BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Keagenan
2.1.1 Pengertian Teori Keagenan Teori keagenan adalah potensi konflik kepentingan yang tercipta ketika para manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik perusahaan untuk membuat keputusan dimana para manajer mungkin memiliki tujuan pribadi (Brigham and Houston, 2006:26).
Agency theory memamparkan adanya pemisahan antara
kepemilikan dan pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan konflik yang disebut agency problem atau agency cost. Agency problem disebabkan adanya konflik antar pihak-pihak dalam perusahaan yang terjadi akibat perbedaan kepentingan. Telah lama disadari bahwa pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan modern mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer. Secara khusus tujuan dari pihak manajemen dapat berbeda dari tujuan para pemegang saham perusahaan. Para pemegang saham berharap agar manajer mengutamakan kesejahteraan prinsipal yaitu untuk dapat memperoleh tingkat pengembalian setinggi-tingginya,
Hal ini identik dengan meningkatkan nilai
perusahaan yang dapat dilihat dari harga saham perusahaan. Semakin tinggi harga saham berarti kesejahteraan pemilik semakin meningkat.
Akan tetapi dalam
mengambil keputusan, para manajer juga harus memperhitungkan kepentingan semua
stakeholders yang masing-masing memiliki kepentingan sendiri.
13 Universitas Sumatera Utara
Umumnya manajer akan cenderung mengutamakan kepentingan mereka yang seringkali bertentangan dengan tujuan para pemegang saham. Di dalam perusahaan besar saham dapat dimiliki oleh begitu banyak pemegang saham sehingga mereka bahkan tidak dapat mengungkapkan tujuan mereka dan karenanya mereka hanya memiliki sedikit kendali atau pengaruh atas pihak manajemen. Jadi pemisahan kepemilikan dari pihak manajemen ini akan menciptakan
situasi
yang
memungkinkan
manajemen
bertindak
untuk
kepentingannnya sendiri daripada untuk kepentingan para pemegang sahamnya. 2.1.2 Penyebab Masalah Agensi Syahyunan (2013:5) mengatakan masalah agensi muncul sebagai akibat dari dipisahkannya kepemilikan dan pengelola perusahaan. Sjahrial (2012:5) mengatakan
masalah
agensi
merupakan
konflik
antarkelompok
pemilik
(pemegang saham), manajer (profesional) perusahaan, dan karyawan yang terjadi akibat perbedaan kepentingan. Dalam mencapai tujuannya, perusahaan memiliki kelemahan yang intinya adalah pertentangan kepentingan. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan akan memunculkan perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Perbedaan sangat mungkin terjadi karena para pengambil keputusan tidak perlu menanggung resiko sebagai akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis. Begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh para pemilik.
Karena tidak menanggung resiko dan tidak
mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para pemegang
14 Universitas Sumatera Utara
saham,
maka
pihak
manajemen
cenderung
membuat
keputusan
yang
mementingkan tujuan individu yang kemudian menimbulkan masalah agensi. 2.1.3 Cara Meminimumkan Masalah Agensi Dalam usaha meminimumkan masalah agensi menurut Sjahrial (2012:5) diperlukan biaya yang disebut Agency Costs yang tercermin dalam empat alternatif yaitu: 1.
Pengeluaran untuk monitoring.
Pengeluaran ini dilakukan oleh
perusahaan untuk mengawasi aktivitas yang dilakukan manajemen perusahaan. Dengan adanya monitoring ini, diharapkan manajemen dapat mengambil keputusan yang sejalan dengan tujuan perusahaan. 2.
Pengeluaran insentif sebagai bentuk kompensasi untuk manajemen atas prestasi yang konsisten dalam memaksimumkan nilai perusahaan, bisa berbentuk stock option, performance shares dan cash bonus.
Bentuk
insentif ini dilakukan oleh perusahaan untuk menumbuhkan sense of belonging karyawan terhadap perusahaan. Dengan adanya rasa memiliki diharapkan produktivitas karyawan akan meningkat yang kemudian dapan meningkatkan kinerja perusahaan. Melalui program insentif ini setiap keputusan yang dilakukan oleh karyawan kini tidak hanya menyangkut keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan saja, akan tetapi pembagian keuntungan yang dapat mereka peroleh jika jika nilai perusahaan meningkat. 3.
Fidelity Bond, yaitu kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga dimana pihak ketiga (bonding company) setuju untuk membayar
15 Universitas Sumatera Utara
perusahaan jika manajer berbuat tidak jujur, cara bekerjanya mirip asuransi kerugian.
Melalui Fidelity Bond, perusahaan berusaha untuk
mengurangi kekhawatiran dari pihak ketiga atas risiko kerugian yang mungkin terjadi dikarenakan manajer tidak mengambil keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan bertentangan dengan tujuan perusahaan. 4.
Golden Parachute, yaitu kontrak antara manajemen dan pemegang saham yang menjamin bahwa manajemen akan mendapat kompensasi sejumlah tertentu apabila perusahaan dibeli oleh perusahaan lain (investor lain) atau terjadi perubahan pengendalian perusahaan. Sehingga manajemen tidak lagi merasa menjadi karyawan biasa yang hanya bekerja bagi perusahaan semata, dengan kontrak ini mereka akan merasa diperhitungkan sebagai bagian dari perusahaan.
2.2
Employee Stock Ownership Program (ESOP)
2.2.1 Pengertian Employee Stock Ownership Program Menurut Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta (2004) ESOP/MSOP adalah program kepemilikan saham oleh karyawan, direksi dan komisaris yang dilakukan melalui penawaran saham atau penawaran opsi saham dalam rangka kompensasi kepada karyawan, direksi dan komisaris.
Griffin (2007:115)
mengatakan rencana kepemilikan saham karyawan (ESOP) merupakan suatu pengaturan di mana perusahaan memegang sahamnya sendiri dalam bentuk dana perwakilan (trust) untuk karyawan-karyawannya, yang perlahan-lahan menerima kepemilikan saham dan mendapatkan kontrol atas hak suaranya. Employee Stock Ownership program merupakan program kepemilikan karyawan atas saham 16 Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan sense of belonging sehingga mendukung peningkatan kinerja perusahaan (Herdinata, 2012). Dengan demikian hubungan hukum antara karyawan dengan perusahaan tidak terbatas pada hubungan perburuhan, melainkan karyawan juga sekaligus sebagai pemilik perusahaan. Pengadopsian dilakukan untuk menumbuhkan sense of belonging karyawan terhadap perusahaan. Ketika karyawan telah memiliki sense of belonging terhadap perusahaan dan merasa telah menjadi bagian dari perusahaan maka secara alami mereka akan melakukan pekerjaan mereka dengan sebaikbaiknya karena mereka akan turut merasakan dampak dari kondisi perusahaan yang meningkat atau menurun.
Dengan adanya kepemilikan karyawan pada
perusahaan atau induk perusahaan tempat mereka bekerja, diharapkan motivasi dan komitmen para karyawan akan meningkat sehingga pada akhirnya juga akan meningkatkan nilai perusahaan. Pada awalnya, ESOP diformulasikan oleh Luis Kelso seorang investment banker yang mempunyai gagasan bahwa sistem kapitalis akan semakin kuat apabila karyawan diikutsertakan dalam kepemilikan saham perusahaan. Program Kepemilikan Saham Karyawan dilakukan pertama kali pada tahun 1950 di Amerika Serikat, dan saat ini telah menjadi praktek yang umum dilakukan dalam dunia usaha baik di negara maju maupun di negera berkembang. Di Indonesia sendiri, program ESOP mulai diterapkan oleh beberapa emiten pada tahun 1998.
17 Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Tujuan Employee Stock Ownership Program Menurut Bapepam (2002) ESOP diselenggarakan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut : 1.
Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi, dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap meningkatnya kinerja perusahaan.
2.
Menciptakan keselarasan kepentingan serta misi dari pegawai dan pejabat eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham, sehingga tidak ada benturan kepentingan antara pemegang saham dan pihak-pihak yang menjalankan kegiatan usaha perusahaan.
3.
Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.
4.
Menarik, mempertahankan, dan memotivasi (attract, retain, and motivate) pegawai kunci perusahaan dalam rangka peningkatan shareholders’ value.
5.
Sebagai sarana program sumber daya manusia untuk mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang, karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif, yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu penghargaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja perusahaan atau shareholders’ value.
18 Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Bentuk Pelaksanaan Employee Stock Ownership Program Pemberian saham dari principal kepada agent dapat dilakukan dengan beberapa bentuk yaitu: 1.
Pemberian saham secara langsung (Stock Grants) Stock grants merupakan pendekatan paling sederhana dalam menerapkan
ESOP. Stock grant artinya menghibahkan saham perusahaan kepada karyawankaryawan yang terplilih sebagai suatu bentuk kompensasi bonus dan penghargaan kepada karyawan atas kinerja yang tinggi, untuk mengenalkan pentingnya seorang karyawan kunci, atau sistem penggajian baru di suatu organsasi. Stock grants dapat berupa tanpa batasan (non restricted) atau dengan pembatasan (restricted). Pemberian saham tanpa pembatasan (non restricted) adalah suatu pemberian penghargaan berupa saham yang biasanya diberikan kepada karyawan kunci untuk mencapai tujuan keuangan atau tujuan strategis. Penghargaan ini mirip dengan suatu bonus kas tradisional tetapi penghargaannya dalam bentuk saham. Sementara Pemberian saham dengan pembatasan (restricted) adalah suatu penghargaan yang terikat dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi karyawan. Pembatasan ini dapat berupa suatu jadwal tunggu berdasarkan waktu yang mengharuskan karyawan untuk tetap di perusahaan selama suatu jangka waktu tertentu sebelum seluruh kepemilikan atas seluruh sahamnya ditransfer. Pengunduran diri atau pemutusan hubungan kerja karyawan sebelum memenuhi ketentuan tersebut akan berakibat pada hilangnya hak atas pemberian saham yang belum terlewati masa tunggunya dan akan dikembalikan ke perusahaan.
19 Universitas Sumatera Utara
Kelebihan program pemberian saham dengan Stock Grants adalah: a.
Dapat menjadi suatu alat retensi karyawan yang efektif karena karyawan akan cenderung bertahan dalam perusahaan agar dapat memperoleh hak atas saham yang dimilikinya.
b.
Stock grants merupakan program yang mudah dipahami oleh karyawan.
c.
Memberikan suatu cara bagi perusahaan untuk membayar insentif yang terkait dengan kinerja tanpa menggunakan sumber daya kas. Kekurangan program pemberian saham dengan Stock Grants adalah:
a.
Memberikan hak suara kepada karyawan.
b.
Karyawan yang mungkin tidak merasakan nilai kepemilikan yang sebenarnya sebelum mereka menginvestasikan dana pribadi
c.
Dapat menyebabkan masalah arus kas bagi karyawan sebagai akibat dari konsekuensi pajak dari penerimaan stock grant
d. 2.
Mengakibatkan pengakuan beban kompensasi bagi perusahaan. Penawaran untuk membeli saham (Direct Employee Stock Purchase Plans) Direct Employee Stock
Purchase
Plans memungkinkan karyawan
membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang menguntungkan. Keputusan karyawan untuk membeli saham yang tersedia untuknya adalah sukarela, sehingga karyawan
berhak
menguntungkan.
untuk
menolak
apabila
program
ini
dirasa
Dengan program ini karyawan dapat membayar
kurang
sahamnya
melalui pemotongan gaji. Sebenarnya program ini mirip dengan proses pembelian saham pada umumnya karena karyawan menggunakan uang mereka sendiri untuk
20 Universitas Sumatera Utara
memperoleh saham perusahaan, perbedaannya adalah bahwa dalam program ini terdapat keuntungan tertentu, seperti karyawan dapat membeli saham pada harga yang lebih murah dari harga pasar saham. Dalam Direct Employee Stock Purchase Plans karyawan diharuskan membayar dimuka atas saham yang mereka beli, suatu program pembelian saham oleh karyawan secara umum tidak menghasilkan tingkat partisipasi yang tinggi juga tidak akan merubah ekuitas perusahaan dalam jumlah besar kepada tenaga kerjanya bila dibandingkan dengan program kepemilikan saham lain. Kelebihan Direct Employee Stock Purchase Plans adalah: a.
Dapat meningkatkan modal perusahaan.
b.
Relatif sederhana untuk diimplementasikan dan mudah dipahami karyawan.
c.
Dapat mengembangkan jiwa investasi para karyawan. Sementara itu kelemahannya adalah:
a.
Biaya investasi yang berasal dari dana pribadi dapat menghambat karyawan untuk berpartisipasi.
b.
Program ini mengharuskan dibentuknya struktur administrasi untuk mengumpulkan dana, membeli saham dan monitoring ketaatan dengan peraturan yang sesuai.
3.
Program Opsi Saham (Stock Option Plans) Menurut Robbins (2010:137) opsi saham adalah instrumen keuangan yang
memberikan karyawan hak untuk membeli saham pada harga yang telah ditetapkan. Dalam program opsi saham, suatu perusahaan memberikan kepada
21 Universitas Sumatera Utara
karyawan secara perorangan hak kontraktual atau opsi untuk membeli suatu jumlah tertentu atas saham perusahaan sepanjang periode waktu tertentu, membayar dengan harga yang ditetapkan pada saat tanggal pemberian. Periode waktu tertentu tersebut biasanya antara 5 sampai 10 tahun dimulai pada tanggal pemberian dan harganya biasanya sama dengan harga pasar wajar saham pada saat pemberian. Dalam Stock Option Plans jika harga saham perusahaan meningkat dalam tahun-tahun sesudah waktu pemberian (grant date), karyawan mendapatkan keuntungan dengan membeli saham pada harga lebih rendah yaitu harga yang berlaku pada waktu pemberian dan kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sesudah harga meningkat. Keuntungan yang diperoleh karyawan berasal dari selisih harga jual dan harga pemberian (grant date). Nilai suatu opsi bagi karyawan sifatnya terkait pada kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan dapat mengaitkan pemberian opsi kepada kinerja kelompok atau individual dalam berbagai cara, sebagaimana dengan bonus kas, perusahaan bebas untuk memutuskan kepada siapa mereka akan memberikan opsi dan berapa banyaknya opsi yang akan mereka berikan kepada masing-masing individu. Pada masa lalu perusahaan biasanya membatasi pemberian opsi saham hanya kepada manajemen, dan pada beberapa perusahaan, program opsi saham masih menggunakan cara tersebut. Namun demikian, kini terdapat kecenderungan (peningkatan) bahwa perusahaan-perusahaan memberikan opsi saham lebih jauh ke dalam organisasinya, seringkali melibatkan seluruh karyawan.
22 Universitas Sumatera Utara
Dibandingkan pemberian kas bonus, opsi lebih efektif dalam memotivasi karyawan dalam meningkatkan kinerja, karena opsi terus menerus berlaku sebagai suatu insentif yang baik bagi karyawan sesudah mereka diberikan opsi, sebab nilai sebenarnya akan ditentukan dengan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Pelaporan atas opsi saham dalam laporan keuangan satu dari pertimbangan utama pemberian opsi saham kepada karyawan adalah dalam banyak kasus perusahaan bebas dari segi pelaporan keuangan. Berdasarkan Bapepam (2002), program ESOP oleh emiten atau perusahaan publik di Indonesia dilakukan dalam bentuk stock option plan yang sebagian besar sumber sahamnya berasal dari portepel, bukan dari saham pendiri atau saham treasury atau saham yang ada di pasar. Hal ini dapat dikarenakan karena di Indonesia belum ada ketentuan yang secara khusus mengatur tentang kepemilikan saham oleh karyawan selain bentuk penjatahan pasti saat penawaran umum perdana. Karena sifatnya yang mengikuti penawaran umum perdana, maka pelaksanaannya mengikuti ketentuan penawaran saham perdana. Indonesia juga tidak mengenal institusi trust yang merupakan bagian dari Employee Stock Ownership Plans (ESOPs).
Dari beberapa bentuk pelaksanaan ESOP, hanya
bentuk Employee Stock Option Plan yang telah memiliki aturan pelaksanaannya. Meskipun bentuk kepemilikan saham karyawan yang diterapkan oleh emiten Indonesia adalah Employee Stock Option Plan, akan tetapi terdapat penamaan yang berbeda yang digunakan oleh perusahaan dalam menamai program ini.
Beberapa perusahaan bahkan menamai program ESOP mereka
23 Universitas Sumatera Utara
dengan Employee Stock Ownership Plans (ESOPs) akan tetapi cara kerja dari program tersebut adalah sama dengan Employee Stock Option Plan. Kelebihan opsi saham adalah: a.
Dapat mengaitkan imbalan kepada karyawan dengan keberhasilan yang akan datang karena opsi tersebut hanya menjadi bernilai jika harga saham perusahaan meningkat.
b.
Opsi dapat menjadi alat yang efektif untuk mempertahankan karyawan jika dikaitkan dengan jadwal waktu tunggu.
c.
Dari sudut pandang akuntansi opsi secara umum tidak dipertimbangkan sebagai beban pada buku perusahaan. Sementara itu kelemahan Employee Stock Option Plan adalah:
a.
Sangat kompleks sehingga sulit dimengerti oleh karyawan.
b.
Kas keluar yang diperlukan pada saat pelaksanaan, dapat dipandang sebagai suatu hal yang negatif oleh karyawan.
c.
Jika harga saham turun secara substansial di bawah harga pelaksanaan, opsi tersebut tidak memberikan insentif keuangan bagi karyawan.
4.
Employee Stock Ownership Plans (ESOPs) ESOPs merupakan suatu jenis program pensiun yang dirancang untuk
kepentingan karyawan yang dilakukan dengan meminta pengelola dana (fund) untuk melakukan investasi pada saham perusahaan, dimana keuntunganna akan diberikan kepada karyawan. Bentuk kepemilikan saham ini diformulasikan oleh Louis O. Kelso pada tahun 1956.
24 Universitas Sumatera Utara
ESOPs non leveraged dirancang untuk investasi terutama dalam saham perusahaan yang mendukungnya.
Dengan suatu ESOPs non leveraged,
perusahaan membuat suatu kontribusi kepada suatu akun Trust setiap tahun atas nama masing-masing karyawan, kebanyakan perusahaan akan mengkontribusi ke suatu program pensiun. Kontribusi tersebut dapat dibuat dalam bentuk saham ataupun kas. Saham yang diperoleh dengan program ini dialokasikan kepada akun-akun perorangan yang dikelola untuk masing-masing karyawan yang berpartisipasi. Para karyawan menerima saldo akun mereka sesudah pensiun atau pemberhentian oleh perusahaan.
ESOPs dapat mendanai pembelian dengan melalui suatu
pinjaman, yang dijamin oleh perusahaan.
Indonesia tidak mengenal adanya
institusi trust, sehingga bentuk kepemilikan saham ini tidak dapat dilakukan. 5.
Phantom Stock & Stock Appreciation Rights (SARs) Bentuk lain dalam pemberian saham kepada karyawan adalah dengan
Phantom Stock & Stock Appreciation Rights (SARs). Secara teknis, bentuk ini tidak mengakibatkan transfer kepemilikan saham kepada para karyawan. SARs Sering kali disebut sebagai synthetic equity programs atau program ekuitas sintetis). Program jenis ini dapat dipakai apabila transfer aktual atas kepemilikan ekuitas kepada karyawan adalah tidak memungkinkan atau tidak diinginkan. Stock
Appreciation
Rights
(SARs)
dan
Phantom
Stock
adalah
penangguhan kompensasi yang khusus dan alat kompensasi insentif yang dirancang untuk memberikan karyawan keuntungan ekonomis atas kepemilikan saham tanpa disertai terjadinya transfer saham sesungguhnya. Dalam bentuk ini,
25 Universitas Sumatera Utara
karyawan tidak dapat disebut sebagai pemilik perusahaan karena tidak adanya transfer kepemilikan. Program SARs merupakan sebuah hibah kepada seorang karyawan yang memberikannya hak pada suatu waktu tertentu di masa yang akan datang untuk menerima penghargaan berupa kas sebesar kenaikan dalam nilai dari sejumlah bagian saham tertentu sebuah perusahaan. SARs dan phantom stock biasanya digunakan pada perusahaan milik keluarga yaitu keluarga yang tidak menginginkan untuk melepaskan kepemilikan sahamnya. Program-program ini juga dapat digunakan untuk memberikan ekuitas seperti insentif yang dikaitkan dengan kinerja dari suatu divisi perusahaan atau anak perusahaan. Juga dapat digunakan untuk memberikan penghargaan kepada karyawan asing yang dikarenakan kompleksitas hukum dan administrasi dari hukum negara asalnya membuatnya sulit untuk diberikan penghargaan berupa surat berharga. Pemberian saham kepada karyawan dalam bentuk Phantom Stock & Stock Appreciation Rights (SARs) memiliki kelebihan yaitu: a.
Dengan ketentuan jadwal waktu tunggu, SARs dan phantom stock dapat memberikan metode yang efektif untuk mempertahankan karyawan.
b.
SARs dan phantom stock tidak mendilusi kendali suara dan hak-hak kepemilikan lainnya dari pemilik yang ada.
c.
Pernyataan pendaftaran tidak berlaku untuk jenis program ini jika pembayarannya dibuat hanya dengan kas.
26 Universitas Sumatera Utara
Sementara itu kelemahan bentuk pemberian saham ini adalah: a.
Dapat menyebabkan suatu potensi penurunan kas yang signifikan bagi perusahaan ketika nilai dari penghargaan dibayarkan.
b.
Lebih sulit untuk mencapai tingkat motivasi yang tinggi karyawan pada perusahaan pada saat pemberian
c.
Karyawan dikenakan pajak pada tarif penghasilan biasa atas total nilai penghargaan.
2.3
Kinerja Perusahaan
2.3.1 Pengertian Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan pencapaian perusahaan dalam suatu periode. Kinerja perusahaan dapat digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Kinerja perusahaan yang baik adalah perusahaan yang hasil kerjanya di atas perusahaan pesaingnya atau di atas rata-rata perusahaan sejenis (Lubis dan Syahputra, 2012:94). Kinerja perusahaan dapat dikatakan baik apabila memiliki kinerja keuangan yang baik. Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode ternetu. 2.3.2 Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan perlu melakukan analisis terhadap kinerja keuangannya secara berkala pada periode tertentu untuk menilai apakah aktivitas operasional yang dilakukan oleh perusahaan telah dilakukan secara efisien dan efektif dalam
27 Universitas Sumatera Utara
menningkatkan nilai perusahaan. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Syahyunan (2013:91) mengatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling popular untuk mengidenifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Analisis keuangan terutama analisis rasio keuangan adalah alat yang paling bermanfaat untuk menentukan bagaimana aktivitas usaha dijalankan (Lukviarman, 2006:20).
Analisis rasio keuangan dapat dibedakan
berdasarkan laporan keuangan yang dianalisis, yaitu analisis secara individual dan analisis silang. Analisis individual dimaksudkan sebagai analisis yang dilakukan pada unsur-unsur yang ada pada salah satu laporan keuangan, misalnya analisis rasio bagi unsur-unsur yang ada pada neraca saja atau laba rugi saja. Sedangkan analisis silang merupakan analisis rasio yang melibatkan unsur-unsur yang ada pada laporan neraca dan sekaligus yang ada pada laporan laba-rugi.
2.4
Analisis Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2014:104) rasio keuangan merupakan kegiatan
membandinkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
Sementara menurut Harahap
(2008:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).
Disebut dengan rasio karena yang
dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya, dimana cara ini lebih dapat menjelaskan makna suatu angka yang terdapat pada laporan keuangan. 28 Universitas Sumatera Utara
Rasio keuangan membantu kita mengevaluasi laporan keuangan. Analisis rasio keuangan memberikan gambaran bagaimana tingkat efektivitas operasional yang dilakukan perusahaan selama satu periode. Hasil dari rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai apakah perusahaan sudah memiliki kinerja yang baik atau belum. Untuk mengukurnya dapat dilakukan dengan membandingkan hasil analisis rasio pada periode ini dengan periode sebelumnya atau dengan perusahaan lain yang sejenis. Interpretasi dari analisis rasio keuangan akan membantu manajer dalam mengetahui kelemahan perusahaan, sehingga dapat mengambil keputusan yang akan diterapkan pada periode yang akan datang. 2.4.1 Keunggulan Analisis Rasio Harahap (2008:298) mengatakan analisis rasio memiliki keunggulan dibanding analisis lainnya, yaitu: 1.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. Melalui rasio keuangan kita dapat dengan mudah mengetahui hubungan antara angka pada pos yang satu terhadap pos lainnya, kita dapat mengetahui apakah apakah angka pada laba perusahaan dapat dikatakan besar atau kecil melalui rasio keuangan.
2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. Dalam laporan keuangan angka yang disajikan begitu banyak. Sehingga setiap angka pada laporan keuangan menjadi sulit diinterpretasikan.
3.
Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah kinerja suatu industri lebih baik
29 Universitas Sumatera Utara
dari industri lain. Sehingga dapat diketahui tingkat efektivitas perusahaan yang satu disbanding perusahaan lain. 4.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).
5.
Menstandarisir ukuran perusahaan.
Dengan rasio keuangan kita dapat
lebih mudah mengelompokka perusahaan berdasarkan ukuran perusahaan. Misalnya pengelompokan dilakukan berdasarkan tingkat kemampuan menghasilkan laba yang hamper sama. 6.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahan secara periodic atau “time series”. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya dapat diketahui apakah kinerja perusahaan yang satu lebih baik dari yang lainnya atau tidak.
7.
Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Rasio keuangan yang disusun secara konsolidasi akan dapat menggambarkan kondisi perusahaan pada periode yang akan datang. Apabila rasio keuangan menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun selama beberapa periode maka dapat diprediksi bahwa periode berikutnya masih akan positif.
2.4.2 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.
Rasio profitabilitas menunjukkan
30 Universitas Sumatera Utara
kemampuan perusahaan di dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio ini dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu profitabilitas dalam hubungannya dengan penjualan dan profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi. Rasio profitabilitas dalam hubungannya dengan penjualan bermanfaat untuk mengetahui kemampuan manajemen perusahaan di dalam mengendalikan berbagai beban yang berhubungan dengan penjualan. Rasio laba (profit ratio) yang digunakan dalam analisis ini umumnya adalah margin keuntungan (profit margin), termasuk Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, dan Net Profit Margin.
Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi digunakan untuk
menilai atau mengukur tingkat keuntungan perusahaan dalam hubungannya dengan dana yang diinvestasikan di dalam rangka menghasilkan keuntungan tersebut. Dengan demikian rasio ini sangat bermanfaat di dalam menilai efektifitas manajemen perusahaan secara keseluruhan (Lukviarman, 2006:33). 2.4.3 Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) menurut Syamsuddin (2007:64) merupakan rasio antara laba bersih yaitu penjualan sesudah dikurangi expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi Net Profit Margin yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan bahwa aktivitas operasi perusahaan tersebut semakin baik. Untuk meningkatkan margin keuntungan bersih, perusahaan dapat melakukan peningkatan harga jual barang dan jasa yang mereka tawarkan, sehingga meningkatkan total penjualan, akan tetapi perlu diingat bahwa apabila
31 Universitas Sumatera Utara
produk yang dijual memiliki elastisitas yang tinggi, maka peningkatan harga akan mempengaruhi volume penjualan yang kemudian berdampak pada keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan.
Selain meningkatkan harga langkah yang
paling baik yang dapat dilakukan perusahaan dalam meningkatkan margin laba bersihnya adalah dengan melakukan efisiensi pada aktivitas produksi barang dan jasa, sehingga besarnya expenses yang harus dikeluarkan perusahaan berkurang. Rasio ini mengukur hasil akhir dari seluruh kegiatan perusahaan (Prihadi, 2010:166). Rasio Net Profit Margin (NPM) sangat penting bagi para pemilik perusahaan karena melalui rasio ini mereka dapat mengetahui seberapa besar laba perusahaan yang menjadi hak mereka. Apabila margin laba bersih perusahaan berada di atas median margin laba bersih industrinya maka dapat dikatakan bahwa perusahaaan tersebut memiliki tingkat relatif profitabailitas penjualan yang lebih tinggi daripada kebanyakan perusahaan lainnya dalam industry yang sama. 2.4.4 Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) adalah rasio yang mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva perusahaan. ROA menunjukkan gabungan dari dua kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu kemampuan menghasilkan laba dan kemampuan dalam memutar aset.
Fahmi (2014:82)
mengatakan rasio ini digunakan untuk melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Return on Assets adalah rasio yang sering digunakan oleh para manajer dalam mengukur kinerja perusahaan. Rasio ini sering digunakan untuk mengukur
32 Universitas Sumatera Utara
kinerja perusahaan karena rasio ini mampu menunjukkan tingkat keberhasilan manajemen dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini juga dapat digunakan untuk memproyeksikan keuntungan perusahaan pada tahun yang akan datang melalui keuntungan perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya. 2.4.5 Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) menurut Fahmi (2014:82) adalah rasio yang mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. ROE menurut Syamsuddin (2007:64) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Bagi pemilik modal, rasio ini sangatlah penting, karena dapat digunakan untuk mengetahui hasil yang dapat mereka peroleh dari penanaman modalnya. Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang paling penting (Brigham and Houston, 2006:109). Dengan melihat rasio ini pemilik dapat membandingkan hasil di perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Dalam menghitung ROE pos yang dibandingkan dalam laporan keuangan adalah laba setelah pajak dengan modal pemilik.
2.5
Agency Cost Agency Cost merupakan biaya yang terjadi oleh pemegang saham yang
mempercayakan perusahaan kepada manajer perusahaan untuk mengelola perusahaan supaya dapat memaksimumkan pengembalian. Agency cost juga 33 Universitas Sumatera Utara
berarti penggunaan aliran kas untuk bonus atau pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu yang dilakukan manajer atas free cash flow (Fachruddin, 2011). Agency Cost dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan proksi yaitu Selling and General Administrative. Selling and General Administrative (SGA) adalah rasio yang mengukur biaya keagenan berdasarkan rasio beban operasi terhadap penjualan. Dimana rasio ini merefleksikan diskresi manajerial dalam membelanjakan sumber daya perusahaan. Semakin tinggi beban diskresi maka semakin tinggi biaya keagenan yang terjadi (Putra dan Ratnadi, 2007). SGA merupakan rasio yang mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan melakukan control terhadap biaya operasional, termasuk konsumsi yang berlebihan dan biaya kegenan langsung lainnya (Ang et al., 2000).
2.6
Hubungan ESOP dengan Kinerja Perusahaan dan Agency Cost Program ESOP merupakan suatu program kepemilikan perusahaan oleh
karyawan yang secara tidak langsung dapat menumbuhkan sense of belonging karyawan terhadap perusahaan.
Rasa memiliki tersebut kemudian menjadi
motivasi karyawan untuk melakukan sesuatu yang lebih bagi perusahaan sehingga dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan yang secara langsung akan
mempengaruhi kinerja perusahaan yang dapat terlihat dari analisis rasio-rasio keuangan perusahaan itu sendiri. ESOP juga merupakan suatu program yang dapat digunakan mengurangi agency cost (Sjahrial 2012:5). Dengan adanya ESOP, makan principal dan agent
34 Universitas Sumatera Utara
dapat memiliki satu tujuan yang sama, sehingga biaya-biaya tidak perlu yang mungkin terjadi dalam aktivitas perusahaan dapat berkurang. Dalam penelitian ini, peneliti mengukur kinerja perusahaan dalam rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas sangat penting dalam mengukur kinerja
perusahaan. Rasio profitabilitas menurut Fahmi (2014:80) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Pendapat tersebut didukung oleh Prihadi (2012:164) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas mendapat tempat tersendiri dalam penilaian perusahaan, hal ini mudah dipahami karena secara sadar perusahaan didirikan memang untuk memperoleh laba. Adapun rasio profitabilitas yang digunakan untuk memproksikan kinerja perusahaan adalah yaitu Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Kamaludin dan Indriani (2012:45) mengatakan ukuran yang biasa digunakan dalam mengukur rasio profitabilitas adalah Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA) serta Return on Equity (ROE).
2.7
Penelitian Terdahulu
1.
Dr. S. Poornima et al. (2015) Poornima et al. (2015)
melakukan penelitian berjudul “Impact of
Employee Stock Options on Corporate Performance with Special reference to selected services companies in India”.
Penelitian yang dilakukan pada 20
perusahaan jasa keuangan yang mengadopsi ESOP di India ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan yang dilakukan Chen and Hsu (2008).
Dimana 35
Universitas Sumatera Utara
pengadopsian ESOP tidak membawa pengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan.
Tidak ditemukan adanya perubahan yang signifikan terhadap
profitabilitas dan kinerja secara keseluruhan.
Hal tersebut mengindikasikan
bahwa persentase saham yang diberikan kepada karyawan tidak mampu merubah sikap dan produktivitas karyawan. 2.
Rayhita Santhi dan Putra Astika (2015) Santhi dan Astika (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan
Kinerja Perusahaan Sebelum dan Setelah Hibah Employee Stock Option Plan” penelitian ini menggunakan data 34 perusahaan yang mengadopsi Employee Stock Option Plan selama periode tahun 1999 sampai 2013. Jendela pengamatan dari penelitian ini adalah 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah hibah Employee Stock Option Plan. Proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA).
Hasil penelitian yang menggunakan Paired Sample t-Test ini
menghasilkan bahwa terdapat perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah hibah Employee Stock Option Plan. 3.
Marcel T. Ngambi and Frederic Oloume (2013) Ngambi and Oloume (2013) melakukan penelitian yang berjudul
“Employee Share Ownership and Firm Performance: Evidence From A Sample of Cameroonian Firms”. Ngambi and Oloume (2013) mencoba mencari pengaruh pengadopsian ESOP terhadap peningkatan Kinerja Keuangan dan kinerja ekonomi perusahaan.
Rasio yang digunakan adalah ROA dan ROE.
Penelitian yang
menggunakan 24 sampel ini menunjukkan bahwa ESOP memiliki pengaruh positif tehadap Return on Assets (ROA) akan tetapi pada Return on Equity (ROE)
36 Universitas Sumatera Utara
tidak ditemukan adanya perbedaan, baik antara perusahaan yang mengadopsi ESOP maupun yang tidak mengadopsi ESOP. 4.
Dwi Septarina (2013) Septarina
(2013)
melakukan
penelitian
yang
berjudul
“Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Employee Stock Option Program”. Pada penelitiannya, Septrinsa memproksikan kinerja keuangan dengan menggunakan rasio Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity dan Total Assets Turnover. Penelitian yang menggunakan data 10 sampel perusahaan ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. Dari hasil perbandingan kinerja keuangan perusahaan periode satu tahun sebelum ESOP dengan periode satu tahun sesudah pengadopsian ESOP, kinerja keuangan perusahaan periode satu tahun sesudah pengadopsian ESOP pada rasio keuangan
NPM, ROA, ROE mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode satu tahun sebelum pengadopsian ESOP. Sementara pada rasio TATO mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode satu tahun sebelum pengadopsian ESOP. b. Dari hasil perbandingan kinerja keuangan perusahaan periode satu tahun sebelum pengadopsian ESOP dengan periode dua tahun sesudah ESOP, kinerja keuangan perusahaan periode dua tahun sesudah pengadopsian ESOP pada rasio keuangan
NPM, ROA, ROE mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode satu tahun sebelum pengadopsian ESOP, dan pada periode dua tahun sesudah pengadopsian ESOP rasio keuangan
37 Universitas Sumatera Utara
TATO mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode satu tahun sebelum pengadopsian ESOP. c. Dari hasil perbandingan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan periode satu tahun sesudah pengadopsian ESOP dengan periode dua tahun sesudah pengadopsian ESOP, Kinerja keuangan perusahaan pada periode satu tahun sesudah pengadopsian ESOP secara keseluruhan mengalami penurunan kinerja lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan kinerja keuangan perusahaan pada periode dua tahun sesudah pengadopsian ESOP. 5.
Rujing Meng, Xiangdong Ning, Xianming Zhou, and Hongquan Zhu (2011). Meng (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Do ESOPs enhance
firm performance? Evidence from China’s reform experiment”. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di dua erusahaan bursa efek China dari tahun 1996 sampai tahun 2000. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kinerja perusahaan yang mengadopsi ESOP dan perusahaan yang tidak mengadopsi ESOP. Hasil penelitian ini adalah terdapat sedikit perbedaan pada kinerja perusahaan perusahaan ESOP dan perusahaan tanpa program ESOP. 6.
Arman Saputra Sinaga (2009) Sinaga (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbedaan
Proksi Agency Cost Antara Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Dan Tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur Dan Properti Di Bursa
38 Universitas Sumatera Utara
Efek Indonesia. Pada penelitiannya, Sinaga (2009) mengukur agency cost dengan proksi SGA (selling and general administrative) dan FCF (free cash flow). Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tidak terdapat perbedaan agency cost, baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial secara keseluruhan pada sektor manufaktur dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007. b. Tidak terdapat perbedaan agency cost, baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007. c. Tidak terdapat perbedaan agency cost, baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007. 7.
Wei-Ning Chen and Chen Yi Hsu (2008) Chen and Hsu (2008), peneliti asal Taiwan melakukan penelitian berjudul
“Corporation Financial Performance and Market Reaction to ESOP: Evidence From Taiwan”. Pada penelitiannya, Chen and Hsu (2008) menggunakan analisis Du Pont untuk mengetahui pengaruh pengadosian ESOP terhadap kinerja
39 Universitas Sumatera Utara
peusahaan.
Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa ESOP
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan, perubahan yang paling signifikan terdapat pada rasio Return on Equity, selain itu pengadopsian ESOP juga berpengaruh terhadap perbaikan kapabilitas dan mengurangi risiko keuangan. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
1.
Dr. S. Poornima et al. (2015)
Impact of ATO, Employee Stock NPM, Options on EPS. Corporate Performance with Special reference to selected services companies in India.
2
Rayhita Santhi dan Putra Astika (2015)
Perbedaan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Setelah Hibah Employee Stock Option Plan
ROA.
3.
Marcel T. Ngambi and Frederic Oloume (2013)
Employee Share Ownership and Firm Performance: Evidence From A Sample of Cameroonian Firms.
ROA, ROE.
Teknik Analisis Hasil Penelitian Data Whitney U- Pengadopsian Test ESOP tidak membawa pengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Tidak ditemukan adanya perubahan yang signifikan terhadap profitabilitas dan kinerja secara keseluruhan. Paired Terdapat Sample tperbedaan kinerja test perusahaan yang diukur menggunakan Return on Asset sebelum dan sesudah hibah Employee Stock Option Plan. Wilcoxon ESOP Signed-Rank berpengaruh test positif tehadap Return on Assets (ROA) akan tetapi pada Return on Equity (ROE) tidak ditemukan adanya perbedaan.
40 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
Teknik Analisis Data Teknik Analisis Matematik.
4.
Dwi Septarina (2013)
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Employee Stock Option Program.
NPM, ROA, ROE, TATO.
5.
Rujing Meng, Xiangdong Ning, Xianming Zhou, and Hongquan Zhu (2011) Arman Saputra Sinaga (2009)
Do ESOPs enhance firm performanc? Evidence from China’s reform experiment
ROA, ROE, Tobin’s Q dan Produktivi tas
Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost Antara Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Dan Tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia
SGA Independent (selling sample t and Test general administra tive). FCF (free cash flow)
6.
Independent sample t-test
Hasil Penelitian Kinerja keuangan perusahaan pada periode satu tahun sesudah pengadopsian ESOP secara keseluruhan mengalami penurunan kinerja lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan kinerja keuangan perusahaan pada periode dua tahun sesudah pengadopsian ESOP. Terdapat perbedaan pada kinerja perusahaan antara perusahan ESOP dan non ESOP Tidak terdapat perbedaan agency cost baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan
Sumber : Penelitian Terdahulu
41 Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. 7.
Nama Peneliti Wei-Ning Chen and Chen Yi Hsu (2008)
Judul Penelitian
Variabel
Corporation Financial Performance and Market Reaction to ESOP:Evidence From Taiwan
ROE, Profit Margin, Equity Multiplier.
Teknik Analisis Data MannWhitneyWilcoxon method
Hasil Penelitian ESOP berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan, perubahan yang paling signifikan terdapat pada rasio Return on Equity, selain itu pengadopsian ESOP juga berpengaruh terhadap perbaikan kapabilitas dan mengurangi risiko keuangan.
Sumber : Penelitian Terdahulu
2.8
Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, dapat diketahui bahwa
ESOP merupakan suatu program yang dapat mengurangi agency cost dan mendorong setiap karyawan untuk dapat bekerja dengan lebih baik dan termotivasi,
sehingga
produktivitas
akan
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
meningkat
yang
kemudian
Salah satu tujuan dilakukannya
ESOP menurut Bapepam (2002) adalah untuk meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.
42 Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini mencoba mendapatkan bukti empiris berdasarkan teori yang ada yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada kinerja perusahaan dan agency cost sebelum dan sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program (ESOP) dimana kinerja perusahaan akan semakin baik dan agency cost akan berkurang sesudah pengadopsian ESOP. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah ESOP. Kinerja perusahaan diproksikan dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), dan Return on Equity (ROE). Net Profit Margin menunjukkan hasil akhir dari aktivitas operasi yang dilakukan oleh perusahaan, rasio ini merupakan perbandingan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.
NPM yang semakin tinggi menunjukkan bahwa
efisiensi operasi dan status persaingan perusahaan tersebut baik. ROA adalah rasio yang mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan. ROE merupakan penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Sementara agency cost diproksikan dengan Selling and General Administrative (SGA). Semakin tinggi angka pada rasio SGA menunjukkan bahwa semakin besar biaya keagenan yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan.
43 Universitas Sumatera Utara
Net Profit Margin sebelum pengadopsian Employee Stock Ownership Program Return on Assets sebelum pengadopsian Employee Stock Ownership Program Return on Equity sebelum pengadopsian Employee Stock Ownership Program Selling and General Administrative sebelum pengadopsian Employee Stock Ownership Program
≠
Net Profit Margin sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program
≠
Return on Assets sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program
≠
Return on Equity sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program
≠
Selling and General Administrative sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.9
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity dan Selling and General Administrative sebelum dan sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program.
44 Universitas Sumatera Utara