BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teoritis
2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan berusaha mengidentifikasikan aspek-aspek yang relevan bagi pengambilan keputusan investasi (Ou & Penman, 1989:297). Salah satu tujuan dari analisis tersebut adalah untuk memperkirakan perusahaan yang dicerminkan oleh laporan keuangan. Beberapa studi empiris menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara Informasi Akuntansi dengan harga pasar saham. Agar laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi yang berarti, maka perlu intepretasi dan analisis yang memadai sehingga dapat membentuk basis bagi keputusan yang diambil. Analisis laporan keuangan mencakup perangkat kerja dan teknik yang memungkinkan para analis untuk menganalisis laporan keuangan masa lalu dan saat sekarang, sehingga kinerja finansial dan posisi keuangan perusahaan dapat dievaluasi dan resiko serta potensi perusahaan dimasa depan dapat diestimasi. Analisis laporan keuangan menurut Gibson (1992:120) adalah The judgement process one of the primary objectives is identification of major change (tuning points) in trends, a relationship and investigation of the reasons underlying those change. Dengan demikian menganalisis laporan keuangan pada hakekatnya adalah untuk mengetahui secara cermat tentang keadaan keuangan perusahaan serta hubungannya dengan operasi perusahaan. Bagi investor analisa laporan keuangan juga merupakan
Universitas Sumatera Utara 13
suatu yang sangat berarti dan membantu dalam proses penilaian dan memproyeksikan keadaan keuangan serta hasil usaha suatu proyek atau perusahaan. Jadi analisa laporan keuangan belum merupakan tujuan, melainkan merupakan alat untuk menilai kondisi (kinerja) keuangan perusahaan. 2.1.2. Analisis Fundamental Analisis fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap investor adalah makhluk rasional. Oleh karena itu, seorang fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Argumentasi dasarnya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tapi juga, dan bahkan lebih penting, harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari. Para calon investor yang akan membeli saham akan menganalisis kondisi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan terbesar dari investasinya. Teknik analisis saham ada dua pendekatan dasar, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. 2.1.3. Manajemen Bank Perbankan memperoleh keuntungan dari spread (selisih) suku bunga antara suku bunga pendapatan dari suku bunga kredit. Keuntungan diperoleh dengan menjual pasiva (dengan karakteristik yang terdiri dari likuiditas risiko dan pengembalian) dan membeli asset dengan karakteristik yang berbeda dengan pasiva perbankan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi. Pertama, tersedianya kas yang cukup untuk membayar pada saat terjadinya penarikan dana oleh nasabah (Liquidity Management). Kedua, pimpinan bank harus memperkecil risiko dengan
Universitas Sumatera Utara
cara memperoleh asset dengan tingkat gagal bayar (default) kecil dan melakukan diversifikasi asset (Asset Management). Ketiga, memperoleh dana murah (Liability Management), dan yang keempat manajer harus memutuskan sejumlah modal yang harus disisihkan sebagai pemenuhan modal minimum (Managing Modal Adequacy). 2.1.4. Manajemen Likuiditas (Liquidity Management) Untuk mengantisipasi penarikan dana oleh nasabah diperlukan sejumlah dana kas sebagai cadangan (excess reserve) yang harus dipegang oleh bank. Cadangan ini berfungsi sebagai asuransi terhadap biaya yang timbul jika terjadi penarikan dana. Biaya tersebut adalah kemungkinan hilangnya kepercayaan pemilik dana terhadap kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kas dari pemilik dana. Semakin besar biaya yang diperhitungkan semakin besar cadangan yang disisihkan. Cadangan tersebut memiliki keuntungan untuk menghemat biaya, pada saat terjadi penarikan dana oleh nasabah. Bank yang memiliki kelebihan cadangan yang cukup tidak perlu membayar biaya, seperti: biaya dari dana pinjaman bank lain dipasar uang, menjual surat berharga, meminjam dari bank sentral, meminjam atau menjual utang luar negerinya. Untuk mengoptimalkan cadangan ini bank umumnya memiliki cadangan kedua (secondary reserve) berupa asset yang lebih likuid dari asset lainnya seperti SBI dan surat berharga. 2.1.5. Manajemen Aset (Asset Management) Dalam rangka mengoptimalkan keuntungan, bank secara simultan harus meningkatkan pendapatan tertinggi dari kredit dan surat berharga, dengan risiko
Universitas Sumatera Utara
rendah, dan mencadangkan kecukupan likuiditas dengan asset yang likuid. Di dalam manajemen asetnya, bank melakukan upaya dengan empat cara sebagai berikut: 1. Bank berusaha mendapatkan peminjam yang mau membayar tingkat suku bunga yang tinggi dengan kemungkinan default yang kecil. Upaya ini dilakukan dengan pendekatan langsung kepada perusahaan yang potensial. Pejabat analis kredit harus benar-benar tepat dan akurat dalam analisis pemberian kreditnya. 2. Diversifikasi penanaman asset, dengan tujuan untuk meminimalisasi tingkat risiko dari asset yang dimiliki. Dengan membeli surat berharga yang berbeda jangka waktunya dan dalam berbagai jenis kredit kepada beberapa nasabahnya. Bank yang menempatkan suatu portofolionya dalam suatu jenis kredit akan mengalami kesulitan pada saat terjadi guncangan pada sektor yang dibiayai. 3. Bank berusaha untuk memberi surat-surat berharga dengan pendapatan tinggi dan risiko yang rendah. 4. Bank harus dapat mengelola likuiditas dari asset-aset yang dimiliki dengan tetap memperhatikan
pemenuhan
modal
minimum
(reserve
minimum)
tanpa
mengeluarkan biaya yang tinggi. Secara umum manajemen asset bank dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu Pool of Fund Approach. (Dahlan, 2004: 88). 1. Pendekatan Pengumpulan Pendanaan (Pool of Fund Approach) Kewajiban dari masing-masing bank dapat diagregasikan menjadi satu pool dana, sehingga konsekwensinya seluruh kewajiban tersebut akan diperlakukan seolah-
Universitas Sumatera Utara
olah berasal dari satu sumber saja. Besarnya nilai pool tersebut diasumsikan ditentukan oleh pasar dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas manajemen kewajiban. Langkah pertama dari pendekatan ini adalah penetapan standard kebutuhan likuiditas. Selanjutnya alokasi dana dilakukan berdasarkan beberapa prioritas yang ditetapkan manajemen dalam rangka menyeimbangkan antara likuiditas dan profitabilitas. Prioritas dilakukan dengan menetapkan beberapa bagian, yaitu: Cadangan utama (Primary recerve), meliputi kas yang terdapat dalam brankas (cash in vault), giro BI, dana dari Bank; Cadangan kedua (Secondary Reserve), meliputi asset likuid tidak termasuk kas (non cash liquid assets) yaitu surat berharga jangka pendek yang berkualitas tinggi, likuid dan memberikan return yang memadai; Portofolio kredit, penyaluran kredit kepada masyarakat atau nasabah; Pendapatan dari investasi (Investment per Income), berupa surat berharga berjangka panjang yang memberikan return yang lebih tinggi. 2. Pendekatan Alokasi Aset (Assets Allocation Approach/Conversion of Fund Approach) Pendekatan ini didasarkan kepada kesadaran bahwa jumlah kebutuhan likuiditas bank berkaitan erat dengan sumber-sumber dari mana dana bank tersebut diperoleh. Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah membagi dua sisi kewajiban di neraca berdasarkan besarnya cadangan (reserve requirement) yang dibutuhkan, relasitas dan turnovernya. Tiap-tiap sumber dana diperlakukan secara individual.
Universitas Sumatera Utara
Tiap-tiap kategori sumber dana (giro, tabungan, deposito, modal, dan lainlain) dilakukan pengalokasian kepada Primary Reserve, Secondary Reserve, Portofolio Kredit, Investement per Income, dan asset-aset lain (Other Asset), seolaholah masing-masing kategori sumber dana tersebut merupakan bank atau profit center yang berdiri sendiri. Dana yang berasal dari giro nasabah yang memiliki ketentuan Reserve Requirement (RR) dan perputarannya yang tinggi diperlukan berbeda dengan dana yang bersumber dari penerbitan surat hutang. Untuk menghindari mismatch jangka waktu antara penanaman dan pendanaan, sebaiknya penanaman jangka pendek didanai dengan sumber dana jangka panjang. Kondisi tesebut dapat dipenuhi dengan asumsi tingkat suku bunga relatif stabil. Dalam kondisi suku bunga yang fluktuatif atau cenderung meningkat atau menurun, maka konsep matching jangka waktu tidak terlalu tepat apabila dikaitkan dengan aspek profitabilitas. Pada saat suku bunga cenderung meningkat, maka perusahaan akan mengoptimalkan pendapatannya dengan melakukan penanaman yang berjangka waktu lebih pendek walaupun sumber pendanaannya jangka panjang, namun perusahaan harus tetap mempertahankan sebagian penanaman dan pendanaan dalam jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Faktor utama yang dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan adalah tingkat suku bunga yang meningkat atau menurun dan eksploitasi tingkat suku bunga pada masa yang akan datang dan diperkenalkannya instrument likuiditas baru di pasar (apabila tingkat suku bunga meningkat, maka perusahaan mengambil gap positif untuk jangka waktu 1- 30 hari).
Universitas Sumatera Utara
2.1.6. Manajemen Pasiva (Liability Management) Sebelum produk pendanaan berkembang luas, bank tidak perlu melakukan manajemen pasiva. Karena pada awalnya sumber dana bank hanya berasal dari giro perusahaan yang tidak berbunga. Bank dapat berkonsentrasi pada manajemen aset saja untuk mengoptimalkan keuntungan. Dengan berkembangnya sumber pendanaan perbankan seperti deposito, pasar uang antar bank, tabungan dan lainnya, membuat bank perlu melakukan manajemen yang baik terhadap pasiva yang dimiliki. Salah satu strategi pendanaan bank akan tercermin dari harga yang diberikan untuk suatu jenis produk atau dari volume dana yang terkumpul. Jika suatu bank mengandalkan deposito sebagai sumber pendanaannya, maka tingkat suku bunga deposito akan relatif tinggi dari suku bunga lainnya. Jika bank mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek, maka tercermin dari sumber pendanaan jangka pendeknya akan besar dan tingkat suku bunganya akan relatif lebih tinggi dari yang lainnya. 2.1.7. Manajemen Kecukupan Modal (Managing Capital Adequacy) Ada tiga hal alasan bank harus memutuskan jumlah modal yang mereka butuhkan, Pertama, modal bank mencegah kegagalan bank (Bank Failure), yaitu situasi dimana bank tidak dapat memenuhi likuiditas dan solvabilitas. Kedua, modal bank mempengaruhi pendapatan pemilik. Ketiga, modal minimum (bank capital requirement) sangat diperlukan untuk memenuhi ketentuan otoritas moneter.
Universitas Sumatera Utara
2.1.8. Peranan Analis Sumber dan Penggunaan Dana Manajemen suatu perusahaan termasuk bank dihadapkan pada dua pilihan: bagaimana menggunakan dana yang ada sebaik-baiknya. Hal ini berkaitan dengan penggunaan dana agar sasaran usaha dapat dicapai; bagaimana mendapatkan dana tambahan untuk memenuhi kebutuhan dan peluang (opportunity) yang dihadapi perusahaan atau berkaitan dengan sumber dana. Laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi dan ikhtisar laba yang ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana biasanya dibuat untuk melengkapi informasi tentang suatu usaha sedang berkembang dan atau menghadapi masalah dalam dana. Dari laporan ini akan mengetahui bagaimana manajemen selama suatu periode menggunakan dana perusahaan, dari mana saja sumber tersebut diperoleh, benarkah pola penempatan yang dilakukan dan apa saja akibat yang ditimbulkan dari penempatan tersebut. Dana yang diperoleh pertama kali harus berasal dari investor atau pemilik, dan dinamakan modal. Selain itu pada sisi kanan neraca, dana lainnya yang berasal dari pihak lain, untuk bank dana tersebut berasal dari pihak ketiga dan hutang. Bagian ini menyatakan sumber dana dari bank. Sedangkan pada sisi kiri digunakan untuk kepemilikan tanah, gedung, untuk bank biasanya untuk pemberian kredit dan pembelian surat berharga. Analisis sumber dan penggunaan dana juga bisa untuk perencanaan proyek dan prospek usaha dimasa yang akan datang. 2.1.9. Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja (performance) perusahaan atau bank dalam mengelola bisnisnya secara
Universitas Sumatera Utara
operasional. Kasmir (2004) mengembangkan rasio keuangan atas empat aspek dari kondisi keuangan perusahaan: (1) Likuiditas (Liquidity), (2) Hutang (Debt or Leverage), (3) Aktivitas (Activity), and (4) Profitabilitas (Profitability). Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebijakan jangka pendek. Rasio Hutang mengukur risiko financial perusahaan dan kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio Aktivitas untuk mengukur penggunaan sumber daya perusahaan secara efesien dan efektif. Dan rasio profitabilitas untuk mengukur secara keseluruhan efisiensi dari kinerja perusahaan. Tabel 2.1. Rasio Finansial Lebih Rinci Mengevaluasi Kesehatan Bank Umum Rasio Finansial
Formula
Non Performing Loan (NPL)
NPL =
Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR =
Kredit Bermasalah Total Kredit Kredit Dana Pihak Ketiga
Rasio Finansial
Net Interest Margin (NIM)
Formula
NIM =
Pendapatan Bunga − Biaya Bunga Total Aktiva
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
CAR =
Beban Operasional BOPO = Pendapatan Operasional EFF =
Efisiensi Rasio (EFF)
Ekuitas Total Aktiva
Beban Operasional Laba/Rugi Kotor Operasional
Interprestasi Semakin kecil rasio NPL, bank umum dikatakan semakin sehat. Angka standard yang disepakati antara 85%-110%, lebih rendah dari 85% bank dinilai memiliki dana menganggur yang besar. Lebih besar 110% risiko liquidity yang akan dihadapi semakin besar. Interprestasi Semakin besar angka rasio dianggap semakin baik, tetapi jika angka rasio terlalu besar, bank sangat tidak efesien. CAR 8% dapat dikatakan bank dalam keadaan sehat. Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen Bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada diperusahaan. Semakin kecil indeks EFF yang diperoleh suatu bank, maka lembaga tersebut akan semakin efisien, karena persentase dari keuntungan yang dimiliki bank mampu
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 menutupi biayanya.
Cost of Income Ratio (CIR)
Return On Assets (ROA)
CIR =
ROA =
Rasio yang digunakan untuk mengukur bagaimana biaya per assets berubah dibandingkan dengan margin pendapatan. Rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba (profitabilitas) pada tingkat pendapatan, asset dan modal saham tertentu
Cost Assets Interest Margin
Net Income (After Taxes) Average Total Assets
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2010
2.1.10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Analisis terhadap saham secara umum terbagi dua yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data harga saham di masa lalu, sedangkan analisis fundamental menggunakan faktor yang diidentifikasikan sehingga dapat mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Dasar dari analisis fundamental adalah faktor fundamental suatu perusahaan. Faktor fundamental perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor internal perusahaan yang digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan. Pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan membutuhkan suatu alat ukur, biasanya berbentuk rasio. Analisis rasio keuangan mampu memberikan manajemen gambaran tentang perubahan-perubahan pokok trend, jumlah dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan diharapkan dapat membantu
manajemen
dalam
menginterpretasikan
berbagai
hubungan
dan
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan sehingga dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa depan. Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) dari suatu saham. Menurut Halim (2003) harga saham mencerminkan nilai dari suatu saham. Dalam penelitian ini harga saham yang dimaksud adalah rata-rata harga saham selama lima hari setelah publikasi laporan keuangan pada periode pengamatan. Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Apabila permintaan harga dari suatu saham meningkat maka harga saham akan cenderung naik, sebaliknya apabila terjadi kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan harga saham di pasar modal, diantaranya adalah kinerja perusahaan, resiko, dividen, tingkat suku bunga, penawaran permintaan, laju inflasi, kebijakan pemerintah, dan kondisi perekonomian. Menurut Halim (2004), hal-hal penting yang merupakan faktor makro atau pasar yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah: 1. Tingkat inflasi dan suku bunga 2. Kebijakan keuangan dan fiskal 3. Situasi perekonomian 4. Situasi bisnis internasional Sedangkan faktor mikro perusahaan yang dapat menyebablkan fluktuasi harga saham adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Pendapatan perusahaan 2. Dividen yang dibagikan 3. Arus kas perusahaan 4. Perubahan mendasar dalam industri atau perusahaan 5. Perubahan dalam perilaku investasi 2.1.11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba. Unsur pendapatan bank tergantung pada jasa yang ditawarkan oleh bank. Bank memberikan pinjaman, melakukan investasi portofolio, melakukan pengiriman uang dan jasa lainnya. Dari jasa itu, bank memperoleh pendapatan yang terdiri dari bunga pinjaman, fees, atau kompensasi atas jasa yang diberikan bank, dan keuntungan atas investasi portofolio. Menurut Muljono (1999), kegiatan bisnis umum dapat dikatakan berhasil apabila dapat mencapai sasaran bisnis yang telah mereka tentukan sebanyakbanyaknya walaupun sasaran masing-masing bank berbeda, ada satu sasaran yang sama yang harus dicapai oleh bank umum manapun yaitu mendapatkan keuntungan yang layak. Bank dapat dikatakan sehat apabila dapat menjaga keamanan dana masyarakat yang dititipkan kepada mereka, dapat berkembang dengan baik, serta mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap perkembangan ekonomi nasional.
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan bank menghasilkan keuntungan, secara kuantitatif dapat dinilai dengan berbagai rasio profitabilitas. Menurut Molyneux (1992), untuk mengukur efisiensi: ROE =
Net Income (After Taxes) Equity
(a)
PM = After Tax – Profit Margin =
Net Income Operational Re venue (OR)
(b)
AU = Asset Utilization =
Operational Re venue Average Assets
(c)
EM = Equity Multiplier/Leverage =
Average Assets Average Equity
(d)
ROE =
NI OR A NI = x x = PM x AU x EM E OR A E
(e)
ROA =
NI OR NI = x = PM x AU A OR A
(f)
ROA = ROE x EM =
ROE =
NI A NI x = A E E
(g)
NI / A 1− D / A
(h)
Dimana: D/A = total debt total assets untuk mengukur financial leverage
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan bank menghasilkan keuntungan menurut Sutojo (1997) dengan mempergunakan enam macam tolak ukur, yaitu: Interest Margin, Net Margin, Assets Utilization, Return, Return Equity, dan Earning Per Share. 2.1.11.1. Capital adequacy ratio (CAR) CAR merupakan proksi modal bank. Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, di satu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur, dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Hal itu semakin menguatkan argumen bahwa modal memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bank (Kasmir, 2004: 47). 2.1.11.2. Loan to deposit ratio (LDR) LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauhmana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid).
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan (Latumaerissa, 1999:23). LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya, 2003:118). Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio ini merupakan teknik yang sangat umum digunakan untuk mengukur posisi atau kemampuan likuiditas bank. LDR menggambarkan kemampuan bank membayar
kembali
penarikan
yang
dilakukan
nasabah
deposan
dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Siamat, 2004:147). Ukuran likuiditas ini sangat luas digunakan bank, mengingat kegiatan utama bank adalah penyaluran kredit sementara pendanaannya berasal dari dana masyarakat atau pihak ketiga lainnya. Rasio ini merupakan indikator kerawanan maupun kemampuan suatu bank (Siamat, 2004: 269).
Universitas Sumatera Utara
2.1.11.3. Non performing loan (NPL) Menurut Siamat (2004:358), “Non Performing Loan atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur”. Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Sebaliknya apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. 2.1.11.4. Net interest margin (NIM) Net Interest Margin NIM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net interest income atas pengelolaan besar aktiva produktif. Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank (Rosy, 2003:37-38). Pendapatan bunga bersih merupakan selisih antara pendapatan bunga
Universitas Sumatera Utara
dengan beban bunga, sedangkan aktiva produktif atau disebut earning assets adalah penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan dan kredit yang diberikan (pembiayaan) atau aktiva produktif yang digunakan adalah aktiva produktif yang menghasilkan pendapatan bunga. Dari besarnya rasio ini dapat dilihat bagaimana kemampuan bank dalam memaksimalkan pengelolaan terhadap aktiva yang bersifat produktif untuk melihat seberapa besar perolehan pendapatan bunga bersih yang diperoleh. Semakin tinggi rasio NIM maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank sehingga manajemen perusahaan telah dianggap bekerja dengan baik, sehingga kemungkinan suatu bank berada dalam kondisi bermasalah semakin kecil. 2.1.11.5. Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) BOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya”. (Dendawijaya, 2005:119). Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
Universitas Sumatera Utara
2.1.11.6. Efficiency ratio (EFF) Efficiency Ratio (EFF) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan laba/rugi kotor operasi dalam jangka waktu tertentu. Semakin efisien operasional bank akan berdampak terhadap tingkat profitabilitas perusahaan (Kasmir, 2004: 345). 2.1.11.7. Cost of income ratio (CIR) Cost of Income Ratio (CIR) adalah rasio untuk mengukur bagaimana biaya per assets berubah dibandingkan dengan margin pendapatan. (Kasmir, 2004: 285) Hal ini disebabkan biaya berubah dibandingkan dengan pendapatan, jika pendapatan bunga bank meningkat tetapi biaya meningkat pada tingkat yang lebih tinggi, maka akan terlihat perubahan bahwa bank-bank akan berusaha lebih efisien untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. 2.1.12. Hipotesis Pasar Efisien Menurut Fama (1970), Teori pasar modal menjelaskan bagaimana investor membuat keputusan investasi. Harga sekuritas dalam kondisi wajar atau pasar dalam kondisi seimbang (equilibrium). Pasar efisien merupakan pasar sekuritas, di mana harga sekuritas telah mencerminkan seluruh informasi yang relevan. Pasar efisien dibedakan menjadi dua jenis: 1. Pasar efisien secara eksternal merupakan keputusan investor didasarkan pada informasi yang tersedia sehingga pelaku pasar tidak dapat memperoleh keuntungan di atas rata-rata (abnormal return). Pasar efisien secara eksternal, di mana informasi disebarkan secara cepat dan luas sehingga memungkinkan harga sekuritas untuk menyesuaikan diri secara cepat
Universitas Sumatera Utara
dan tidak bias terhadap informasi baru sehingga mampu merefleksikan nilai investasi yang wajar. 2. Pasar efisien secara internal merupakan pasar yang menyediakan berbagai jasa dengan biaya yang rendah (murah). Pasar efisien secara internal, di mana pelaku pasar (pialang dan broker) bersaing secara wajar sehingga biaya transaksi murah dan likuiditas meningkat. Kegiatan ini dikendalikan oleh Otoritas Pasar. Adapun pengelompokan lain pasar efisien terdiri dari: 1. Pasar efisien secara informasi (Informationally Efficient Market = IEM). Pasar efisien secara informasi menceritakan bagaimana respon pelaku pasar terhadap informasi baru yang relevan masuk pasar. 2. Pasar efisien secara keputusan (Decisionally Efficient Market = DEM). Pasar efisien secara keputusan yaitu sejauhmana kemampuan pelaku pasar untuk memperoleh kandungan informasi baru yang relevan masuk pasar. Informasi yang dipublikasikan memiliki tujuan dan maksud tertentu, sehingga perlu dilakukan analisis dan evaluasi untuk memperoleh kandungan informasi yang sebenarnya. 2.2.
Review Peneliti Terdahulu Penulis dalam hal ini mereplikasi dari judul-judul tesis sebelumnya, yang
mengupas hubungan CAR, LDR, NPL, NIM, BOPO dan EFF terhadap ROA Bank Umum yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan yang nyata, yang penulis lakukan dalam tesis ini, adalah penulis mengambil variabel independen berupa CAR,
Universitas Sumatera Utara
LDR, NIM, NPL, BOPO dan EFF dan variabel dependen ROA Bank Umum periode 2005-2009 secara bersama-sama untuk meneliti hubungan antara variabel independen dan dependen, berikut review penelitian terdahulu yang disajikan dalam bentuk matriks sebagai berikut: Tabel 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu No
Tahun
1
1988
2
Peneliti
Judul
Hasil Penelitian
Bourke, Philip
Some Internasional Evidence on The Determinants of Bank Profitability in Europe, North Amerika, Australia, Institute of Europe Finance.
Rasio modal (capital ratio), rasio likuiditas (liquidity ratios) dan tingkat suku bunga (interest rates) mempunyai hubungan positif dengan profitabilitas.
1999
Guru, Balachandh er, Staunton, John and Balashanm ugam
Determinan of Commercial Bank Profitabilities in Malaysia, Working Paper, School of Banking and Finance and The Asia Pasific Finance Centre, University of New South Sydney, Australia
3
2002
Werdaningt yas, Hesti
Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over Pra Merger di Indonesia
4
2008
Putri, Vicky Rahma
5
2009
Rosy Mustika, Maharani, dan Lukviarma n, Niki
Pengukuran Kinerja Bank Komersial dengan Pendekatan Efisiensi: Studi terhadap Perbankan GoPublic di Indonesia Analisis Hubungan CAR, LDR, NPL, NIM dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank Umum yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode (2003-2007)
Mengidentifikasikan faktor-faktor tertentu profitabilitas suatu bank komersial itu terdiri dari internal determinan yang merupakan faktor-faktor yang masih dapat dikendalikan manajemen diantaranya Likuiditas, Kecukupan Modal, Manajemen Portofolio Aset dan Kewajiban dan Manajemen Biaya. Eksternal determinan merupakan faktor-faktor yang berada di luar kendali manajemen size, kepemilikan, dan faktor lingkungan yang berhubungan yang terdiri dari struktur pasar, regulasi. Menunjukkan bahwa pangsa pasar yang diukur dengan pangsa asset, pangsa dana, dan pangsa kredit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas secara parsial, sementara CAR (Capital Adequacy Ratio) mempunyai hubungan positif dan LDR mempunyai hubungan negatif terhadap profitabilitas. Dengan uji multikoloniaritas menunjukkan terdapat korelasi yang erat (coefficient of correlation) lebih tinggi terhadap ROA dari pada ROE. - Variabel CAR tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kenaikan atau penurunan variabel ROA dan ROE, - Variabel LDR dan NPL memiliki hubungan yang signifikan terhadap ROE tetapi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap ROA, karena terdapat komponen nilai asset yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi perusahaan, - NIM memiliki hubungan yang signifikan yang positif terhadap ROA dan hubungan signifikan yang negatif terhadap ROE,
Universitas Sumatera Utara
- BOPO memiliki hubungan negatif signifikan terhadap ROA dan ROE.
yang
Universitas Sumatera Utara