BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.
Tinjauan Umum Tentang Rasio
Tinjauan pustaka berisi tentang penjabaran dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut diperoleh melalui sumber-sumber buku, jurnal, maupun situs-situs yang berhubungan. Dalam bab dua ini, akan dibahas tentang penjelasan variabel dependen dan independen yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas (ROA), sedangkan variabel independen adalah CAR, FDR, dan BOPO. Disamping itu dalam bab ini juga menjelaskan hubungan antara CAR dengan profitabilitas (ROA), hubungan antara FDR dengan profitabilitas (ROA), hubungan antara BOPO dengan profitabilitas (ROA), serta hubungan antara CAR, FDR dan BOPO terhadap Profitabilitas (ROA).
A. Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.56 Tujuan
56
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hlm.196
56
57
dari analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.57 Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan
kemampuan
tingginya
perolehan
keuntungan
perusahaan.58 Variabel profitabilitas ini diukur dengan Return On Asset (ROA). rasio ini menggambarkan produktivitas bank dalam mengelola dana sehinga menghasilkan keuntungan.59 Jika return yang diharapkan lebih besar dari pada return yang diminta, maka investor tersebut dikatakan sebagai menguntungkan. Rasio profitabilitas tergantung dari informasi akuntansi yang diambil dari laporan keuangan. Oleh karena itu, profitabilitas dalam konteks analisis rasio untuk mengukur pendapatan menurut laporan rugi laba dengan nilai buku investasi. 60 Analisis Return On Asset (ROA), rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.61 Rasio ini juga mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Biaya-biaya pendanaan yang 57
Teguh Pudja Muljono, Analisis Laporan Keuangan untuk Perbankan, (Jakarta : Djambatan, 1990), hlm.73 58 Irham Fahmi, Ananilis Laporan Keuangan, (Bandung : Alfabeta, 2012), hlm. 135 59 Bambang Agus Pramuka, “Faktor - Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syyariah”, Unuversitas Jendral Sudirman Purwokerto, Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP), Vol. 7 No. 1- Oktober 2010, hlm.67 60 Tampubolon P. Manahan, Manajemen Keuangan (Finance Manajement), (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hlm.39 61 Irham Fahmi, Ananilis Laporan Keuangan, (Bandung : Alfabeta, 2012), hlm.137
58
dimaksud adalah bunga yang merupakan biaya pendanaan dengan hutang. Deviden yang merupakan biaya pendanaan dengan saham dalam analisis ROA tidak diperhitungkan. Biaya bunga ditambahkan ke laba yang diperoleh perusahaan. ROA bisa diinterpretasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan lingkungan
perusahaan
(strategi)
(environmental
dan
pengaruh
dari
faktor-faktor
factors).
Analisis
difokuskan
pada
profitabilitas aset, dan dengan demikian tidak diperhitungkan cara-cara untuk mandanai aset tersebut. Ini lebih konsisten dengan penggunaan ROA sebagai pengukur prestasi pada satu periode tertentu. Biasanya aset rata-rata dihitung dengan menjumlahkan aset pada awal periode dengan aset pada akhir periode dan dibagi dua.62 Pengembalian atas aktiva (return on assets - ROA) sebuah perusahaan mengukur pengembalian (laba bersih) perusahaan sebagai presentase dari total jumlah aktiva yang dimanfaatkan oleh perusahaan.63 ROA memberikan ukuran kasar mengenai kinerja sebuah perusahaan. Semakin tinggi ROA, maka semakin efisien perusahaan tersebut memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba. Rasio ini dapat drumuskan sebagai berikut.64
62
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN, 2007), hlm. 159-160 63 Jeff Madura (Thomson), Pengantar Bisnis 2, (Jakarta : Salemba Empat, 2007), Ed. 4, hlm.362 64 Veithzal Rivai, Bank And Financial Institution Management, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.100
59
ROA =
B. Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih antara nilai buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilities).65 Pada suatu bank, sumber perolehan sumber modal bank dapat diperoleh dari para pendiri dan para pemegang saham. Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank dengan memperoleh hasil keuntungan dimasa yang akan datang.66 Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukan indikator sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal bank menunjukan keadaannya yang dinyatakan dengan suatu ratio tertentu yang disebut ratio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR).67 CAR adalah ratio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Dengan kata lain, captal adequacy ratio
65
Zainul Arivin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta : Alfabeta, 2002), hlm.157 66 Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.101 67 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2004), hlm.95
60
adalah ratio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.68 Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tingggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yanng berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.69 Setiap bank harus memiliki jumlah modal minimum, modal bank harus cukup untuk memenuhi fungsi dasar yaitu: a. Membiayai organisasi dan operasi sebuah bank b. Memberikan rasa perlindungan pada penabung dan kreditor lainnya. c. Memberikan rasa percaya pada para penabung dan pihak berwenang.
Dalam kaitan ini tentu saja fungsi perlindunganlah yang paling penting. Dana modal harus mencukupi untuk menyerap kerugian dan menjamin keamanan dana para deposan.70
68
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hlm.121 69 Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan : Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 2012), Hlm.573 70 Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012), hlm.8990
61
Suatu kesepakatan pertama pada tahun 1988 adalah tentang “ketentuan permodalan” dengan menetapkan CAR, yaitu ratio minimum perbandingan antara modal risiko dengan aktiva yang mengandung risiko. Formula CAR yang ditentukan oleh BIS (Bank for International Settlements) adalah ratio minimum 8% permodalan terhadap aktiva yang mengandung risiko. Dibagi dalam dua bagian sebagai berikut. 1). 4% modal inti (tier 1) yang terdiri dari share bolder equity, Preferred stock dan free reserve. Modal inti adalah modal yang berasal dari pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan. Modal inti inilah yang berfungsi sebagai penyangga dan penyerap kegagalan atau kerugian bank dana melindungi kepentingan para pemegang rekening titipan (wadi’ah) atau pinjaman (qard), terutama atas aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan dana-dana wadi;ah atau qard.71 2). 4% modal sekunder (tier 2) yang terdiri dari subordinate debt, loan loss provisions, hybrid securyties dan revakution reserver. Guna memenuhi ketentuan tentang CAR yang ditetapkan oleh BIS, maka Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter di Indonesia telah mengeluarkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan surat direksi bank
71
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2004), hlm. 94
62
Indonesia Nomor: 23/677kep7/dir tanggal 28 Februari 1991. Rasio ini dapat dirumuskan sebagia berikut.72 CAR =
x 100%
C. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menilai cukup tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran financing deposito to ratio, yaitu dengan memperhitungkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban bagi bank. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah ratio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima bank. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. 73 Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
72
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hlm.121 73 Desi Aryani, “Analisi Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF Terhadap Profitabilitas Pada PT Bamk Muamalat Indonesia Tbk (Januari: 2005-April: 2008)”, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), hlm.24
63
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayaai kredit menjadi semakin besar.74 Apabila hasil pengukuran jauh berada di atas target dan limit bank tersebut maka dapat dikatakan bahwa bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan beban biaya yang besar. Sebaliknya bila berada di bawah target dan limitnya, maka bank tersebut dapat memelihara alat likuid yang berlebihan dan ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur. Dari uraian diatas maka dapat dikatakan Financing Deposit to Ratio adalah perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan simpanan masyarakat.75 Besarnya pembiayaan dirumuskan sebagai berikut.76 FDR =
74
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Ed. 2, 2005, hlm.116 Rida Rahim dan Yuma Irpa, “Analisis Efisien Operasional Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah dan Unit Syariah (Sudi Kasus BSM dan BNI Syariah)”, Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, N0. 3, 2008, hlm.6 76 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2004), hlm.146 75
64
D. Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Bopo menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Berbagai angka pendapatan dan pengeluaran dari laporan rugi laba dan terhadap angka-angka dalam neraca. Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasional biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi.77 Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.78 Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus berikut.79
BOPO =
77
x 100%
Lukman D Wijaya, Manajemen Perbankan, Ed. 2, 2005, hlm.41 Desi Aryani, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF Terhadap Profitabilitas Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (Januari: 2005- April: 2008)”, (Jakarta : Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), Hlm.46 79 Harmono, Manajemen Keuangan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hlm.120 78
65
DAFTAR PUSTAKA
Buku : Antonio, M. Syafi’i. 2002. Bank Syariah : Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan Ancaman. Yogyakarta: Ekonisia. Arivin, Zainul. 2002. Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah. Jakarta : Alfabeta.
Darmawi, Herman. 2012. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung : Alfabeta.
Hanafi, Mamduh. 2003. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, cet. Ke-1. Yogyakarta : YKPN.
66
Hanafi, M. Mamduh dan Halim, Abdul. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Unit Penerbit Dan Percetakan STIM YKPN.
Hasibuan, S.P Melayu. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Harmono. 2011. Manajemen Keuangan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2012. Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Madura, Jeff (Thomson). 2007. Pengantar Bisnis 2. Jakarta : Salemba Empat.
Manahan, P. Tampubolon. 2005. Manajemen Keuangan (Finance Manajement). Bogor: Ghalia Indonesia.
Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.
Muhammad.
2005.
Manajemen
Bank
Syari’ah.
Yogyakarta:
(UPP)
AMPKYKPN.
Muljono, Pudja Teguh. 1990. Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan. Jakarta: Djambatan.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UPP STIE-YKPN.
Mutaher, Osmad. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah. Yogyakarta : Graha Ilmu.
67
Sudarsono, Heri. 2005. Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan Ilustrasi. Yogyakarta : Ekonisia.
Sultan, M. dan
Siswanto, Ely. 2008. Manajemen Bank (Konvensional &
syariah). Malang : UIN-Malang Press.
Suyatno, Thomas. Dkk. 2007. Kelembagaan Perbankan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Wiyono, Slamet. 2005. Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta : PT Grasindo.
Rivai, Veithzal. 2007. Bank And Financial Institution Management. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Penelitian Dan Jurnal :
Ardiyana, Marissa dan Muid, Dul. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional Sebelum, Selama, Dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008 Dengan Menggunakan Metode CAMEL. Semarang : Undip. Tanggal Akses 21 Januari 2014 Pukul 11.00.
Aryani, Desi. 2009. Analisi Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF Terhadap Profitabilitas Pada PT Bamk Muamalat Indonesia Tbk (Januari: 2005-
68
April: 2008). Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Online. Tanggal Akses 15 September 2014 Pukul 11:04.
Pramuka, Agus Bambang. 2010. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syyariah. Unuversitas Jendral Sudirman Purwokerto, Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP), Vol. 7 No. 1-Oktober
Rahim, Rida dan Irpa, Yuma. 2008. Analisis Efisien Operasional Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah dan Unit Syariah (Sudi Kasus BSM dan BNI Syariah). Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, N0. 3