pengaruh pajak diabaikan Latar Belakang CI75. Andaikan bahwa, untuk kombinasi bisnis yang dijelaskan dalam contah 7B paragraf CI70, aset Entitas Anak akan menghasilkan arus kas masuk bersama-sama dengan aset atau kelompok aset lain yang dimiliki Entitas Induk. Dengan demikian, Entitas Anak bukan merupakan unit penghasil kas untuk tujuan pengujian penurunan nilai, namun Entitas Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.99
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Anak menjadi bagian dari suatu unit penghasil kas yang lebih besar, yaitu Z. Unit penghasil kas lainnya dari Entitas Induk juga diharapkan mendapatkan manfaat dari sinergi kontibusi bisnis. Oleh karena itu, goodwill yang terkait dengan sinergi tersebut, sebesar Rp500 telah dialokasikan pada unit penghasil kas tersebut. Goodwill dari Z yang terkait dengan kombinasi bisnis sebelumnya adalah Rp800. CI76. Karena Z mencakup goodwill dalam jumlah tercatatnya, dari Entitas Anak dan dari kombinasi bisnis sebelumnya, Z harus diuji untuk penurunan nilai setiap tahun, atau lebih sering jika terdapat indikasi bahwa Z mungkin turun nilainya (lihat PSAK 48 paragraf 90). Pengujian Penurunan Nilai Entitas Anak CI77. Pada akhir 20X3, Entitas Induk menentukan bahwa jumlah terpulihkan unit penghasil kas Z adalah Rp3.300. Jumlah tercatat aset neto Z, selain goodwill, adalah Rp2.250 Tabel 3. Menguji Z untuk penurunan nilai pada akhir 20X3 Akhir 20X3 Jumlah tercatat Jumlah terpulihkan Rugi penurunan nilai
Aset neto teridentifikasi Rp Rp 1.250 2.250
Goodwill
Total Rp 3.500 3.300 200
Alokasi Rugi Penurunan Nilai CI78. Sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 99, rugi penurunan nilai sebesar Rp200 dialokasikan pada aset di unit penghasil kas dengan pertama mengurangi jumlah tercatat goodwill. Dengan demikian, jumlah rugi penurunan nilai seluruhnya sebesar Rp200 untuk unit penghasil kas Z dialokasikan pada goodwill. Sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) paragraf B7 di Lampiran B, jika Entitas Anak yang
48.100
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
dimiliki sebagian membentuk bagian dari suatu unit penghasil kas yang lebih besar lagi, maka rugi penurunan nilai goodwill akan dialokasikan pertama kali pada bagian unit penghasil kas, Z, dan selanjutnya ke kepentingan pengendali dan kepentingan nonpengendali dari Entitas Anak yang dimiliki sebagian. CI79. Entitas Induk mengalokasikan rugi penurunan nilai ke bagian unit penghasil kas berdasarkan jumlah tercatat relatif goodwill pada bagian tersebut sebelum penurunan nilai. Dalam contoh ini Entitas Anak dialokasikan 36% dari rugi penurunan nilai (450/1.250). Rugi penurunan nilai kemudian dialokasikan pada kepentingan pengendali dan kepentingan nonpengendali menggunakan dasar yang sama dengan alokasi laba atau rugi. CONTOH 8 ALOKASI ASET KORPORAT Dalam contoh ini, pengaruh pajak diabaikan Latar Belakang CI80. Entitas M memiliki 3 unit penghasil kas: A, B dan C. Jumlah tercatat dari ketiga unit penghasil kas tersebut tidak termasuk goodwill. Terdapat perubahan kondisi yang merugikan dalam lingkungan teknologi di mana M beroperasi. Oleh karena itu, M mengadakan pengujian penurunan nilai dari masing-masing unit penghasil kas. Pada akhir 20X0, jumlah tercatat dari A, B dan C adalah masing-masing Rp100, Rp150 dan Rp200. CI81. Operasi dikendalikan dari kantor pusat. Jumlah tercatat kantor pusat adalah Rp200 yang terdiri dari sebuah gedung kantor pusat sebesar Rp150 dan pusat riset sebesar Rp50. Jumlah tercatat relatif dari unit penghasil kas adalah suatu indikasi yang rasional dari proporsi pemanfaatan gedung kantor pusat pada masing-masing unit penghasil kas. Jumlah tercatat pusat riset tidak dapat dialokasikan dengan suatu dasar yang rasional pada unit-unit penghasil kas individual. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.101
48.102 119
38% (300/800)
12% (100/800)
Jumlah tercatat (setelah alokasi gedung)
300
100
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
206
56
2
1
19
20 tahun
B Rp 150
10 tahun
A Rp 100
Alokasi jumlah tercatat gedung (berdasarkan pada pro-rata diatas)
Masa manfaat Tertimbang didasarkan pada masa manfaat Jumlah tercatat setelah tertimbang Pro rata alokasi Gedung
Jumlah tercatat
Akhir 20X0
275
75
50% (400/800)
400
2
20 tahun
C Rp 200
600
100%
800
Total Rp 450
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Tabel 1. Penghitungan suatu alokasi tertimbang dari jumlah tercatat gedung kantor pusat
Penurunan Nilai Aset PSAK No. 48 (revisi 2009)
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CI82. Sisa estimasi umur manfaat unit penghasil kas unit A adalah sepuluh tahun. Sisa umur manfaat B, C dan kantor pusat adalah dua puluh tahun. Kantor pusat disusutkan dengan dasar garis lurus. CI83. Jumlah terpulihkan (yaitu yang lebih tinggi antara nilai pakai dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) dari masing-masing unit penghasil kas didasarkan pada nilai pakainya. Nilai pakai dihitung menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak sebesar 15%. Identifikasi Aset Korporat CI84. Sesuai PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 97, M terlebih dahulu mengidentifikasi ke semua aset korporat yang berkaitan dengan unit penghasil kas individual yang sedang ditelaah. Aset korporat adalah gedung kantor pusat dan pusat riset. CI85. M kemudian memutuskan bagaimana memperlakukan masing-masing aset korporat dimaksud: (a) jumlah tercatat gedung kantor pusat dapat dialokasikan secara rasional dan konsisten pada unit-unit penghasil kas yang sedang ditelaah; dan (b) jumlah tercatat dari pusat riset tidak dapat dialokasikan secara rasional dan konsisten pada unit-unit penghasil kas individual yang sedang dikaji. Alokasi Aset Korporat CI86. Jumlah tercatat gedung kantor pusat dialokasikan pada jumlah tercatat dari masing-masing unit penghasil kas individual. Suatu dasar alokasi tertimbang digunakan karena estimasi sisa umur manfaat dari unit penghasil kas A adalah sepuluh tahun, sedangkan estimasi umur manfaat unit penghasil kas B dan C adalah dua puluh tahun.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.103
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Penentuan jumlah terpulihkan dan penghitungan rugi penurunan nilai CI87. PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 97 mensyaratkan, pertama bahwa jumlah terpulihkan dari setiap unit penghasil kas secara individu dibandingkan dengan jumlah tercatatnya (termasuk porsi dari jumlah tercatat gedung kantor pusat yang dialokasikan ke unit) dan setiap yang menghasilkan rugi penurunan nilai diakui. PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 97 kemudian mensyaratkan jumlah terpulihkan M secara keseluruhan (yaitu kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang memasukkan pusat riset) dibandingkan dengan jumlah tercatatnya, termasuk gedung kantor pusat dan pusat riset.
48.104
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Tabel 2. Penghitungan nilai pakai A, B, C dan M pada akhir 20X0
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nilai pakai
A
B
C
M
Arus Kas Diskon Masa 15% Depan
Arus Kas Diskon Masa 15% Depan
Arus Kas Diskon Masa 15% Depan
Arus Kas Diskon Masa 15% Depan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
18 31 37 42 47 52 55 55 53 48
16 23 24 24 24 22 21 18 15 12
9 16 24 29 32 33 34 35 35 35 36 35 35 33 30 26 22 18 14 10
8 12 16 17 16 14 13 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 1
10 20 34 44 51 56 60 63 65 66 66 66 66 65 62 60 57 51 43 35
9 15 22 25 25 24 22 21 18 16 14 12 11 9 8 6 5 4 3 2
39 72 105 128 143 155 162 166 167 169 132 131 131 128 122 115 108 97 85 71
34 53 69 73 71 67 61 54 48 42 28 25 21 18 15 12 10 8 6 4
199
164
271
720(a)
(a)
Diasumsikan pusat riset menghasilkan tambahan arus kas masa depan untuk entitas secara keseluruhan. Dengan demikian, jumlah dari nilai pakai masing-masing unit penghasil kas individual lebih kecil dari nilai pakai bisnis secara keseluruhan. Tambahan arus kas tidak diatribusikan pada gedung kantor pusat.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.105
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Tabel 3. Pengujian penurunan nilai A, B an C Akhir 20X0 Jumlah tercatat (setelah alokasi gedung) (Tabel 1) Jumlah terpulihkan (Tabel 2) Rugi penurunan nilai
A Rp
B Rp
C Rp
119
206
275
119 0
164 (42)
271 (4)
CI88. Langkah berikut adalah mengalokasikan rugi penurunan nilai diantara aset dari unit penghasil kas dan gedung kantor pusat. Tabel 4. Alokasi dari rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas B dan C Unit penghasil kas Terhadap gedung kantor pusat Terhadap unit penghasil kas aset
B Rp
C Rp
(12) (42x56/206)
(1) (4x75/275)
(30) (42x150/206) (42)
(3) (4x206/275) (4)
CI89. Karena pusat riset tidak dapat dialokasikan secara rasional dan konsisten pada unit penghasil kas A, B dan C, maka M membandingkan jumlah tercatat kelompok terkecil unit penghasil kas dengan jumlah tercatat dari pusat riset yang dapat dialokasikan (yaitu M secara keseluruhan) ke jumlah terpulihkannya.
48.106
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Tabel 5. Pengujian penurunan nilai terhadap kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang mana jumlah tercatat pusat riset dapat dialokasikan (yaitu M secara keseluruhan) Akhir 20X0
Rp
Pusat riset Rp
Rp
200
150
50
650
(30)
(3)
(13)
-
(46)
120
197
137
50
604
A
B
C
Gedung
Rp
Rp
Rp
Jumlah tercatat
100
150
Rugi penunan nilai yang tibul dari langkah pertama pengujian
-
100
Jumlah tercatat setelah langkah pertama pengujian Jumlah terpulihkan (Tabel 2) Rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas “yang lebih besar”
M
720
0
CI90. Oleh sebab itu, tidak ada tambahan rugi penurunan nilai yang dihasilkan dari penerapan pengujian penurunan nilai terhadap M secara keseluruhan. Hanya rugi penurunan nilai sebesar Rp46 yang diakui sebagai hasil penerapan langkah pertama pengujian terhadap A, B dan C.
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.107
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CONTOH 9. PENGUNGKAPAN TENTANG UNIT PENGHASIL KAS DENGAN GOODWILL ATAU ASET TIDAK BERWUJUD DENGAN UMUR MANFAAT TIDAK TERBATAS Tujuan dari contoh ini adalah untuk mengilustrasikan pengungkapan yang disyaratkan oleh PSAK 48 paragraf 129 dan 130.
Latar Belakang CI91. Entitas M adalah perusahaan manufaktur multinasional yang menggunakan segmen geografis untuk melaporkan informasi segmen. Tiga segmen M yang dilaporkan adalah Eropa, Amerika Utara dan Asia. Goodwill telah dialokasikan, untuk tujuan pengujian penurunan nilai, pada tiga unit penghasil kas individual dua di Eropa (unit A dan B) dan satu di Amerika Utara (unit C) dan juga dialokasikan pada satu kelompok dari unit penghasil kas (terdiri dari operasi XYZ) di Asia. Unit A, B, C dan operasi XYZ masing-masing mewakili tingkat terendah di dalam M yang goodwill-nya dipantau untuk tujuan internal manajemen. CI92. M mengakuisisi unit C, sebuah pabrik yang beroperasi di Amerika Utara, pada Desember 20X2. Tidak seperti operasi pabrik M di Amerika Utara lainnya, C beroperasi di suatu industri dengan margin dan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dan dengan manfaat ssepuluh tahun atas paten dari produk utamanya. Paten diberikan kepada C sebelum M mengakuisisi C. Sebagai bagian dari akuntansi untuk akuisisi C, M mengakui, selain paten, goodwill sebesar Rp3.000 dan suatu merek sebesar Rp1.000. Manajemen M telah menentukan bahwa merek tersebut memiliki umur manfaat tidak terbatas. M tidak memiliki aset tidak berwujud lain dengan umur manfaat tidak terbatas
48.108
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
CI93. Jumlah tercatat dari goodwill dan aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas dialokasikan pada unit A, B dan C dan ke operasi XYZ adalah sebagai berikut: Goodwill
A B C XYZ
Rp 350 450 3.000 1.200
Total
5.000
Aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas Rp
1.000 1.000
CI94. Selama tahun yang berakhir 31 Desember 20X3, M menentukan bahwa tidak terdapat penurunan nilai dari setiap unit penghasil kasnya atau kelompok dari unit penghasil kas yang mengandung goodwill atau aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas. Jumlah terpulihkan (yaitu yang lebih tinggi antara nilai pakai dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) dari unit-unit tersebut dan kelompok dari unit terkait ditentukan berdasarkan penghitungan nilai pakai. M telah menentukan bahwa perhitungan jumlah terpulihkan sangat sensitif terhadap perubahan dalam asumsi berikut:
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.109
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
Unit A dan B
Unit C
Operation XYZ
Margin kotor selama periode anggaran (periode anggaran adalah 4 tahun)
Bunga obligasi pemerintah AS 5 tahun selama periode anggaran (periode anggaran adalah 5 tahun)
Marjin kotor selama periode anggaran (periode anggaran adalah 5 tahun)
Kenaikan harga Kenaikan harga Nilai tukar Yen bahan baku selama bahan baku selama Jepang/dollar AS periode anggaran periode anggaran selama periode anggaran Pangsa pasar selama periode anggaran
Pangsa pasar selama periode anggaran
Pangsa pasar selama periode anggaran
Tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi arus kas setelah periode anggaran
Tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi arus kas setelah periode anggaran
Tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi arus kas setelah periode anggaran
CI95. Margin kotor selama periode anggaran untuk A, B dan XYZ yang diestimasi oleh M didasarkan pada rata-rata margin kotor yang dicapai dalam periode segera sebelum dimulainya periode anggaran, naik 5% pertahun untuk mengantisipasi peningkatan efisiensi. A dan B memproduksi produk yang saling melengkapi dan dioperasikan oleh M untuk mencapai marjin kotor yang sama. CI96. Pangsa pasar selama periode anggaran diestimasi oleh M didasarkan pada rata-rata pangsa pasar yang dicapai dalam periode segera sebelum dimulainya periode anggaran, disesuaikan setiap tahun untuk mengantisipasi pertumbuhan
48.110
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
atau penurunan dalam pangsa pasar. M mengantisipasi bahwa: (a) pangsa pasar untuk A dan B akan berbeda, tetapi masingmasing akan tumbuh 3% per tahun selama periode anggaran sebagai hasil dari perbaikan terus menerus dalam kualitas produk. (b) pangsa pasar C akan tumbuh 6% per tahun selama periode anggaran sebagai hasil dari peningkatan belanja iklan dan manfaat dari proteksi paten selama sepuluh tahun pada produk utamanya. (c) pangsa pasar XYZ akan tetap tak berubah selama periode anggaran sebagai hasil kombinasi dari perbaikan terus menerus dalam kualitas produk dan antisipasi peningkatan kompetisi. CI97. A dan B membeli bahan baku dari pemasok Eropa yang sama, sedangkan bahan baku C dibeli dari berbagai pemasok Amerika Utara. Kenaikan harga bahan baku selama periode anggaran diestimasi oleh M akan konsisten dengan taksiran indeks harga pelanggan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah yang relevan di negara Eropa dan Amerika Utara. CI98. Bunga obligasi pemerintah AS lima tahun selama periode anggaran yang diestimasi oleh M akan konsisten dengan imbal hasil beberapa obligasi pada awal dari periode anggaran. Nilai tukar yen Jepang/dollar AS yang diestimasi oleh M akan konsisten dengan rata-rata nilai tukar pasar berjangka ke depan (average market forward exchange rate) selama periode anggaran. CI99. M menggunakan tingkat pertumbuhan tetap untuk mengekstrapolasi arus kas di luar periode anggaran untuk A, B, C, dan XYZ. Tingkat pertumbuhan untuk A, B, dan XYZ diestimasi oleh M akan konsisten dengan informasi yang tersedia di publik tentang rata-rata tingkat pertumbuhan jangka panjang untuk pasar di mana A, B dan XYZ beroperasi. Namun, tingkat pertumbuhan untuk C melebihi rata-rata Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.111
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
tingkat pertumbuhan jangka panjang untuk pasar di tempat C beroperasi. Manajemen M berpendapat bahwa hal ini adalah rasional dipandang dari sudut proteksi dari patent berjangka waktu produk sepuluh tahun atas produk utama C. CI100. M memasukkan pengungkapan berikut di dalam catatan atas laporan keuangannya untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X3. Pengujian penurunan nilai untuk Goodwill dan Aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas Goodwill telah dialokasikan, untuk tujuan pengujian penurunan nilai, pada tiga unit penghasil kas individual dua di Eropa (unit A dan B) dan satu di Amerika Utara (unit C)- dan ke satu kelompok dari unit penghasil kas (terdiri dari operasi XYZ) di Asia. Jumlah tercatat dari goodwill yang dialokasikan pada unit C dan operasi XYZ adalah signifikan dibandingkan dengan total jumlah tercatat dari goodwill, tetapi tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah tercatat dari goodwill yang dialokasikan ke unit A dan B. Namun, jumlah terpulihkan unit A dan B didasarkan pada beberapa asumsi utama yang sama, dan jumlah tercatat agregat dari goodwill yang dialokasikan pada unit-unit tersebut adalah signifikan. Operasi XYZ Jumlah terpulihkan operasi XYZ telah ditentukan berdasarkan pada suatu perhitungan nilai pakai. Perhitungan tersebut menggunakan proyeksi arus kas yang berdasarkan pada anggaran keuangan yang disetujui oleh menajemen yang meliputi periode lima tahun, dan tingkat diskonto sebesar 8,4%. Arus kas di luar periode lima tahun tersebut telah diekstrapolasikan menggunakan suatu tingkat pertumbuhan tetap 6,%. Tingkat pertumbuhan ini tidak melebihi ratarata tingkat pertumbuhan jangka panjang untuk pasar di tempat XYZ beroperasi. Manajemen percaya bahwa setiap kemungkinan perubahan yang terjadi pada asumsi utama yang
48.112
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
mendasari jumlah terpulihkan XYZ, tidak akan menyebabkan jumlah tercatat XYZ melebihi jumlah terpulihkannya. Unit C Jumlah terpulihkan unit C juga telah ditentukan berdasarkan perhitungan nilai pakai. Perhitungan menggunakan proyeksi arus kas berdasarkan pada anggaran keuangan yang disetujui manajemen meliputi periode lima tahun, dan tingkat diskonto sebesar 9,2%. Arus kas C melebihi periode lima tahun diekstrapolasikan menggunakan suatu tingkat pertumbuhan tetap 12%. Tingkat pertumbuhan ini melebihi 4 poin persentase dari rata-rata tingkat pertumbuhan jangka panjang untuk pasar di mana C beroperasi. Bagaimanapun, manfaat C dari proteksi sepuluh tahun paten atas produk utamanya, diberikan pada Desember 20X2. Manajemen percaya bahwa suatu tingkat pertumbuhan 12% rasional dipandang dari sudut paten tersebut. Manajemen juga percaya bahwa setiap kemungkinan perubahan yang terjadi pada asumsi-asumsi utama yang mendasari jumlah terpulihkan C, tidak akan menyebabkan jumlah tercatat C melebihi jumlah terpulihkannya. Unit A dan B Jumlah terpulihkan unit A dan B telah ditentukan berdasarkan perhitungan nilai pakai. Unit-unit tersebut memproduksi produk yang saling melengkapi, dan jumlah terpulihkan mereka didasarkan pada beberapa asumsi-asumsi utama. Kedua perhitungan nilai pakai menggunakan proyeksi arus kas yang berdasarkan pada anggaran keuangan yang disetujui manajemen meliputi periode empat tahun, dan tingkat diskonto 7,9%. Kedua arus kas yang melebihi periode empat tahun diekstrapolasikan menggunakan tingkat pertumbuhan tetap 5%. Tingkat pertumbuhan tidak melebihi tingkat pertumbuhan ratarata jangka panjang untuk pasar di tempat A dan B beroperasi. Proyeksi arus kas selama periode anggaran untuk A dan B juga didasarkan pada margin kotor yang diharapkan selama periode anggaran dan kenaikan harga bahan baku yang sama Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.113
Penurunan Nilai Aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
selama periode anggaran. Manajemen percaya bahwa adanya kemungkinan perubahan yang layak dalam setiap asumsi utama tersebut tidak akan menyebabkan jumlah tercatat agregat dari A dan B melebihi jumlah terpulihkan agregat dari unit-unit tersebut.
Operasi XYZ
Unit C
Units A dan B (secara agregat)
Jumlah tercatat dari goodwill
Rp 1.200
Rp 3.000
Rp 800
-
Rp 1.000
-
Jumlah tercatat dari merek dengan umur manfaat tidak terbatas
Asumsi kunci yang digunakan dalam penghitungan nilai pakai(a) • Asumsi utama • Marjin kotor yang dianggarkan
• Dasar untuk menentukan nilainilai yang ditetapkan ke asumsi kunci
• Tingkat bunga obligasi pemerintah AS 5 tahun
• Rata-rata marjin • Hasil bunga kotor yang obligasi dihasilkan dalam pemerintah AS periode segera 5 tahun pada sebelum periode awal periode anggaran, anggaran dinaikkan untuk perbaikan efisiensi yang diharapkan
• Marjin kotor yang dianggarkan
• Rata-rata marjin kotor yang dicapai dalam periode segera sebelum periode aggaran, dinaikkan untuk perbaikan efisiensi yang diharapkan
Berlanjut (a)
48.114
Asumsi utama yang terlihat di tabel di atas untuk unit A dan B adalah asumsi utama yang digambarkan dalam perhitungan jumlah terpulihkan untuk ke dua unit tersebut. Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Penurunan Nilai Aset
PSAK No. 48 (revisi 2009)
1 lanjutan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 • Asumsi 16 utama 17 18 19 20 • Dasar untuk 21 menentukan 22 nilai-ni23 lai yang 24 ditetapkan 25 ke asumsi utama 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
• Nilai-nilai yang ditetapkan ke asumsi kunci mencerminkan pengalaman masa lalu, kecuali untuk perbaikan efisiensi Manajemen yakin perbaikan sebesar 5% pertahun adalah pencapaian yang layak.
• Nilai-nilai yang ditetapkan ke asumsi utama adalah konsisten dengan infomasi yang bersumber dari luar
• Nilai-nilai yang ditetapkan ke asumsi utama mencerminkan pengalaman masa lalu, kecuali untuk perbaikan efisiensi. Manajemen yakin perbaikan sebesar 5% per tahun adalah pencapaian yang layak.
• Nilai tukar Yen Jepang/ dollar AS selama periode anggaran
• Kenaikan harga bahan baku
• Kenaikan harga bahan baku
• Rata-rata nilai tukar pasar kedepan selama periode agaran
• Taksiran indeks hrga konsumen selama periode anggaran untuk negara-negara Amerika Utara darimana bahan baku dibeli
• Taksiran indeks harga konsumen selama periode anggaran untuk negaranegara Eropa darimana bahan baku dibeli
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Berlanjut
48.115
Penurunan Nilai Aset
PSAK No. 48 (revisi 2009)
1 lanjutan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 • Asumsi 13 utama 14 15 16 • Dasar untuk 17 menentukan 18 nilai-nilai yang 19 ditetapkan 20 ke asumsi 21 utama 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 48.116
• Nilainilai yang ditetapkan ke asumsi utama adalah konsisten denagan informasi yang bersumber dari luar.
• Nilai-nilai yang ditetapkan ke asumsi utama adalah konsisten dengan informasi yang bersumber dari luar.
• Pangsa pasar yang dianggarkan
• Pangsa pasar yang dianggarkan
• Rata-rata pangsa pasar dalam periode segera sebelum periode anggaran.
• rata-rata pangsa pasar di periode segera sebelum periode anggaran, dinaikkan setiap tahun untuk mengantisipasi pertumbuhan pangsa pasar
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
• Nilai-nilai yang ditetapkan ke asumsi utama adalah konsisten dengan informasi yang bersumber dari luar.
Berlanjut
Penurunan Nilai Aset
1 lanjutan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
PSAK No. 48 (revisi 2009)
• Nilai-nilai yang ditetapkan ke asumsi utama mencerminkan pengalaman masa lalu. Tidak ada perubahan di pangsa pasar yang diharapkan sebagai hasil dari perbaikan kualitas produk yang terus menerus berpasangan dengan peningkatan kompetisi yang diantisipasi.
• Manajemen yakin pangsa pasar tumbuh 6% per tahun adalah pencapaian yang layak disebabkan pengeluaran iklan yang meningkat, manfaat dari proteksi 10 tahun paten produk utama C, dan sinerji yang diharapkan dapat dicapai dari operasi C sebagai bagian dari segmen M Amerika Utara .
Hak Cipta © 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
48.117