BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Untuk memperoleh pijakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori, konsep dan pendekatan yang berkaitan dengan obyek penelitian, yang akan sangat berguna dalam menganalisa masalah. Tujuannya adalah agar konsep jalannya penelitian sebagaimana telah dituliskan dalam bab I. konsep dan teori serta pendekatan yang akan diuraikan dalam bab II ini mempunyai relevansi terhadap masalah yang akan diteliti. 2.1
Hubungan Internasional Makna hubungan internasional memiliki arti aktivitas yang lebih luas lagi. Lopez dan
Stohl secara eksplisit mengatakan bahwa perkembangan yang terjadi dalam hubungan internasional dewasa ini mengarah pada kegiatan-kegiatan seperti perang, bantuan kemanusiaan, perdagangan internasional dan investasi, turisme serta olimpiade (Lopez dan Stohl, 1989:3). Menurut Paul R. Viotti dan Mark V. Kaupi, dalam bukunya International theory: Realism,Pluralism,Globalism and Beyond, menyatakan bahwa: “Hubungan Internasional adalah interaksi penuh yang berupa politik, sosial,ekonomi, budaya dan bentuk interaksi lainnya yang terjadi antara aktor negara dengan aktor non negara. 1
Menurut Joshua S. Goldstein: “IR is an unpredictable realm of turbulent processes and event that catch the entire expert by surprise.”2
1
Paul R. Viotti, dan Mark V.Kaupi. 1997. International Relations and Worlds Politic; Security, Economy, Identity. Upper Sadle. New Jersey: Prentice Hall. Hal 483.
Selanjutnya menurut Steve Chan, mendefinisikan hubungan internasional sebagai interaksi antar aktor-aktor atau kondisi-kondisi yang memiliki konsenkuensi penting terhadap aktor lain di luar batas-batas yuridiksi efektif dari unit-unit politik. 3 Hubungan internasional terjadi karena adanya kontak dan interaksi antar negara seperti interaksi politik antar pemerintah, misalnya perang, aliansi, hubungan diplomatic, negosiasi dan ancaman kekuatan militer. Setelah mengambil beberapa defenisi dari hubungan internasional, menyryt Steve Chow setidaknya ada empat kata kunci dalam memahami hubungan internasional, yaitu: 1. Interaksi, yang menyatakan hubungan resiprokal atau mutual. Hal ini secara tidak langsung mengatakan bahwa hubungan internasional dibangun dari sedikitnya dua aktor. 2. Bangsa, yang menyatakan bahwa peristilahan yang digunakan untuk menyatakan adanya hubungan antar bangsa dalm istilah hubungan internasional tidaklah selalu tepat dalm menggambarkan fenomena. 3. Batas, yang menyatakan bahwa perbedaan antara interaksi domestic dan luar negeri dibedakan pada dampak terhadap unit-unit lain diluar batas yuridksi nasionalnya. 4. Aktor secara umum, yang dinilai berdasarkan tindakan atau kondisi yang melingkupi aktor yang bersangkutan.4
Jadi hubungan internasional tidak hanya menekankan pada aspek hubungan politik saja tetapi juga unsure-unsur ekonomi, sosial dan budaya. Luasnya aktivitas yang 2
Joshua S. Goldstein. 1999. International relations,3rd edition. New York. Wesley Longman Inc. hal 7. Peter A. Toma. dan Robert F. Gorman. 1991. International Relations; Understanding Global Issues. California: Brooks/Cole Publishing Company. Hal 11 4 Steve Chan. 1984. International Relations in Perspective: The pursuit of Security, Ibid. hal 5-6 3
dikategorikan sebagai aktivitas hubungan internasional telah memungkinkan munculnya aktor-aktor internasional yang terlibat dalam hubungan tersebut. Aktor-aktor yang terlibat bukan hanya aktor pemerintah yang merupakan wakil resmi dari suatu negara, tetapi juga aktor-aktor non pemerintah yang memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan aktor-aktor pemerintah. Beberapa istilah lain yang dekat hubungannya dengan hubungan internasional yaitu politik internasional dan politik atau kebijakan luar negeri. Pemakaian ketiga istilah ini sering kali membingungkan karena banyak sekali defenisi. Pada umumnya, objek yang dikaji dalam politik internasional adalah kajian serupa pada kebijakan luar negeri. keduanya menitik beratkan pada penjelasan mengenai kepentingan, tindakan serta unsur power negara. Perbedaan anatara kedua istilah itu mungkin akan lebih bersifat akademis daripada kenyataan bahwa kedua istilah tersebut bisa digunakan untuk memperkirakan perbedaan antara tujuan dan tindakan suatu negara atau interaksi antara dua negara atau lebih.5 Peneliti yang menganlitis tindakan negara terhadap lingkungan eksternal serta berbagai kondisei domestik yang menopang formulasi tindakan, pada dasarnya berkaitan erat kajian kebijakan luar negeri, sedangkan peneliti yang memandang tindakan sebagai salah satu aspek pola tindakan suatu negara serta reaksi atau sambutan oleh negara lain, berkaitan erat dengan kajian politik internasional. Perbedaan kedua pandangan tersebut bisa dilihat melalui gambar sebagai berikut:6 Dalam system internasional yang kerap kali diwarnai dengan konflik-konflik antar negara atau konflik domestic suatu negara, beberapa serta dalam upaya penyelesaian konflik negara lain tersebut dengan harapan agar kondisi yang damai dan tenang dapat terwujud. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh negara terhadap upaya penyelesaian konflik negara 5 6
Op.Cit. K.J. Holsti. Hal 26
lain adalah dengan melakukan intervensi (campur tangan) yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusian dan hukum internasional Hubungan internasional mencakup berbagai macam hubungan atau interaksi yang melintasi batas-batas wilayah negara dan melibatkan pelaku-pelaku yang berbeda kewarganegaraan, berkaitan dengan segala bentuk kegiatan manusia. Hubungan ini dapat berlangsung dengan baik secara kelompok maupun secara perorangan dari suatu bangsa yang melakukan interaksi secara resmi maupun tidak resmi dengan kelompok atau perorangan dari bangsa atau negara lain. (T. May Rudy, 1993:3) Tujuan utama studi hubungan internasional menurut Mochtar Mas’oed adalah untuk mempelajari perilaku internasional, yakni perilaku para aktor negara maupun non negara dalam area transaksi internasional. Perilaku itu dapat berwujud perang, konflik, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi internasional dan sebagainya (Mas’oed, 1994:29). Hal ini berarti hubungan internasional mencakup interaksi yang dilakukan oleh semua anggota masyarakat internasional baik secara langsung maupun tidak langsung dalam segenap kehidupan manusia.
2.2
Diplomasi
2.2.1 Sejarah Diplomasi Sejarah diplomasi telah ada sebelum munculnya hubungan internasional modern. Hal ini dapat dilacak kembali pada jaman kunci di Cina, India dan Mesir, yaitu pada pengiriman dan pemberitahuan, pembelaan suatu kasus, dan pertukaran cinderamata dari satu kepala suku ke suku yang lain.
Di dalam dunia yang terdiri dari berbagai negara berdaulat, terdapat dua faktor yaitu diplomasi dan hokum internasional, merupakan hal yang paling penting dalam pemeliharaan perdamaian. Hokum internasional telah memberikan tatanan bagi dunia yang anarkis, sedangkan diplomasi selalu memainkan peranan yang penting. Diplomasi sangat penting dalam meningkatkan
pemeliharaan keseimbangan dan perdamaian dalam tatanan
internasional. Diplomasi juga selalu memainkan peranan besar dalam mengatur kebijakankebijakan internasional. Banyak masalah internasional yang dapat diselesaikan dengan diplomasi. Kata “diplomasi” diyakini berasal dari kata Yunani “diploun” yang berarti “melipat”. Menurut Nicholson, pada massa Kekaisaran Romawi semua paspor, yang melewati jalan milik negara dan surat-surat jalan dicetak pada piringan logam dobel, dilihat dan dijahit jadi satu dalam cara yang khas. Surat jalan logam ini disebut “diplomas”. Selanjutnya kata ini berkembang dan mencakup pula dokumen-dokumen resmi yang bukan logam, khususnya yang memberikan hak istimewa tertentu atau menyangkut perjanjian dengan suku bangsa asing di luar bangsa Romawi. Karena perjanjian-perjanjian ini semakin bertumpuk, arsip kekaisaran menjadi beban dengan dokumen-dokumen kecil yang tak terhitung jumlahnya yang dilipat dan diberikan dalam cara khusus. Oleh karena itu dirasa perlu untuk memperkerjakan
seseorang
yang
terlatih
untuk
mengindeks,
menguraikan
dan
memeliharanya. Isi surat resmi negara yang dikumpulkan, disimpan di arsip, yang berhubungan dengan hubungan internasional, dikenal pada Zaman Pertengahan sebagai diplomaticus atau diplomatique. Siapa pun yang berhubungan dengan surat-surat tersebut dikatakan sebagai milik res diplomatique atau bisnis diplomatic (S.l Roy, 1991:1). Dari peristiwa ini lama kelamaan kata “diplomasi” menjadi dihubungkan dengan manajemen hubungan internasional, dan siapa pun yang ikut mengatur dianggap sebagai diplomat.
Praktek diplomasi dilembagakan pada jaman Yunani dan Roma. Utusan (duta) tidak hanya berperan sebagai pembawa pesan, tapi juga sebagai negosiator. Walaupun begitu kedutaan tetap yang pertama, belum didirikan samapai abad XIV di bawah system perwakilan ini menyebar dengan cepat ke seluruh bagian Eropa. Selama abad XVII dan XVIII, terdapat dua tipe perwakilan diplomatik, yaitu duta besar, yang mendapat hak yang lebih tinggi danprotokoler dan agen semi pejabat yang fungsi aksesnya terhadap sumbersumber informasi otoritatif lebih terbatas.
2.2.2 Definisi Diplomasi Para pakar member definisi yang berbeda terhadap kata diplomasi. The Oxford English Dictionary member konotasi sebgai berikut: “manajemen hubungan internasional melalui negosiasi; yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur ole duta besar dan para wakil; bisnis atau seni para diplomat”. Menurut The Chamber’s Twentieth Century Dictionary, diplomasi adalah senia berunding, khususnya tentang perjanjian di antara negaranegara; keahlian politik. Sir Ernest Satow sejak tahun1922 telah mendefinisikan diplomasi sebgai aplikasi inteljen dan taktik untuk menjalankan hubungan resmi antara pemerintahan yang berdaulat, yang kadangkala diperluas dengan hubungan dengan negara-negara jajahannya (Sir Ernest Satow, 1922:1). Sejalan dengan definisi Satow, Barston mendefinisikan diplomasi sebgai manajemen hubungan antar negara atau hubungan antar negara dengan aktor-aktor hubungan internasional lainnya. Negara, melalui perwakilan resmi dan aktor-aktor lain berusaha menyampaikna, mengkoordinasikan dan mengamankan kepentingan nasional khusus atau yang lebih luas, yang dilakukan melalui korespondensi, pembicaraan tidak resmi, saling menyampaikan cara pandang, lobby, kunjungan, dan aktivitas-aktivitas yang damai, dapat
juga terjadi di dalam kondisi perang atau konflik senjata, karena tugas utama diplomasi tidak hanya manajemen konflik,tetapi juga manajemen perubahan dan pemeliharaannya dengan cara melakukan persuasi yang terus menerus ditengah-tengah perubahan yang tengah berlangsung. Sebuah definisi yang paling dekat terkait dengan metode dan isi adalah “ Diplomasi mewakili tekanan politik, ekonomi dan militer kepada negara-negara yang terlibat dalam aktivitas diplomasi, yang diformulasikan dalam pertukaran permintaan dan konsensi antara para pelaku negosiasi”. Untuk mencapai kepentingan nasional, keterampilan dalam berdiplomasi merupakan syarat utama seorang diplomat yang terlibat dalam politik internasional, yang pada dasarnya dipergunakan untuk mencapai kesepakatan, kompromi, dan penyelesaian masalah dimana tujuan-tujuan pemerintah saling bertentangan. Sebagai aktor diplomatik, pekerjaan diplomat bukanlah menyusun kebijakan; peranan itu dimainkan oleh politikus dan negarawan. Sebgai pelaksanaan kebijakan luar negeri, diplomat menyampaikan detail kebijakan pemerintahan negara lain, menjelaskannya, dan memperoleh dukungan, dan jika dikehendaki, menegosiasikan kesepakatan untuk meningkatkan dan mewujudkannya. Kondisi ini memungkinkan diplomat untuk menikmati keuntungan dari dua dunia; kegagalan dapat dislalahkan kepada kebijakan, sementara keberhasilan
tidak
mempresentasikan
semata-mata kebijakan
ditentukan
tersebut.
oleh
Diplomat
kebijakan dapat
tetapi
memberi
juga
nasihat
dalam kepada
pemerintahannya mengenai kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi posisi tawar dan kekuatan sebuah negara. Teori-teori diplomasi yang dikenal sekarang dibentuk dengan kerangka pengalaman negara-negara Eropa/Amerika Utara. Dengan kemajuan hubungan internasional pada abad ke
20 dan munculnya AS sebagai kekuatan yang baru, pemikiran Amerika telah mempengaruhi praktek diplomasi secara signifikan. Diplomasi memiliki banyak arti dalam hubungan internasional. Beberapa penulis memandangnya sebagai suatu seni memimpin negosiasi dalam proses implementasi kebijakan luar negeri. Penulis lainnya menggunakan istilah diplomasi yang dapat ditukartukar dengan kebijakan luar negeri yang melibatkan seluruh proses hubungan luar negeri (Robert D. Cantor, 1976:105). Menurut Russert & Starr, bagian penting dari diplomasi adalah fungsi komunikatifnya (Bruce Russert & Harvey Starr, 1985:163). Penulis lain masih melihatnya sebagai proses atau metode yang digunakan pemerintah guna mencapai kebijakan luar negeri (William C. Olson, 1987:149). Adapun definisi yang digunakan, secara logika tidak ada diplomasi tanpa diplomat. Maka definisi yang dapat digunakan sebagai acuan adalah pelaksanaan hubungan antar negara bangsa melalui pejabatpejabat yang terakreditasi untuk meningkatkan tercapainnya kepentingan terhadap negara yang ditentukan. Fungsi utama politik luar negeri adalah mengambil keputusan mengenai hubungan luar negeri, sedangkan tugas utama diplomasi adalah untuk melaksanakannya dengan baik dan efektif. Diplomasi sangat erat kaitannya dengan politik luar negeri, namun disisi lain politik luar negeri lebih berkaitan dengan perumusan suatu keputusan, maka diplomasi terutama dihubungkan dengan pelaksanaannya. Bagaimanapun diplomasi akan dapat membantu perumusan politik luar negeri. Para diplomatlah yang mengirimi informasi tentang negara lain, dengan demikian diplomasi mempengaruhi pembuat keputusan.
Semua diplomat memperoleh beberapa keistimewaan dan kekebalan. Walaupun mereka diharapkan untuk tunduk secara sukarela terhadap hokum dan kebijakan negara tuan rumah, mereka dibebaskan dari yuridiksi criminal dan sipil, termasuk pajak. Kedutaan kebal terhadap penggeledahan dan wilayah atau tempat duta besar dianggap sebagai pulau kecil yang berdaulat. Pada masa ini, diplomasi telah dikategorikan menurut metode yang dipakai dalam hubungan-hubungan diplomatik. Kategori-kategori ini dibagi dalam berbagai tipe,yaitu: 1.
Diplomasi Komerisal
Menurut Nicholson, diplomasi ini merupakan diplomasi borjuis atau diplomasi sipil yang didasarkan pada anggapan bahwa penyelesaian kompromi antara mereka yang berselisih melaui negosiasi adalah pada umumnya lebih menguntungkan daripada penghancuran total musuh-musuh.
2.
Diplomasi Demokratis
Diplomasi terbuka atau disebut juga diplomasi demokratis menunjukkan bahwa diplomasi harus dijalankan secara terus terang dan terbuka serta memperoleh pengawasan penuh dari publik.
3.
Diplomasi Totaliter
Bawa negara yang menggunakan diplomasi totaliter, pembuatan keputusan tidak berada di bawah pengawasan rakyat. Satu orang atau satu kelompok
kecil bisa mengambil keputusan akhir dalam segala hal dan dalam waktu yang begitu singkat.
4.
Diplomasi Melalui Konferensi
Untuk melakukan diplomasi ini diperlukan beberapa persiapan, seperti pembahasan dan programnya disetujui oleh semua pihak yang ikut serta, dan memperoleh
jaminan
bahwa
pandangan-pandangan
pihak-pihak
yang
berunding tidak berbeda hingga tidak ada harapan dipertemukan.
5.
Diplomasi Diam-Diam
Tipe diplomasi ini dikembangkan dengan pertumbuhan dan perkembangan Perserikatan Bangsa-bangsa, dimana pertukaran pandangan-pandangan diamdiam oleh para wakil negara-negara terjadi sering melalui jabatan penting Sekretaris Jenderal organisasi dunia, di luar kemilau publisitas.
6.
Diplomasi Preventif
Diplomasi ini mempunyai kedudukan penting, khusus dalam kasus-kasus dimana konflik permulaan bisa dikatakan sebagai akibat dari, atau secara tidak sengaja menimbulkan resiko bagi terciptanya suatu kekosongan kekuasaan si antara blok-blok utama.
7.
Diplomasi Sumber Daya
Diplomasi ini terbentuk dari negara-negara yang tidak memiliki bahan-bahan mentah seperti batu bara, minyak, uranium, dan sebagainya. Bagi negaranegara kuat yang tidak memilikinya, mereka berusaha memperoleh penguasaan beberapa wilayah yang mempunyai bahan-bahan tersebut.
2.2.3 Fungsi Diplomasi
Diplomasi berupaya untuk merubah kebijakan, tindakan, tujuan, dan sikap pemerintah negara lain dan diploma-diplomanya melalui persuasi, menawarkan penghargaan, saling mempertukarkan konsensi, atau mengirimkan ancaman.
Masalah permanen diplomasi adalah untuk mencapai kompromi yang akan digunakan menjalankan kepentingan suatu negara dengan sebaik-baiknya. Penyelesaian kompromi ini umumnya dicapai melalui kegiatan para diplomat yang dibekali kekuasaan persuasi. Seorang diplomat juga memainkan peranan penting dalam misi politik luar negeri suatu negara. Ia mempunyai berbagai fungsi untuk dilaksanakan. Salah satu fungsi utama adalah mewakili negaranya.
Pada awalnya, istilah diplomat hanya digunakan untuk para utusan, tetapi kini ia mempunyai arti yang lebih luas. Sekarang, artinya mencakup semua abdi negara di bidang hubungan diplomatik, baik yang bertugas di dalam negeri, di departemen luar negeri
maupun sebagai anggota kedutaan dan kantor perwakilan lainnya di luar negeri. Mereka dianggap sebagai anggota lembaga diplomatik dan dinas diplomatik.
Seorang diplomat yang ditempatkan di negara lain menjalankan berbagai fungsi, sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, dengan memberikan informasi penting yang dibutuhkan kepada pemerintahnya ia membantu proses perumusan politik luar negeri. Bila pada satu sisi merupakan tugasnyalah untuk tetap member informasi kepada pemerintahnya tentang peristiwa-peristiwa up-to-date negeri dimana ia ditempatkan, maka di sisi lain juga merupakan tugasnyalah untuk menjelaskan kebijakan pemerintahnya kepada pemerintah lain untuk memenuhi tujuan-tujuan itu.
Ada 6 fungsi diplomat, yaitu:
1. Perwakilan
Seorang diplomat merupakan wakil formal sekaligus simbolis negaranya di negara lain. Seorang duta besar, yang sebagai seorang diplomat mewakili negaranya, pergi ke negara lain sebagai wakil sah pemerintahnya. Ia benarbenar dating sebagai wakil kepala negaranya.
2. Negosiasi
Negosiasi sesungguhnya merupakan sinonom diplomasi dan negosiasi merupakan urusan diplomat yang biasa. Banyak hal yang dirundingkan setiap harinya, dan pemerintah negara-negara secara konsisten terlibat dalam tawar-
menawar diplomatik untuk menyusun berbagai hal mulai dari persetujuan komersial dan tariff, sampai pada aliansi politik atau militer.
3. Pelaporan
Mengumpulkan informasi dan data yang benar yang berhubungan dengan berbagai aspek negara lain, merupakan faktor pokok bagi perumusan politik luar negeri.
4. Perlindungan
Mempunyai tugas ganda, yaitu: a) Perlindungan
atas
kepentingan
nasionalnya
dan
mengedepankannya melalui berbagai cara adalah tugas primer seorang diplomat. b) Seorang diplomat diisyaratkan untuk melindungi kepentingan warga negaranya sendiri di negara asing.
5. Hubungan Masyarakat
Sebagai wakil sah dan simbolis negaranya, seorang diplomat terlibat dalam usaha untuk menciptakan dan menyebarluaskan kerjasama yang baik dan menguntungkan negara dan politiknya sendiri.
6. Administrasi
Administrasi kantor bukan merupakan tugas diplomat. Tetapi misi diplomatik yang dikirim ke negara lain sekarang ini terdiri dari rombongan jumlah besar.
Dalam konsep diplomasi yang dikenal di negara-negara Barat, peran agama tidak disinggung sama sekali, bahkan tidak dikenal sama sekali oleh otoritas dalam hokum internasional dan diplomasi. Kata-kata “diplomasi” di negara-negara Barat memilii beberapa perbedaan arti, yang artinya, seperti yang dikatakan oleh Afzal Iqbal, “seringkali tidak cocok dengan kebaikan dan kejujuran seperti dalam standar yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW”. Studi diplomasi Barat kemudian memperoleh pengaruh signifikan dari peradaban Yahudi dan Kristen, sehingga semua pembahasan tentang Islam telah dihapuskan dan dianggap Abad Kegelapan. Islam menyediakan ide negara universal yang berdasarkan pada kesamaan manusia. Dalam hokum Islam, hak-hak musuh banyak dibahas, baik dalam kondisi damai ataupun perang, hak-hak tersebut seperti yang telah digariskan oleh Nabi Muhammad dan AlQuran. Hokum internasional dalam Islam mencoba mengatur pelaksanaan sebuah negara Islam dan menerapkan dasar yang paling adil, tidak saja menyangkut hubungan dengan sesame negara Islam, akan tetapi juga dengan negara-negara non-Islam (Afzal Iqbal, 1965:103).
Sumber-sumber hokum Islam dalam negara terdapat dalam kategori-kategori seperti yang didefinisikan oleh hakim-hakim modern. Hokum Islam yang terkait dengan masalah kesepakatan, bea cukai, dasar politik, dan otoritas pemerintahan. Al-Quran memberikan ajaran-ajaran untuk diterapkan dalam pemerintahan, melalui Sunnah (Penerapan dan contoh-contoh kehidupan nabi) seperti yang diwakili oleh bea, peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di dalam Traktat dimasukkan ke dalam kategori kesepakatan, serta opini dari para sahabat (Khalifah) dan keputusan-keputusan pengadilan yang termasuk dalam alasan.
Tujuan utama diplomasi adalah untuk mencari cara penyelesaian damai dari masalahmasalah internasional dan menciptakan harmoni antara negara-negara yang beragama. Nabi Muhammad SAW, yang juga seorang Kepala Negara, telah mencapai tujuan ini dengan metode diplomasi yang telah dipelajari dengan baik, melalui negosiasi, mediasi, dan arbitrasi.
Diplomasi ala Nabi Muhammad SAW lebih lanjut mengatakan bahwa ketika seorang muslim membuat komitmen dengan seorang individu atau dengan negara lain, tindakan diasumsikan sebagai membuat kesepakatan dengan Tuhan. Dalam Islam, komitmen dari seorang individu telah menjadi kewajiban dari seluruh umat. Maka dari itu, jika ia gagal untuk menghargai kata-katanya, dia akan bersalah karena telah mengingkari kebenaran.
2.3 Komunikasi Internasional
Sebgai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tah ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan anatara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi (Cherry dalam Stuart, 1983:10).
Menurut Shannon dan Weaver (1994) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Hubungan internasional memberikan arti tentang interaksi antar bangsa atau antar individu dari bangsa-bangsa yang berbeda-beda. Hubungan itu dapat bersifat politis, cultural, ekonomis atau militer. Dasar pemikirannya berhubungan erat dengan, dan seringkali meliputi berbagai subyek seperti politik internasional, diplomasi, komunikasi internasional dan organisasi-organisasi internasional.
Komunikasi internasional pada umumnya belum dpat berlangsung secara efektif dan maksimal, dikarenakan berbagai hambatan, baik karena sebab-sebab fisik, semantic, kekurangan media maupun karena aspek-aspek politik yang ditentukan oleh berbagai negara, misalnya dasar negara, ideology, strategi dan taktik. Aspek dalam komunikasi internasional adalah yang menyangkut kepada politik, yang komunikasi politik
internasional (Santoso Sastropoetro, 1992:16). Penegrtian lain dari komunikasi politik internasional adalah komunikasi yang dipergunakan oleh berbagai negara nasional untuk mempengaruhi tingkah laku penduduk negara lain secarapolitis yang relevan.
Yang termasuk kedalam komunikasi internasional adalah propaganda dan aktivitas penyebaran informasi yang dilakukan kebanyakan dari instansi pemerintah, khususnya Departemen Luar Negeri. Dalam kegiatan itu termasuk pula aspek-aspek diplomasi, sedangkan kegiatan kantor-kantor berita tidaklah termasuk dalam aktivitas komunikasi politik internasional, demikian pula halnya dengan berbagai organisasi yang bergerak dibidang pendidikan internasional atau aktivitas dari misionaris atau utusan lembagalembaga keagamaan. Dengan komunikasi dimaksudkan untuk melakukan transfer/ mengalihkan pengertian, baik yang tertuli, lisan atau melalui gambar-gambar atau dengan menggunakan berbagai lambing lainnya.
2.4 Media Massa
Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artunya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek.
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar pribadi, panca indera dianggap sebagai media komunikasi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti hanlnya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosure, stiker, bulletik, hand out, poster, spanduk dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televise, video recording, computer, electronic board, dan lain-lain.
Media massa adalah alat yang digunkan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada penerima dengan menggunkan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Karakteristik media massa adalah (Hafied Cangara, 1998:134): 1) Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai penyajian informasi. 2) Bersifat
satu
arah,
artinya
komunikasi
yang
dilakukan
kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. 3) Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. 4) Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya. 5) Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.