BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Olahraga pada Penderita Hipertensi 1. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang komlpeks, yakni suatu pengorganisasian proses - proses psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan respons menurut cara tertentu terhadap suatu obyek. Sedangkan perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Batasan ini mempunyai dua unsur pokok yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia baik bersifat pasif maupun aktif. Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri 4 unsur pokok yakni : sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan (Notoadmodjo, 2003). b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior cause) dan faktor diluar perilaku (non behavior cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu :
7
8
1) Faktor - faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2) Faktor - faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersediannya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat - alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3) Faktor-faktor pendorong (renforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lainnya, yang merupakan
kelompok
referensi
dari
perilaku
kesehatan
(Notoadmodjo, 2003). 2. Olah raga a. Pengertian Olah raga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasman (Karim, Faizati. 2002.¶1.
Panduan
Kesehatan.
Jakarta.
http://pbprimaciptautama.blogspot.com/2007/05/kesehatanolahraga.htm l, diperoleh tanggal 20 Februari 2008) Olah raga atau senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan dan mengelola stres, dua faktor yang mempertinggi resiko hipertensi. Pada tahun 1993, Amerika College Of Sport Medicine (ACSM) menganjurkan latihan - latihan aerobik
9
(olahraga ketahanan) yang teratur serta cukup takarannya untuk mencegah resiko hipertensi. Dengan melakukan gerakan yang tepat selama 30 - 40 menit atau lebih banyak 3 - 4 hari per minggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan sistolik dan diastolik (Sustrani, 2004). b. Jenis olah raga Pada kenyataannya olah raga terbagi menjadi dua jenis. Yang pertama adalah olahraga jenis aerobik yang membutuhkan oksigen sebagai sumber energi utama bagi tubuh untuk bergerak. Definisinya adalah olahraga yang sifatnya ringan, gerakan yang dilakukan sama dan berulang - ulang, selain itu waktu untuk melakukannya lama. Olah raga inilah yang dapat digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan termasuk juga didalamnya untuk menurunkan berat badan yang berlebih. Contoh : jalan cepat, jogging, renang, lari dan sepeda jarak jauh. Jenis kedua adalah olah raga anaerobik yang membutuhkan asam laktat/ asam susu sebagai energi utama, sedangkan definisi dari olahraga ini adalah olah raga yang dilakukan dengan intensitas yang berat, gerakannya tidak selalu dilakukan berulang – ulang (Triangto, 2005). c. Manfaat olah raga bagi kesehatan Olah raga yang dilakukan selain mengalirkan darah dan nutrisi juga akan melatih otot - otot dan meningkatkan kemampuan jantung dan paru - paru sehingga keadaan akan baik untuk mencegah dan
10
membantu penyembuhan penyakit darah tinggi, jantung dan juga sesak nafas. Dengan berjalan maka suhu tubuh akan meningkat dan hal tersebut tampak pada keluarnya keringat untuk mengantisipasi peningkatan metabolisme tubuh yang terjadi. Masih banyak keuntungan lainnya yang dapat diperoleh dengan olah raga. (Triangto, 2005). Mayo
Clinik
Hipertensi
(Intisari
Mediatama,
2005)
menyebutkan bahwa penderita hipertensi yang berolah raga secara teratur terbukti tekanan darahnya menjadi lebih rendah sehingga untuk mengendalikannya membutuhkan lebih sedikit obat. Bahkan kalau baru tahap awal, si penderita dapat tak usah minum obat (Triangto, 2005). d. Aturan melakukan latihan olah raga yang baik Bila melakukan latihan aerobik, ikuti ketiga tahap yang saling menunjang dengan lengkap sebagai berikut (Sustrani, 2004) : 1) Tahap pemanasan (5 - 10 menit) Pemanasan tubuh diperlukan sebelum melakukan latihan dengan tujuan mempersiapkan jantung dan paru-paru, memperlancar peredaran darah, meningkatkan suhu tubuh, dan mencegah cidera otot serta tulang sendi. 2) Tahap latihan (15 - 20 menit) Tahap
ini
dilakukan
untuk
memperkuat
jantung,
memperlancar peredaran darah, dan mengontrol tekanan darah. Lakukan latihan sampai berkeringat dan napas menjadi cepat tanpa menjadi sesak nafas.
11
3) Tahap pendinginan (5 - 10) Tahap ini menghentikan latihan secara perlahan - lahan untuk menurunkan denyut nadi secara bertahap dan mencegah pening. Perlambat latihan pada saat akan berhenti dan renggangan otot-otot untuk mencegah terjadinya kaku dan nyeri otot. 3. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Monsjoer, 1999). Hipertensi didefinisikan oleh Joinl National Comitte On Detection, Evaluasi dan treatment Of High Blood pressure (JNC) sebagai
tekanan
yang
lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya mempunyai rentan dari tekanan darah normal sampai hipertensi maligna (Doenges, 1999). b. Penyebab Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu : 1) Hipertensi esensial/ primer/ idiopatik. Tidak diketahui penyebabnya, terdapat sekitar 95% kasus. Banyak
faktor
yang
mempengaruhinya
seperti,
genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem rennin
12
angiotensin, defek dalam ekskresi Na, Peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor - faktor yang meningkatkan resiko seperti, obesitas, alkohol, merokok, polisitemia (Monsjoer, 1999). 2) Hipertensi renal atau sekunder Diketahui penyebabnya, terdapat sekitar 5% kasus. Faktor penyebab diantaranya, penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, Sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain (Monsjoer, 1999). c. Klasifikasi WHO - ISH pada tahun 1999 mengeluarkan panduan klasifikasi hipertensi seperti yang bisa dilihat pada table 1 dibawah ini :
Tekanan darah optimal
Sistolik (mmHg) < 120
Diastilik (mmHg) < 80
Tekanan darah normal
120 – 129
80 – 84
Tekanan darah normal tinggi
130 – 139
85 – 89
Hipertensi ringan
140 – 159
90 – 99
Hipertensi sedang
160 – 179
100 – 109
>180
>110
Hipertensi berat
Saat ini, WHO - ISN tidak membedakan kriteria ini baik itu orang muda maupun orang tua, karena pada prinsipnya, tekanan darah yang tinggi bisa menyebabkan komplikasi ke organ lain yang lebih berbahaya (Topan, 2004).
13
d. Komplikasi 1) Stroke. 2) Serangan jantung. 3) Edema paru. 4) Gagal ginjal. 5) Kebutaan karena pecahnya pembuluh darah mata. 6) Komplikasi lainnya. (Herbal,
Mustika.
2007.
¶.
5.
http://www.mail-
archive.com/
[email protected]/msg03309.html, diperoleh tanggal 20 Februari 2008). e. Usaha pencegahan Menurut Gunawan (2007), agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (stop hight blood pressure), antara lain dengan cara sebagai berikut : 1) Mengurangi konsumsi garam Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan maksimal 2 gram garam dapur untuk diet setiap hari. 2) Menghindari kegemukan (obesitas) Dengan menjaga berat badan normal atau tidak berlebihan. 3) Membatasi konsumsi lemak Dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat
14
pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan demikian akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. 4) Olah raga teratur Olah
raga
secara
teratur
dapat
menyerap
atau
menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olah raga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olah raga yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi. Olahraga teratur dan terukur berguna melancarkan peredaran darah dan menurunkan tekanan darah. 5) Makan banyak buah dan sayuran segar Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah. 6) Tidak merokok dan tidak minum alcohol 7) Latihan relaksasi atau meditasi Berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa, dimana relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik atau bernyanyi.
15
8) Berusaha membina hidup yang positif Agar terhindar dari efek negatif orang harus berusaha membina hubungan yang positif diantaranya dengan cara mengelurkan isi hati dan memecahkan masalah, membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau untuk kegiatan santai, sesekali mengalah, belajar berdamai, cobalah menolong orang lain, menghilangkan perasaan iri dan dengki,menyelesaikan satu tugas satu saat dan biarkan orang lain menyelesaikan bagiannya. f. Tatalaksana penanganan hipertensi Secara umum setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan dilkasifikasikan menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaksanaan dasar, yaitu : 1) Non farmakologis Yaitu tindakan - tindakan upaya untuk mengurangi faktor resiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi
seperti
misalnya
:
menghilangkan
obesitas,
menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, mengurangi asupan garam (natrium), kalsium dan magnesium, sayuran, serta olahraga dinamik seperti lari, berenang, bersepeda. Salah satu anjuran yang umumnya sulit dilakukan adalah anjuran hidup tanpa stres (rileks) terutama dalam kondisi kehidupan seperti dikota metropolitan seperti Jakarta. Upaya ini biasanya diterapkan pada penderita hipertensi ringan dan dicoba selama 6 bulan dengan tetap diamati,
16
bila pada akhir periode pengamatan tekanan darahnya ternyata tetap atau malah lebih tinggi maka dapat ditambah, namun bila tekanan darah menurun, terapi ini dapat diteruskan (Sidabutar, 1996) 2) Farmakologis Yaitu memberikan obat atau obat - obatan anthihipertensi yang telah terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi penderita. Banyak
golongan
obat
yang
yang
tersedia
dan
mampu
memanipulasi tekanan darah, baik yang bekerja secara sistemik maupun perifer. Pemberian obat disesuaikan dengan keadaan penderita. (Sidabutar, 1996)
B. Tingkat pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Menurut
Notoatmodjo
(2003)
pengetahuan
atau
kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
17
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation (menimbang - nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, sikapnya terhadap stimulus. 2. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
18
Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (aplikation) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapatn diartikan aplikasi atau penggunaan hokumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesisi) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
19
f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
C. Sikap 1. Pengertian Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Dalam kehidupan sehari - hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah satu seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu, lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. (Notoatmodjo. 2003) Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) (Notoatmodjo. 2003) 2. Tingkatan sikap Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
20
a. Menerima (Receiving) Menerima
diartikan
bahwa
orang
(subyek)
mau
dan
mengerjakan
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespons (Responding) Memberikan
jawaban
apabila
ditanya
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. d. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. e. Pengukuran sikap Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsug. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan - pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
21
D. Kerangka teori Faktor predisposisi Pengetahuan Nilai Kepercayaan Keyakinan Sikap Faktor pendukung 1. Fasilitas fisik : Kesehatan : puskesmas, rumah sakit, posyandu 2. Fasilitas umum : media massa (Koran) tv, radio, tempat olah raga
Perilaku kesehatan
Faktor pendorong 1. Sikap dan perilaku petugas kesehatan 2. Kegiatan olah raga 3. Tokoh mayarakat 4. Keluarga.
Sumber : Lawrence green (1983) dalam Notoatmodjo (2003) E. Kerangka konsep Variable bebas ( Independen )
Variabel terikat ( Dependen )
Tingkat pengetahuan dan Sikap
Perilaku olah raga pada penderita hipertensi
22
F. Variable penelitian Variabel penelitian dibagi 2 yaitu : 1. Variabel bebas ( Independen ) Variabel penelitian ini, variabel independennya adalah tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku olah raga pada penderita hipertensi. 2. Variabel terikat ( Dependen ) Variabel penelitian ini, variabel dependennya adalah perilaku olah raga pada tingkat pengetahuan dan sikap. G. Hipotesis Ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap pada penderita hipertensi dengan perilaku olah raga.