BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain. Piutang usaha dan piutang lain-lain yang diharapkaan dapat tertagih dalam satu tahun atau siklus usaha normal, diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.43 menyebutkan bahwa: piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha. Sedangkan, menurut (Warren, 2005:324) piutang adalah klaim yang timbul dari beberapa jenis transaksi dari penjualan barang ataupun
8
jasa secara kredit, dalam bentuk uang terhadap perorangan, perusahaan atau organisasi lainnya. Dari definisi-definisi piutang di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa piutang merupakan klaim suatu perusahaan terhadap pihak lain yang timbul akibat penjualan suatu barang atau jasa. Hampir semua entitas memiliki piutang kepada pihak-pihak, baik yang terkait dengan transaksi penjualan atau pendapatan maupun piutang yang berasal dari transaksi lainnya. 2.1.2 Jenis-Jenis Piutang Menurut Soemarso SR (2004:338) piutang dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu: 1. Piutang Dagang Piutang dagang adalah tagihan perusahaan dagang kepada konsumen yang berasal dari penjualan barang secara tidak kas atau kredit. Selain itu, pengertian lain dari piutang dagang adalah jumlah yang terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang adalah tipe piutang yang paling banyak ditemukan dan biasanya memiliki jumlah yang paling besar. Piutang dagang, biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan.
Piutang dagang dapat dikelompokkan menjadi 2, yakni: a. Piutang Usaha (Account Receivable) Piutang usaha ini berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan umumnya bisa ditagih dalam waktu satu sampai dua bulan. Biasanya
9
piutang usaha tidak melibatkan bunga, meskipun pembayaran bunga atau biaya jasa bisa saja dibebankan jika pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu. Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari dan merupakan akun terbuka yang berasal dari pelunasan kredit jangka pendek. b. Wesel Tagih (Notes Receivable) Wesel tagih merupakan janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Wesel tagih bisa bersumber dari penjualan, pembayaran, ataupun transaksi lainnya. Wesel tagih dapat bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni: Wesel tagih berbunga (interest bearing notes). Wesel ini ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal serta ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus. Wesel tagih tidak berbunga (non interest bearing notes). Wesel ini ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal tetapi tidak mencantumkan bunga.
2. Piutang Lain-Lain (non dagang) Piutang lain-lain adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain akibat dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan normal usaha perusahaan.
10
Beberapa contoh piutang non dagang adalah: 1) Uang muka kepada perusahaan. Adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan sebelum pekerjaaan dilakukan. 2) Pinjaman kepada staf karyawan. Adalah kas perusahaan yang dipinjam oleh karyawan ataupun staf yang digunakan untuk keperluan pribadi mereka. 3) Piutang deviden dan bunga. Adalah jumlah uang yang belum diterima dari pembagian keuntungan berupa saham dari perusahaan lain, sedangkan piutang bunga adalah jumlah uang yang diterima dari bunga pinjaman, baik bank atau dari bunga lainnya. 2.1.3 Pengakuan Piutang Piutang diakui pada laporan posisi keuangan jika entitas tersebut menjadi bagian dalam kontrak piutang tersebut, dalam transaksi penjualan atau pendapatan, pengakuan piutang dikaitkan dengan pengakuan pendapatan. Saat perusahaan sudah mengakui pendapatannya maka perusahaan akan mengakui piutangnya. Sesuai Standar Akuntansi Keuangan No.55, piutang diakui entitas sebesar nilai wajar. Nilai wajar merupakan harga perolehan atau nilai pertukaran antara kedua belah pihak pada tanggal transaksi. 2.1.4 Akuntansi untuk Kerugian Piutang Ada 2 metode akuntansi untuk mencatat kerugian piutang, yaitu: 1. Metode Penghapusan Langsung
11
Dalam metode penghapusan langsung, beban piutang tak tertagih tidak akan dicatat sampai piutang pelanggan dianggap benar-benar tidak dapat ditagih. Dan pada saat itu, piutang pelanggan akan dihapus.
Jurnal
untuk
mencatat
transaksi
dengan
menggunakan
metode
penghapusan langsung yaitu sebagai berikut: Kerugian piutang tak tertagih
xxx
Piutang
xxx
Ada kalanya piutang yang sudah dihapus ternyata bisa ditagih kembali. Untuk mencatat transaksi tersebut dengan cara membalik ayat jurnal penghapusan piutang, kemudian kas yang diterima dari konsumen dicatat sebagai penerimaan atas pembayaran piutang.
Piutang usaha
xxx
Kerugian piutang tak tertagih Kas
xxx xxx
Piutang
xxx
2. Metode Penyisihan atau Cadangan Perusahaan yang bisa menaksir secara layak jumlah piutangnya yang kemungkinan tidak dapat ditagih, sangat disarankan untuk mengakui biaya kerugian piutangnya berdasarkan metode penyisihan, secara periodik (biasanya setiap akhir tahun buku) perusahaan harus menentukan besarnya
12
piutang dagang yang kemungkinan tidak dapat ditagih tersebut bisa didasarkan pada hasil penjualan secara kredit dalam tahun buku berjalan, atau berdasarkan saldo piutang dagang pada akhir buku tahun berjalan.
Jumlah piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih, dipakai sebagai dasar untuk mengakui adanya kerugian piutang sebagai biaya dan membuat penyesuaian terhadap rekening penyisihan kerugian piutang yang dibentuk sebagai rekening penilaian terhadap piutang dagang, melalui prosedur penyesuaian pada setiap akhir tahun buku. Dalam laporan laba/rugi, saldo rekening biaya kerugian piutang disajikan sebagai komponen biaya operasional, dimana kerugian piutang sebagai biaya dikurangkan dari hasil penjualan secara kredit sebagai elemen pendapatan. Sedangkan saldo rekening penyisihan kerugian piutang (seringkali juga disebut penyisihan piutang ragu-ragu, penyisihan piutang tak tertagih) disajikan di dalam neraca sebagai pengurang terhadap saldo rekening piutang dagang untuk menyatakan nilai realisasi netonya. Dengan demikian, pembentukan penyisihan kerugian piutang mempunyai 2 tujuan pokok, yaitu: 1) Agar dimungkinkan untuk diakuinya kerugian piutang sebagai biaya dalam periode yang sama dengan periode terjadinya transaksi penjualan secara kredit. 2) Untuk menyatakan piutang dagang dalam jumlah yang sama dengan nilai realisasi bersihnya.
13
Jurnal untuk mencatat transaksi menggunakan metode penyisihan sebagai berikut: - Taksiran kerugian piutang: Kerugian piutang tak tertagih
xxx
Cadangan piutang tak tertagih
xxx
- Penghapusan piutang: Cadangan piutang tak tertagih
xxx
Piutang
xxx
- Pernyataan konsumen akan melunasi: Piutang
xxx
Cadangan piutang tak tertagih Kas
xxx xxx
Piutang
xxx
2.2 Penagihan 2.2.1 Pengertian Penagihan Penagihan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “tagih” yang berarti memperingatkan, meminta, mendesak agar membayar hutang, pajak, iuran, dan sebagainya. Adapun pengertian penagihan itu sendiri adalah proses, cara agar seseorang atau kelompok bisa membayar kewajiban atau hutangnya. Dalam suatu instansi atau perusahaan dengan adanya penagihan yang terstruktur dan manajemen yang baik maka kas yang diharapkan bisa diterima akan cepat terselesaikan.
14
2.2.2 Pihak-Pihak yang Terlibat Prosedur penagihan piutang termasuk dalam sistem akuntansi penerimaan kas, yang dimana dalam suatu prosedur tidak akan berjalan tanpa adanya subsistem atau fungsi-fungsi yang terlibat di dalamnya. Fungsi-fungsi yang terlibat dalam sistem akuntansi penerimaan kas menurut Mulyadi (2008:487) terdiri atas: 1. Fungsi Sekretariat Fungsi ini bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat pemberitahuan (remittance advice) melalui pos dari para debitur perusahaan. Fungsi secretariat bertugas untuk membuat daftar surat pemberitahuan atas dasar surat pemberitahuan yang diterima bersama cek dari para debitur. 2. Fungsi Penagihan Jika dalam suatu perusahaan melakukan penagihan langsung kepada debitur melalui penagihan perusahaan, fungsi penagihan bertanggung jawab
untuk
melakukan
penagihan
kepada
debitur
perusahaan
berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi. 3. Fungsi Kas Fungsi kas bertanggung jawab atas penerimaan cek dari sekretariat (jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui pos) atau dari fungsi penagihan (jika penerimaan kas dari piutang dilaksanakan melalui penagih perusahaan). Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyetorkan
15
kas yang diterima dari berbagai fungsi tersebut segera ke bank dalam jumlah penuh. 4. Fungsi Akuntansi Fungsi akuntansi bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke dalam kartu piutang. 5. Fungsi Pemeriksa Intern Dalam sistem penerimaan kas dari piutang, fungsi pemeriksa intern bertanggung jawab dalam melaksanakan perhitungan kas yang ada pada fungsi kas secara periodik. Selain itu, fungsi pemeriksa intern bertanggung jawab dalam melakukan rekonsiliasi bank, untuk mengecek ketelitian catatan kas yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi. 2.2.3 Unsur Pengendalian Intern Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuranukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan
manajemen.
Sedangkan
unsur
pokok
sistem
pengendalian intern adalah terdiri atas: 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. 2. Sistem
wewenang
dan
prosedur
pencatatan
yang
memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
16
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya. 2.2.4
Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Penerimaan Kas dari Piutang
Unsur pengendalian intern dalam sistem penerimaan kas dari piutang, yaitu: Organisasi 1. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan penerimaan kas. 2. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan 1. Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan cara pemindah bukuan (giro bilyet). 2. Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang harus ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi. 3. Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (bagian piutang) harus didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari debitur. Praktik yang Sehat 1. Hasil perhitungan kas harus direkam dalam berita acara penghitungan kas dan disetor penuh ke bank dengan segera. 2. Para penagih dan kasir harus diasuransikan.
17
3. Kas dalam perjalanan (baik yang ada di tangan bagian kasa maupun di tangan penagih perusahaan) harus diasuransikan.
2.3 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu kegiatan krelikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi 2008:5). Sedangkan prosedur menurut Cole yang diambil dari buku karangan Baridwan (2002:3) adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. Jadi, prosedur adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lain dengan pola yang terpadu untuk menangani transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Menurut (Mulyadi 2008:5) dalam melakukan penagihan piutang harus melalui beberapa prosedur yang ada. Sesuai dengan standar pengendalian intern, prosedur penagihan piutang dapat dilakukan berbagai cara, antara lain: 1. Fungsi yang Terkait dalam Sistem Penagihan Piutang. a. Fungsi Sekretariat Fungsi ini bertanggungjawab dalam penerimaan cek dan surat pemberitahuan melalui pos dan para debitur perusahaan. Fungsi ini juga
18
bertugas membuat daftar surat pemberitahuan yang diterima bersama dari para debitur.
b. Fungsi Penagihan Fungsi ini bertanggungjawab untuk melakukan penagihan kepada para debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi. c. Fungsi Kas Fungsi ini bertanggungjawab atas penerimaan cek dari fungsi sekretariat atau fungsi penagihan dan menyetorkan kas yang diterima dari berbagai fungsi tersebut segera ke bank dalam jumlah penuh. d. Fungsi Akuntansi Fungsi ini bertanggungjawab dalam pencatatan penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke dalam kartu piutang. e. Fungsi Pemeriksa Intern Fungsi ini bertanggungjawab dalam melaksanakan perhitungan yang ada di tangan fungsi kas secara periodik, dan melakukan rekonsiliasi bank, untuk mengecek ketelitian catatan kas yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi.
2. Dokumen yang Digunakan dalam Prosedur Penagihan Piutang. a. Surat Pemberitahuan
19
Surat pemberitahuan merupakan dokumen untuk memberitahu maksud pembayaran yang akan dilakukan. b. Daftar Surat Pemberitahuan Daftar surat pemberitahuan merupakan rekapitulasi penerimaan kas. c. Bukti Setor Bank Bukti setor bank merupakan bukti penyetoran kas yang diterima dari piutang ke bank. d. Kwitansi Kwitansi merupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang mereka.
3. Sistem Penagihan Piutang Melalui Penagih Perusahaan Dilaksanakan dengan Prosedur a. Penerimaan piutang mengirimkan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada bagiaan penagihan. b. Bagian penagihan mengirimkan penagih untuk melakukan penagihan kepada debitur. c. Bagian penagihan menerima cek atas nama dalam surat peemberitahuan dari debitur. d. Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang. e. Bagian kas mengirim kwitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada debitur.
20
f. Bagian kas menyetor ke bank, setelah cek atas cek tersebut dilakukan endorsement oleh pejabat yang berwenang. g. Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank debitur. Sistem pengendalian intern yang baik mengharuskan agar semua penerimaan kas dari debitur harus dalam bentuk cek atas nama atau giro bilyet. Penerimaan kas dari debitur dalam bentuk uang tunai memberikan peluang kepada penagih untuk melakukan penyelewengan. Bentuk penerimaan kas melalui penagih perusahaan ini yang biasa dilaksanakan di Indonesia, sedangkan bentuk lain masih jarang dilakukan. 2.3.1 Praktik Penagihan Piutang yang Efektif Menurut (Rustam, 2002), perusahaan dapat mempercepat penagihan piutang dan menghindari masalah pembayaran yang terlambat dengan cara mengembangkan rencana penagihan yang efektif. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu melindungi diri dari klien yang terlambat membayar: 1. Membuat Buku Pembantu Piutang Informasi piutang merupakan suatu yang penting dalam operasional perusahaan. Banyak cara dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis untuk mendapatkan informasi piutang. Namun dengan bantuan sistem informasi komputer, pekerjaan ini menjadi sangat mudah. Akuntansi komputer dapat menampilkan informasi tersebut dalam hitungan detik. 2. Menagih ke Orang yang Tepat Pengiriman tagihan ke orang yang salah dapat membuat pembayaran terlambat hingga 30 sampai 60 hari karena harus melewati suatu perusahaan.
21
Datang dan berbicaralah dengan klien dan beritahukan bahwa telah melewati jatuh tempo. 2.4 Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009) : Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan. Perlakuan akuntansi itu sendiri ada 4 , yaitu: 1. Pencatatan Pencatatan ini berhubungan dengan jurnal. Bagaimana bentuk jurnal piutang yang tertagih maupun yang tak tertagih. 2. Pengukuran Pengukuran ini berhubungan dengan bagaimana metode perhitungan terhadap piutang tak tertagih. 3. Pelaporan Pelaporan ini berhubungan dengan bagaimana bentuk pelaporan di neraca/laporan posisi keuangan. 4. Pengungkapan Pengungkapan ini merupakan penjelasan lengkap tentang piutang di neraca.